Anda di halaman 1dari 14

44

BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada tanggal 07 Juli sampai 06 Agustus tahun

2017 di ruang rawat inap interne wanita rumah sakit umum daerah Solok.

Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan retrospektif,

sampel menggunakan seluruh pasien yang ada di ruangan rawat inap interne

wanita di Rumah Sakit Umum Daerah Solok yang telah memenuhi kriteria

inklusi yang berjumlah 82 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner.

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan melalui kuesioner

diperoleh karakteristik responden sebagai berikut :


1. Gambaran Karakteristik responden
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi karakteristik pasien di ruang rawat inap interne
wanita rumah sakit umum daerah Solok tahun 2017

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

1 Jenis kelamin
Wanita 95 100

2 Umur
18-24 tahun 8 8,4
25-34 tahun 16 16,8
35-49 tahun 16 16,8
50-64 tahun 9 9,5
65 tahun keatas 46 48,4

3 Pendidikan
SD 54 56,8
SLTP 16 16,8
SLTA 17 17,9
S-1 8 8,4

4 Lama rawat
3-6 hari 49 51,6
7-15 hari 26 27,4
Diatas 15 hari 20 21,1
45

5 Pekerjaan
Pelajar/mahasiswa 8 8,4
Pegawai swasta 8 8,4
Pedagang 33 34,7
Tidak bekerja 17 17,9
Lain-lain 29 30,5

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 95 pasien didapatkan usia lansia

(65 tahun keatas) yang paling banyak 48,4%. Semua pasien 100% berjenis

kelamin perempuan. Latar belakang pendidikan yang paling banyak adalah

Lulusan SD sebanyak 56,8%. Lama rawatan pasien paling banyak 3-6 ahari

(51,6%) dan jenis pekerjaan yang banyak pedagang (34,7%).

2. Gambaran Karakteristik Perawat


Tabel 5.2
Karakteristik Perawat di Ruang Rawat Inap Interne Wanita Rumah
Sakit Umum Daerah Solok Tahun 2017
Umur Jenis Pendidikan Lama Pelatihan
Kelamin Bekerja MPKP

40 tahun = 4 S1 + Ners = 3 10 tahun


orang orang = 2 orang
Semua telah
30 tahun = 4 mendapatkan
Perempuan D3
orang 5 tahun = pelatihan
Keperawatan MPKP
25 tahun = 3 9 orang
= 8 orang
orang

Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 11 orang perawat usia terbanyak 40

tahun dan 30 tahun sebanyak 4 orang. Semua perawat 11 orang berjenis kelamin

perempuan. Latar belakang pendidikan yang paling banyak adalah Lulusan D3

Keperawatan sebanyak 8 orang. Lama bekerja perawat paling banyak 5 tahun


46

sebanyak 9 perawat dan semua perawat yang ada di Ruang Rawat Inap Interner

Wanita telah mendapatkan pelatihan MPKP Metode Tim.

B. Analisa Univariat
1. Analisis univariat
a.Tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap interne wanita rumah

sakit umum daerah Solok

Tabel 5.3
Distribusi frekuensi tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap
interne wanita rumah sakit umum daerah Solok
tahun 2017
No Tingkat kepuasan Frekuensi Persentase (%)

1 Puas 43 52,4
2 Tidak puas 39 47,6

Jumlah 82 100

Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar pasien


menyatakan tidak puas dengan pelayanan yang diberikan yaitu
sebanyak 39 orang (47,6%).

b. Penerapan model praktek keperawatan profesional (MPKP) metode

tim di ruang rawat inap interne wanita rumah sakit umum daerah Solok
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi penerapan model praktek keperawatan
profesional (MPKP) metode tim di ruang rawat inap
interne wanita rumah sakit umum daerah Solok
tahun 2017

Penerapan model praktek


No keperawatan profesional (MPKP) Frekuensi Persentase (%)
metode tim

1 Baik 43 52,4
47

2 Kurang baik 39 47,6

Jumlah 82 100

Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar pasien


mengatakan penerapan MPKP Metode Tim baik yaitu sebanyak 39
orang (47,6%).

