Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH METODE PEMBELAJARAN KIMIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Perencanaan


Pembelajaran Kimia

Dosen Pembimbing: Luki Yuita, M.pd

Disusun oleh :
1. Durochtul Rohmah 11140162000039
2. Dinda Nur Azizah 11140162000040
3. Mulyawati 11140162000043
4. Haditsty Sandra N. 11140162000045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. tak lupa pula shalawat
serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Ucapan
terima kasih kepada Ibu Luki Yunita, selaku dosen matakuliah Perencanaan
Pembelajaran Kimia yang berkenan membimbing kami sehingga makalah ini
dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.

Sehubungan dengan ini, kami mahasiswi program studi pendidikan kimia


di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah menyelesaikan
makalah yang membahas tentang Metode Pembelajaran Kimia, melalui makalah
ini kami memaparkan beberapa metode-metode pembelajaran untuk diterapkan
dalam pembelajaran kimia sehingga kami sebagai calon pendidik dapat lebih
memahami metode-metode yang tepat dalam proses pembelajaran di kelas dan
caramengimplementasikannya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari


kesempurnaan baik dari segi isi, bentuk, maupun pemaparannya. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
penyempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, wawasan


dan pengetahuan bagi pembaca terutama bagi mahasiswa calon pendidik.

Jakarta, 15 Mei 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3. Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3

2.1. Pengertian Metode Pembelajaran ......................................................... 3


2.2. Alasan Menentukan Metode Pembelajaran .......................................... 4
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pembelajaran 4
2.4. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran ......................................................... 5
2.4.1. Metode Ceramah ......................................................................... 5
2.4.2. Metode Diskusi ........................................................................... 9
2.4.3. Metode Eksperimen .................................................................... 12
2.4.4. Metode Discovery ....................................................................... 14
2.4.5. Metode Pemecahan Masalah....................................................... 17
2.4.6. Metode Demostrasi ..................................................................... 18

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 21

3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 21


3.2. Saran ..................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu proses instruksional yang


terstruktur dalam artian prosesnya terkait dengan suatu rangkaian komponen
pembelajaran menuju pencapaian tujuan instruksional yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran,
akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai. Pencapaian tujuan pembelajaran merupakan out put/out
come dari sistem yang berjalan. Dalam sebuah sistem tentu ada input-proses-
output. Pemebalajaran berada pada posisi tengah yaitu pada proses.
Keberlangsunngan proses sangat dipengaruhi oleh input. Sehingga out put
sesuai dengan apa yang diharapkan. Proses akan berjalan lancar apabila
didukung dengan pengetahuan dan komponen-komponen yang memadai.

Banyak pengajar yang dalam melaksanakan belajar mengajarnya tidak


bisa mencapai tujuan/kompetensi yang ditentukan. Penyebabnya adalah
pemebelajaran tidak sesuai dengan karakteristik siswa. Siswa inginnya begini,
pengajar melakukan begitu sehingga tidak ada sinergitas antara pengajar dan
siswa. Dalam pembelajaran kita mengenal istilah metode pemebelajaran.
Metode pembelajaran itulah yang menjadi fokus pembahasan dalam makalah
ini. Karena metode pembelajaran tersebut merupakan komponen yang sangat
mendukung untuk memahami karakteristik siswa demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Metode-metode pembelajaran tersebut merupakan satu kesatuan
yang akan mendukung terhadap pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi dan karakteristik siswa.

Dalam paradigma pembelajaran mutakhir, ternyata tidak jauh dari


pemahaman filosofis yang terkandung dalam firman Allah dalam surah al-
Alaq ayat 4 allazy allama bi al-qalam yakni Allah memberikan ilmu

1
kepada manusia melalui proses belajar mengajar (pembelajaran), harus diakui
bahwa tugas penting seorang guru adalah membelajarkan peserta didiknya
dengan menggunakan alat bantu (media) dan menjalankan metode yang cocok
untuk bahan yang diajarkan. Maka terjadilah interaksi edukatif yang
memberikan suasana yang sangat kondusif bagi peserta didik untuk
mendapatkan karunia ilmu dari yang maha pemilik Ilmu yaitu Allah swt.

Interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik


haruslah mencerminkan adanya hubungan yang sangat manusiawi sehingga
terjalin rasa dan semangat yang sama dalam menuju pencapaian tujuan dari
interaksi tersebut. Oleh karena itu, menerapkan metode yang efektif dan
efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar
akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan. Beragam metode
pembelajaran efektif dapat menjadi pilihan untuk bisa kita persiapkan dalam
sebuah kegiatan pembelajaran.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah dijelaskan, terdapat beberapa rumusan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi metode pembelajaran?
3. Apa saja jenis-jenis metode pembelajaran?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penyusunan makalah ini sebagai
berikut:
1. Untuk memahami pengertian metode pembelajaran.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi metode
pembelajaran.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis metode pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran yang hendak dicapai, semakin tepat metode yang
digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan semakin baik. Metode
berasal dari kata methodos dalam bahasa Yunani yang berarti cara atau jalan.
Sudjana (2005: 76) berpendapat bahwa metode merupakan perencanaan secara
menyeluruh untuk menyajikan materi pembelajaran bahasa secara teratur, tidak
ada satu bagian yang bertentangan, dan semuanya berdasarkan pada suatu
pendekatan tertentu.

Pendekatan bersifat aksiomatis yaitu pendekatan yang sudah jelas


kebenarannya, sedangkan metode bersifat prosedural yaitu pendekatan dengan
menerapkan langkah-langkah. Metode bersifat prosedural maksudnya penerapan
dalam pembelajaran dikerjakan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara
bertahap yang dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian
pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.

Menurut Sangidu (2004: 14) metode adalah cara kerja yang bersistem untuk
memulai pelaksanaan suatu kegiatan penilaian guna mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Salamun (dalam Sudrajat, 2008:7) menyatakan bahwa metode
pembelajaran ialah sebuah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda. Hal itu berarti
pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi pembelajaran
dan hasil pembelajaran yang ingin dicapai. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang
utuh dan bersistem dalam menyajikan materi pelajaran. Metode pembelajaran
dilakukan secara teratur dan bertahap dengan cara yang berbeda-beda untuk
mencapai tujuan tertentu dibawah kondisi yang berbeda.

3
1.2. Alasan Menentukan Metode Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dan kerjasama guru dan siswa dalam mencapai


sasaran dan tujuan pembelajaran melaui cara atau metode, yang pada hakekatnya
ialah jalan mencapai sasaran dan tujuan pembelajaran. Jadi, alasan atau nalar guru
memlilih dan menetapkan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran adalah:
1. Metode ini sesuai dengan pokok bahasan, dalam rangka lebih menjadi
mencapai sasaran dan tujuan pembelajaran.
2. Metode ini menjadi kegiatan siswa dalam belajar dan meningkatkan
motivasi atau semangat belajar.
3. Metode ini memperjelas dasar, kerangka, isi dan tujuan dari pokok
bahasan sehingga pemahaman siswa makin jelas.
4. Metode dipilih guru dengan azas diatas berdasarkan pertimbangan praktis,
rasional dikuatkan oleh kiat dan pengalaman guru mengajar.
5. Metode yang berdaya guna, belum tentu tunggal, jadi suatu metode dapat
digunakan secara kombinasi ( sintesis terpadu ) dan dilengkapi dengan
media tertentu, bahkan multi-media. Dasar pertimbangan ialah sasaran dan
tujuan pembelajaran.

Suatu metode pembelajaran dapat saja dianggap tepat dan baik oleh seorang
pelajar untuk menyampaikan suatu pokok bahasan tertentu dalam usaha mencapai
tujuan pembelajaran, tetapi ada kalanya tidak berhasil dengan baik manakala
digunakan oleh pengajar lain.

Dengan demikian, pengajar harus menguasai metode pembelajaran yang


tepat dan sesui umtuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Karena jika
seorang pengajar salah dalam menggunakan metode akan muncul masalah dalam
pembelajaran (respository.upi.edu).

