Peran Metformin Dalam Terapi Kesehatan Di Masa Depan
Peran Metformin Dalam Terapi Kesehatan Di Masa Depan
Setelah lima decade secara terus menerus penelitian yang telah disediakan dan
tidak tertandingi kemanjuran serta keamanan basis data yang mendukung
penggunaan metformin dalam diabetes tipe 2. Keterlanjutan dari penelitian
kedalam mekanisme aksi, seiring dengan evaluasi metformin dalam pra-diabetes,
sindrom polikistik ovarium, steatohepatitis non-alkohol, lypodystropy karena
HIV dan pencegahan kanker telah disediakan sebagai bab menarik dalam sejarah
metformin selanjutnya.
Andalan metformin secara jelas digunakan dalam terapi diabetes tipe 2, kondisi
tersebut dimana obat ini telah pertama kali dievaluasi di tahun 1950. Dalam
tahun sebelumnya, metformin selamat dalam seputar perdebatan tentang
penggunaan anti-diabetes oral pada umumnya, dan terutama krisis thalidomide.
Saat ini, metformin paling sering digunakan dalam anti-diabetes oral dalam
terapi pengobatan , dan rekomendasi terapi terkini untuk diabetes tipe 2
menganjurkan meresepkan metformin sejalan dengan diet dan olahraga pada
saat mendiagnosis diabetes (1). Secara unik, metformin sesuai untuk semua
subkelompok klinik yang penting dari diabetes tipe 2, termasuk orang tua dan
anak-anak usia 10 tahun keatas (2). Tampaknya peran metformin sebagai dasar
terapi untuk diabetes tipe 2 akan terus berlanjut. Formula baru dari meformin
sedang dikembangkan pada hari ini (3-5),dan baru (6), dan orang tua (7-9) kelas
anti-diabetes oral yang ada dalam kombinasi tepat dengan metformin sebagai
pengakuan atas posisi dominan metformin untuk lini pertama farmakologi dalam
terapi diabetes tipe 2.
Di sisi lain dimana metformin telah dipelajari, basis data terbesar dari bukti
klinis berhubungan dengan terapi dari polycystic ovary syndrome (PCOS).
Memang, penelitian yang cukup telah dilakukan untuk memungkinkan otoritatif
meta-analisis dari efek metformin di PCOS(13,14). Hal ini menunjukan bahwa
metformin memperbaiki tingkat ovulasi, tingkat kehamilan, dan beberapa
kardio-metabolik dan gejala hormonal dari PCOS. Data ini telah membawa
masuknya metformin ke US dan Eropa sebagai terapi pedoman untuk kondisi
ini(15,16). Pastinya, akan merangsang penggunaan lebih lanjut dan evaluasi
metformin pada wanita dengan PCOS, meskipun tidak adanya indikasi saat ini
dalam penggunaan metformin untuk penyakit ini.
Penyakit seperti penyakit perlemakan hati dan HIV- yang berhubungan dengan
lipodystropi sindrom adalah kondisi lain yang menyebabkan resistensi insulin.
Beberapa uji coba secara tidak acak dan 2 secara acak telah menjelaskan
kemanjuran atau keberhasilan dari metformin pada non-alcoholic fatty liver
disease dan non-alcoholic steatohepatitis (NASH) (17,18). Metformin efektif
dalam peningkatan fungsi liver parameter dalam populasi ini, dimana tidak
mengherankan mengingat asosiasi yang dekat antara NASH dan insulin resisten.
Uji coba lebih dibutuhkan dalam bidang in, khususnya berkaitan dengan
perkembangan penyakit hepatic dan hasil klinis. Sama halnya dengan
serangkaian uji coba secara acak telah menunjukan metformin bekerja untuk
menangani insulin resisten dan mengatasi resiko kardio-metabolik yang
umumnya diteliti pada pasien dengan HIV- dengan lipodistropi syndrome. Sekali
lagi, informasi selanjutnya dibutuhkan dibidang ini, khususnya berkaitan dengan
hasil klinis.
CONCLUSIONS