Anda di halaman 1dari 8

Oleh:

Icha Dithyana
A. Definisi Perilaku Seksual
Berikut ini adalah pengertian tentang batasan perilaku seksual, aktivitas
seksual, hubungan seksual dan perilaku seksual pra nikah:
1. Perilaku seksual adalah perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian
lawan jenis. Perilaku seksual juga merupakan perilaku yang melibatkan
sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah
mencapai pada tahap hubungan intim, biasanya dilakukan oleh pasangan
suami isteri.
2. Aktivitas seksual adalah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi
dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ kelamin
melalui berbagai perilaku.
3. Hubungan seksual merupakan kontak seksual yang dilakukan berpasangan
dengan lawan jenis atau sesama jenis.
4. Perilaku seks pra nikah adalah perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui
proses pernikahan yang resmi menurut hukum ataupun agama dan
kepercayan masing-masing individu.
5. Perilaku seks pranikah pada remaja adalah segala tingkah laku remaja yang
didorong oleh hasrat baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis yang
dilakukan sebelum adanya hubungan resmi sebagai suami istri. Objek
seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri.
6. Perilaku seksual merupakan segala bentuk perilaku yang didorong oleh
hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis.
Bentuk perilaku seksual, mulai dari bercumbu (seperti cium pipi, cium
kening, cium bibir), meraba bagian tubuh yang sensitif, menggesek-
gesekkan alat kelamin sampai dengan memasukkan alat kelamin. Demikian
halnya dengan perilaku seksual pranikah pada remaja akan muncul ketika
remaja mampu mengkondisikan situasi untuk merealisasikan dorongan
emosional dan pemikirannya tentang perilaku seksualnya atau sikap
terhadap perilaku seksualnya.
B. Bentuk-Bentuk Tingkah Laku Seksual
Menurut bentuk tingkah laku seks bermacam-macam mulai dari perasaan
tertarik, pacaran, kissing, kemudian sampai intercourse meliputi:
1. Kissing
Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual,
seperti di bibir disertai dengan rabaan pada bagian-bagian sensitif yang
dapat menimbulkan rangsangan seksual. Berciuman dengan bibir tertutup
merupakan ciuman yang umum dilakukan. Berciuman dengan mulut dan
bibir terbuka, serta menggunakan lidah itulah yang disebut french kiss.
Kadang ciuman ini juga dinamakan ciuman mendalam/ soul kiss.
2. Necking
Berciuman di sekitar leher ke bawah. Necking merupakan istilah yang
digunakan untuk menggambarkan ciuman disekitar leher dan pelukan yang
lebih mendalam.
3. Petting
Perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif, seperti
payudara dan organ kelamin. Merupakan langkah yang lebih mendalam
dari necking. Ini termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan
termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang daerah
kemaluan, baik di dalam atau di luar pakaian.
4. Intercrouse
Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria
dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam
vagina untuk mendapatkan kepuasan seksual

C. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seksual Remaja


Menurut Sarwono (2007) faktor yang menyebabkan perilaku seksual
pada remaja adalah :
1. Pengetahuan
Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada
remaja yang sudah mulai berkembang kematangan seksualnya secara
lengkap kurang mendapat pengarahan dari orang tua mengenai
kesehatan reproduksi khususnya tentang akibat-akibat perilaku seksual
maka mereka sulit mengendalikan rangsangan-rangsangan dan banyak
kesempatan seksual pornografi melalui media massa yang membuat
mereka melakukan perilaku seksual secara bebas tanpa mengetahui
risiko-risiko yang dapat terjadi seperti kehamilan yang tidak
diinginkan.
2. Meningkatnya Libido Seksual
Di dalam upaya mengisi peran sosial, seorang remaja
mendapatkan motivasinya dari meningkatnya energi seksual atau
libido, energi seksual ini berkaitan erat dengan kematangan fisik.
3. Media Informasi
Adanya penyebaran media informasi dan rangsangan seksual
melalui media massa yaitu dengan adanya teknologi yang canggih
seperti, internet, majalah, televisi, video. Remaja cenderung ingin tahu
dan ingin mencoba-coba serta ingin meniru apa yang dilihat dan
didengarnya, khususnya karena remaja pada umumnya belum
mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.
4. Norma Agama
Sementara itu perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap
berlaku dimana orang tidak boleh melaksanakan hubungan seksual
sebelum menikah. Pada masyarakat modern bahkan larangan tersebut
berkembang lebih lanjut pada tingkat yang lain seperti berciuman dan
masturbasi untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan
mempunyai kecenderungan melanggar larangan tersebut.
5. Orang Tua
Ketidaktahuan orang tua maupun sikap yang masih menabukan
pembicaraan seks dengan anak bahkan cenderung membuat jarak
dengan anak. Akibatnya pengetahuan remaja tentang seksualitas
sangat kurang. Padahal peran orang tua sangatlah penting, terutama
pemberian pengetahuan tentang seksualitas.
6. Pergaulan Semakin Bebas
Gejala ini banyak terjadi di kota-kota besar, banyak kebebasan
pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, semakin tinggi tingkat
pemantauan orang tua terhadap anak remajanya, semakin rendah
kemungkinan perilaku menyimpang menimpa remaja

D. Dampak dari melakukan hubungan seksual pra nikah


1. Aspek Medis
Dari aspek medis melakukan hubungan seksual pranikah memiliki banyak
konsekuensi, sebagai berikut :
a. Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada usia muda
Mudanya usia ditambah lagi minimnya informasi tentang
bagaimana seorang perempuan bisa hamil, mempertinggi
kemungkinan terjadinya kasus kehamilan yang tidak diinginkan.
Menurut data PKBI, 37.700 perempuan mengalami kehamilan yang
tidak diinginkan. Dari jumlah itu, 30,0% adalah masih remaja, 27,0%
belum menikah, 12,5% masih berstatus pelajar atau mahasiswa dan
sisanya adalah ibu rumah tangga.
b. Aborsi
Dengan status mereka yang belum menikah maka besar
kemungkinan kehamilan tersebut tidak dikehendaki dan aborsi
merupakan salah satu alternatif yang kerap diambil oleh remaja.Setiap
tahun terdapat sekitar 2,6 juta kasus aborsi Indonesia, yang berarti
setiap jam terjadi 300 tindakan pengguguran janin dengan resiko
kematian ibu.
c. Meningkatkan resiko terkena kanker rahim
Hubungan seksual yang dilakukan sebelum usia 17 tahun membuat
resiko terkena penyakit kanker mulut rahim menjadi empat hingga lima
kali lipat lebih tinggi.
d. Terjangkit Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang dapat ditularkan
dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang
beresiko tinggi terkena PMS bila melakukan hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila
tidak diobati dengan benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi
kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan pada
bayi yang baru lahir bahkan kematian. Ada banyak macam penyakit
yang bisa digolongkan sebagai PMS. Di Indonesia yang banyak
ditemukan saat ini adalah gonore (GO), sifilis (raja singa), herpes
kelamin, clamidia, trikomoniasis vagina, kutil kelamin hingga
HIV/AIDS
2. Aspek Sosial-Psikologis
Dari aspek psikologis, melakukan hubungan seksual pranikah akan
menyebabkan remaja memiliki perasaan dan kecemasan tertentu, sehingga
bisa mempengaruhi kondisi kualitas sumber daya manusia (remaja) di
masa yang akan datang. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) remaja ini
adalah :
a. Kualitas mentalis.
Kualitas mentalis remaja perempuan dan laki-laki yang terlibat perilaku
seksual pranikah akan rendah bahkan cenderung memburuk. Mereka
tidak memiliki etos kerja dan disiplin yang tinggi, karena dibayangi
masa lalunya. Cepat menyerah pada nasib, tidak sanggup menghadapi
tantangan dan ancaman hidup, rendah diri dan tidak sanggup
berkompetisi.
b. Kualitas kesehatan reproduksi.
Hal ini erat kaitannya dengan dampak medis karena kondisi fisik
perempuan khususnya. Sedangkan laki-laki akan memiliki kesehatan
yang rendah.
c. Kualitas keberfungsian keluarga.
Seandainya mereka menikah dengan cara terpaksa, akan mengakibatkan
kurang dipahaminya peran-peran baru yang disandangnya dalam
membentuk keluarga yang sakinah.
d. Kualitas ekonomi keluarga.
Kualitas ekonomi yang dibangun oleh keluarga yang menikah karena
terpaksa, tidak akan memiliki kesiapan dalam pemenuhan kebutuhan
ekonomi keluarga.
e. Kualitas pendidikan.
Remaja yang terlibat perilaku seksual pranikah, kemudian menikah,
tentunya akan memiliki keterbatasan terhadap pendidikan formal.
f. Kualitas partisipasi dalam pembangunan.
Karena kondisi fisik, mental dan sosial yang kurang baik, remaja yang
terlibat perilaku seksual pranikah, tidak dapat berpartisipasi dalam
pembangunan.

E. Cara mencegah perilaku seks pranikah


1. Mengurangi besarnya dorongan bilogis
Mengurangi dorongan biologis ini dapat dilakukan dengan
mengindari membaca buku atau melihat film/majalah yang menampilkan
gambar yang merangsang nafsu birahi., membiasakan mengenakan
pakaian yang sopan, membuat kelompok-kelompok kegiatan yang positif.
2. Meningkatkan kemampuan mengendalikan dorongan biologis
Pengendalian ini dapat ditingkatkan melalui pendidikan agama dan
budi pekerti, penerapan hukum-hukum agama dalam kehidupan sehari-
hari, menghindari penggunaan narkoba, menjadikan orangtua dan guru
sebagai model dalam kehidupan sehari-hari.
3. Membuka informasi kesehatan reproduksi bagi remaja
Pendidikan kesehatan reproduksi jangan dillihat secara sempit
sebagai sekedar hubungan sekssual saja. Ini dilaksanakan pada remaja,
bahkan bisa dilakukan lebih dini.
4. Menghilangkan kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah.
Perlu terciptanya lingkungan yang kondusif bagi remaja agar tidak
melakukan hubungan seksual pra nikah yang dapat dilakukan dengan cara
perhatian orang tua yang lebih seksama, tidak adanya fasilitas dari orang
tua yang berlebihan, serta pengawasan dari pemerintah melalui pihak yang
berwenang misalnya di tempat-tempat wisata.

Anda mungkin juga menyukai