Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KEGIATAN

F.1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

KEHAMILAN RESIKO TINGGI

Disusun Oleh:
dr. Icha Dithyana

Puskesmas Kota Salatiga


Periode November 2016 - Maret 2017
Internsip Dokter Indonesia Kota Salatiga
Periode November 2016-November 2017
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)
Laporan F.1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Topik:
Kehamilan Resiko Tinggi

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip


sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter
Indonesia
di Puskesmas Kota Salatiga

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal Januari 2017

Mengetahui,
Dokter Internship, Dokter Pendamping

dr. Icha Dithyana dr. Galuh Ajeng Hendrasti


NIP. 19821014 201001 2 017

1
A. LATAR BELAKANG
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan di seluruh dunia
lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Di
Indonesia menurut Survai Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007, angka kematian ibu masih cukup tinggi, yaitu 228 per 100.000
kelahiran hidup. Prioritas penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan
(28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), abortus (5%) dan partus lama
(5%). Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu,
anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi
penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi. Penyebab tersebut
sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care)
yang memadai. Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya penapisan
awal dari faktor resiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) antenatal care selama kehamilan untuk mendeteksi dini terjadinya
resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan
angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. 1,4
Kehamilan risiko adalah kehamilan patologi yang dapat
mempengaruhi keadaan ibu dan janin. Kehamilan risiko tinggi adalah suatu
kehamilan dimana jiwa dan kesehatan ibu serta janin atau bayi yang
dilahirkan terancam. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap
kehamilan dengan adanya faktor resiko tertentu akan menyebabkan wanita
tersebut dan bayinya menghadapi morbiditas dan mortalitas yang tinggi
selama kehamilan,saat persalinan dan setelah melahirkan (nifas). 8,10
Di Indonesia (2010) kelompok kehamilan risiko tinggi sekitar 34%.
Kategori dengan risiko tinggi mencapai 22,4%, dengan rincian umur ibu
<20 tahun sebesar 4,1%, umur ibu > 34 tahun sebesar 3,8%, jarak kelahiran
< 24 bulan sebesar 5,2%, dan jumlah anak yang terlalu banyak (>3
1,2,3
orang) sebesar 9,4%.
Ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan tentang kehamilan risiko
tinggi baik melalui kader, media massa (televisi, koran, dll), sehingga dapat
mengenal risiko kehamilan dan mengunjugi bidan atau dokter sedini

2
mungkin untuk mendapatkan asuhan antenatal. Dengan adanya pengetahuan
ibu tentang tujuan atau manfaat pemeriksaan kehamilan dapat
memotivasinya untuk memeriksakan kehamilan secara rutin. 1,4

B. PERMASALAHAN
Penyebab dari kejadian kehamilan risiko tinggi pada ibu hamil adalah
karena kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi,
rendahnya status sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah. Pengenalan
adanya resiko tinggi ibu hamil dilakukan melalui skrining atau deteksi dini
adanya faktor resiko secara proaktif pada semua ibu hamil, sedini mungkin
pada awal kehamilan oleh petugas kesehatan atau nonkesehatan yang terlatih
di masyarakat, misalnya ibu-ibu PKK, Kader Karang Taruna, atau ibu hamil
sendiri.
Kasus kehamilan risiko tinggi banyak ditemukan di masyarakat,
namun karena keterbatasaanya tenaga kesehatan menyebabkan belum bisa
menemukannya satu persatu. Oleh karena itu peran serta kader sangat
dibutuhkan dalam mendeteksi ibu hamil risiko. Salah satu tindakan yaitu
melalui promosi kesehatan dan pemberian konseling tentang tanda bahaya
kehamilan kepada para kader.
Pendekatan risiko pada ibu hamil merupakan strategi operasional
dalam upaya pencegahan terhadap kemungkinan kesakitan atau kematian
melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi dengan memberikan pelayanan
yang lebih intensif kepada risiko ibu hamil dengan cepat serta tepat, agar
keadaan gawat ibu maupun gawat janin dapat dicegah. Untuk itu diperlukan
skrining sebagai komponen penting dalam perawatan kehamilan untuk
mengetahui ada tidaknya faktor risiko pada ibu hamil tersebut.