1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pembelajaran

Dalam memilih metode pembelajaran ada beberapa hal yang perlu


diperhatikan (Suryobroto 1986, diacu dalam Solihatin 2007) adalah:

4
a. Tujuan yang akan dicapai
b. Bahan yang akan diberikan
c. Waktu dan perlengkapan yang tersedia
d. Kemampuan dan banyaknya murid
e. Kemampuan guru mengajar

Sesuai dengan pendapat di atas, metode pembelajaran yang digunakan


harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai, bahan yang digunakan, waktu
dan perlengkapan yang tersedia, kemampuan dan banyaknya murid, dan
kemampuan guru mengajar, sehingga bisa disesuaikan dalam pemilihan metode
pembelajaran yang sesuai dengan keseluruhannya dan tidak menyulitkan siswa
dan gurunya, sehingga bisa tercapai tujuan yang diinginkan.

1.4. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran

1.4.1. Metode Ceramah

Metode pembelajaran yang paling populer di Indonesia bahkan


dinegara-negara lainnya adalah metode ceramah. Metode ceramah adalah
metode memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada
waktu dan tempat tertentu. Metode ceramah ini hanya mengandalkan indera
pendengaran sebagai alat belajar yang paling dominan. Dengan kata lain
metode ini adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi
dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya
mengikuti secara pasif. Metode ini disebut juga dengan metode kuliah atau
metode pidato. Dalam metode ini, yang perlu diperhatikan adalah, hendaknya
ceramah yang diberikan oleh guru mudah dimengerti oleh siswanya, mudah
diterima serta mampu menstimulasi pendengar (peserta didik) untuk
melakukan hal-halyang baik dan benar dari isi ceramah yang diberikan guru
tadi.( Zaini, 2008:89)

Dalam proses pembelajaran disekolah, tujuan metode ceramah adalah


menyampaikan bahan yang bersifat informasi (konsep, pengertian, prinsip-

5
prinsip) yang banyak serta luas. Menurut Abdul Majid (2009:138) secara
spesifik metode ceramah bertujuan untuk:
1. Menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui produk ceramah
yaitu bahan tulisan peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar
melalui bahan tertulis hasil ceramah.
2. Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan yang terdapat
dalam isi pelajaran
3. Merangsang peserta didik untuk belajar mendiri dan menumbuhkan rasa
ingin tahu melalui pemerkayaan belajar
4. Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara
gamblang.

Ada beberapa kelebihan sebagai alasan mengapa ceramah sering digunakan.


(Sanjaya, 2006:148-149)
1. Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan.
Murah dalam arti proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan
yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau
peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan
suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang
rumit.
2. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi
pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya
oleh guru dalam waktu yang singkat.
3. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.
Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu
ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
4. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena
sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan
ceramah.

6
5. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi
lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam,
atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit.

Di samping beberapa kelebihan di atas, ceramah juga memiliki beberapa


kelemahan, di antaranya:
1. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas
pada apa yang dikuasai guru.
2. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan
terjadinya verbalisme.
3. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah
sering dianggap sebagai metode yang membosankan
4. Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa
sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa
diberi kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang
bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham.

Agar metode ceramah berhasil, maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan, baik pada tahap persiapan maupun pada tahap pelaksanaan.
Menurut Sanjaya (2006: 149) langkah-langkah metode eksperimen sebagai
berikut:

1. Tahap persiapan
a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran adalah
proses yang bertujuan, oleh sebab itu merumuskan tujuan yang jelas
merupakan langkah awal yang harus dipersiapkan guru. Apa yang
harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran dengan ceramah
berakhir.
b. Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan. Oleh
karena itu, guru harus mempersiapkan pokok-pokok materi yang
akan disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai. Dalam penentuan pokok-pokok ini juga perlu dipesiapkan

7
ilustrasi-ilustrasi yang relevan untuk memperjelas informasi-
informasi yang akan disampaikan.
c. Mempersipakan alat bantu. Alat bantu sangat diperlukan untuk
menghindari kesalahan persepsi siswa. Alat bantu tersebut misalnya
dengan mempersiapkan transparansi atau media grafis lainnya untuk
meningkatkan kualitas ceramah.

