Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG KHOTBAH

JUMAT

Nama : Asyifa Nur Rahmah


Kelas : VII.3
TEKS KHUTBAH JUMAT
MENGGAPAI KEBERKAHAN HIDUP




















.






.










.


:






.





























.




.
















.




Hadirin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah

Dari mimbar khutbah jumat ini khatib mengajak kepada diri khatib dan jamaah sekalian untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Peningkatan iman yang terus dilakukan
dengan peningkatan amal sholeh. Karena derajat kemuliaan seorang hamba di sisi Allah hanyalah dinilai
dengan ketakwaannya. Allah berfirman:









Sesungguhnya orang yang paling bertakwa di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.

Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah

Masyarakat yang berkah adalah masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan maksiat. Sebaliknya
masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang rentan. Ibarat
tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia tidak produktif dan bahkan tidak
bisa diharapkan darinya kebaikan.

Keberkahan suatu masyarakat itu mempunyai syarat khusus yang telah dipatok oleh Al-Quran sehingga
dengan mewujudkannya akan terwujudlah masyarakat yang mendapatkan keberkahan, sebagaimana
firman Allah:















.


Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al-Arof: 96)

Ustadz Sayyid Qutb mengomentari ayat ini sebagaimana yang ditulisnya dalam tafsir zhilal, beliau
mengatakan: Berkah-berkah yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang beriman dan bertakwa
secara tegas dan meyakinkan itu, bermacam-macam jenis dan ragamnya. Juga tidak diperinci dan tidak
ditentukan batas-batanya oleh nash ayat itu. Isyarat yang diberikan nash Al-Quran itu menggambarkan
limpahan yang turun dari semua tempat, bersumber dari semua lokasi, tanpa batas, tanpa perincian,
dan tanpa penjelasan. Maka ia adalah berkah dengan segala macam warnanya, dengan segala gambaran
dan bentuknya. Keberkahan yang dijanjikan kepada orang beriman dan bertakwa ialah bahwa
keberberkahan itu kadang-kadang menyertai sesuatu yang jumlahnya sedikit, tetapi memberikan
manfaat yang banyak serta diiringi dengan kebaikan, keamanan, kerelaan, dan kelapangan hati. Berapa
banyak bangsa yang kaya dan kuat, tetapi hidup dalam penderitaan, tidak ada rasa aman, penuh
goncangan dan krisis, bahkan menunggu kehancuran.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah

Ketika kehidupan berjalan secara sinergis antara unsur-unsur pendorong dan pengekangnya, dengan
bekerja di bumi sambil memandang ke langit, terbebas dari hawa nafsu, menghambakan diri dan tunduk
kepada Allah. Berjalan dengan baik menuju ke arah yang diredoin oleh Allah, maka sudah tentu
kehidupan model ini akan diliputi dengan keberkahan, dipenuhi dengan kebaikan dan dinaungi dengan
kebahagian.

Berkah yang diperoleh bersama iman dan takwa adalah berkah yang meliputi segala sesuatu. Berkah
yang terdapat di dalam jiwa, dalam perasaan, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Juga berkah yang
mengembangkan kehidupan dan meninggikan mutunya dalam setiap waktu. Jadi bukan semata-mata
melimpahnya kekayaan namun dibarengi dengan penderitaan, kesengsaraan, kerusakan bahkan
kegersangan jiwa.

Tuntutan keberkahan yang dapat diambil dari tuntunan ayat di atas adalah: merealisasikan keimanan
dalam keseharian, meningkatkan ketaqwaan dalam setiap amalan. Maka sebaliknya, hal-hal yang akan
menghilangkan keberkahan itu adalah karena mendustakan ajaran dan ayat-ayat Allah, kemudian
terperosoknya seseorang bahkan masyarakat ke dalam kubangan kemaksiatan.

Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam salah satu bukunya Al jawaabul Kaafii liman Saala anid Dawaaisy
Syaafii menyebutkan beberapa bahaya dan pengaruh dosa terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat
yang akan membawa pada hilangnya keberkahan. Di antaranya pengaruh buruk dosa dan kemaksiatan
itu adalah:

Pertama: Dosa memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati.

Seorang yang penuh dengan dosa-dosa tidak akan lagi bersungguh-sungguh mengagungkan Allah. Kaki
akan terasa malas dan berat berat untuk melangkah ke masjid dan menghadiri pengajian. Badan terasa
sulit untuk bangun pada waktu fajar melaksanakan shalat subuh. Telinga tidak suka lagi mendengarkan
ayat-ayat Al Quran, lama kelamaan hati menjadi keras seperti batu bahkan bisa lebih keras dari pada
itu. Maka ia hilanglah rasa sensitive terhadap suatu dosa, tidak bergetar lagi hatinya ketika keagungan
Allah disebut. Allah berfirman:











































.


Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara
batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang
terbelah, lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena
takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqoroh: 74)

Kedua: Dosa membuat seseorang tidak mempunyai rasa malu.

Seseorang yang biasa berbuat dosa, lama-kelamaan tidak merasa berdosa lagi. Bahkan ia tidak merasa
malu berbuat dosa di depan siapapun. Bila rasa malu hilang maka hilanglah kebaikan. Rosulullah saw
bersabda: Rasa malu itu semuanya baik. Maksud dari hadist ini adalah: bahwa semakin kuat rasa malu
dalam diri seseorang akan semakin menyebar darinya kebaikan. Dengan demikian masyarakat yang
mempunyai rasa malu adalah masyarakat yang baik pula dan penuh nuansa kemanusiaan.