2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan pada 2 variabel untuk mengetahui

ada tidaknya hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara kedua variabel tersebut dengan menggunakan uji

statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaan p 0,05. Jika

nilai p 0.05 berarti ada hubungan bermakna antara variabel

independen dengan variabel dependen. Bila nilai p > 0,05 berarti

tidak ada hubungan bermakna antara variabel independen dengan

variabel dependen. Hasil analisa bivariat pada penelitian dapat

dijelaskan pada tabel dibawah ini:


Tabel 5.5
Hubungan tingkat kepuasan pasien dengan penerapan model
praktek keperawatan profesional (MPKP) metode tim
di ruang rawat inap interne wanita rumah sakit
umum daerah Solok tahun 2017

Penerapan model praktek Total OR


Tingkat keperawatan profesional 95%
No kepuasan (MPKP) metode tim p.value
pasien
Baik % Kurang % N %
1 Puas 30 69,8 13 30,2 43 52,4 0,001 4.615
2 Tidak puas 13 33,3 26 66,7 39 47,6
48

Jumlah 43 50,0 39 50,0 82 100

Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 43 responden mengatakan bahwa

Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) Metode Tim Baik 30

orang (69,8%) yang merasakan puas. Dari 39 responden mengatakan bahwa

Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) Metode Tim Kurang

Baik 26 orang (66,7%) yang merasakan tidak puas. Berdasarkan uji statistik

menggunakan chi-square diperoleh hasil p=0,001 (p<0,05) yang artinya ada

hubungan tingkat kepuasan pasien dengan penerapan model praktek keperawaan

profesional (MPKP), dengan nilai OR=4.615 berarti pasien yang memperoleh

Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) Metode Tim yang

baik akan berpeluang 4.615 kali lebih tinggi untuk meningkatkan kepuasan

pasien.

.
49

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat
1. Tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap interne wanita rumah

sakit umum daerah Solok.


Menurut hasil penelitian berdasarkan tabel 5.3 dapat di lihat bahwa

tingkat kepuasan pasien sebagian besar pada kategori puas 43 orang

(52,4%). Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hidayati (2011) yang mengatakan pada bulan November 2011 sampai

Februari 2012 didapatkan hasil bahwa, di Instalasi bedah 56% pasien

kurang puas dengan tindakan yang diberikan oleh tenaga keperawatan, di

Instalasi non bedah didapatkan 53,3% pasien kurang puas dengan

penjelasan tindakan yang dilakukan perawat, di Instalasi anak 57.2%

pasien tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat dan di

Instalasi Ambun pagi didapatkan 14,7% pasien kurang puas dengan

pelayanan keperawatan di ruangan. Data ini masih kurang dari standar

Depkes yang harusnya lebih dari 90%. Penelitian yang sama juga

dilakukan oleh Tukimin (2005) yang menyimpulkan bahwa pasien

mendapat implemetasi MPKP memiliki tingkat kepuasan yang lebih baik,

yaitu 122% daripada pasien yang tidak mendapat implementasi MPKP,


50

yaitu sebesar 114% dan Kuntari (2010) melakukan penelitian di Rumah

Sakit Islam Siti Maryam Manado menyatakan bahwa pasien yang

menyatakan puas (88,6%) dan tidak puas (11,4%), dengan demikian

pelayanan keperawatan harus lebih ditingkatkan sehingga jika klien puas

dengan pelayanan yang diberikan maka klien akan kembali menggunakan

jasa di rumah sakit tersebut


Menurut pendapat Gibson (1987), kepuasan adalah terpenuhinya

kebutuhan yang diinginkan yang diperoleh dari pengalaman melakukan

sesuatu, pekerjaan, atau memperoleh perlakuan tertentu dan memperoleh

sesuatu sesuai kebutuhan yang diinginkan. Kepuasan pasien sangat

berkaitan dengan kesembuhan pasien dari sakit atau luka.Penilaian pasien

terhadap mutu atau pelayanan yang baik, merupakan pengukuran penting

yang mendasar bagi mutu pelayanan itu sendiri .informasiyang diberikan

dari penilaian pasien merupakan nilai dan harapan pasien yang

mempunyai wewenang sendiri dalam menetapkan standar mutu pelayanan

yang dikehendaki (Hafizurrachman, 2004). Kotler (2007), mengatakan

bahwa kepuasan pasien adalah tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja (atau hasil) yang dia rasakan dibanding dengan

harapannya.
Menurut asumsi peneliti pada penelitian ini 43 responden (52,4%)

puas, hal ini dikarenakan oleh perawat memeberikan pelayanan sesuai

dengan keinginan pasien, perawat mendengarkan keluhan tentang

penyakit yang diderita oleh pasien, perawat dalam melayani pasien

bersikap ramah dan sopan, perawat memberitahu kepada pasien cara

minum obat yang baik dan benar, perawat menerangkan tindakan yang
51

akan dilakukan kepada pasien. Perawat juga perlu berbicara dengan

pasien untuk mengetahui keinginan dan harapannya, karena kesenjangan

antara harapan dengan kenyataan akan dapat menimbulkan ketidak

puasan pada diri pasien. Perawat harus menjalin kekeluargaan terhadap

pasien sehingga membuat pasien menjadi nyaman dan puas dengan

tindakan yang perawat lakukan terhadap pasien.