2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini ada tiga langkah yang harus dilakukan :
a. Langkah pembukaan
Langkah pembukaan pada metode ceramah merupakan langkah
yang menentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat
ditentukan oleh langkah ini. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam langkah pembukaan ini.
1) Yakin bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai. Oleh
karena, itu guru perlu mengemukakan terlebih dahulu tujuan yang
harus dicapai oleh siswa.
2) Lakukan langkah apersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi
pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan.
b. Langkah penyajian
Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran
dengan cara bertutur. Agar ceramah kita berkualitas sebagai metode
pembelajaran, maka guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap
terarah pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan. Untuk
menjaga perhatian ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
1) Menjaga kontak mata secara terus-menerus dengan siswa. Kontak
mata adalah suatu isyarat dari guru agar siswa mau memperhatikan.
Selain itu, kontak mata dapat juga berarti sebuah penghargaan dari
guru kepada siswa.
2) Gunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa.

8
3) Sajikan materi pembelajaran secara sistematis, tidak meloncat-
loncat, agar mudah ditangkap oleh siswa.
4) Tanggapilah respons siswa dengan segera. Artinya, sekecil apapun
respons siswa harus kita tanggapi.
5) Jagalah agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar.
c. Langkah mengakhiri atau menutup ceramah
Ceramah harus ditutup agar materi pelajaran yang sudah dipahami
dan dikuasai siswa tidak terbang kembali. Ciptakanlah kegiatan-
kegiatan yang memungkinkan siswa tetap mengingat materi
pembelajaran. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk keperluan tersebut
di antaranya.
1) Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau merangkum
materi pelajaran yang baru saja disampaikan.
2) Merangsang siswa untuk dapat menganggapi atau memberi
semacam ulasan tentang materi pembelajaran yang telah
disampaikan.
3) Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa
menguasai materi pembelajaran yang baru saja disampaikan.

1.4.2. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa


dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau
pertanyaan yang bersifat problematik untuk dibahas dan dipecahkan bersama,
sehingga terjadi interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling
tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah. (Djamarah,
2006: 99)
Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam
kegiatan belajar mengajar. (Sanjaya, 2006:156)
1. Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya
dalam memberikan gagasan dan ide-ide.

9
2. Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam
mengatasi setiap permasalahan.
3. Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan
secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk
menghargai pendapat orang lain.

Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan,


di antaranya:
1. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang
siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
2. Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga
kesimpulan menjadi kabur.
3. Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak
sesuai dengan yang direncanakan.
4. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat
emosional yang tidak terkontrol.

Langkah-langkah melaksanakan diskusi agar penggunaan diskusi


berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut (Sanjaya, 2006:158)

1. Langkah Persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di
antaranya:
a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat
umum maupun tujuan khusus.
b. Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
c. Menetapkan masalah yang akan dibahas.
d. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis
pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala

10
fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan
tim perumus, manakala diperlukan.

2. Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
diskusi adalah:
a. Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi
kelancaran diskusi.
b. Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya
menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi
sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.
c. Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah
ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan
suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak
tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.
d. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi
untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
e. Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang
dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya
arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.

3. Menutup Diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi
hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai
dengan hasil diskusi.
b. Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh
peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

11
1.4.3. Metode Eksperimen

Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat


di-masukkan ke dalam metode pembelajaran. Metode eksperimen adalah cara
penyajian pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami
serta membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam pembelajaran
dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami
sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu
objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai
suatu objek, keadaan atau proses tertentu sehingga dengan demikian siswa
dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran dan mencari
kesimpulan dari proses yang dialaminya (Djamarah dan Zein, 2006; Sanjaya
(2009). Penggunaan metode ini mempunyai tujuan agar siswa mampu
mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan
yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat
terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa
menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.

Lebih lanjut Sanjaya (2009: 150) mengemukakan hal-hal yang perlu


diperhatikan dalam melakukan metode eksperimen, yaitu:
1. Upayakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen.
2. Sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan
penjelasan seperlunya.
3. Masing-masing individu melakukan percobaan yang telah di
rencanakan, bila hasilnya belum memuaskan dapat diulangi lagi untuk
membuktikan kebenarannya.
4. Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil percobaanya
secara tertulis.

