Anda di halaman 1dari 32

LTM Biologi Sel

Organel Sel

Bagas Zaki Muhammad/1506728163

A. Mitokondria
1. Struktur Mitokondria

Mitokondria dijumpai baik pada sel hewan maupun pada sel tumbuhan. Ukuran
mitokondria kira-kira sama dengan ukuran rata-rata bakteri basil. Mitokondria hati secara
umum agak memanjang dengan diameter kira-kira 0,5-1,0 m dan panjang kira-kira 3 m.
Umumnya panjang mitokondria dapat mencapai 7 m (Sheeler & Bianchi, 1983; Thorpe,
1984).

Di dalam sel mitokondria terletak secara acak seperti pada hati atau tersusun teratur dengan
pola-pola tertentu seperti pada sel sperma. Contoh yang paling umum adalah susunan yang
teratur dari mitokondria diantara serabut-serabut di dalam otot lurik. Mitokondria umumnya
ditemukan pada tempat-tempat di dalam sel yang membutuhkan energi dalam jumlah yang
besar, misalnya pada otot lurik dan flagel sperma. Untuk melaksanakan fungsinya, sangat
tergantung pada persediaan ATP yang dihasilkan oleh mitokondria.

Jumlah mitokondria per sel sangat bervariasi diantara berbagai tipe sel, mulai dari nol
sampai ratusan ribu. Algae tak berwarna, Leucothrix dan Vitreoscilla, tidak memiliki
mitokondria. Spermatozoa tertentu dan flagella seperti Chromulina hanya mengandung satu
mitokondria per sel. Hati
memiliki mitokondria rata-rata
800 per sel dan beberapa telur
landak laut dan amoeba raksasa
Chaos chaos mengandung
500.000 mitokondria per sel.
Dalam beberapa hal, terdapat
hubungan antara jumlah
mitokondria per sel dan
keperluan metabolisme sel.
Mitokondria dibatasi oleh membran ganda, yaitu membran dalam dan membran luar.
Setiap membran memiliki ciri khas sebagai unit membran. Membran dalam tidak berhubungan
dengan membran luar. Membran dalam membagi organel menjadi dua bagian yaitu matriks
dan ruang antar membran.

Matriks berisi cairan menyerupai gel, sedangkan ruang antar membran berisi cairan yang
encer. Membran dalam memiliki permukaan yang lebih luas dibandingkan dengan membran
luar, karena membran dalam terlipat-lipat dan masuk
Gambar 1. Struktur Mitokondria
ke dalam matriks membentuk tonjolan-tonjolan
yang dinamakan krista. Dengan demikian, secara struktural terdapat perbedaan antara
membran dalam dengan membran luar. Selain itu, membran dalam berbeda dengan membran
luar dari segi permiabilitasnya. Membran luar permiabel terhadap berbagai substansi yang
mempunyai berat molekul berkisar 5.000 dalton. Sebaliknya permiabilitas membran dalam
terbatas, khususnya terhadap substansi-substansi dengan berat molekul berkisar 100-150
dalton (Sheeler & Bianchi, 1983).

Struktur morfologi mitokondria yang paling bervariasi adalah krista. Dalam satu tipe sel,
mereka pada umumnya uniform dan khas pada sel. Akan tetapi, susunan dari bentuk-bentuk
yang berbeda terdapat dalam tipe-tipe sel yang berbeda.

Umumnya mitokondria memiliki krista yang berbentuk lamella atau tubuler. Pada bentuk
lamella, krista relatif sejajar dan teratur, sedang pada krista yang berbentuk tubular
memperlihatkan tubulus-tubulus yang terorientasi pada matriks. Pada beberapa mitokondria,
susunan tubulusnya teratur, misalnya pada Amoeba Chaos chaos.

Menurut Sheeler & Bianchi (1983), struktur mitokondria dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu (i) krista susunannya menyerupai lembaran misalnya krista pada mitokondria sel
hati, (ii) krista dengan susunan yang sangat rapat menyerupai tumpukan uang logam misalnya
pada mitokondria sel ginjal, dan (ii i) krista dengan susunan seperti jala yang dibentuk oleh
saluran-saluran yang saling beranastomosis.
2. Fungsi Mitokondria

Mitokondria merupakan tempat terjadinya respirasi seluler. Peran utama mitokondria


adalah sebagai pabrik energi sel yang mengubah energi potensial dalam bentuk makanan
menjadi molekul berenergi tinggi yang disebut ATP. ATP Merupakan ikatan tiga molekul
fosfat dengan senyawa adenosin. Ikatan kimianya labil, mudah melepaskan gugus fosfatnya
meskipun digolongkan sebagai molekul berenergi tinggi.
a. Glikolisis
Glikolisis adalah serangkaian reaksi biokimia dimana glukosa (beratom C6) dioksidasi
menjadi dua molekul asam piruvat (beratom C3). Peristiwa ini berlangsung di sitosol. Secara
garis besar, glikolisis terdiri dari 2 fase, yaitu:

a. Fase preparasi (Preparatory phase) yaitu fosforilasi glukosa dan konversinya


menjadi gliseraldehid 3-fosfat.
b. Fase pembayaran (Pay-off phase) yaitu konversi oksidatif gliseraldehid 3-fosfat
menjadi piruvat disertai pembentukan ATP dan NADH.

Untuk setiap molekul glukosa yang masuk jalur glikolisis menghasilkan 4 molekul ATP.
Namun 2 molekul ATP digunakan pada langkah 1 dan 3. Maka jumlah energi bersih yang
dapat dipergunakan dari glikolisis hanya 2 molekul ATP. Dalam setiap penambahan 1 molekul
glukosa pada glikolisis menghasilkan 2 molekul NADH dan 2 molekul piruvat.
Gambar 2. Skema Proses Glikolisis

1. Heksokinase
Tahap pertama pada proses glikolisis adalah pengubahan glukosa menjadi glukosa 6-
fosfat dengan reaksi fosforilasi. Enzim heksokinase merupakan katalis dalam reaksi
tersebut dibantu oleh ion Mg++sebagai kofaktor

2. Fosfoheksoisomerase
Reaksi berikutnya ialah isomerasi, yaitu pengubahan glukosa-6-fosfat menjadi
fruktosa-6-fosfat, dengan enzim fosfoglukoisomerase. Enzim ini tidak memerlukan
kofaktor dan telah diperoleh dari ragi dengan cara kristalisasi.

3. Fosfofruktokinase
Frukrosa-6-fosfat diubah menjagi fruktosa-1,6-difosfat oleh enzim fosfofruktokinase
dibantu oleh ion Mg++ sebagai kofaktor. Dalam reaksi ini gugus fosfat dipindahkan
dariATP kepada fruktosa-6-fosfat dari ATP sendiri akan berubah menjadi ADP.
4. Aldose
Reaksi tahap keempat dalam rangkaian reaksi glikolisis adalah penguraian molekul
fruktosa-1,6-difosfat membentuk dua molekul triosa fosfat, yaitu dihidroksi aseton fosfat
dan D-gliseraldehida-3-fosfat. Dalam tahap ini enzim aldolase yang menjadi katalis telah
dimurnukan dan ditemukan oleh Warburg.