Ketiga: Dosa menghilangkan keberkahan dan nikmat serta menggantikannya dengan bencana.

Allah swt. selalu menceritakan bahwa diazabnya umat-umat terdahulu adalah karena mereka berbuat
dosa. Dalam surat Al Ankabuut ayat 40 Allah SWT berfirman:








.


Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang
Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang
mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada
yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah
yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS. An-Ankabut: 40)

:Dalam ayat yang lain Allah berfirman








































.
Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan
sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu
keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas
mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka
karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. (QS. An-anam: 6)

Kaum muslimin jamaah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Keberkahan yang kita inginkan dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara ini tidak akan terwujud
hanya dengan teori-teori dan arahan tanpa adanya kesadaran untuk saling mengingatkan dan keinginan
untuk mau mendengarkan dan menerima kebenaran, serta adanya kepedulian untuk saling menghargai,
saling mencintai, saling membantu dan memenuhi hak dan kewajiban. Oleh sebab itulah Rasulullah
berpesan kepada istri-istrinya untuk memperbanyak kuah masakan untuk dibagikan kepada tetangga-
tetangganya.

Memperbanyak kuah sebagaimana dimaksud oleh Rasulullah adalah, kepedulian kepada tetangga dan
masyarakat dalam arti luas. Apabila seorang memiliki kelebihan rezeki janganlah ia melupakan tetangga
kiri dan kanan, mungkin di antara mereka ada yang tidak memiliki makanan untuk hari itu, atau mungkin
anaknya sedang sakit namun ia malu meminjam uang untuk berobat. Bisa pula kepedulian ini dalam
bentuk non makanan, misalnya kesehatan dan biaya pendidikan. Siapakah yang paling memahami
kesulitan bersosial seseorang selain tetangganya?

Pentingnya kepedulian ini sehingga di akhirat nanti Allah akan mempertanyakannya kepada kita masing-
masing tentang kepedulian kita kepada sesama, Imam Muslim dalam kitab shohihnya meriwayat hadist
Qudsi:






.
















.














.




.














.

















Dari Abu Hurairoh ra, Rosulullah saw bersabda: Sesungguhnya Allah swt berfirman pada hari kiamat:
Wahai anak adam! Aku sakit kenapa engkau tidak menjengukku, ia berkata:Wahai Tuhanku,
bagaimana mungkin aku menjengukmu, sedangkan engkau adalah Tuham semesta alam. Allah
berfirman: Engkau tahu bahwa seorang hamba-Ku sakit di dunia akan tetapi engkau tidak
menjenguknya, seandainya engkau menjenguknya sungguh engkau akan dapati Aku di sisinya. Wahai
anak adam, Aku meminta makan kepadamu, kenapa engkau tidak memberiku? Orang itu berkata:
Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku member-Mu makan, sedangkan engkau adalah Tuhan
semesta alam? Allah berfirman: Engkau mengetahui ada dari hamba-Ku yang kelaparan dan engkau
tidak memberinya makan, sekiranya engkau memberinya makan, niscaya engkau dapati Aku di sisinya.
Wahai anak adam Aku meminta minum padamu, sedang engkau enggan memberik-Ku minum. Ia
berkata: Wahai Tuhanku, bagaimana aku memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah Tuhan
semesta alam? Allah menjawab: Seseorang meminta minum padamu dan engkau tak memberinya,
sekiranya engkau memberinya minum niscaya engkau dapati Aku di sisinya. (HR. Muslim)

Kaum muslimin jamaah jumat yang dimuliakan Allah

Kesimpulan yang dapat kita tarik dari khutbah yang singkat ini adalah: bahwa tidak mungkin individu
yang kotor, yang hidup di alam dosa, akan melahirkan masyarakat yang baik. Oleh karena itu, jalan satu-
satunya untuk membangun masyarakat yang bersih dan beradab, penuh dengan nuansa tolong-
menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, yang jauh dari kerjasama dalam keburukan dan dosa, adalah
hanya dengan kembali bersungguh-sungguh mentaati Allah dan mengagungkan-Nya. Kembali
meramaikan masjid, mengajak keluarga, anak-anak untuk menunaikan sholat sebagai kewajiban kita
kepada Allah yang tak boleh dilalaikan apapun kondisinya, membaca dan memahami Al-Quran,
menerapkan pengetahuan tentang islam yang sudah diketahui, mengendalikan nafsu dari dosa-dosa dan
sesuatu yang mendatangkan murka Allah serta tidak melupakan untuk saling peduli dan saling
mengingatkan sesama saudara dan tetangga.

Semoga Allah menjadikan masyarakat dan bangsa kita bangsa yang mendapatkan keberkahan,
mengumpulkan kita dalam umat Rosulullah yang terbaik dan terjauhkan dari ketergelinciran ke dalam
jurang kemaksiatan. Amiin ya Rabbal alamin.











.




.
























.





KHUTBAH KEDUA
.

.
.


.


:
!! .
.

.


. .
:





.



.

.













.


.

.



.

Anda mungkin juga menyukai