Menurut Rusyan (1993) dalam Kurniawati (2012) metode eksperimen


memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode eksperimen sebagai
berikut:

12
1. Melatih disiplin diri peserta didik melalui eksperimen yang
dilakukannya terutama keitannya dengan keterlibatan, ketelitian,
ketekunan dalam melakukan eksperimen.
2. Siswa terlibat aktif mengumpulkan fakta dan informasi yang diperlukan
untuk percobaan.
3. Kesimpulan eksperimen lebih lama tersimpan dalam ingatan peserta
didik melalui eksperimen yang dilakukannya sendiri secara langsung.
4. Peserta didik akan lebih memahami hakikat dari ilmu pengetahuan dan
hakikat kebenaran secara langsung.
5. Mengembangkan sikap terbuka bagi peserta didik.
6. Metode ini melibatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik secara
langsung dalam pengajaran, sehingga mereka terhindar dari verbalisme.
7. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa
terobosan-terobosan baru dengan penemuan.

Kelemahan metode eksperimen sebagai berikut:

1. Metode ini memakan waktu yang banyak, jika diterapkan dalam


pembelajaran di sekolah dapat menyerap waktu yang banyak.
2. Kebanyakan metode ini cocok untuk sains dan teknologi, kurang tepat
jika diterapkan pada pelajaran lain terutama bidang ilmu pengetahuan
sosial.
3. Pada hal-hal tertentu, seperti eksperimen bahan-bahan kimia,
kemungkinan bahaya selalu ada. Keselamatan kerja perlu diperhatikan.
4. Metode ini memerlukan alat dan fasilitas yang lengkap, jika kurang
pada salah satunya eksperimen akan gagal atau tidak setiap anak didik
berkesempatan mengadakan eksperimen.
5. Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam
bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil keputusan.

13
Agar penggunaan metode eksperimen dapat berjalan dengan tepat, perlu
diketahui langkah-langkah untuk mengimplementasikan metode eksperimen
ini. Langkah-langkah metode eksperimen sebagai berikut:
1. Tahap persiapan: tahap ini berupa penetapan tujuan yang sesuai,
penyediaan fasilitas, uji eksperimen sendiri dan menyusun skenario
pembelajaran serta perangkat pembelajaran yang menunjang.
2. Tahap pelaksanaan: guru dan siswa mendiskusikan mengenai prosedur
penelitian, alat dan bahan yang berbahaya, serta membimbing siswa
selama siswa melakukan percobaan. Bimbingan tersebut dilaksanakan
selama proses pembelajaran hingga siswa menarik kesimpulan
3. Tindak lanjut: guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa,
mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab
(Rusyan (1993) dalam Kurniawati, 2012).

1.4.4. Metode Discovery

Metode discovery didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang


terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,
tetapi diharapkan mengorganisasikan sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner,
bahwa Discovery Learning can be defined as the learning that takes place
when the student is not presented with subject matter in the final form, but
rather is required to organize it him self (Levancois, 1986 dalam depdikbud
2014). Ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa
anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.

Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan


hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan (Budiningsih, 2005 dalam Nirwanti 2015). Discovery terjadi bila
individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui
observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses
tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the

14
mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B.
Sund, 2001 dalam Nirwanti 2015).

Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri


(inquiry). Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini, pada
discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip
yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah
bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam
masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya
bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan
keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu
melalui proses penelitian.

Jika ingin mengaplikasikan metode belajar discovery learning,


setidaknya dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama yang harus dilakukan
adalah mempersiapkan aplikasi tersebut dan tahap kedua memperhatikan
prosedur aplikasinya.

1. Tahap Persiapan dalam Aplikasi Metode Discovery Leraning


Dalam rangka mengaplikasikan metode discovery learning di dalam
kelas, seorang guru bidang studi harus melakukan beberapa persiapan terlebih
dahulu. Berikut ini tahap perencanaan menurut Bruner (1969) :
a. Menentukan tujuan pembelajaran.
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat,
gaya belajar, dan sebagainya).
c. Memilih materi pelajaran
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif
(dari contoh-contoh generalisasi).
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagaimya untuk dipelajari siswa.
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks dan
dari yang konkret ke abstrak.