5. Triosafosfat Isomerase
Dalam reaksi penguraian oleh enzim aldolase terbentuk dua macam senyawa, yaitu D-
gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroksi-aseton fosfat. Zat yang mengalami reaksi lebih
lanjut dalam proses glikolisis adalah D-gliseraldehida-3-fosfat. Enzim triofosfat isomerase
berfungsi mengubah dihidrokasetonfosfat menjadi D-gliseraldehida-3-fosfat agar tidak ada
penumpukan dihidroksiasetonfosfat

6. Gliseraldehida-3-fosfat Dihidrogenase
Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi gliseraldehida-3-fosfat menjadi 1,3
difosfogliserat. Dalam reaksi ini digunakan koenzim NAD+. Sedangkan gugus fosfat
diperoleh dari asam fosfat. Reaksi oksidasi ini mengubah aldehida menjadi asam
karboksilat.

7. Fosfogliseril Kinase
Reaksi yang menggunakan enzim ini ialah reaksi pengubahan asam 1,3-
difosfogliserat menjadi asam 3-fosfogliserat. Dalam reaksi ini terbentuk datu molekul
ATP dari ADP dan ion Mg2+diperlukan sebagai kofaktor. Oleh karena ATP adalah
senyawa fosfat berenergi tinggi, maka reaksi ini mempunyai fungsi untuk menyimpan
energy yang dihasilkan oleh proses glikolisis dalam bentuk ATP.

8. Fosfogliseril Mutase
Fosfogliseril mutase bekerja sebagai katalis pada reaksipengubahan asam 3-
fosfogliserat menjadi asam 2-fosfogliserat.Enzim ini berfungsi memindahkan gugus fosfat
dari suatu atom C kepada atom C lain dalam suatu molekul

9. Enolase
Reaksi berikutnya ialah pembentukan asam fosfofenol piruvat dari asaam 2-
fosfogliserar dengan katalis enzim enolase dan ion Mg2+ sebagai kofaktor. Reaksi
pembentukkan asam fosfofenol piruvat ini ialah pembentukan asam fosfofenol piruvat dari
asaam 2-fosfogliserar dengan katalis enzim enolase dan ion Mg2+ sebagai kofaktor. Reaksi
pembentukkan asam fosfofenol piruvat ini ialah reaksi dehidrasi. Adanya ion F- dapat
menghambat kerja enzim enolase, sebab ion F- dengan ion Mg2+dan fosfat dapat
membentuk kompleks magnesium fluoro fosfat.

10. Piruvat Kinase


Enzim ini merupakan katalis pada reaksi pemindahan gugus fosfat dari asam
fosfoenolpiruvat kepada ADP sehingga terbentuk molekul ATP dan molekul asam piruvat.
Dalam reaksi ini diperlukan ion Mg++ dan K+ sebagai aktivator.
11. Laktat Dehidrogenase
Reaksi yang menggunakan enzim laktat dehidrogenase ini ialah reaksi tahap kahir
glikolisis, yaitu pembentukan asam laktat dengan cara reduksi asam piruvat. Dalam reaksi
ini digunakan NADH sebagai koenzim

Glikolisis dan fermentasi terjadi di sitosol, karena enzim-enzim untuk kedua reaksi ini
terlarut dalan larutan sel.respirasi bertempat di mitokondria sel eukariotik dan pada
permukaaan dalam membran plasma pada aerobik prokariotik.
Asam piruvat yang dihasilkan selanjutnya akan diproses dalam tahap dekarboksilasi
oksidatif. Selain itu, glikolisis juga menghasilkan 2 molekul ATP sebagai energi, dan 2
molekul NADH yang akan digunakan dalam tahap transport elektron.

C6H12O6 + 2Pi + 2ADP + 2NAD+ 2Piruvat + 2ATP + 2NADH +2H+ + 2 H2O

b. Dekarboksilasi oksidatif

Setelah melalui reaksi glikolisis, jika terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam
piruvat akan menjalani tahapan reaksi selanjutnya, yaitu siklus Krebs yang bertempat di
matriks mitokondria. Jika tidak terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat akan
menjalani reaksi fermentasi. Akan tetapi, asam piruvat yang mandapat molekul oksigen yang
cukup dan akan meneruskan tahapan reaksi tidak dapat begitu saja masuk ke dalam siklus
Krebs, karena asam piruvat memiliki atom C yang terlalu banyak, yaitu 3 buah. Persyaratan
molekul yang dapat menjalani siklus Krebs adalah molekul tersebut harus mempunyai dua
atom C (2C). Karena itu, asam piruvat akan menjalani reaksi dekarboksilasi oksidatif.

Pertama-tama, molekul asam cuka yang dihasilkan dari reaksi glikolisis akan melepaskan
satu gugus karboksilnya yang sudah teroksidasi sempurna dan mengandung sedikit energi,
yaitu dalam bentuk molekul CO2. Setelah itu, 2 atom karbon yang tersisa dari piruvat akan
dioksidasi menjadi asetat (bentuk ionisasi asam asetat). Selanjutnya, asetat akan mendapat
transfer elektron dari NAD+ yang tereduksi menjadi NADH. Kemudian, koenzim A (suatu
senyawa yang mengandung sulfur yang berasal dari vitamin B) diikat oleh asetat dengan ikatan
yang tidak stabil dan membentuk gugus asetil yang sangat reaktif, yaitu asetil koenzim-A,
yang siap memberikan asetatnya ke dalam siklus Krebs untuk proses oksidasi lebih lanjut
(gambar 4). Selama reaksi transisi ini, satu molekul glukosa yang telah menjadi 2 molekul
asam piruvat lewat reaksi glikolisis menghasilkan 2 molekul NADH.

Piruvat + KoA + NAD+ asetil KoA + CO2 + NADH

c. Siklus Krebs (TAC)

Siklus Krebs terjadi di matriks mitokondria dengan menggunakan bahan utama berupa
asetil-CoA, yang dihasilkan dari proses dekarboksilasi oksidatif. Menurut Poejiadi (1994), ada
delapan tahapan utama yang terjadi selama siklus Krebs.
1. Pembentukan asam sitrat
Tahap ini diawali dengan kondensasi molekul asetil-KoA (molekul 2 C) dengan
oksaloasetat (molekul 4 C) sehingga membentuk asam sitrat (molekul 6 C) dan bereaksi
dengan H2O. Enzim yang bekerja dalam reaksi ini adalah enzim sitrat sintetase.
2. Isomerase sitrat
Pada tahap ini, sitrat mengalami isomerisasi untuk memungkinkan unit enam atom karbon
mengalami dekarboksilasi oksidatif . Isomerisasi sitrat berlangsung melalui tahap dehidrasi
diikuti dengan hidrasi. Hasilnya adalah pertukaran antara H dan OH. Enzim yang berperan
dalam tahap ini adalah enzim akotinase.