2. Penerapan model praktek keperawatan profesional (MPKP) Metode

Tim
Menurut hasil penelitian berdasarkan tabel 5.4 dapat di lihat bahwa

Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) Metode Tim

sebagian besar pada kategori baik 43 orang (52,4%). Dari hasil penelitian

Zamzahar (2010) mengenai Analisis Implementasi Model Praktik

Keperawatan Profesioal (MPKP) di RSUP Dr. M. Djamil menyatakan

bahwa tahap evaluasi struktur, proses, dan outcome dari MPKP yang

belum dilaksanakan secara optimal. Pada umumnya banyak hal yang

perlu dilakukan perbaikan, mulai dari tenaga perawat yang membutuhkan

suatu model dalam implementasi praktik keperawatan profesional agar

perawat dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan tuntunan

profesi dan pelayanan. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Kuntari

(2010) di Rumah Sakit Islam Siti Maryam Manado yang menyatakan

bahwa asuhan keperawatan yang sudah baik yaitu (61,4%) sedangkan

yang masih kurang baik yaitu (38,6%).


Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) diartikan sebagai

suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang

memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan

keperawatan termasuk lingkungan yang diperlukan. Melalui


52

pengembangan model ini terdapat otonomi & akontabilitas perawat,

pengembangan profesional dan penekanan pada mutu asuhan

keperawatan. (Sitorus,2000). MPKP adalah merupakan suatu model yang

yang memberikan kesempatan bagi perawat untuk menunjukkan otonomi

dan akontabilitas dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien

(Nurachmah,1999).
Menurut asumsi peneliti berdsarkan hasil penelitian yang

dilakukan 43 orang (52,4%) mengatakan penerapan MPKP Metode Tim

baik, hal ini dikarenakan oleh visi dan misi ruangan telah dirumuskan

dengan baik, karu telah merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu

asuhan keperawatan, mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien setiap

hari, membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga, karu, katim

dan perawat pelaksana membangun kekeluargaan di ruangan agar

terciptanya suasana yang nyaman saat melakukan tindakan. Adanya

penerapan model praktek keperawatan profesional (MPKP) metode tim

bisa membuat perawat untuk bekerja lebih terarah dan lebih memenuhi

target untuk memberikan pelayanan kepada pasien.


B. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan pada 2 variabel untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Analisa ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

kedua variabel tersebut dengan menggunakan uji statistik Chi Square

dengan tingkat kemaknaan p 0,05. Jika nilai p 0.05 berarti ada

hubungan bermakna antara variabel independen dengan variabel

dependen. Bila nilai p > 0,05 berarti tidak ada hubungan bermakna antara
53

variabel independen dengan variabel dependen. Hasil analisa bivariat pada

penelitian dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini:


Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 10 orang pasien

yang mengatakan puas, 30 orang ( 69,8%) mengatakan penerapan Model

Praktek Keperawatan Profesional Metode Tim sudah Baik. Dari hasil

analisis tingkat kepuasan pasien dengan penerapan model praktek

keperawatan profesional (MPKP) metode tim dengan uji chi-square

diperoleh nilai p=0,001 (p<0,05), berarti Ha diterima yaitu ada hubungan

tingkat kepuasan pasien dengan penerapan model praktek keperawatan

profesional (MPKP) metode tim. Hasil ini juga didukung oleh nilai OR =

4.615 berarti pasien yang memperoleh Penerapan Model Praktek

Keperawatan Profesional (MPKP) Metode Tim yang baik akan berpeluang

4.615 kali lebih tinggi untuk meningkatkan kepuasan pasien.


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zulfa Tahun 2002

diruang rawat VIP diperoleh hasil peningkatan mutu asuhan keperawatan

yang dilihat dengan tingkat kepuasan pasien diruang MPKP lebih tinggi

29% dibanding ruang yang non MPKP.Oleh karena itu , dari semua data

yang ada seharusnya bisa menjadi acuan bagi ruangan- ruangan yang

lainnya untuk ikut menerapkan MPKP demi memberikan mutu pelayanan

yang baik.
Penelitian yang sama juga dilakukan Pada penelitian ini hipotesis

yang akan di uji kebenarannya adalah Adanya Hubungan yang positif

Pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) Terhadap

Kepuasan Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Oleh

karena nilai p < 0.05 sehingga dinyatakan signifikan, , hal ini mengandung

arti bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara variabel bebas
54

(pelaksanaan MPKP) dengan variabel terikat (kepuasan pasien) di ruang

Model PKP RS. PKU Muhammadiyah Surakarta.


