Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia ( bahasa Yunani) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah
normal.Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka
mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah
sesuai yang diperlukan tubuh . keadaan ini sering menyebabkan energi dalam tubuh
menjadi menurun sehingga terjadi 5L atau lemah, lesu, lemas, lunglai, dan letih. Dalam
hal ini orang yang terkena anemia adalah orang yang menderita kekurangan zat besi.

Seseorang yang menderita anemia akan sering mengalami keadaan pusing yang
sedang hingga berat dikarenakan Meningkatnya penghancuran sel darah merah,
Pembesaran limpa, Kerusakan mekanik pada sel darah merah, Reaksi autoimun terhadap
sel darah merah : Hemoglobinuria nokturnal paroksismal, Sferositosis herediter,
Elliptositosis herediter. Seseorang yang sering mengalami anemia di sebabkan karena
pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa
menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika
anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.

B. Masalah

Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan anemia

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Membuat asuhan keperwatan pada pasien dengan penyakit anemia
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi anemia
b. Untuk mengetahui etiologi anemia
c. Untuk mengetahui manisfetasi klinis anemia
d. Untuk mengetahui patofisiologi anemia
e. Untuk mengetahui klasifikasi dan jenis anemia
f. WOC
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh.
Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut okesigen ke jaringan (Smeltzer & Bare, 2002).
Anemia adalah berkurangnya kadar Hb dalam darah sehingga terjadi gangguan
perfusi O2 ke jaringan tubuh. Disebut gravis yang artinya berat dan nilai Hb di bawah 7
g/dl sehingga memerlukan tambahan umumnya melalui transfusi. Anemia adalah
berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan
volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006).

B. Etiologi
Penyebab anemia pada dewasa terbagi menjadi dua, yakni :
1. Kehilangan sel darah merah
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diakibatkan berbagai penyebab diantaranya adalah trauma, ulkus,
keganasan, hemoroid, perdarahan pervaginam, dan lain-lain.
b. Hemolisis yang berlebihan
Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi dikenal sebagai hemolisis, terjadi
jika gangguan pada sel darah merah itu sendiri memperpendek siklus hidupnya
(kelainan intrinsik) atau perubahan lingkungan yang menyebabkan penghancuran
sel darah merah (kelainan ekstrinsik). Sel darah merah mengalami kelainan pada
keadaan :
1) Hemoglobinopati atau hemoglobin abnormal yang diwariskan, contohnya
adalah pada penderita penyakit sel sabit (sickle cell anemia)

a) Gangguan sintesis globin, contohnya pada penderita thalasemia


b) Kelainan membrane sel darah merah, contohnya pada sferositosis
herediter dan eliptositosis
c) Difisiensi enzim, seperti defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD)
dan defisiensi piruvat kinase (Price, 2006).
2) Kekurangan zat gizi seperti Fe, asam folat, dan vitamin B12.
C. Manifestasi klinis

1. Lemah, letih, lesu dan lelah


2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat.Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit
dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada
kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah
yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam sistem
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin
yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan meningkatkan bilirubin
plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik
pada sclera.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi
pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(protein pengikat hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (mis., apabila jumlahnya
lebih dari sekitar 100 mg/dL), hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke
dalam urin (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan
hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah
abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui
sifat hemolitik tersebut.
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi, biasanya
dapat diperoleh dengan dasar (1) hitung retikulosit dalam sirkulasi darah, (2) derajat
proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti
yang terlihat dengan biopsy; dan (3) ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemian.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke
seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang.
Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting. Salah satunya otak, otak terdiri dari
2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang
memorinya lemah, lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki
(Sjaifoellah, 1998).

E. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
agen neoplastik/sitoplastik
terapi radiasi
antibiotic tertentu
obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
benzene
infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
Gejala-gejala:
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan
saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
Hematokrit turun 20-30%
Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi
eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik
normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini
meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus,
hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
Atropi papilla lidah
Lidah pucat, merah, meradang
Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita,
makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah:
Pengaruh obat-obatan tertentu
Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
Proses autoimun
Reaksi transfusi
Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT WHO NCI

Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0


g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 4 (mengancam < 6.5 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
jiwa) < 6.5 g/dL

F. WOC
BAB III
ASKEP
Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada penderita anemia meliputi

1. Identifikasi klien : nama klien, jenis kelamin, agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan,
dan alamat.
2. Identitas penanggung
3. Keluhan utama dan riwayat kesehatan masa lalu
Keluhan utama :pada keluhan utama akan nampak semua apa yang dirasakan klien pada
saat itu sepert ikelemahan, nafsu makan menurun dan pucat.
4. Riwayat kesehatan masa lalu :riwayat kesehatan masa lalu akan memberikan informasi
kesehatan atau penyaki tmasa yang pernah diderita.

