Anda di halaman 1dari 16

Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, JanApr 2010, hlm.

15-30 Volume 17, Nomor 1


ISSN 0854-3844

EKSISTENSI BPKP DALAM PENGAWASAN


KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
AGUNG SUSENO1*

1
Pasca Sarjana Ilmu Administrasi FISIP UI

Abstract. The existence of BPKP financial and development control is still in dilemma, because in the
process of controlling it still encounters problems. This research aimed to describe the controlling process,
the controlling problem, and the performance of BPKP (Board of Finance and Development Control). This
research used qualitative approach with the method of in-depth interview. The result of this research indicated
that BPKP still encountered problems such as human resource quality, budgets, facilities, working method,
negative perception from society, and dominant external controller. Despite all the problems, BPKP still plays
an important role in controlling Indonesian finance and development.

Keywords: controlling process, controlling problem

PENDAHULUAN dap pembangunan belum dijalankan dengan baik.


Kedua, transparansi dari pengawasan yang dilakukan
Reformasi telah memberikan dampak yang signifi- oleh BPKP juga hanya beredar pada kalangan tertentu
kan bagi Indonesia. Tidak hanya pada pemegang ke- saja, terutama elit birokrasinya.
kuasaan tetapi reformasi juga telah mengubah sistem Menurut Alfred (1988), tujuan pengawasan adalah
pengawasan dan tata pemerintahan. Badan Pengawasan menjamin pekerjaan mengikuti rencana; mencegah ke-
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah salah satu keliruan; memperbaiki efisiensi; mewujudkan ketertiban
lembaga pengawas internal pemerintah yang memegang pada pekerjaan; menjajaki dan memperbaiki kekeliruan
peranan penting dalam pengawasan. Sejak Orde Baru secara lebih mudah dan meyakinkan; mengenali dan
(Orba), lembaga ini diberi wewenang yang besar untuk menggambarkan prestasi yang maksimal; dan memperbaiki
melakukan pengawasan di Indonesia. kualitas manajemen secara keseluruhan. Menurut Hidayat,
Namun, setelah tumbangnya rezim Orba, lembaga dkk (2005) di dalam melakukan pengawasan, terdapat
ini justru dikebiri fungsinya secara perlahan-lahan. kendala-kendala yang dihadapi. Kendala-kendala ya-
Penguatan kembali fungsi-fungsi lembaga pengawas ng dihadapi antara lain: pertama, pejabat yang salah
eksternal seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), menangkap makna dan esensi sesungguhnya terhadap
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), serta Inspek- tugas-tugas pengawasan. Kedua, persepsi beberapa
torat Jendral (Itjen) dan Inspektorat Daerah (Itda) pihak bahwa pengawasan hanya untuk mencari-cari
membuat fungsi yang selama ini dijalankan oleh kesalahan. Ketiga, sikap apatisme dan tidak mau peduli
BPKP berkurang. Objek pengawasan yang berada di karena menilai pengawasan sudah dilakukan secara
BUMN/D juga telah digantikan fungsi pengawasannya fungsional, padahal pengawasan merupakan salah satu
oleh akuntan publik. Pengawasan tidak disertai dengan fungsi manaje-men yang sejajar dengan fungsi lainnya.
pendistribusian otoritas baik secara internal kepada bawahan Keempat, di kalangan tertentu adanya perasaan ewuh
maupun secara eksternal kepada instansi-instansi lain yang pakewuh dalam melaksanakan pengawasan, sehingga
terkait dengan pelayanan publik (Prasojo,2006). Padahal, nampak ada kontroversi antara rasa kebersamaan dengan
pengawasan yang terkotak-kotak atas pengawasan bidang sikap lugas dalam melaksanakan tugas. Kelima, kesalahan
pemerintahan, bidang keuangan, bidang pembangunan, dan dalam menempatkan seseorang pada kedudukannya,
bidang kesejahteraan sebenarnya memiliki satu teori dalam sehingga kurangnya penguasaan atasan terhadap sub-
bangun mekanismenya (Maksum, 2006). stansi masalah yang harus diawasi. Keenam, kolusi atau
Kondisi di atas memunculkan isu pembubaran persekongkolan antara pimpinan dan bawahan. Ketujuh,
BPKP sebagai lembaga pengawas. Penyebabnya, ketakutan akan timbulnya reaksi karena pimpinan mem-
dengan membubarkan BPKP maka akan tercipta ko- punyai kelemahan sendiri yang mungkin akan dibongkar
ndisi yang efisien dan efektif dalam pengawasan. bawahan. Terakhir, kebiasaan menyenangkan pimpinan,
Lembaga yang dijadikan kambing hitam adalah asal atasan senang sehingga memastikan kreativitas dan
BPKP. Pertama, fokus pengawasan BPKP hanya pe- inovasi serta hilangnya objektivitas.
meriksaan keuangan, sedangkan pengawasan terha- Alfred (1988) berpendapat bahwa pengawasan mem-
punyai karakteristik, yaitu antara lain pengawasan mu-
*Korespondensi: +628561262262 ; agung.suseno@ui.ac.id dah dipahami; pengawasan memberikan informasi yang
16 Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Vol. 17, No. 1, JanApr 2010, hlm. 15-30