15
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

2. Prosedur Aplikasi Metode Discovery Learning


Menurut Syah (2004), dalam mengaplikasikan metode discovery
learning di dalam kelas, tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan
dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai barikut :
a. Stimulasi (pemberian rangsangan)
Pertama, pelajar dihadapkan pada suatu yang menimbulkan
kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi
agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Fungsi tahap ini
untuk menyediakan kondisi interaktif belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahar
ajar.
b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya adalah guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin masalah-masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran. Kemudian, salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
c. Data Collection (pengumpulan data)
Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberi kesempatan kepada
para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
reevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis. Dengan demikian, anak didik diberi kesempatan
untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca
literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan
uji coba sendiri, dan sebagainya.
d. Data processing (pengolahan data)
Data processing merupakan kegiatan mengolah data dan informasi
yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi,

16
dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Fungai dari tahap ini sebagai
pembentuk konsep dan generalisasi.
e. Verification (pembuktian)
Menurut Bruner, verifikasi bertujuan agar proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
f. Generalization (menarik kesimpulan)
Tahap menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan
yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, tentu saja dengan memperhatikan hasil
verifikasi. (Cahyo,2013 : 248-251)

1.4.5. Metode Pemecahan Masalah

Metode pemecahan masalah adalah satu metode yang mendorong


siswa mengawasi langkah-langkah yang mereka gunakan dalam memecahkan
suatu masalah. Mereka akan menunjukkan dan menjelaskan bagaimana
mereka menyelesaikan masalah itu. Dengan menganalisis langkah-langkah
yang rinci, guru dapat memperoleh informasi yang berharga tentang
kecakapan pemecahan masalah yang dimiliki oleh siswa.

Langkah-langkah yang bisa ditempuh dalam pemecahan masalah adalah


sebagai berikut :
1. Pilihlah satu, dua, atau tiga masalah diantara masalah-masalah yang
telah dipelajari oleh siswa
2. Pecahkan sendiri (guru) masalah tersebut dan tulis semua angkah-
langkah atau prosedur yang dilalui untuk memecahkan masalah itu.
(catat berapa lama waktu yan dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah
itu).
3. Jika mendapati bahwa masalah tersebut memerlukan waktu yang
banyak atau terlalu sulit, maka ganti dengan yang lain.

17
4. Sewaktu mendapatkan satu masalah yang bagus yang dapat dipecahkan
dan didokumentasikan kurang dari tiga puluh menit, berikan masalah
tersebut kepada siswa. (Asumsikan bahwa siswa akan menyelesaikan
masalah tersebut selama satu jam).
5. Buatlah petunjuk atau perintah kerja dengan sangat jelas.
6. Berikan dan jelaskan evaluasi masalah-masalah kepada siswa.
7. Jelaskan kepada mereka bahwa ini bukan tes, ulangan, atau kuis.
8. Berikan waktu yang layak kepada siswa untuk mengerjakan tugas ini.
9. Setelah siswa mengerjakan tugas, guru mengumpulkannya dan siap
untuk melakukan koreksi atau evaluasi dengan kriteria yang sudah
dibuat.
10. Setelah dikoreksi, guru mengembalikannya kepada siswa. (Cahyo,
2013: 264-265)

1.4.6. Metode Demonstrasi

Menurut Roestiyah NK (Roestiyah NK 2001:81) mendefinisikan


metode demostrasi adalah cara mengajar instruktur atau guru menunjukkan
atau memperlihatkan suatu proses. Peran penggunaan metode demonstrasi
mampu mengkomunikasikan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemberi
kepada penerima. Oleh karena itu dalam merancang proses belajar hendaknya
dipilih metode yang benar-benar efektif dan efisien atau merancang metode
sendiri sehingga dapat menyampaikan pesan pembelajaran, yang akhirnya
terbentuk kompetensi tertentu dari siswa. Metode demonstrasi mempunyai
kemampuan atau potensi mengatasi kekurangan-kekurangan guru, metode
demonstrasi mampu menyampaikan meteri secara jelas dan mudah di pahami
siswa. Dengan demikian penggunan metode demonstrasi dapat menyalurkan
pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan. Dari hal
tersebut maka proses belajar akan efektif dan prestasi belajar siswa akan
meningkat.