Pemerisaanfisik

1. Aktivitas/istirahat
Gejala :
a. Keletihan, kelemahan, malaise umum.
b. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat bekerja
c. Toleransi terhadap latihan rendah
d. kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda :
a. Takikardi/takipnea; dispneu pada bekerja atau istirahat
b. Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya.
c. Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
d. Ataksia, tubuh tidak tegak
e. Bahu turun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda lainnya yang
menunjukkan keletihan
2. Sirkulasi
Gejala :
a. Riwayat kehilangan darah kronis, mis., perdarahan GI kronis, menstruasi berat;
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebih)
b. Riwayat endo karditis infeksi kronik
c. Palpitasi
Tanda :
a. TD : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural
b. Disritmia : Abnormalitas EKG, mis., depresi segmen ST dan pendataran arau
depresi gelombang T; takikardia
c. Ekstremitas (warna) : Pucat pasda kulit daan membran mukosa (konjungtiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku; kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau
kuning lemon terang (PA)
d. Sklera (Biru atau utih)
e. Pengisian kapiler melambat
f. kuku mudah patah
g. Rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature.
3. Eliminasi
Gejala :
a. Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
b. Flatulen, sindrom malabsorpsi
c. Hematemesis, melena
d. Diare atau konstipasi
e. Penurunan haluaran urin

Tanda :
a. Distensi Abdomen
4. Makanan/cairan
Gejala :
a. Penurunan masukan diet, mual/muntah, dyspepsia, adanya penurunn berat badan.
Tanda :
a. Lidah tampak merah (AP ; defisiensi as. folat dan vit. B12)
b. Membran mukosa kering, pucat
c. Turgor kulit : buruk, kering, tampakkisut/hilang elastisitas
d. Stomatitis dan glositis
5. Neurosensori
Gejala :
a. Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, ketidakmampuan berkonsentrasi,
insomnia, keseimbangan buruk, sensasi menjadi dingin.
Tanda gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis, epitaksis (aplastik)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen samar ; sakit kepala
Tanda : Perilaku distraksi, gelisah
7. Pernapasan
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Tanda : Takipnea, ortopnea, dispnea
8. Seksualitas
Gejala : Perubahan aliran menstruasi, mis., menoragia atau amenore, hilang libido (pria
dan wanita), impoten
Tanda : Serviks dan dinding vagina pucat

H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang biasa muncul pada pasien dengan sindrom nefrotik menurut Nurarif &
Kusuma (2013), meliputi :
. intoleren aktivitas
. gangguan pertukaran gas
.