akurat dan tepat waktu; pengawasan bersifat ekonomi; is the process of taking the necessary preventive or
dan pengawasan diterima oleh pekerja atau pegawai dan corrective actions to ensure that the organizations
pimpinan. Suatu pengawasan akan bermakna bilama-na mission and objectives are accomplished as effectively
dapat memainkan peranannya dengan baik. Indikator- and efficiently as possible, bahwa pengawasan
nya adalah sebagai berikut (Hidayat dkk., 2008) pihak dijadikan sebagai alat pemastian untuk tercapainya
yang diawasi merasa terbantu, sehingga dapat tujuan secara efektif dan efisien.
mencapai visi dan misinya secara efektif dan efisien; Pengawasan tidak hanya berlaku pada skala manajemen
dapat menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, kecil saja, melainkan organisasi setingkat negara juga mem-
partisipasi, dan akuntabilitas; dapat menimbulkan sua- butuhkan pengawasan. Pengawasan menjadi bagian tidak
sana saling percaya di dalam dan di luar lingkungan terpisahkan dalam penyelenggaraan negara, khususnya
operasi organisasi; dapat meningkatkan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara. Keuangan negara
organisasi; dapat meningkatkan kelancaran operasi merupakan bagian yang perlu diawasi karena jika tidak
organisasi; dan dapat mendorong terwujudnya good diawasi akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan
governance. negara bahkan akan menyebabkan kerugian bagi negara
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka tujuan itu sendiri. Segala urusan pemerintah yang berkaitan
penelitian ini adalah mendeskripsikan proses dan dengan kepentingan negara, khususnya dalam hal ke-
hambatan-hambatan yang terjadi dalam pengawasan uangan negara, harus diiringi dengan pengawasan agar
keuangan dan pembangunan di BPKP; dan eksistensi berjalan sesuai dengan tujuan dan aturan yang telah
BPKP dalam pengawasan keuangan dan pembangunan ditetapkan.
di Indonesia. Suatu negara pasti memiliki tujuan dan untuk men-
capai tujuan tersebut salah satu cara yang dilakukan
METODE PENELITIAN adalah dengan melaksanakan fungsi pengawasan deng-
an mendirikan lembaga-lembaga pengawas. Lembaga-
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian lembaga pengawas yang dibentuk ini memiliki karakter-
ini adalah pendekatan kualitatif (Neuman,2006). istik berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui Perbedaan ini salah satu cirinya dapat dilihat dengan
bagaimana eksistensi BPKP dalam pengawasan keu- adanya lembaga pengawas eksternal dan lembaga
angan dan pembangunan di Indonesia. Berdasarkan pengawas internal. Gunawan dkk. (2007) menjelaskan
tujuan penelitian, jenis penelitian ini termasuk da- salah satu jenis pengawasan dapat dibedakan berdasar-