18
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa
kelebihan, di antaranya: (Sanjaya, 2006:152)
1. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari,
sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang
dijelaskan.
2. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya
mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan
demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.

Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki


beberapa kelemahan, di antarannya:
1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab
tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat
menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang
memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan
yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang
khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional.

Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi (Sanjaya,


2006:153-154)

1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
a. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses
demonstrasi berakhir.
b. Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilakukan.
c. Lakukan uji coba demonstrasi.

19
2. Tahap Pelaksanaan
a. Langkah pembukaan.
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, di antaranya:
1) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat
memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
2) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
3) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa,
misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang
dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
b. Langkah pelaksanaan demonstrasi.
1) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang
merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui
pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga
mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.
2) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari
suasana yang menegangkan.
3) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi
dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.
4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif
memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari
proses demonstrasi itu.
c. Langkah mengakhiri demonstrasi.
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran
perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada
kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian
tujuan pembelajaran.

20
21
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:


1. Metode pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan
bersistem dalam menyajikan materi pelajaran. Metode pembelajaran
dilakukan secara teratur dan bertahap dengan cara yang berbeda-beda
untuk mencapai tujuan tertentu dibawah kondisi yang berbeda.
2. Dalam memilih metode pembelajaran ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Tujuan yang akan dicapai
b. Bahan yang akan diberikan
c. Waktu dan perlengkapan yang tersedia
d. Kemampuan dan banyaknya murid
e. Kemampuan guru mengajar
3. Ada beberapa jenis metode pembelajaran, diantaranya
a. Metode Ceramah, yaitu metode memberikan uraian atau penjelasan
kepada sejumlah murid pada waktu dan tempat tertentu.
b. Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa
dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau
pertanyaan yang bersifat problematik untuk dibahas dan dipecahkan
bersama, sehingga terjadi interaksi antara dua atau lebih individu yang
terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan
masalah.
c. Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami serta membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajari.
d. Metode belajar discovery learning, setidaknya dilakukan dengan dua
tahap. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan

22
aplikasi tersebut dan tahap kedua memperhatikan prosedur
aplikasinya.
e. Metode pemecahan masalah adalah satu metode yang mendorong
siswa mengawasi langkah-langkah yang mereka gunakan dalam
memecahkan suatu masalah.
f. Metode demostrasi adalah cara mengajar instruktur atau guru
menunjukkan atau memperlihatkan suatu proses. Peran penggunaan
metode demonstrasi mampu mengkomunikasikan sesuatu yang ingin
disampaikan oleh pemberi kepada penerima.

3.2. Saran

Sebagai seorang pengajar, hendaknya sebelum mulai mengajar terlebih


dahulu menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan. Metode
pembelajaran harus disesuaikan dengan faktor-faktor di dalam kelas. kesalahan
pemilihan metode dapat menagkibatkan kegagalan dalam proseb belajar mengajar
di dalam kelas.

23
DAFTAR PUSTAKA

Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktuan


dan Terpopuler. Jogjakarta: Diva Press

Djamarah, Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan


dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 103 tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah

Kurniawati, Yuni dan Adi Winanto. 2012. Efektivitas Penggunaan Metode


Eksperimen dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V
Sekolah Dasar Negeri Salatiga 09. Bandung: UPI. Diakses dari
http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2170/3/T1_292008048_B
AB%20II.pdf pada tanggal 12 Mei 2017

Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda


karya

Nurwanti. 2015. Penerapan Model Discovery Pada Pembelajaran IPA Kelas V Di


SDN Karangbener Kec.Bae Kab.Kudus (Tesis). Surakarta: Universitas
Sebelas Maret. Diakses dari http://digilib.uns.ac.id pada tanggal 12 Mei
2017

Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Prenada

Zaini, Hisyam, Bermawy Muthe dan Sekar Ayu. 2008. Strategi Pembelajaran
Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

24

Anda mungkin juga menyukai