J. Perencanaan keperawatan
DIAGNOSA PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Intoleren aktivitas Setelah Mandiri
berhubungan dengan dilakukan 1. Kaji kemampuan 1. mempengaruhi
ketidakseimbangan tindakan pasien untuk pilihan intervensi atau
antara suplai oksigen keperawatan melakukan tugas, bantuan
dan kebutuhan ditandai selama 2x24 jam, catat laporan
dengan : toleransi klien kelelahan, keletihan, 2. menunjukkan
DS : Klien terhadap aktivitas dan kesulitan perubahan neurology
mengatakan : meningkat, menyelesaikan tugas karena defisiensi
Sering pusing dengan criteria : vitamin B12
Cepat lelah 1. klien dapat 2. kaji kehilangan mempengaruhi
Mata berkunang- beraktivitas atau gangguan keamanan pasien atau
kunang secara mandiri keseimbangan gaya resiko cedera
Gelisah jalan, kelemahan otot
Tidak bisa beraktivitas 2. observasi TTV 3. manifestasi
Nyeri dada dalam batas 3. monitor TD, nadi, kardiopulmonal dari
DO : klien tampak normal pernapasan, selama upaya jantung dan
terlihat : dan sesudah aktivitas. paru untuk membawa
Pucat Catat respon terhadap jumlah oksigen
Gelisah tingkat aktivitas (mis. adekuat ke jaringan.
Cemas Penigkatan denyut
Nafas pendek jantung/TD, 4. meningkatkan
Konjungtiva anemis distritmia, dispnea, istirahat untuk
Sulit dalam melakukan takipnea, dsb.) menurunkan
aktivitas kebutuhan oksigen
TTV 4. berikan lingkungan tubuh dan
TD : mengalami tenang. Pertahankan menurunkan
penurunan (Dws: tirah baring bila regangan jantung dan
120/80 mmHg) diindikasikan. paru
N : lemah (Dws: 60- Monitor dan batasi
100x/menit) pengunjung, telepon, 5. hipotensi postural
R : meningkat dan gangguan atau hipoksia serebral
(Normal: 12- berulang tindakan dapat menyebabkan
20x/menit) yang tidak pusing, berdenyut,
SB : meningkat ( direncanakan. dan peningkatan
Normal : 370C ) resiko cedera
5. ubah posisi pasien
dengan perlahan dan 6. mempertahankan
Pemeriksaan Lab. pantau terhadap tingkat energi dan
Hb : kurang dari pusing meningkatkan regang
normal ( Nilai normal, pada sistem jantung
L : 13,5-18 gr % P : 6. prioritaskan jadwal dan pernapasan
12-16 gr % ) asuhan keperawatan
LED : meningkat ( untuk meningkatkan 7. membantu bila
Nilai normal, L : 0 istirahat. Pilih periode perlu, harga diri
15 mm/jam P : 0 20 istirahat dengan ditingkatkan bila
mm/jam ) periode aktivitas pasien melakukan
CT (Pembekuan) : sesuatu sendiri.
memanjang ( Nilai 7. berikan bantuan
normal, 5 11 menit ) dalam 8. meningkatkan
BT (Pendarahan) : aktivitas/ambulansi secara bertahap
memanjang ( Nilai bila perlu, tingkat aktivitas
normal, 1 7 menit ) memungkinkan pasien sampai normal dan
Retikulosit : kurang untuk melakukannya memperbaiki tonus
dari 1 % ( Nilai sebanayk mungkin otot/stamina tanpa
normal, Dws : 0,2-2 % kelemahan.
Anak : 4-6 % ) 8. rencanakan Meningkatkan harga
kemajuan aktivitas diri dan rasa
dengan pasien, terkontrol
termasuk aktivitas
yang pasien pandang 9. mendorong pasien
perlu. Tingkatkan melakukan banyak
tingkat aktivitas dengan membatasi
sesuai toleransi penyimpangan energi
dan mencegah
9. gunakan tekhnik kelemahan
penghematan energi,
mis. Mandi dengan 10. regangan/stress
duduk, duduk untuk kardiopulmonal
melakukan tugas- berlebihan atau stress
tugas dapat menimbulkan
dekompensasi atau
10. anjurkan pasien kegagalan
untuk menghentikan
aktivitas bila palpitasi,
nyeri dada, napas
pendek, kelemahan,
atau pusing terjadi
Gangguan pertukaran Setelah Mandiri
gas berhubungan dilakukan 1. kaji tingkat 1. jaringan otak
dengan penurunan tindakan kesadaran atau fungsi sangat sensitive pada
kapasitas pembawa keperawatan mental secara teratur penurunan oksigen
oksigen darah ditandai selama 2x24 jam, dan dapat merupakan
dengan : proses pertukaran 2. kaji toleransi indicator dini
gas pada klien aktivitas: batasi terjadinya hipoksia
DS : klien kembali normal, aktivitas dalam
mengatakan : dengan criteria : tolerasnsi pasien atau 2. penurunan