3. Oksidasi dan dekarboksilasi isositrat


Dalam reaksi ini asam isositrat diubah menjadi asam oksalosuksinat, kemudian di ubah
lebih lanjut menjadi asam keglutarat. Enzim isositrat dehidrogenase bekerja pada reaksi
pembentukan asam oksalosuksinat dengan koenzim NADP, sedangkan enzim karboksilase
bekerja pada reaksi berikutnya. Pada reaksi yang kedua ini selain asam keglutarat, juga
dihasilkan CO2.
4. Dekarboksilasi oksidatif keglutarat
Tahapan reaksi ini mengubah keglutarat menjadi suksinil-CoA dengan jalan
dekarboksilasi oksidatif. Reaksi dikatalisasi oleh enzim ketoglutarat dehidrogenase.

5. Pembentukan asam suksinat


Pada awalnya, suksinil-CoA akan diubah menjadi asam suksinat dengan cara melepaskan
koenzim A serta pembentukan guanosin triposfat (GTP) dari guanosin diposfat (GDP). Enzim
suksinil KoA sintetase bekerja pada reaksi yang besifar reversibel ini. Gugus posfat yang
terdapat pada molekul GTP segera dipindahkan kepada ADP. Katalis dalam reaksi ini adalah
nukleosida difosfokinase.

6. Pembentukan asam fumarat


Dalam reaksi ini asam suksinat diubah menjadi asam fumarat melalui proses oksidasi
dengan menggunakan enzim suksinat dehidrogenase dan FAD sebagai koenzim.

7. Pembentukan asam malat


Asam malat terbentuk dari asam fumarat dengan cara adisi molekul air. Enzim fumarase
bekerja sebagai katalis dalam reaksi ini.

8. Pembentukan asam oksaloasetat

Tahap akhir dalam siklus asam sitrat ialah dehidrogenasi asam malat untuk membentuk
asam oksaloasetat. Enzim yang bekerja pada reaksi ini adalah malat dehidrogense.

Adapun hasil dari Siklus Krebs adalah 6 NADH, 2 FADH2, dan 2 ATP (Gambar 5). Siklus
juga menghasilkan 4 molekul CO2 yang dilepaskan. FADH dan NADH adalah molekul yang
digunakan dalam tahapan transpor elektron. Setiap molekul NADH akan dioksidasi lewat
transpor elektron sehingga menghasilkan 3 ATP per molekul, sedangkan satu molekul
FADH2 menghasilkan 2 molekul ATP.
Gambar 3. Siklus Krebs (TCA)

Glikolisis
d. Rantai transpor elektron
Rantai transpor elektron adalah sekumpulan molekul yang tertanam di dalam membran-
dalam mitokondria sel eukariot (pada prokariota, molekul-molekul tersebut terdapat di dalam
membran plasma). Pelipatan membran-dalam membentuk krista meningkatkan luas
permukaannya menyediakan ruang untuk ribuan salinan rantai transport elektron dalam setiap
mitokondria. (Sekali lagi, kita melihat bahwa struktur sesuai dengan fungsi.) Sebagian besar
komponen rantai tersebut adalah protein, yang terdapat sebagai kompleks multiprotein yang
dinomori dari I sampai IV. Gugus prostetik, komponen nonprotein yang esensial bagi fungsi
katalitik enzim-enzim tertentu, terikat erat ke protein-protein ini

Selama berlangsungnya transpor elektron di sepanjang rantai tersebut, pembawa elektron


secara berganti-ganti tereduksi dan teroksidasi saat menerima dan menyumbangkan elektron.
Setiap komponen rantai menjadi tereduksi saat menerima elektron dari tetangga 'di atasnya',
yang memiliki afinitas lebih rendah terhadap elektron (kurang elektronegatif). Komponen
tersebut kembali ke bentuk teroksidasinya saat meneruskan elektron ke tetangga di bawahnya'
yang lebih elektronegatif.

Gambar 4. Rantai Transpor elektron


Rantai transpor elektron tidak membuat ATP secara langsung. Akan tetapi, rantai ini
memudahkan kejatuhan elektron dari makanan ke oksigen, menguraikan penurunan energi-
bebas dalam jumlah besar menjadi serangkaian langkah yang lebih kecil, yang melepaskan
energi dalam jumlah yang mudah dikelola.

B. Badan Golgi
1. Struktru Badan Golgi

Badan golgi merupakan organel berbatas membran di dalam sel eukariota yang berperan
dalam berbagai fungsi penting, meliputi (i) mengemas bahan-bahan sekresi yang dilepaskan
dari sel, (ii) pemrosesan protein meliputi glikosilasi, fosforilasi, sulfasi dan proteolisis selektif,
(iii) tempat utama sintesis karbohidrat, menyortir dan mendistribusikan produkproduk
retikulum endoplasma (Sheeler dan Bianchii, 1983; Allar, 2005), (iv) sintesis glikolipida, dan
(v)proliferasi elemen-elemen membran untuk membran plasma (Sheeler dan Bianchii, 1983)
Secara umum struktur aparatus golgi terdiri dari tiga komponen, yaitu:
a. Sisterna
Sisterna merupakan bangunan dasar yang menjadi ciri aparatus golgi. Terdiri dari sekitar
5 lempeng sisterna yang sejajar dan melengkung membentuk pola. Pada bagian tepi tiap
sisterna biasanya menggembung dan berlubang-lubang. Di bagian tepi terdapat pembuluh yang
menghubungkan semua sisterna satu sama lain. Daerah tepi sisterna juga memiliki tonjolan-
tonjolan yang akan cepat membentuk vesikula-vesikula atau mungkin juga bakal membentuk
sisterna baru.
b. Vesikula
Bagian vesikula terdapat di sebelah dalam sel. Bagian ini terdiri dari banyak gelembung
serta memiliki warna yang terang. Vesikula tumbuh dari retikulum endoplasma.
c. Vakuola
Bagian ini berada di bagian atas yang terdiri dari banyak gelembung, vakuola berisi bahan
sekresi sisterna. Bagian atas akan pecah dan membentuk vakuola. Bahan sekresi dalam vakuola
disekresi dengan cara eksositosis (Astuti, 2010).
Gambar morfologi aparatus golgi (Campbell, 2000)

Tumpukan sisterna memiliki dua permukaan yaitu permukaan cis yang letaknya
berdekatan dengan vesikel transisi, dan permukaan trans yang letaknya berdekatan dengan
vesikel sekretori. Permukaan trans berkembang membentuk anyaman tubula yang disebut
anyaman trans golgi yang akan menghasilkan vesikula eksretori (Istanti, 1999).
2. Fungsi Badan Golgi

Seperti diungkapkan sebelumnya bahwa, fungsi dari kompleks golgi adalah sebagai tempat
pemrosesan protein pasca translasi. Protein-protein tersebut berasal dari lumen retikulum
endoplasma dan bergerak ke badan golgi. Ada dua cara bagaimana protein melewati
permukaan pembentukan ke permukaan matang dari badan golgi, yaitu (i) Model Sisternal
Progression atau model transport vesikula dan (ii) Model Sisternal Transfer atau model
pematangan sisterna (Thorpe, 1984; Allar, 2005)
Pada model sisternal progression, vesikula-vesikula yang berisi protein yang berasal dari
retikulum endoplasma berfusi dengan permukaan pembentukan dari badan golgi untuk
mengalami proses lebih lanjut. Kemudian setiap sisterna bergerak melalui tumpukan badan
golgi ke arah permukaan trans. Pada permukaan trans, sisterna dipecah-pecah menjadi
sejumlah vesikula kecil yang membawa protein ke tujuannya.
Pada model sisternal transfer, protein bergerak dari satu sisterna ke sisterna yang lain
melalui pembentukan vesikulavesikula kecil yang dilepaskan dari sisterna sebelumnya.
Vesikula-vesikula tersebut bergerak maju dan berdifusi dengan sisterna berikutnya. (Thorpe,
1984; Allar, 2005)
Kompleks golgi berfungsi dalam biosintesis glikoprotein dan glikolipida. Glikoprotein
adalah protein yang mengandung karbohidrat yang terikat secara kovalen, biasanya berupa
Dgalaktosa, D-mannosa, L-fucosa, D-glukosamin, N-asetil-Dgalaktosamin, dan asam N-asetil-
muramat atau asam sialat. Unit-unit monosakarida tersebut terikat dalam rantai oligosakarida.
Bahan-bahan yang akan disekresikan pada akhirnya berkumpul pada permukaan trans badan
golgi dan kemudian dilepaskan dalam bentuk vesikula.
C. Retikulum Endoplasma
Retikulum endoplasma membran-membran yang berlipat-lipat dan dibatasi oleh
ruang-ruang yang disebut lumen. Pertukaran molekul antara sitosol dengan retikulum
endoplasma dipermudah dengan adanya satu membran yang terletak diantara lumen RE
dengan sitosol. Membran retikulum endoplasma tersusun dari lipoprotein (Istanti, 1999).
Berdasarkan stuktur dan fungsi, retikulum endoplasma dibedakan menjadi
retikulum endoplasma kasar dan retikulum endoplasma halus. Pada setiap sel terdapat dua
macam RE tersebut, namun memiliki perbandingan yang berbeda-beda targantung dengan
fungsi sel itu sendiri. Struktur membran RE seperti membran sel, merupakan mosaik cair.
Namun ada perbedaan antara membran sel dengan membran RE yang terletak pada
perbandingan protein lipida pada membran RE lebih tinggi, dan kandungan kolesterol yang
lebih rendah (Astuti, 2010).

Retikulum endoplasma
kasar

Retikulum endoplasma
halus

Gambar Retikulum endoplasma (Saefudin,2008).


1. Retikulum endoplasma kasar
REK banyak dijumpai dalam sel yang dikhususkan untuk sekresi protein untuk
dibawa ke luar sel. Lumen pada RE kasar berupa rongga yang bermembran tunggal. Pada
permukaan sitoplasma membran RE terdapat ribosom yang menempel sehingga
dinamakan retikulum endoplasma kasar. Struktur RE kasar terdiri atas tubulus dan
tumpukan sisterna yang pipih. Ruangan yang terdapat pada RE kasar sangat sempit
dikarenakan kedua membrannya hampir berhimpitan. Ruangan ini akan berkembang jika
sel-sel aktif saat mensintesa protein. Pada membran RE kasar ditemukan adanya dua
macam molekul glikoprotein transmembran yang tidak ditemukan di RE halus yang
berperan dalam perantara perlekatan ribosom dengan membran retikulum endoplasma
(Junqueira, 1997).
Fungsi utama retikulum endoplasma kasar adalah untuk sintesis protein membran
dan protein sekretori. Fungsi lain adalah glikosilasi awal dari glikoprotein dengan
oligosakarida (Istanti, 1999).

RANTAI GULA

RIBOSOMM

Protein skretori di dalam


vesikula penyangkut

GLIKOPROTEIN

RE KASAR
POLIPEPTIDA

Gambar Sintesis dan pengepakan protein sekretori oleh


RE kasar (Campbell,1994)

2. Retikulum Endoplasma Halus


Struktur retikulum endoplasma berupa pembuluh halus yang membentuk anyaman,
dan menempati sebagian besar sitoplasma. RE halus berbeda dengan RE kasar karena
terlihat licin dan tidak bergranula. Pada RE halus sisterna lebih tubular dan tampak seperti
saluran-saluran yang saling berhubungan dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi.
Membran retikulum endoplasma halus berasal dari retikulum endoplasma kasar. Di dalam
sel, jumlah dari RE halus bervariasi tergantung dengan kemampuan fungsional sel tersebut.
Misalnya, dalam sel-sel yang menghasilkan hormon steorid, RE halus menempati sebagian
besar sitoplasma dan mengandung bebrapa enzim yang diperlukan untuk sintesis steroid.
RE halus juga banyak ditemukan di dalam sel hati yang berfungsi untuk oksidasi, dan
konjugasi (Istanti, 1999).
Fungsi retikulum endoplasma antara lain untuk sintesis lipid, lemak, fosfolipid, dan
steroid; mengatur metabolisme karbohidrat dan meghancurkan racun dan obat-obatan di
dalam sel hati; dan menyimpan ion kalsium yang penting untuk kontraksi otot. Selain itu,
retikulum endoplasma juga memiliki fungsi khusus, diantaranya:
a. Detoksifikasi
Retikulum endoplasma selain mngnadung enzim untuk sintesa lipid juga mengandung
enzim detoksifikasi obat-obatan dan metabolit yang tidak larut dalam air. Enzim yang
berperan dalam detoksifikassi adalah sitokrom P450. Adanya enzim ini menjadikan obat-
obatan yang tidak larut air menjadi larut dalam air melalui serangkaian proses kimia
sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh lewat urine.
b. Sintesa lipida
Pada membran retikulum endoplasma menghasilkan hampir semua macam lipida yang
dibutuhkan untuk pembentukan membran yang meliputi fosfolipida dan kolesterol.
Fosfolipida yang dihasilkan akan angkut oleh vesikel transpor ke membran sel, membran
aparatus golgi, dan membran pada lisosom. Sedangkan fosfolipida untuk membran organel
yang lain dibawa oleh proetin transfer fosfolipida.
c. Menghasilkan seramida
Membran retikulum endoplasma menghasilkan seramida yang akan dibawa ke aparatus
golgi sebagai bahan baku untuk sintesis gliko sfingolipida (Istanti dkk, 1999).
Secara umum fungsi Retikulum endoplasma memiliki peranan yang penting dalam sel.
Sintesis awal protein transmembran dan lipida untuk membran retikulum endoplasma,
aparatus golgi, lisosom dan membran plasma berkaitan erat dengan membran retikulum
endoplasma. Protein untuk retikulum endoplasma, aparatus golgi, dan lisosom seperti
halnya protein yang dikeluarkan dari sel harus masuk ke dalam lumen retikulum
endoplasma. Retikulum endoplasma juga berperan dalam transpor intra sel untuk
penyebaran partikel, molekul, ion-ion di dalam sel. Retikulum endoplasma bersama-sama
matriks sel juga berperan dalam fungsi mekanik sebagai penyokong sistem koloid
sitoplasma (Istanti dkk, 1999).
D. Nukleus
1. Struktur Nukleus

