dosis: 0.125 0.5 mg/ hari atau sesuai dengan anjuran dokter
cara penggunaan: saat perut kosong
gejala:
gejala-gejala seperti berikut ini:
Lelah
Pusing
Pucat
Bibir kesemutan
Gemetar
Berkeringat
Merasa lapar
Jantung berdebar-debar
Sulit berkonsentrasi
Mudah marah
Penderita hipoglikemia yang kondisinya makin memburuk akan mengalami gejala-gejala seperti:
Mengantuk
Gangguan penglihatan
Seperti kebingungan
Gerakan menjadi canggung, bahkan berperilaku seperti orang mabuk
Kejang
Hilang kesadaran
Phenitoin
Phenytoin adalah obat yang digunakan untuk mencegah
serangan epilepsi. Terjadinya kejang pada penderita
epilepsi disebabkan oleh gangguan pada aktivitas elektrik di
dalam otak. Fenitonin bekerja dengan cara menstabilkan
aktivitas elektrik tersebut sehingga kejang dapat dicegah.
Peringatan:
Bagi wanita hamil, sesuaikan dosis dengan anjuran dokter.
Sedangkan bagi wanita yang sedang menyusui, disarankan
untuk tidak mengonsumsi phenytoin.
Dosis Phenytoin
Berikut ini tabel mengenai dosis penggunaan phenytoin:
Sakit kepala
Pusing
Penglihatan ganda
Mengantuk
Konstipasi
Gemetar
Konsentrasi berkurang
Kurang nafsu makan
Sulit tidur
Temui dokter jika Anda mengalami reaksi alergi atau efek
samping yang berkepanjangan.
tidak boleh makan obat sembarangan
harus tepat dan teratur
terapi 2 tahun, tanpa gejala stop
1 tahun, kemudian kejang ulang
hepatototksik: gejala kuning
Obat KB, interaksi hamil
Aspirin + Clopidogrel
Sirolimus,
Paclitaxel dan Zotarolimus eluting stent diketahui dapat menurunkan kejadian revaskularisasi
dan tidak ditemukan kenaikan angka kematian maupun infark miokard dibandingkan dengan
BMS pada 4 tahun berikutnya.
Walaupun begitu penggunaan DES diketahui menyebabkan stent thrombosisyang lebih besar
daripada BMS. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa setelah implantansi DES penggunaan
DAPT selama 12 bulan diperlukan untuk menghindari late stent thrombosis. Pada akhirnya
disimpulkan bahwa terapi menggunakan DES lebih mahal dibandingkan BMS. Tetapi
analisis cost effective menunjukkan pengurangan biaya pada total pembiayaan penggunaan DES
dikarenakan menghindari prosedur berulang pada BMS.
3. Drug Coating Stent (DCS), merupakan stent golongan terbaru yang mengklaim bahwa dapat
memperpendek penggunaan DAPT hanya selama 1 bulan. Penggunaan DCS ini kompatibel
untuk pasien dengan high bleeding risk.
4. Saat ini sedang berkembang BVS (Bioabsorbable Vascular Scaffold) merupakan teknologi
terkini semacam stent tetapi bukan merupakan ring metal yang dapat menopang pembuluh darah
agar tetap terbuka dan akhirnya akan terserap kedalam pembuluh darah.
Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi perhatian dalam penggunaan DAPT bagi pasien dengan
PCI menurut American College of Cardiology dan American Heart Association :
1. PCI dengan stent (BMS maupun DES) tidak dapat dilakukan bila pasien intoleransi dan
bermasalah terkait kepatuhan terhadap waktu penggunaan DAPT sesuai dengan jenis stent yang
dipasang.
2. Terapi antiplatelet diintensifkan dengan penambahan P2Y12 Inhibitor dalam monoterapi aspirin
dan perpanjangan waktu penggunaan DAPT, hal ini ditujukan untuk menurunkan resiko iskemik
namun berefek pada peningkatan resiko perdarahan. Sehingga terapi menggunakan DAPT dan
durasinya dibutuhkan pertimbangan rasio keuntungan dan kerugiannya.