lam penelitian deskriptif yang memiliki perhatian kan subjeknya, yaitu pengawasan internal dan pe-
menyajikan gambaran yang lengkap tentang BPKP, ngawasan eksternal. Di Indonesia, pengawasan juga
proses dan hambatan yang dihadapi dalam pengawasan terbagi menjadi dua bagian, yaitu pengawasan internal
keuangan dan pembangunan, serta eksistensi BPKP dan pengawasan eksternal, dimana setiap pengawasan
dalam pengawasan keuangan dan pembangunan di tersebut memerlukan lembaga untuk menanganinya.
Indonesia. Berdasarkan manfaat penelitian, penelitian Lembaga pengawas eksternal yang berada dalam pem-
ini termasuk dalam penelitian murni yang memiliki erintahan adalah BPK. Pemerintah sendiri mempunyai
orientasi akademis dan ilmu pengetahuan yang men- lembaga pengawas internal yaitu APIP yang terdiri atas
jelaskan pengawasan di dalam BPKP. Berdasarkan inspektorat kabupaten, inspektorat provinsi dan itjen.
dimensi waktunya, jenis penelitian ini termasuk dalam Selain itu, lembaga pengawas internal yang berada di
penelitian cross sectional. Metode yang dipakai pada bawah presiden adalah BPKP.
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif BPK sebagai lembaga pengawas eksternal memiliki
dengan strategi analisis data kualitatif tipe the tanggung jawab untuk memberikan hasil pemeriksaannya
illustrative method. terhadap DPR, DPD, dan DPRD. Jenis pemeriksaan ya-
ng dilakukannya beragam, seperti pemeriksaan terhadap
HASIL DAN PEMBAHASAN laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah, pe-
meriksaan kinerja, pemeriksaan dengan tujuan tertentu,
dan lain-lain. Itda baik tingkat I dan tingkat II juga
Pengawasan merupakan bagian yang tidak pernah memiliki peranan dalam pengawasan yang ditugaskan
terpisahkan dalam fungsi manajemen. Walaupun pe- oleh kepala daerah, pengguna dari laporan adalah ke-
ngawasan merupakan bagian terakhir dalam urutan pala daerah. Itjen memiliki tugas untuk melakukan
manajemen organisasi, namun keberadaan dalam urut- pengawasan dan hasil laporannya diserahkan kepada
an tersebut tidak mengurangi fungsi vitalnya dalam kepala lembaga atau kepala departemen. Lembaga
manajemen. Pengawasan digunakan sebagai salah terakhir yang memiliki tugas untuk melakukan peng-
satu alat ukur dimana roda organisasi dapat berjalan awasan internal presiden, yaitu BPKP, merupakan
dengan baik atau tidak dalam pencapaian tujuan lembaga pembina untuk implementasi sistem pengen-
suatu organisasi. Hal ini senada dengan apa yang dalian intern pemerintah dan juga memiliki fungsi
diungkapkan oleh Robert Kreitner (1992) control pengawasan yang dilakukan di seluruh Indonesia.
SUSENO, EKSISTENSI BPKP DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 17