a. Membran nucleus

Membrane sel inilah yang membedakan antara sel eukaripotik dengan sel
prokariotik, dimana pada sel prokariotik tidak ada membrane sel. Melalui membrane sel
inilah nucleus dapat mengeluarkan berbagai macam RNA dan sub unit ribosom ke
sitoplasma karena memiliki struktur sebagai berikut:

Dalam mikroskop elekron menunjukkan bahwa membrane nucleus memiliki 2 lapis


membrane unit pararel yang dipisahkan oleh celah sempit berukuran antar 40-70 nm yang
disebut sisterna perinukleus atau intermembran space. Bersama-sama, pasangan membrane
inti serta celah diantarnya merupakan selapu inti. Setipa lapis membrane strukturnya sama
dengan struktur membrane organel yang lain, yaitu adanya pospolipd bilayer. Membrane
luar dari selaput inti berhubungan langsung dengan sistem membrane sitoplasma yang
dikenal dengan reticulum endoplasma. Karena itu membrane luar inti dan reticulum
memiliki satu cirri sama yaitu keduanya ditaburi oleh ribosom, yang merupakan organel
yang berperan dalam sintesis protein.

Dalam membrane nucleus terdapat lamina fibrosa yaitu struktur protein yang
berhubungan erat dengan selaput inti, yang variasi ketebalannya antar 80-300nm
tergantung dari sel yang diamati, namun pori membrane nucleus tidak ditutupi oleh struktur
ini. Lamina fibrosa terdiri dari 3 lapis polipeptida , disebut lamin, yang merupakan bagian
dari matriks inti. Lamin inilah yang akan berperan saat pembelah sel. Saat fase telofase
lamin inti akan terfosforilasi dan saat telofasi pori dan lamin akan mengalami defosorilasi
yaitu lamina inti terbentuk kembali. Maka pada saat profase membrane nucleus akan hilang
akibat dari terfosforilasinya lamin.

Dalam membrane nucleus terdapat pori inti yang menyediakan jalan diantara inrti
dan sitoplasma. Pori ini begaris tengah rata-rata 70nm. Pori ini tidak terbuka namun
dijembatani oleh sebuah membrane kedap electron berupa difragma protein lapis-tunggal.
Struktur ini lebih tipis dari membrane yang membentuk selaput inti. Permeabilitas inti
terhadap molekul sangat bervariasi namun semua pori permeable terhadap beberapa
molekul misalnya mRNA, protein sitoplasma. Berikut struktur dari pori pada membrane
nucleus.

b. Kromatin

Kromatin pada saat interfase tampak sebagai butir-butir yang tersebar pada seluruh
inti tanpa adanya benang-benang kromosom. Namun sebaliknya, jika inti sel sedang
bermitosis buti-butir kromatin tidak terlihat dan akan tampak benang-benang kromosom.
Istilah kromosom diperuntukan bagi kromatin yang membentuk gambaran sebagai batang-
batang halus saat pembelahan sel. Kromosom tersusun atas molekul DNA (16%), RNA
(12%) dan nucleoprotein (72%). Nukleoprotein sendiri tersusun atas berbagai jenis protein,
yaitu protamin, histon, nonhiston dan berbagai enzim di antaranya polymerase DNA dan
RNA.

Karena memiliki komatin inilah maka nukleus berfungasi sebagai imformasi


genetik serta pengendali seluruh kegiatan sel. Pengendali seluruh kegiatan sel, karena
dalam nukleus terdapat kromatin yang didalamnya terdapat DNA, melalui DNA inilah
protein disintesis dengan bantuan RNA dan enzim. Protein merupakan molekul yang
sangat penting bagi sel dan tubuh kita, karena enzim , hormon dan antibodi memerlukan
protein

c. Nukleolus

Struktur nucleolus (anak inti) akan terlihat di bawah pengamatan mikroskop electron
sebagai sebuah atau lebih bangunan basofil yang berukuran lebih besar daripada ukuran
butir-butir kromatin. Nukleolus merupakan tempat berlangsungnya transkripsi gen yang
dari proses tersebut didapatkan molekul rRNA. rRNA adalah salah satu jenis RNA yang
merupakan materi penyusun ribosom. Molekul rRNA yang baru terbentuk segera dikemas
bersama protein ribosom untuk dikeluarkan dari inti sel. Transkripsi molekul rRNA di
dalam nucleolus menjamin terbentuknya molekul ribosom yang ada di dalam sitoplasma.
Untuk kebutuhan tersebut, maka di dalam anak inti terdapat sejumlah potongan-potongan
DNA (rDNA) yang ditranskripsi menjadi rRNA secara berulang-ulang dan berjalan sangat
cepat dengan bantuan enzim RNA polymerase I. Potongan-potongan DNA tersebut
dinamakan nucleolar organizer. Kandungan RNA dalam anak inti jika dibandingkan
dengan bagian lain dari inti sel adalah tidak tetap, yaitu diperkirakan 5%-20%. Berikut
gambar dari nukleolus

d. Nukleoplasma

Nukleoplasma merupakan substansi transparan, semi solid (agak padat), yang


terletak di dalam nukleus. Komposisi tersusun dari asam, nukleat (DNA & RNA), yang
merupakan materi genetik, protein dan garam-garam mineral.

Asam Nukleat

Asam terdapat dalam dua bentuk, yaitu : asam dioksiribosa (DNA) dan ribosa
(RNA). Biasanya dalam nukleus kedua asm nukleat ini bergabung dengan protein yang
disebut nukleuprotein. Banyaknya DNA dalam nukleus bervariasi. Misalnya pada nukleus
sel salamander (Amphibia) mengandung DNA lebih banyak dibandingkan dengan nukleus
sel mamalia.