Menurut pendapat Gibson (1987), kepuasan adalah terpenuhinya

kebutuhan yang diinginkan yang diperoleh dari pengalaman melakukan

sesuatu, pekerjaan, atau memperoleh perlakuan tertentu dan memperoleh

sesuatu sesuai kebutuhan yang diinginkan. Kepuasan pasien sangat

berkaitan dengan kesembuhan pasien dari sakit atau luka.Penilaian pasien

terhadap mutu atau pelayanan yang baik, merupakan pengukuran penting

yang mendasar bagi mutu pelayanan itu sendiri .informasiyang diberikan

dari penilaian pasien merupakan nilai dan harapan pasien yang mempunyai

wewenang sendiri dalam menetapkan standar mutu pelayanan yang

dikehendaki (Hafizurrachman, 2004). Kotler (2007), mendefinisikan

bahwa kepuasan pasien adalah tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja (atau hasil) yang dia rasakan dibanding dengan

harapannya.
Menurut Asumsi peneliti dari 43 orang, 13 orang (30,2%) puas

mengatakan bahwa penerapan model praktek keperawatan profesional

kurang baik dan dari 39 pasien 26 orang (66,7%) tidak puas mengatakan

penerapan model praktek keperawatan profesional kurang baik, ini

dikarenakan adanya kekurangan pada pengukuran kepuasan pasien yaitu

sistem keluhan dan saran yang berorientasi pada pelanggan (customer

oriented) dalam memberikan kesempatan yang luas kepada para

pelangganya untuk menyampaikan keluhan dan saran.Misalnya dengan

menyediakan kotak saran, kartu komentar, dan hubungan telfon langsung

dengan pelanggan.
55

Jika penerapan MPKP baik pasien merasa puas dengan tindakan

apa yang dilakukan oleh perawat. Kurang baiknya penerapan model

praktek keperawatan profesional (MPKP) metode tim sehingga

menimbulkan ketidak puas pasien terhadap tindakan yang dilakukan oleh

perawat.

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan
56

Berdasarkan hasil analisa dari penelitian dan pembahasan

mengenai hubungan tingkat kepuasan pasien dengan penerapan model

praktek keperawatan profesional (MPKP) metode tim di ruang rawat inap

interne wanita rumah sakit umum daerah Solok tahun 2017 dapat diambil

kesimpulan dengan rincian sebagai berikut :


1. Tingkat kepuasan pasien sebagian besar pada kategori puas 43 orang

(52,4%).
2. Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) Metode

Tim sebagian besar pada kategori baik 43 orang (52,4%).


3. Terdapat hubungan tingkat kepuasan pasien dengan penerapan model

praktek keperawatan profesional (MPKP) metode tim dengan uji chi-

square diperoleh nilai p=0,001 (p<0,05) dan OR = 4.615


B. Saran
a. Kepada Instansi Pendidikan
Kepada institusi pendidikan agar dapat memperbanyak sumber

buku seperti buku-buku tentang tingkat kepuasan pasien dengan

penerapan model praktek keperawatan profesional (MPKP) metode tim

yang terbaru untuk mempermudah mencari bahan bacaan untuk

penelitian selanjutnya dan kepada peneliti yang ingin melanjutkan

tingkat kepuasan pasien dengan penerapan model praktek keperawatan

profesional (MPKP) metode tim agar melanjutkan penelitian secara

lebih spesifik.
b. Bagi Tempat Penelitian
Kepada pihak RSUD Solok untuk lebih sering mengadakan

kegiatan seminar ataupun penyuluhan kepada perawat tentang

penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional untuk

meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Solok.


c. Bagi Peneliti Selanjutnya
57

Kepada peneliti selanjutnya diharapkan di masa yang akan

datang dapat digunakan sebagai salah satu sumber data untuk

penelitian selanjutnya dan dilakukan penelitian lebih lanjut

berdasarkan faktor lainnya, variable yang berbeda, jumlah sampel

yang lebih banyak, tempat yang berbeda, desain yang lebih tepat

dan tetap berhubungan dengan penerapan Model Praktek

Keperawatan Profesional (MPKP) Metode Tim dengan tingkat

kepuasan pasien.

Anda mungkin juga menyukai