Kegiatan Pengawasan BPKP

Pre-emtif Preventif Represif

Sosialisasi dan Bimbingan teknis, Audit investigasi,


konsultasi pengembangan/penyusunan sistem, perhitungan kerugian
kajian, inventarisasi BMN, assessment Negara, dan
GG, pelayanan publik, audit keuangan, memberikan
kinerja, operasiobnal, dan tujuan keterangan ahli
tertentu
Gambar 1. Kegiatan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
BPKP
Sumber: LAKIP BPKP 2008

Lembaga-lembaga pengawas baik eksternal dan pengawasan preventif dan represif dimana represif me-
internal tersebut memiliki peran penting dalam penye- rupakan pengawasan yang dilakukan setelah terjadinya
lenggaraan negara, terkhusus yang menjadi perhatian penyimpangan-penyimpangan.
dalam penelitian saat ini adalah lembaga pengawas Menurut data tahun 2008, kegiatan sosialisasi dila-
internal pemerintah yang dilakukan oleh BPKP. BPKP kukan sebanyak 742 kali di daerah-daerah. Sosial-
dalam kegiatan pengawasan memegang peranan untuk isasi ini bisa berbentuk sosialisasi LAKIP, anggaran
melakukan pengawasan di seluruh Indonesia. Peranan berbasis kinerja, manajemen resiko, dan lain-lain.
pengawasan yang diberikan begitu besar ini setidak- Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan di daerah Jak-
nya akan menimbulkan hambatan dalam pengawasan. arta, Kutai, Samarinda, Palu, Halmahera, Bali, Deli
Hambatan itu muncul baik dari sisi internal ataupun Serdang, Medan, Nias, Tanjung Balai, Bontang, Nusa
eksternal BPKP, mulai dari SDM, keuangan, peralatan Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tenggara, Jawa
pengawasan, dan lain-lain. Berbagai macam hambatan Barat, Lampung, Nangroe Aceh Darussalam (NAD),
yang timbul ini menyebabkan eksistensi BPKP dalam Sumatera Utara, dan sebagainya. BPKP melakukan
pengawasan keuangan dan pembangunan merupakan isu 404 asistensi yang tersebar di seluruh pemerintah kota,
yang menarik untuk dipelajari. kabupaten, dan provinsi. Di samping itu, asistensi
ini juga dilakukan perwakilan-perwakilan BPKP di
A. Proses Pengawasan Keuangan dan Pembangunan setiap provinsi dan BUMN/D. Koordinasi dan Forum
di BPKP Koordinasi dilaksanakan di Jakarta dan Yogyakarta
Proses pengawasan yang dilakukan oleh BPKP sebanyak lima kali. Koordinasi dilakukan dengan
selama ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pengawasan pihak penyidik, yaitu kejaksaan dan kepolisisan.
dilakukan di awal, di tengah, dan di akhir periode. Di Selain itu, koordinasi juga dilakukan dengan pemda/
awal dan di tengah periode, BPKP melakukan tin- instansi lain di daerah. Forum koordinasi dilaksanakan
dakan pre-emtif dan preventif sedangkan di bagian berkaitan dengan kegiatan penyidikan/investigasi.
akhir dilakukan dengan represif. Tindakan pre-emtif Evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah,
dilakukan dengan cara sosialisasi dan deseminasi. Ti- LAKIP, kinerja, atas OPAD, atas program peningkatan
ndakan preventif dilakukan dengan cara bimbingan kinerja, dan efektivitas pelaksanaan program dilaksa-
teknis dan asistensi. Sedangkan tindakan represif dila- nakan sebanyak 2.518 kali. Evaluasi tersebut dilaksana-
kukan dengan cara audit investigasi. kan di Aceh Utara, NTT, Bali, Pagar Alam, Balikpapan,
Di BPKP, pengawasan pre-emtif dan preventif di- Gunung Mas, Sikka, Banjo, Jakarta, Flores, Gayo
kelompokkan ke dalam fungsi pembinaan. Pembinaan Lues, Halmahera, dan sebagainya. BPKP telah me-
ini dilakukan terhadap lembaga-lembaga pemerintah baik laksanakan 5.341 kali berupa audit selama tahun
departemen, non-departemen maupun BUMN/D. Berbeda 2008 dilaksanakan tersebar di seluruh Indonesia, baik
dengan kedua pengawasan tersebut, pengawasan repre- PDAM, Pearl Oil, Bantuan Langsung, Ujung Pandang,
sif merupakan pengawasan yang bersifat pemeriksaan. Salatiga, Lombok Tengah, Nunukan, Sumbawa, Tegal,
Hal ini dilakukan karena dalam perjalanan proses Tanah Toraja, Pare-Pare, Jeneponto, Maros, Mamuju,
pe-ngawasan ditemukan penyimpangan-penyimpang- Bontang, Blora, Lampung Selatan, Samarinda, Musi
an sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut at- Rawas, dan sebagainya. Audit tersebut berupa audit
as penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan. operasional, audit keuangan, audit kinerja, audit inves-
Hal senada juga diungkapkan oleh Wursanto IG tigasi, audit dana bantuan, dan audit umum. Tabel 1
(1986) bahwa menurut waktu pengawasan, terdapat menunjukkan kegiatan pengawasan yang dilakukan
18 Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Vol. 17, No. 1, JanApr 2010, hlm. 15-30