Protein Nukleus

Jenis protein yang terdapat pada nukleus (Nukleuprotein ) yaitu, protamin dan
histon. Selain kedua jenis protein ini pada nukleus terdapat protein lain yang bersifat asam,
yaitu: nonhiston protein dan enzim nukleus

Garam-garam Mineral
Nukleus mengandung sejumlah kofaktor, prekursor dan mineral NAD, ATP, dan acetil
CoA. Hasil analisis abu nukleus mengandung unsur fosfor kalium, natrium, kalsium dan
magnesium. Fosfor banyak terdapat pada nucleolus.

DNA

Molekul DNA dikenal sebagai materi genetik yang menyimpan semua informasi
penting tentang segala aktivitas sel yang harus dilakukan melangsungkan sebuah
kehidupan. DNA atau Deoxyribonucleic acid diibaratkan sebagai perpustakaan besar yang
didalamnya terdapat buku-buku penting (gen) dan tersimpan rapi di dalam inti sel. Molekul
DNA memiliki struktur berupa dua untai polinukleutida (double strand) yang masing-
masing untai polinukleutida tersusun atas rangkain nukleutida dalam bentuk
deoksiribonukleutida. Setiap molekul nukleutida terdiri atas tiga gugus, yaitu gugus gula
pentosa dalam bentuk deoksibosa, gugus fosfat dan gugus basa nitrogen.

Pada tahun 1953, Frances Crick dan James Watson menemukan model molekul DNA
sebagai suatu struktur heliks beruntai ganda, atau yang lebih dikenal dengan heliks ganda
Watson-Crick.DNA merupakan makromolekul polinukleotida yang tersusun atas polimer
nukleotida yang berulang-ulang, tersusun rangkap, membentuk DNA haliks ganda dan
berpilin ke kanan.Setiap nukleotida terdiri dari tiga gugus molekul, yaitu :

Gula5karbon(2-deoksiribosa)
Basa nitrogen yang terdiri golongan purin yaitu adenin (Adenin = A) dan guanin
(guanini = G), serta golongan pirimidin, yaitu sitosin
(cytosine=C)dantimin(thymine=T)
Gugus fosfat

RNA

RNA ( ribonucleic acid ) atau asam ribonukleat merupakan makromolekul yang


berfungsi sebagai penyimpan dan penyalur informasi genetik.RNA sebagai penyimpan
informasi genetik misalnya pada materi genetik virus, terutama golongan retrovirus.RNA
sebagai penyalur informasi genetik misalnya pada proses translasi untuk sintesis
protein.RNA juga dapat berfungsi sebagai enzim ( ribozim ) yang dapat mengkalis formasi
RNA-nya sendiri atau molekul RNA lain.

RNA merupakan rantai tungga polinukleotida.Setiap ribonukleotida terdiri dari tiga


gugus molekul, yaitu :

o 5 karbon
o basa nitrogen yang terdiri dari golongan purin (yang sama dengan DNA) dan
golongan pirimidin yang berbeda yaitu sitosin (C) dan Urasil (U)
o gugus fosfat

Purin dan pirimidin yang berkaitan dengan ribosa membentuk suatu molekul yang
dinamakan nukleosida atau ribonukleosida, yang merupakan prekursor dasar untuk sintesis
DNA.Ribonukleosida yang berkaitan dengan gugus fosfat membentuk suatu nukleotida
atau ribonukleotida.RNA merupakan hasil transkripsi dari suatu fragmen DNA, sehingga
RNA merupakan polimer yang jauh lebih pendek dibandingkan DNA.

2. Fungsi Nukleus

Nukleus memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan sebuah sel. Peranan
nucleus dalam hal ini adalah untuk mengatur dan mengontrol segala aktifitas kehidupan
sel serta membawa informasi genetik yang diturunkan ke generasi berikutnya. Informasi
genetik ini disimpan dalam suatu molekul polinukleutida yang disebut DNA
(Deoxyribonucleic acid). DNA pada umumnya tersebar di dalam nucleus sebagai matriks
seperti benang yang disebut kromatin. Ketika sel akan memulai membelah, kromatin akan
berkondensasi membentuk struktur yang lebih padat dan memendek yang selanjutnya
disebut kromosom. Kromosom tersusun atas molekul DNA dan protein histon. Struktur di
dalam nucleus yang merupakan tempat berkonsentrasinya molekul DNA adalah nucleolus
(anak inti.). Nucleolus berperan sebagai tempat terjadinya sintesis molekul RNA
(Ribonucleic acid) dan ribosom. RNA merupakan hasil salinan DNA yang akan ditransfer
ke sitoplasma untuk diterjemahkan menjadi rantai asam amino yang disebut protein.

E. Peroksisom
1. Struktur Peroksisom
Peroksisom (bahasa Inggris: peroxysome) adalah organel yang terbungkus oleh membran
tunggal dari lipid dwilapis yang mengandung protein pencerap (reseptor), berdiameter 0,1
sampai 1,0 m. Peroksisom tidak memiliki genom dan mengandung lebih dari 50 enzim
peroxisomal, diantara lain katalase, ureat oksidase, glikolat oksidase, asam amino oksidase,
yang mengkristal di pusatnya. Peroksisom ditemukan pada semua sel eukariota.

Gambar . Letak Peroksisom di antara Mitokondria dan Kloroplas

Peroksisom berbentuk agak bulat dan sering memiliki inti butiran atau kristal yang
mungkin saja kumpulan banyak enzim. Peroksisom ini berada dalam sel daun. Berdasarkan
gambar di atas dapat dilihat kedekatannya dengan dua kloroplas dan satu mitokondria.
Organel-organel ini bekerja sama dengan peroksisom dalam fungsi metabolisme tertentu.

Peroksisom mempunyai komposisi enzim yang berbeda dalam jenis sel yang berbeda.
Peroksisom mampu beradaptasi dengan kondisi yang berubah-ubah. Contohnya,
sel khamir yang ditumbuhkan dalam gula mempunyai peroksisom yang kecil, sedangkan sel
ragi yang ditumbuhkan dalam metanol mempunyai peroksisom yang besar untuk
mengoksidasi metanol. Jika sel khamir tersebut ditumbuhkan dalam asam lemak
peroksisomnya membesar untuk memecahkan asam lemak tersebut menjadi asetil-
KoA melalui beta-oksidasi.
Peroksisom adalah organel menyerupai lisosom dalam hal struktur tetapi berbeda dalam
hal isi yaitu mengandung komponen enzim yang dapat mencerna asam lemak dan asam amino.
Produk samping dari reaksi itu adalah adanya hidrogen peroksida (H2O2) yang merupakan
senyawa korosif. Peroksisom menggunakan oksigen (O2) dan hidrogen peroksida (H2O2) untuk
melakukan reaksi oksidatif. Enzim-enzim dalam peroksisom ini menggunakan molekul
oksigen untuk melepaskan atom hidrogen dari substrat organik (R) tertentu dalam suatu reaksi
oksidatif yang menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2).