Sering pusing 1. klien tempatkan pasien kebutuhan metabolic
Cepat lelah menunjukkan pada tirah baring. tubuh menurunkan
Mata berkunang- perbaikan Bantu dalam kebutuhan
kunang ventilasi mobilitas sesuai oksigen/derajat
Gelisa kebutuhan. hipoksia
Sesak nafas 2. frekwensi dan
Nyeri dada pola nafas 3. dorong pasien 3. melindungi dari
DO : klien tampak normal untuk memilih kelelahan berlebihan.
terlihat : periode istirahat dan Menurunkan
Pucat 3. klien tidak aktivitas. Jadwalkan kebutuhan
Gelisah menunjukkan periode istirahat oksigen/derajat
Bunyi nafas tidak adanya sianosis sesuai indikasi. hipoksia
teratur
Cemas 4. klien 4. peragakan dan 4. relaksasi
Lemah berpatisispasi dorong penggunaan menurunkan tegangan
Nafas pendek dalam aktivitas tekhnik relaksasi, otot dan ansietas dan
Bernafas menggunakan sehari-hari tanpa mis., bimbingan kebutuhan metabolic
cuping hidung kelemahan dan imajinasi dan untuk oksigen
Mukosa bibir sianosis kelelahan visualisasi.
Konjungtiva anemis 5. masukkan yang
TTV 5. tingkatkan masukan mencukupi perlu
TD : mengalami cairan yang adekuat untuk mobilisasi
penurunan (Dws: mis., 2-3 L/hari dalam sekret dan mencegah
120/80 mmHg) toleransi jantung. hiperviskositas
N : lemah (Dws: 60- darah/sumbatan
100x/menit) 6. batasi pengunjung kapiler
R : meningkat atau staf.
(Normal: 12- 6. melindungi dari
20x/menit) Kolaborasi potensial sumber
SB : meningkat ( 7. berikan suplemen infeksi pernapasan
Normal : 370C ) oksigen lembab sesuai
Pemeriksaan Lab. indikasi 7. memaksimalkan
Hb : kurang dari transport oksigen ke
normal ( Nilai normal, 8. lakukan atau bantu jaringan, khususnya
L : 13,5-18 gr % P : fisioterapi dada, pada adanya
12-16 gr % ) IPPB, dan spirometri gangguan
LED : meningkat ( intensif. paru/pneumonia
Nilai normal, L : 0
15 mm/jam P : 0 20 9. berikan pak SDM 8. dilakukan untuk
mm/jam ) atau transfuse tukar mobilisasi sekret dan
CT (Pembekuan) : sesuai indikasi. meningkatan
memanjang ( Nilai pengisian udara area
normal, 5 11 menit ) 10. berikan obat paru
BT (Pendarahan) : sesuai indikasi :
memanjang ( Nilai Antiperetik, contoh 9. meningkatkan
normal, 1 7 menit ) asetaminofen jumlah sel pembawa
Retikulosit : kurang (Tylenol) oksigen, melarutkan
dari 1 % ( Nilai persentase
normal, Dws : 0,2-2 % Antibiotik hemoglobin S (untuk
Anak : 4-6 % ) mencegah sabit),
memperbaiki
sirkulasi, dan
merusak sel sabit.
SDM kemasan
biasanya digunakan
karena kurang dapat
membuat kerja
berlebihan dari
sirkulasi. Catatan:
transfuse sebagian
pada individu resiko
tinggi, mis., luka kaki
berat, kronis,
persiapan untuk
anastesi umum,
kehamilan trimester
III

11.
mempertahanankan
normotermi untuk
menurunkan
kebutuhan oksigen
metabolic tanpa
mempengaruhi pH
serum, yang dapat
terjadi karena aspirin
Antibiotic spectrum
luas dimulai dengan
segera sambil
menanti hasil kultur
infeksi yang
dicurigai, kemudian
mungkin diubah bila
patogen khusus
teridentifikasi.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah
(Anonim).anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap laboratorium.
Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah manusia dengan
menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Banyak cara penangan yang dilakukan
untuk mengatasi penyakit ini salah satunya adalah pemberian fe, dan lain-lain.

B. Saran
Karena kesehatan adalah nikmat yang paling berharga yang diberikan oleh Tuhan
Maha Esa, maka dari itu keseharan perlu di pelihara, dan diertahankan. Sebelum mengobati
lebih baik mencegah.
DAFTAR PUSTAKA
NANDA International. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015
- 20147 Jakarta: EGC.
elsevier (2013) NOC
elsevier (2013).NIC
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit (6 ed., Vol. II). (H. Hartanto, Ed., & B. U. Pendit, Trans.) Jakarta: EGC
smaltzer,suzanne c (2002)buku ajar keperawatan medikal bedah:jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai