Tugas Farmakologi 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

TUGAS FARMAKOLOGI 2

DESINFEKTAN

OLEH :
HAFIZ AULIA NAHRA
1502101010192

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2017
A. PENDAHULUAN

Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan


sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan
adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan
antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan
tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan
desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi,
yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua
bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.

Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi


dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi serta target
mikroorganime yang akan dimatikan. Dalam proses desinfeksi sebenarnya
dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia (penambahan
bahan kimia). Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai
desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid
atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -
COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus -
OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia
golongan halogen atau yang mengandung gugus -X; golongan fenol dan
fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan
pengoksidasi, dan golongan biguanida.
B. DESINFEKTAN

Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau
pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan
jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan untuk
membunuh mikroorganisme pada benda mati. Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme
penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi
kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Desinfeksi
dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan, meliputi : penghancuran dan
pemusnahan mikroorganisme patogen yang ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah
kembalinya mikroorganisme tersebut.
Desinfeksi dan antiseptik :
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan
kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam
membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan
tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme
pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula
digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. Sebelum
dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan
bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses desinfeksi.

10 kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu :


1) Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
2) Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan
kelembaban.
3) Tidak toksik pada hewan dan manusia.
4) Tidak bersifat korosif.
5) Tidak berwarna dan meninggalkan noda.
6) Tidak berbau/ baunya disenangi.
7) Bersifat biodegradable/ mudah diurai.
8) Larutan stabil.
9) Mudah digunakan dan ekonomis.
10) Aktivitas berspektrum luas.
Macam macam desinfektan yang digunakan :
Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit.
Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi
unguk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian
alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa
meninggalkan efek sisa

Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada
kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan
desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat
yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan
kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada
instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker,
kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif
terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam
waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.

Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas
dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4%
larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin
glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada
konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat
aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut
terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus.

Senyawa halogen. Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan
ion halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam
dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan
Betadine).

Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk
membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat
organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian
besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan
laboratorium.
Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai
antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai
desinfektan (misalnya Dettol).

Aspek aspek desinfeksi


Kecepatan atau keampuhan desinfektan tergantung dari beberapa faktor yaitu:
a) Keadaan mikroorganisme.
b) Desinfektan.
c) Waktu kontan.
d) Faktor lingkungan
e) Keadaan mikroorganisme

A. Keadaan mikroorganisme
1. Jenis
Jenis mikro organisme , yaitu bakteri virus, atau parasit, mempunyai kepekaan
tertentu terhadap desiinfektan yang berlainan misalnya resistensi cyfte protozoa >
enterrovirus > enteric bacteria.
2. Jumlah
Jumlah mikroorganisme terutama yang pathogen, akan memerlukan dosis
desinfektan yang lebih besar pula.
3. Umur
Umur mikroorganisme akan mempengaruhi efektivitas desinfektan
4. Penyebaran
Mikroorganisme yang menyebar akan mudah ditembus desinfektan.
Sebaliknya kumpulan bakteri akan lebih sulit di tembus oleh desinfektan. Bakteri
cenderung membentuk clam dengan suspenden solic yang ada didalam air, sehingga
air yang keruh harus dicurigai sebagai air yang mempunyai bakteri patogen yang lebih
banyak.

B. Waktu kontan
Untuk dapat berfungasi dengan optimal, desinfektan harus mempunyai waktu
kontan yang cukup denagan air yang diproses. Efektivitas desinfektan dapat
ditunjukan dengan suhu atau konstanta yang merupakan hasil konsentrasi dengan
waktu kontan.
C. Faktor lingkungan
1. Suhu
Makin tinggi suhu air, makin tinggi pula efektivitas desinfektan.

2. PH
Setiap desinfektan akan berfungsi dengan optimal pada Ph tertentu.

3. Kualitas air
Air yang mengandung zat organic dan unsur lainnya, akan mempengaruhi
besarnya choline demend, sehingga di perlukan kosentrasi clorine yang makin tinggi.

4. Pengelolaan air
Proses yang dilakukan sebelum desinfektan, pengendap dan vaksin akan
mempengaruhi hasil yang di capai.