3. Penurunan dosis aspirin, termasuk pada pasien yang menjalani terapi DAPT, berhubungan
dengan penurunan komplikasi perdarahan dibandingkan dengan proteksi terhadap kemungkinan
iskemik pada aspirin dosis tinggi. Dosis harian aspirin yang direkomendasikan untuk pasien
dengan DAPT adalah 81 mg.
4. Resiko stent thrombosis akan meningkat secara dramatis pada pasien yang tidak patuh terhadap
penggunaan DAPT, dan stent thrombosis ini berhubungan dengan tingkat mortalitas sekitar 20%
45%. Dikarenakan resiko stentthrombosis pada penggunaan BMS lebih besar pada 14 30
hari pertama, maka direkomendasikan minimal penggunaan DAPT selama 1 bulan.
5. Dalam penggunaan DES pasien diwajibkan menggunakan DAPT setidaknya selama 12 bulan
untuk menghindari stent thrombosis yang dijumpai setelah 30 hari penggunaan stent. Bagi pasien
yang tidak dapat mentoleransi DAPT dengan baik tanpa resiko perdarahan, penggunaan DAPT
lebih dari waktu minimal tersebut di atas dapat dilakukan.
6. Pada pasien dengan ACS (Non STEMI atau STEMI) yang diterapi menggunakan DAPT setelah
PCI dengan stent dan pada pasien dengan ACS Non STEMI yang mendapatkan monoterapi
(tanpa revaskularisasi), disarankan menggunakan Ticagrelor dibandingkan Clopidogrel. Dalam
studi PLATO (Platelet Inhibition and Patient Ouetcomes) yang dilakukan oleh James SK, et al.,
2011, pasien dengan ACS diterapi menggunakan obat saja atau menggunakan obat dan dilakukan
PCI. Terapi menggunakan Ticagrelor 90 mg 2 kali sehari dibandingkan Clopidogrel sehari
sekali, memberi hasil pada komplikasi iskemik yang lebih kecil, 12% dengan Ticagrelor
dibandingkan 14,3% dengan Clopidogrel.
7. Operasi elektif nonkardiologi harus dibatalkan setidaknya 30 hari sesudah implantasi BMS dan 6
bulan sesudah implantansi DES. Pada pasien post implantansi BMS atau DES yang tetap harus
menjalankan prosedur operasi, diharuskan menghentikan terapi P2Y12 Inhibitor dan dapat
melanjutkan penggunaan aspirin bila mungkin. Segera setelah operasi selesai
penggunaan P2Y12 Inhibitor dapat dimulai kembali.
Dengan adanya stent, maka angina berulang dan kebutuhan tindakan revaskularisasi ulangan
juga menurun. Stent juga akan menurunkan resiko tindakan pada pasien dengan APTS, termasuk
menurunkan risiko oklusi akut, infark jantung, kebutuhan CABG darurat dan mengurangi
restenosis jangka panjang. Dengan penggunaan DAPT maka thrombosis akut dan sub akut dapat
ditekan sekitar <1%. Terkait dengan banyaiknya pilihan stent yang ada saat ini, apoteker
hendaknya dapat berperan dalam melakukan edukasi dan monitoring dalam penggunaan
DAPT (Dual Anti Platelet Therapy = aspirin dan P2Y12Inhibitor) yang sangat dibutuhkan pada
pasien post PCI.
Dikutip dengan perubahan dari :
1. 2011 ACCF/AHA/SCAI Guideline for Pecutaneous Coronary Intervention
2. 2016 ACC/AHA Guideline Update on Duration of Dual Antiplatelet Therapy in CAD Patients
3. Leon MB, Baim DS, Popma JJ, et al. A clinical trial comparing three antithrombotic-drug
regimens after coronary-artery stenting. StentAnticoagulation Restenosis Study Investigators. N
Engl J Med. 1998;339:1665-71.
4. James SK, Roe MT, Cannon CP, et al. Ticagrelor versus clopidogrel in patients with acute
coronary syndromes intended for non-invasive management: substudy from prospective
randomised PLATelet inhibition and patient Outcomes (PLATO) trial.BMJ. 2011;342:d3527.