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


1. Kegiatan
Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaan
(empowerment). Pemberdayaan ini dilakukan dengan memberikan
kemampuan kepada kader (sasaran) melalui penyuluhan. Pesan-pesan

3
pokok materi penyuluhan kehamilan resiko tinggi antara lain : definisi dari
kehamilan resiko tinggi, yang termasuk ibu hamil beresiko tinggi, bahaya
yang dapat ditimbulkan akibat kehamilan resiko tinggi, pencegahan, serta
penanganannya.
2. Menentukan Sasaran
Sasaran yang dipilih pada kegiatan penyuluhan kehamilan resiko
tinggi ini adalah sasaran sekunder, yaitu para kader KSI (Kelompok
Sayang Ibu) yang nantinya akan berhubungan langsung dengan ibu hamil
di wilayahnya masing-masing. Diharapkan kader KSI dapat menggerakan
masyarakat lebih aktif terlibat serta dapat memberikan laporan secara rutin
ke Puskesmas.
3. Menentukan Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kehamilan
resiko tinggi dan pencegahannya.
b. Tujuan Khusus
1) Memberi tambahan informasi kepada masyarakat tentang
definisi kehamilan resiko tinggi.
2) Memberi informasi kepada masyarakat tentang ibu hamil yang
termasuk beresiko tinggi
3) Memberi informasi kepada masyarakat tentang bahaya yang
dapat ditimbulkan akibat kehamilan resiko tinggi
4. Menetapkan Metode Dan Saluran Komunikasi KIE
Metode komunikasi yang digunakan berupa penyuluhan pada
kelompok kader Kelurahan Noborejo. Media atau saluran komunikasi
yang digunakan adalah slide power point melalui LCD serta dibagikan
leaflet.
5. Penanggung Jawab
Penanggung jawab dari kegiatan ini terdiri dari petugas Puskesmas
Cebongan dan dokter internsip.

D. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Kegiatan : Penyuluhan tentang kehamilan risiko tinggi

4
2. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan anggota kader kelurahan Noborejo
tentang kehamilan risiko tinggi
3. Peserta : Anggota kader KSI kelurahan Noborejo berjumlah 31 orang
4. Waktu : 3 Desember 2016, pukul 10.00-11.30 WIB
5. Metode : Pemberian materi melalui slide presentasi dengan Ms. Power
Point yang berisi materi penyuluhan kehamilan resiko tinggi antara lain :
definisi dari kehamilan resiko tinggi, yang termasuk ibu hamil beresiko
tinggi, tanda dan gejala kehamilan resiko tinggi, pencegahan, serta
penanganannya. Dilanjutkan dengan sesi tanya jawab
6. Penanggung Jawab: Petugas Puskesmas Cebongan dan dokter internsip.

E. MONITORING DAN EVALUASI


Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan bersamaan dengan agenda
pertemuan rutin bulanan KSI Noborejo. Salah satu acara dalam pertemuan
tersebut adalah penyuluhan yang disampaikan oleh tenaga kesehatan. Dalam
kesempatan kali ini kami menyampaikan tentang Kehamilan Risiko Tinggi
kepada para kader Kelurahan Noborejo. Tujuan penyuluhan ini adalah untuk
memberikan tambahan informasi kepada anggota kader tentang kehamilan
risiko tinggi.
Saat pemberian penyuluhan, peserta menyimak dengan tenang dan
terlihat antusias. Selama sesi diskusi, banyak dari peserta yang bertanya.
Adapun beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta:
1. Kapan waktu yang tepat untuk memeriksakan kehamilan?
2. Bagaimana penanganan ibu hamil yang mengalami muntah-muntah?
3. Kapan periksa ke dokter spesialis kandungan?
4. Bagaimana tanda-tanda awal persalinan?
5. Berapa tahun jarak kehamilan yang aman ketika ibu hamil memiliki
riwayat operasi pada kehamilan sebelumnya?
6. Apakah persalinan harus operasi ketika persalinan sebelumnya
melalui operasi?

5
7. Apakah bisa ibu hamil yang sebelumnya tidak memiliki tekanan
darah tinggi pada saat kehamilan tekanan darah menjadi naik?
8. Apakah bengkak pada kaki ibu hamil termasuk hal yang wajar?
9. Apakah ibu hamil yang memiliki riwayat keguguran berisiko
mengalami keguguran kembali?
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengecekan pemahaman
peserta penyuluhan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar
materi yang telah disampaikan. Pertanyaan dijawab dengan benar oleh peserta
penyuluhan merupakan bukti keberhasilan bahwa penyuluhan yang dilakukan
mampu diterima dan dipahami oleh peserta. Dengan adanya pemahaman
tersebut diharapkan para kader mampu untuk memberikan informasi kepada
semua ibu hamil di wilayahnya.
Proses penyuluhan berjalan lancar, sesuai dengan tujuan penyuluhan.
Para peserta berusaha untuk memahami materi, memanfaatkan sesi diskusi
dengan baik dan banyak dari peserta yang bertanya. Penyuluhan dimulai
pukul 10.00 dan diakhiri pukul 11.30 dengan doa bersama.
Target pemberian pengetahuan kepada masyarakat sudah tercapai dan
semoga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
untuk menghadapi kehamilan risiko tinggi harus diambil sikap proaktif,
berencana dengan upaya promotif dan preventif sampai dengan waktunya
harus diambil sikap tegas dan cepat untuk dapat menyelamatkan ibu dan
bayinya

F. TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Kehamilan risiko tinggi adalah suatu proses kehamilan yang
kehamilannya mempunyai risiko lebih tinggi dan lebih besar dari normal
umumnya kehamilan (baik itu bagi sang ibu maupun sang bayinya)
dengan adanya risiko terjadinya penyakit atau kematian sebelum atau pun
sesudah proses persalinanya kelak. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan
yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik

6
terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa
kehamilan, persalinan, ataupun nifas bila dibandingkan dengan
kehamilan persalinan dan nifas normal. 7,8
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan atau janinnya mempunyai
outcome yang buruk apabila di lakukan tata laksana secara umum seperti
yang dilakukan pada kasus normal. Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan
yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan
6,10
yang di hadapi.
Untuk menentukan suatu kehamilan resiko inggi, dilakukan penilaian
terhadap wanita hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan atau
ciri-ciri yang menyebabkan dia atau janinya lebih rentan terhadap penyakit
atau kematian (keadaan atau ciri tersebut disebut faktor resiko). 5,7
2. Etiologi dan Klasifikasi
Berbagai faktor yang menyebabkan perempuan yang tergolong sebagai
calon ibu berisiko tinggi atau menghadapi bahaya yang lebih besar pada
waktu kehamilan maupun persalinan. Kondisi ini yang bisa menyebabkan
janin tidak dapat tumbuh dengan sehat bahkan dapat menimbulkan kematian
pada ibu dan janin. Adapun kehamilan yang memiliki risiko atau bahaya
yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan bila dibandingkan
dengan Ibu hamil yang normal yang disebut dengan kehamilan resiko tinggi.
Untuk menentukan suatu kehamilan risiko tinggi, dapat dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Kelompok 1 ( ada potensi risiko/potensi gawat)
Dilakukan dengan anamnesis yang hasilnya dapat berupa
normal atau rujukan dini berencana. Kategori yang termasuk dalam
kelompok satu adalah:
1) Terlalu muda (< 20 tahun)
2) Terlalu tua (> 35 tahun)
3) Anak terkecil < 2 tahun atau >10 tahun
4) Gravida > 4
5) Terlalu pendek (< 145 cm)

7
6) Ibu yang kurus (berat badan kurang dari 33 kg/ lingkar dengan
lengan atas kurang dari 23,5 cm) ataupun terlalu gemuk (obesitas)
7) Pernah terjadi keguguran sebelumnya
8) Ada kesulitan pada kehamilan/ persalinan yang lalu
9) Pernah melahirkan dengan tarikan (vakum), diberi infus/ transfusi
& ari ari dirogoh
10) Pernah melahirkan operasi

b. Kelompok 2 ( ada risiko/ada gawat/ada tanda bahaya)


Dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang. Beberapa katagori yang termasuk ke dalam
kelompok dua adalah:
1) Penyakit pada ibu hamil
2) Bengkak muka dan tungkai, hipertensi
3) Kelainan letak
4) Kehamilan ganda
5) Hidramnion

c. Kelompok 3 (ada gawat darurat)


Merupakan kegawatdaruratan dan perlu segara dirujuk. Yang
termasuk ke dalam kelompok 3 adalah perdarahan dan kejang.6,7,10

Faktor Ibu :
a. Kehamilan pada usia di atas 35 tahun atau di bawah 20 tahun.
Usia ibu merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan
kualitas kehamilan. Usia yang paling aman atau bisa dikatakan waktu
reproduksi sehat adalah antara umur 20 tahun sampai umur 35 tahun.
Penyulit pada kehamilan remaja salah satunya pre eklamsi lebih tinggi
dibandingkan waktu reproduksi sehat. Keadaan ini disebabkab belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan
kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin

8
b. Kehamilan dengan jarak antara di atas 10 tahun atau kurang dari 2 tahun.
Pada kehamilan dengan jarak < 2 tahun keadaan endometrium
mengalami perubahan, perubahan ini berkaitan dengan persalinan
sebelumnya yaitu timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat
implantasi plasenta. Adanya kemunduran fungsi dan berkurangnya
vaskularisasi pada daerah endometrium pada bagian korpus uteri
mengakibatkan daerah tersebut kurang subur sehingga kehamilan
dengan jarak < 2 tahun dapat menimbulkan kelainan yang berhubungan
dengan letak dan keadaan plasenta.
c. Tinggi badan ibu kurang dari 145 cm dan ibu belum pernah melahirkan
bayi cukup bulan dan berat normal.
Wanita hamil yang mempunyai tinggi badan kurang dari 145 cm,
memiliki resiko tinggi mengalami persalinan secara premature, karena
lebih mungkin memiliki panggul yang sempit.
d. Kehamilan dengan penyakit (hipertensi, Diabetes, Tiroid, Jantung, Paru,
Ginjal, dan penyakit sistemik lainnya)
Kondisi sebelum hamil seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit
ginjal atau lupus, akan meningkatkan risiko terkena preeklamsia.
Kehamilan dengan hipertensi esensial atau hipertensi yag telah ada
sebelum kehamilan dapat berlangsung sampai aterm tanpa gejala mejadi
pre eklamsi tidak murni. Penyakit gula atau diabetes mellitus dapat
menimbulkan pre eklamsi dan eklamsi begitu pula penyakit ginjal karena
dapat meingkatkan tekanan darah sehingga dapat menyebabkan pre
eklamsi.
e. Kehamilan dengan anemia ( Hb kurang dari 10,5 gr %)
Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing,
sesak nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua
keluhan tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang
menderita anemia pada masa kehamilan. Penyakit terjadi akibat rendahnya
kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung.Faktor yang
mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat besi,

9
infeksi, kekurangan asam folat dan kelainan haemoglobin. Anemia dalam
kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai hemoglobin di bawah 11
gr% pada trimester satu dan tiga, atau kadar nilai hemoglobin kurang dari 10,5
gr% pada trimester dua. Perbedaan nilai batas diatas dihubungkan dengan
kejadian hemodilusi.
f. Kehamilan dengan riwayat bedah sesar sebelumnya. 5,7,10

Faktor Janin :
a. Kelainan letak janin (sungsang, lintang, oblique/diagonal, presentasi
muka)
b. Janin besar (tapsiran lebih dari 4000 gram)
c. Janin ganda (kembar)
d. Janin dengan pertumbuhan janin terhambat
e. Janin kurang bulan (prematur)
f. Janin dengan cacat bawaan/kelainan kongenital
g. Janin meninggal dalam rahim. 5,7,10

3. Komplikasi
Bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh kehamilan risiko tinggi bisa
terjadi pada janin maupun pada ibu. Antara lain :
a. Bayi
1) Bayi lahir belum cukup bulan.
2) Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)
3) Janin mati dalam kandungan.
b. Ibu
1) Keguguran (abortus).
2) Persalinan tidak lancar / macet.
3) Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
4) Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
5) Keracunan kehamilan/kejang-kejang.

10
Pengobatan atau perawatan yang dilakukan pada ibu hamil dengan
resiko tinggi dilakukan dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan
penyakit dan efek yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita oleh ibu
hamil tersebut selama kehamilannya. Jika perlu dilakukan pemeriksaan
tambahan agar dapat lebih membantu dalam menunjang pengobatan atau
perawatan yang sebaiknya dilakukan selama kehamilan.5,10
4. Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi
Sebagian besar kematian ibu hamil dapat dicegah apabila mendapat
penanganan yang adekuat difasilitas kesehatan. Kehamilan dengan risiko
tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga
dapat dilakukan tindakan pencegahan, antara lain:
a. Sering memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur, minimal
4x kunjungan selama masa kehamilan yaitu:
1) Satu kali kunjungan pada triwulan pertama (tiga bulan pertama).
2) Satu kali kunjungan pada triwulan kedua (antara bulan keempat
sampai bulan keenam).
3) Dua kali kunjungan pada triwulan ketiga (bulan ketujuh sampai bulan
kesembilan).
b. Imunisasi TT yaitu imunisasi anti tetanus 2 (dua) kali selama
kehamilan dengan jarak satu bulan, untuk mencegah penyakit tetanus
pada bayi baru lahir.
c. Bila ditemukan risiko tinggi, pemeriksaan kehamilan harus lebih
sering dan intensif
d. Makan makanan yang bergizi Asupan gizi seimbang pada ibu hamil
dapat meningkatkan kesehatan ibu dan menghindarinya dari penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi.
e. Menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil:
1) Berdekatan dengan penderita penyakit menular.
2) Asap rokok dan jangan merokok.
3) Makanan dan minuman beralkohol.
4) Pekerjaan berat.

11
5) Penggunaan obat-obatan tanpa petunjuk dokter/bidan.
6) Pemijatan/urut perut selama hamil.
f. Mengenal tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi dan
mewaspadai penyakit apa saja pada ibu hamil.
g. Segera periksa bila ditemukan tanda-tanda kehamilan dengan risiko
tinggi. Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di Polindes/bidan.
desa, Puskesmas/Puskesmas pembantu, rumah bersalin, rumah sakit
pemerintah atau swasta. 7,8,9
5. Penanganan Kehamilan Risiko Tinggi
Penanganan terhadap pasien dengan kehamilan risiko tinggi berbeda-
beda tergantung dari penyakit apa yang sudah di derita sebelumnya dan efek
samping penyakit yang dijumpai nanti pada saat kehamilan.tes penunjang
sangat diharapkan dapat membantu perbaikan dari pengobatan atau dari
pemeriksaan tambahan.
Kehamilan dengan risiko tinggi harus ditangani oleh ahli kebidanan
yang harus melakukan pengawasan yang intensif, misalnya dengan mengatur
frekuensi pemeriksaan prenatal. Konsultasi diperlukan dengan ahli
kedokteran lainnya terutama ahli penyakit dalam dan ahli kesehatan anak.
Pengelolaan kasus merupakan hasil kerja tim antara berbagai ahli. Keputusan
untuk melakukan pengakhiran kehamilan perlu dipertimbngkan oleh tim
tersebut dan juga dipilih apakah perlu di lakukan induksi persalinan atau
tidak.
Setiap kontak pada saat melakukan skrining dibicarakan dengan ibu
hamil, suami, keluarga tentang tempat dan penolong untuk persalinan aman.
Pengambilan keputusan dapat dilakukan dalam keluarga untuk persiapan
mental dan perencanaan untuk biaya, transportasi telah mulai dolakukan jauh
sebelum persalinan menuju kepatuhan untuk rujukan dini berencana dan
rujukan tepat waktu.
Mengingat sebagian besar kematian ibu sesungguhnya dapat dicegah,
maka diupayakan untuk mencegah 4 terlambat yang meyebabkan kematian
ibu, yaitu :

12
1. Mencegah terlambat mengenali tanda bahaya resiko tinggi
2. Mencegah terlambat mengambil keputusan dalam keluarga
3. Mencegah terlambat memperoleh transportasi dalam rujukan
4. Mencegah terlambat memperoleh penanganan gawat darurat secara
memadai 4,6,7,9

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI (2010). Ibu selamat, bayi sehat, suami siaga.


http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/790-ibu-selamat-
bayi-sehat-suami-siaga.html
2. Departemen Kesehatan RI. 2004. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Resiko
Tinggi.Jakarta.
3. Departemen Kesehatan RI. 2010. Buku Acuan Persalinan Normal.
DepKesRI. Jakarta.
4. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2012). BKKBN,
peduli selamatkan ibu di Indonesia.
http://www.bkkbn.go.id/Lists/Siaran%20Pers/DispForm.aspx?ID=2
5. Cunningham, Mac Donald, Gant, Levono, Gilstrap, Hanskin, Clark, 2005,
Williams Obstetrics 20th Prentice-Hall International,Inc.

6. Manuaba, Ida Bagus Gede. 2007. Pengantar Kuliah Obstetric. Jakarta.


EGC.
7. Prawirohardjo S (2010). Ilmu Kebidanan. Edisi keempat. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Prawiroharjo
8. Prawirohardjo S (2010). Ilmu Kandungan. Edisi keempat. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Prawiroharjo
9. Saifuddin, A. 2006. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
10. Sastrawinata, S., 2009. Obstetri Patologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

14
DOKUMENTASI

15

Anda mungkin juga menyukai