D. Macam macam jenis desinfektan

a. Desinfektan Cair

1. Betadine
Suatu larutan organik dari bahan aktif Polivinil-Pirolidon, yang merupakan
kompleks Iodine yang larut dalam air. Fungsi nya sebagai desinfektan dan anti septik
lokal yang juga dapat membunuh jamur, virus, Protozoa dan spora.
Bau : Khas, tidak menyengat.
Warna : Hitam-kekuning-kuningan.
Komposisi : Mundidone (Polyvinyl pyrolidone Iodine murni)
Konsentrasi :
- Betadine Gargle 1% - kumur-kumur
- Betadine skin cleaner 7,5%
- Betadine solution 10%
- Betadine ointment 10%
- Betadine vag. Douche 10%
- Betadine vaginal GCL 10%
- Betadine shampoo 4%
Perhatian : Larutan povidium yodium tidak untuk diminum atau ditelan, atau juga untuk
mencuci mata.
Side effect : Dapat menimbullkan metabolilk asidosis bila povidium yodium digunakan pada
luka bakar yang luas, diare-bila terminum.
2. Hidrogen Peroksida (H2O2)
Bau : Merangsang (menyengat) dan kecut.
Warna : Bening kebiruan.
Komposisi : - H2O (air)
- O2 (oksigen)
Bila bersentuhan dengan tubuh pada jaringan luka atau mukosa, maka akan terjadi
pengelupasan O2 karena adanya enzim katalase dalam sel.
Konsentrasi :
- Untuk desinfektan dan mencuci luka 0,3% - 6%
- Untuk sterilisasi 6% - 25%
- Larutan H2O2 yang biasa dipakai (standar) 3%
Gunanya :
- Vagina douche (mendesinfeksi vagina)
- Sebagai antiseptik yang non toxid
- Desinfektan luka dan borok
- Untuk doedorant
- Untuk kumur-kumur
Masalah dan efek samping :
- Akan merusak jaringan yang baru
- Berbahaya digunakan pada rongga tertutup
Contoh : Abses = H2O2 akan melepas gas yang masuk ke dalam pembuluh darah.
- Penggunaan pada mukosa akan menimbulkan iritasi-bintik hitam pada lidah.

3. Yodium Tincture
Bau : Khas, menyengat
Warna : Coklat
Komposisi dan Konsentrasi : - 2,4% Sodium iodide - 2% Iodide - alkohol Etyl 46%
Gunanya : - Sebagai desinfektan - Sebagai antiseptik - Dipakai sebagai obat luar
Kontra indikasi : - Hypersensitif terhadap Iodine - Dapat menimbulkan iritasi - Jauhkan
pemakaian rutin.

4. Mercurochrome
Warna : Merah
Bau : Khas
Komposisi :
- Mercurochrome 2%
- Aqua Destilata 98%
- Dilarutkan dalam alkohol
Gunanya :
- Untuk merawat luka-luka kecil
- Untuk mengeringkan luka
- Untuk menghentikan darah pada luka tergores/kecil
Kerugian :
- Menyebabkan parut
- Bukan merupakan anti bakterial/anti septik
Pelaksanaan : Olesi luka dengan menggunakan peralatan yang tidak mudah menempel pada
luka untuk mencegah pengotoran luka.

5. Larutan NaCL
Bau : Tidak berbau
Warna : Bening
Kompisisi : - Natrium Klorida - Air
Pada cairan NaCl 0,9% yang biasa digunakan di sarana kesehatan, CRS, Puskesmas terdiri dari
: - Air : 500 ml
- Sodium/Natrium : 150 mm/L
- Klorida : 150mm/L
Rasa : Asin
Fungsi Sodium :
- Untuk mempertahankan osonolaritas plasma
- Generasi dan transmisi potensial aksi
- Mempertahankan elektronetralisa (kenetralan elektrolit)
- Fungsi normal dari aktifitas fisiologik tubuh
Fungsi Klorida :
- Mempertahankan keseimbangan asam-basa
- Mempertahankan elektrinetralitas plasma
- Formasi asam Hidrolik
Fungsi cairan NaCl dalam perawatan luka :
- Sebagai pelarut/pengencer
- Untuk membersihkan luka
- Sebagai cairan infus
- Sebagai cairan humidifer pada tabung O2
- Untuk irigasi kulit
- Untuk mengatur keseimbangan asam-basa

b. Desinfektan permukaan
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan
dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme,
disinfektan tingkat tinggi dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi
tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti
iodophor, derivate fenol atau sodium hipokrit :
1. Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik. Zat ini harus dilarutkan baru setiap hari
dengan akuades. Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap efektif namun kurang
efektif bagi kain atau bahan plastik.
2. Derivat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan dengan
perbandingan 1 : 32 dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu 60 hari.
Keuntungannya adalah efek tinggal dan kurang menyebabkan perubahan warna
pada instrumen atau permukaan keras.
3. Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan perbandingan 1 :
10 hingga 1 : 100, harganya murah dan sangat efektif. Harus hati-hati untuk beberapa
jenis logam karena bersifat korosif, terutama untuk aluminium. Kekurangannya yaitu
menyebabkan pemutihan pada pakaian dan menyebabkan baru ruangan seperti
kolam renang.
Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas.
Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas tingkat menengah bila permukaan tersebut
dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika
yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran
jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau
menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya.
Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat
menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri,
jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat
digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan
pakaian.
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan
sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan
adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan
antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan
tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan
desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi,
yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua
bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.

B. DAFTAR PUSTAKA
http://signaterdadie.wordpress.com/2009/10/08/desinfektan/
http://linkfadliblog.blogspot.com/2009/05/disinfektan.html.
http://abunidathoe.multiply.com/journal/item/32 \

Anda mungkin juga menyukai