H2O2 dimanfaatkan oleh enzim katalase untuk mengoksidasi substrat lain (fenol, asam
format, formaldehida, dan alkohol). Reaksi oksidasi ini berperan untuk mendetoksifikasi
bermacam-macam molekul racun dalam darah.

Penumpukan H2O2 diubah oleh katalase menjadi O2 dalam reaksi sebagai berikut:

Salah satu fungsi penting dari reaksi oksidatif yang dilakukan di peroksisom adalah
pemecahan molekul-molekul asam lemak dalam proses yang disebut beta-oksidasi. Oksidasi
asam lemak diikuti pembentukan H2O2 yang berasal dari oksigen. H2O2 akan diuraikan oleh
katalase dengan cara diubah menjadi molekul H2O atau dioksidasi oleh senyawa organik lain.

1. Peroksisom pada sel hewan dan tumbuhan


Pada tumbuhan terdapat dua macam peroksisom sedangkan pada hewan terdapat satu
macam peroksisom.

Salah satu fungsi penting biosintetik dari peroksisom hewan adalah untuk mengkatalisis
reaksi pertama dari pembentukan plasmalogen. Plasmalogen merupakan jenis phospolipid
terbanyak pada myelin. Kekurangan plasmalogen ini menyebabkan myelin pada sel saraf
menjadi abnormal, karena itulah kerusakan peroksisom berujung pada kerusakan saraf.
Peroksisom juga sangat penting dalam tumbuhan. Terdapat dua jenis peroksisom sudah
yang diteliti secara ekstensif. Tipe pertama terdapat pada daun, yang berfungsi untuk
mengkatalisis produk sampingan dari reaksi pengikatan CO2 pada karbohidrat, yang disebut
fotorespirasi. Reaksi ini disebut fotorespirasi karena menggunakan O2 dan melepaskan CO2.
Tipe peroksisom lainnya, terdapat dalam biji yang sedang berkecambah. Peroksisom kedua ini,
dinamakan glioksisom, mempunyai fungsi penting dalam pemecahan asam lemak, yang
tersimpan dalam lemak biji, menjadi gula yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman muda.
Proses pengubahan lemak menjadi gula ini dilakukan dengan rangkaian reaksi yang disebut
siklus glioksilat.

Dalam siklus glioksilat, dua molekul asetil-KoA dihasilkan dari pemecahan asam lemak,
selanjutnya digunakan untuk membuat asam suksinat. Selanjutnya asam suksinat ini
meninggalkan peroksisom dan akan diubah menjadi glukosa. Siklus glioksilat ini tidak terjadi
pada sel hewan. Hal ini menyebabkan sel hewan tidak dapat mengubah asam lemak menjadi
karbohidrat.

2. Reaksi fotorespirasi pada sel tumbuhan


Tolbert, seorang ahli fisiologi tumbuhan dari Amerika (Prawiranata, Harran dan
Tjondronegoro, 1981) menemukan bahwa ada dua enzim utama yang amat berperan pada
peroksisom tumbuhan yaitu asam glikolat oksidase dan katalase.

Pada tumbuhan fungsi peroksisom adalah berperan dalam fotorespirasi, bersama-sama


dengan dua organel sel lainnya yaitu kloroplas dan mitokondria membentuk rangkaian kerja 3
in 1. Hal ini mengakibatkan mengapa sering diperoleh pengamatan (dengan mikroskop
electron) bahwa ketiga organel sel tersebut selalu terletak berdekatan satu dengan lainnya.

F. Lisosom

Lisosom adalah organel yang termasuk dalam sistem endomembran, produk atau hasil ER
kasar dan Golgi aparatus. Lisosom merupakan kantung terikat membran yang berisi enzim
hidrolitik yang digunakan untuk mencerna makromolekul. Nama lisosom berasal dari dua kata
Latin yang berarti badan pemecahan. Terdapat enzim lisosom yang dapat menghidrolisis
protein, polisakarida, lemak, dan asam nukleat. Enzim-enzim tersebut bekerja sangat baik pada
keadaanasam kira-kira pada ph 5.
1. Struktur Lisosom

Membran lisosom
Membran lisosom sebagai suatu kompartemen di mana enzim pencernaan disimpan
secara amanterpisah dari bagian sitoplasma yang lain. Untuk menyediakan pH asam bagi
enzim hidrolitik,membran lisosom mempunyai pompa H+ yang menggunakan energi dari
hidrolisis ATP.Membran lisosom juga sangat terglikosilasi yang dikenal dengan
lysosomal-associated membrane proteins (LAMP). Sampai saat ini sudah terdeteksi
LAMP-1, LAMP-2, dan CD63/LAMP-3.LAMP berguna sebagai reseptor penerimaan
kantong vesikel pada lisosom.

Enzim Hidrolitik
Enzim hidrolitik dibuat pada retikulum endoplasma, yang mengalami pemaketan
di badan Golgi dan kemudian ke endosom lanjut yang nantinya akan menjadilisosom.
Untuk prosesnya ini, enzim ini mempunyai molekul penanda unik, yaitu manosa 6-fosfat
(M6P) yang berikatan dengan oligosakarida terikat-N.Fungsi LisosomFungsi utama
lisosom adalah berperan dalam pencernaan intrasel.

2. Fungsi lisosom
Endositosis
Endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar ke dalam sel melalui
mekanismeendositosis, yang kemudian materi-materi ini akan dibawa ke vesikel kecil dan
tidak beraturan,yang disebut endosom awal. Beberapa materi tersebut dipilah, ada yang
digunakan kembali(dibuang ke sitoplasma), yang tidak dibawa ke endosom lanjut. Di
endosom lanjut, materitersebut bertemu pertama kali dengan enzim hidrolitik. Di dalam
endosom awal, pH sekitar 6.Terjadi penurunan pH (5) pada endosom lanjut sehingga
terjadi pematangan dan membentuk lisosom.

Fagositosis
Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan
mikroorganismeseperti bakteri dan virus ke dalam sel. Pertama, membran akan
membungkus partikel ataumikroorganisme dan membentuk fagosom. Kemudian, fagosom
akan berfusi dengan enzimhidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom
(endosom lanjut).

Autofagi
Proses autofagi untuk pembuangan dan degradasi bagian sel sendiri, organel yang
tidak berfungsi lagi. Bagian dari retikulum endoplasma kasar menyelubungi organel dan
membentuk autofagosom. Lalu autofagosom berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans
Golgi dan berkembang menjadi lisosom (atau endosom lanjut). Proses ini berguna pada sel
hati,transformasi berudu menjadi katak, dan embrio manusia.
Lisosom memiliki beberapa tipe fungsi pencernaan. Lisosom bergabung dengan
vakuolamakanan, sehingga makanan dapat dicerna enzim yang dimiliki lisosom
menjadimolekul-molekul kecil. Molekul kecil hasilnya meninggalkan lisosom dan
digunakan lagioleh sel.
Lisosom juga menghancurkan bakteri yang membahayakan. Sel darah putih
kitamemasukkan bakteri ke dalam vakuola untuk mencernakan dinding sel bakteri.
Lisosom juga berfungsi penting pada perkembangan embrio. Contohnya, enzim
lisosommenghancurkan sel-sel selaput yang menghubungkan antara jari-jari pada
tahapan perkembangan awal manusia. Lisosom yang abnormal menyebabkan penyakit
yang fatalatau menyebabkan kematian.

G. Vakuola
1. Struktur Vakuola

Vakuola adalah organela sitoplasmik yang berisi cairan dan dibatasi selaput tipis yang
disebut tonoplas. Vakuola berbentuk cairan yang di dalamnya terlarut berbagai zat seperti
enzim, lipid, alkaloid, garam mineral, asam, dan basa. Pada sel tumbuhan, vakuola selalu ada.
Semakin tua suatu tumbuhan, maka vakuola yang terbentuk semakin besar.

2. Fungsi Vakuola

Vakuola berperan untuk menyimpan zat makanan berupa sukrosa dan garam mineral,
selain juga berfungsi sebagai tempat penimbunan sisa metabolisme, seperti getah pada batang
tumbuhan karet. Untuk memahami struktur vakuola pada tumbuhan Anda dapat melihat
Gambar! Vakuola juga terdapat pada protozoa. Vakuola protozoa berupa vakuola kontraktil
dan vakuola nonkontraktil.

1. Vakuola kontraktil, Vakuola kontraktil disebut juga vakuola berdenyut. Vakuola


kontraktil memiliki fungsi sebagai osmoregulator yaitu mengatur nilai osmotik dalam
sel.
2. Vakuola nonkontraktil, Vakuola nonkontraktil disebut juga vakuola makanan, yang
berfungsi untuk mencerna makanan dan mengedarkan hasil pencernaan makanan ke
seluruh tubuh.

H. Plastida

Plastida merupakan organel yang amat dinamis dan mampu membelah, tumbuh dan
berdeferensiasi menjadi berbagai bentuk. Pada sel muda tumbuhan tinggi, plastida biasanya
tak berwarna dan disebut leukoplas atau proplastida. Pada daun, plastida berwarna hijau dan
disebut kloroplas, serta pada buah masak kadang-kadang kuning atau merah, disebut
kromoplas. Pada sel yang tidak menjadi hijau, seperti sel epidermis atau sel rambut tangkai
sari (misalnya pada Rhoeo discolor), plastida tetap tak berwarna, disebut leukoplas (dalam arti
sempit).

1. Struktur Plastida
Kloroplas
Kloroplas, adalah plastida yang menghasilkan warna hijau daun, disebut klorofil.
Kloroplas adalah plastida yang mengandung klorofil, karotenoid dan pigmen fotosintesis lain.
Macam-macam klorofil adalah sebagai berikut :
- klorofil a: menghasilkan warna hijau biru
- klorofil b: menghasilkan warna hijau kekuningan
- klorofil c: menghasilkan warna hijau coklat
- klorofil d: menghasilkan warna hijau merah
Selubung kloroplas terdiri atas dua membran. Dalam kloroplas terdapat sistem membran
lain berupa kantong-kantong pipih yang disebut Tilakoid. Tilakoid tersusun bertumpuk
membentuk struktur yang disebut grana (jamak granum). Di dalam tilakoid inilah terdapat
pigmen fotosintesis yaitu klorofil dan karoten. Ruangan di antara grana disebut stroma.
Kloroplas pada umumnya berbentuk seperti lensa, biasanya berukuran 4-6 m. Di dalam
kloroplas terdapat zat hijau daun atau klorofil, dan sedikitnya dua zat warna kuning atau merah,
atau kelompok zat warna (karotenoid): satu macam karoten atau lebih (C40H56) dan xantofil
(C40H56O2).

Gambar. Struktur Kloroplas


Kromoplas
Warna kuning, merah, atau merah bata pada kromoplas disebabkan oleh kandungan
karotenoidnya. Kromoplas sering kali berasal dari kloroplas, namun dapat pula berasal dari
proplastida. Yang penting dalam diferensiasi kromoplas adalah sintesis dan penempatan
pigmen karotenoid seperti karotenoid (pada wortel, Daucus) atau likopen (pada tomat.
Lycopersicon). Perkembangan pigmen berkaitan dengan modifikasi, bahkan perombakan sama
sekali, tilakoid. Dalam proses itu, globula (gelembung) lipid bertambah banyak
Leukoplas
Plastida ini berwarna putih berfungsi sebagai penyimpan makanan, seperti Amiloplas
(untuk menyimpan amilum) Di beberapa tempat tertentu, kloroplas membentuk butir pati besar
sebagai cadangan makanan, seperti pada umbi semu anggrek. Namun, jumlah cadangan
makanan terbesar dibentuk dalam leukoplas umbi akar, umbi batang, rizoma, dan biji. Amilum
atau pati dapatditunjukkan dengan mudah karena berwarna biru atau hitam dengan iodium.
Bila dipanaskan sampai 70C warna hilang dan menjadi biru lagi setelah dingin kembali.
Reaksi ini dianggap sebagai reaksi permukaan. Butir besar menunjukkan lapisan yang
mengelilingi sebuah titik di tengah, yakni hilum.
2. Fungsi Kloroplas
Tumbuhan hijau daun bersifat autotrof. Autotrof artinya dapat memasak atau mensintesis
makanan langsung. dari senyawa anorganik. Tumbuhan menyerap karbondioksida dan air
untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk
menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis. Perhatikan persamaan reaksi yang
menghasilkan glukosa berikut ini:

6H2O + 6CO2 + cahaya C6H12O6 (glukosa) + 6O2

Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan
dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi seluler
yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi pada
respirasi seluler adalah kebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan
senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbondioksida, air, dan
energi kimia.Tumbuhan menyerap cahaya karena mempunyai pigmen yang disebut klorofil.
Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang
disebut kloroplas. klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Sebagian
besar energi fotosintesis dihasilkan di daun tetapi juga dapat terjadi pada organ tumbuhan yang
berwarna hijau. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung
setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis
tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses
fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air
untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun penguapan air yang berlebihan.
Reaksi- Reaksi pada proses fotosintesis pada tumbuhan, organ utama tempat
berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Namun secara umum, semua sel yang memiliki
kloroplast berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini. Di organel inilah tempat
berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian stroma. Hasil fotosintesis (disebut
fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu. Pada dasarnya,
rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena
memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon
dioksida).
Daftar Pustaka

Campbell, N.A., dkk. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga.


Sumardi dan Marianti, A. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Allard, R. W., 2005. Principles of Plant Breeding. Jhon Wiley and Sons, New York. 485 pp.
Sheeler, P. and D.E. Bianchii. 1980. Cell Biology. John Wiley & Sons, Inc., New York. 578 p.

Anda mungkin juga menyukai