Tabel 1. Program Kerja Pemeriksaan Tahunan (PKPT) BPKP tahun 2008

Kegiatan Jumlah Daerah (Instansi Pemerintah Kota, Kabupaten, dan


POLRI)
Asistensi 404 Bogor, Ciamis, Indramayu, Cimahi, Samarinda, Kalimantan
Timur, PDAM, Jawa Tengah, Wonogiri, Cepu, Kendari,
Bombana, Kolaka Utara, dsb.
Koordinasi dan Forum Koordinasi 5 Yogyakarta dan Jakarta
Sosialisasi 742 Jakarta, Kutai, Samarinda, Palu, Halmahera, Bali, Deli
Serdang, Medan, Nias, Tanjung Balai, Bontang, NTT,
Sulawesi Tenggara, Jawa Barat, Lampung, NAD, Sumatera
Utara, dsb.
Audit 5.341 PDAM, Pearl Oil, Bantuan Langsung, Ujung Pandang,
Salatiga, Lombok Tengah, Nunukan, Sumbawa, Tegal, Tanah
Toraja, Pare-Pare, Jeneponto, Maros, Mamuju, Bontang,
Blora, Lampung Selatan, Samarinda, Musi Rawas, dsb.
Evaluasi 2.518 Aceh Utara, Nusa Tenggara Timur, Bali, Pagar Alam,
Balikpapan, Gunung Mas, Sikka, Banjo, Jakarta, flores, Gayo
Lues, Halmahera, dsb.
Bantuan Teknis, Tenaga, dan Operasional 208 Dumai, NAD, Kampar, Banten, Denpasar, Irian Jaya, Muara
Enim, Sumatera Selatan, Yogyakarta, Bengkulu, Sulawesi
Selatan
Bantuan Luar Negeri (ADB, IBRD, 2.262 Mamasa, Lombok Tengah, Dompu, Kediri, Ciamis, Jene
UNDP, dan IDA) Ponto, dsb
Deseminiasi 5 Jakarta
Bimbingan Teknis 1.171 Pemerintah Kota dan Kabupaten
Review 149 Bogor, Ujung Pandang, Jakarta, Pontianak, Jambi, Bandung,
Medan, Kolaka, Kendari, Gorontalo, dsb.
Kajian 39 Jakarta
Pendampingan 436 Cimahi, Bandung, Jakarta, Malang, Nganjuk, Pasuruan,
Ponorogo, Kediri, Madiun, Magetan, dsb.
Pemberian Keterangan Ahli 1.054 NAD, Lampung, Sumatera Selatan, Jakarta, Jambi Riau, NTT,
Banten, Bali, Sulawesi Tenggara, dsb.
Perhitungan Kerugian Negara 730 Sumatera, Kalimantan, Irian Jaya, Maluku, Nusa Tenggara,
Bali, Jakarta, Sulawesi Tenggara, dsb.
Kegiatan-kegiatan lain 1.063 BUMN, BUMD, Pemda, dsb.
Sumber: Data diolah kembali, PKPT 2008

Tabel 2. Realisasi Pencapaian Kinerja Program tahun 2008

Kegiatan Pengawasan Rencana Penugasan Realisasi Penugasan Capaian


(%)
Audit
- Audit dengan Tujuan Tertentu 735 748 101,77
- Audit Investigasi 462 527 114,07
- Audit Keuangan 1.506 1.577 104,71
- Audit Kinerja 830 1.112 133,98
- Audit Operasional 897 1.133 126,31
- Perhitungan Keuangan Negara 911 1.437 157,74
Jumlah 5.341 6.534 122,34

Sumber: Data diolah kembali LAKIP BPKP 2008

oleh BPK. telah mampu menyelesaikan audit sebanyak 6.534


Dari data tabel 1, audit menduduki peringkat kali. Selain itu BPKP telah mendapatkan predikat
teratas dengan jumlah yang dilaksanakan oleh BPKP memuaskan karena capaian terhadap audit tersebut
yaitu sebanyak 5.341 kali. Dari nilai tersebut, BPKP melebihi angka 100% dari target yang telah ditetapkan,
telah mengerjakan tugas tersebut lebih dari target yang rentang capaian BPKP tepatnya 122,34%. Tabel 2
dimilikinya. Berdasarkan LAKIP BPKP 2008, BPKP menunjukkan data audit yang ditargetkan dan realisasi
SUSENO, EKSISTENSI BPKP DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 19

Gambar 2. Konfigurasi Domain Pengawasan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan


Negara
Sumber: LAKIP BPKP 2008

audit yang telah dilakukan oleh BPKP: yaitu menteri meminta kepada BPKP untuk melaku-
Tabel 2 mencerminkan bahwa dalam pengawasan kan review terhadap pelaksanaan keuangan, semisal
internal pemerintah terdapat pos-pos untuk melakukan PNBP. Setelah melakukan review, BPKP memberi-
pengawasan represif atau audit. Walaupun BPKP kan rekomendasi terhadap laporan keuangan tersebut,
melakukan audit, namun audit tersebut berbeda dengan lalu dengan mengkombinasikan laporan keuangan
yang dilakukan oleh BPK. Tindakan BPKP sebagai dan target pencapaian negara, Menkeu meminta agar
auditor internal pemerintah tidak memberikan opini PNBP ini dapat melonjak setiap tahunnya.
terhadap lembaga yang diperiksanya sedangkan BPK Gambar 2 menjelaskan bagaimana proses dalam
memberikan opini. Opini yang dikeluarkan oleh BPK, pengawasan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
misalnya wajar tanpa pengecualian, wajar dengan pengawasan internal pemerintah. Dari gambar tersebut
pengecualian dan disclaimer terhadap lembaga yang terlihat bahwa setiap lembaga pengawas memiliki
diperiksanya. jenjang dan tugas yang berbeda. Di samping itu, peng-
Perbedaan lain antara BPK dan BPKP juga terlihat awasan yang dilakukan oleh masing-masing lem-baga
dari pelaporan yang dibuat oleh masing-masing lem- pengawas juga dibedakan atas dasar kategori pe-
baga. BPK sebagai lembaga pengawasan eksternal ngawasan, ruang lingkup pengawasan, tujuan peng-
pemerintah hasil pemeriksaan yang dilakukannya di- awasan, dan kompetensi dari SDM yang dimiliki. Garis
laporkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sebagai per- koordinasi dapat ditunjukkan dalam gambar tersebut
wakilan masyarakat, sedangkan BPKP memberikan bahwa dari tingkat terendah, menengah, tinggi, dan
hasil pengawasan yang dilakukan kepada presiden. berakhir di presiden.
Pada alur review yang dilakukan oleh BPKP, se- Alur review di atas sejalan dengan apa yang dikemu-
lama ini dimulai dari Departemen Keuangan yang kakan oleh Handoko (2003) bahwa terdapat tahap-tahap
memberikan surat perintah kepada itjen untuk meng- dalam proses pengawasan. Tahap-tahap tersebut, yaitu
hubungi BPKP dalam me-review laporan keuangan, tahap pertama dengan melakukan penetapan standar
kemudian dikeluarkan rekomendasi atas re-view yang (standar-standar fisik, standar-standar moneter, dan
dikeluarkan oleh BPKP. Setelah itu, laporan keuangan standar-standar waktu). Pada tahap dua dengan melaku-
dikembalikan untuk dilakukan perbaikan oleh Depkeu kan penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan. Pada
atas rekomendasi yang dikeluarkan oleh BPKP. Jika tahap tiga dengan melakukan pengukuran pelaksanaan
laporan tersebut telah selesai, maka diberikan kepa- kegiatan. Pada tahap empat dengan melakukan pem-
da presiden untuk disahkan sebagai laporan keuangan bandingan pelaksanaan dengan standar dan analisa
pemerintah. penyimpangan. Terakhir pada tahap lima dengan me-
Alur pengawasan selama ini dilakukan oleh BPKP, lakukan pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan.
20 Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Vol. 17, No. 1, JanApr 2010, hlm. 15-30

Tabel 3. Audit Dana Dekonsentrasi yang Dilakukan oleh BPKP

No Kegiatan Daerah
1 Audit Operasional Dana Kota Gorontalo
Dekonsentrasi atas Program
Bantuan dan Jaminan Sosial
Provinsi Gorontalo Tahun
2007/2008
2 Audit Operasional Dana Prov. Sulawesi Utara
Dekonsentrasi atas Program
Pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial Propinsi Sulawesi Utara
Tahun 2007/2008
3 Audit Operasional Dana Prov. Banten dan Jawa Barat
Dekonsentrasi Departemen
Sosial pada Dinas Sosial
Provinsi Banten Tahun
Anggaran (TA) 2007 & 2008
4 Audit Operasional Dana Kota Banda Aceh, Medan, Padang, Pekan Baru, Jambi,
Dekonsentrasi pada Bengkulu, Bandar Lampung, Jakarta Selatan, Kab.
Perpustakaan Nasional Serang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya,
Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Palu, Kendari,
Ujung Pandang, Kupang, Ambon, Jayapura, Gorontalo,
Kab. Tanjung Pinang, Ternate, Mataram, Mamuju,
Manado, Palembang, Bangka Belitung
5 Audit Operasional Dana Kota Samarinda
Dekonsentrasi Pemberdayaan
Fakir Miskin, Komunitas
Terpencil dan Penyandang
Masalah Lainnya
Sumber: data diolah kembali, PKPT 2008

Proses yang dilakukan BPKP dalam pengawasan kan posisinya oleh BPK. BPKP dalam program kerja
selama ini dengan merujuk pada teori yang dike- tersebut telah melaksanakan pemeriksaan atas dana
mukakan oleh Handoko memiliki kemiripan. Ketika dekonsentrasi yang diberikan ke setiap daerah. 70 kali
awal pemeriksaan terhadap keuangan pemerintah, BPKP melakukan audit atas dana dekonsentrasi pada
BPKP melakukan penyiapan pegawai yang akan me- daerah, semisal Banda Aceh, Medan, Padang, dan
review laporan tersebut atas permintaan dari Menteri lain-lain. Dana dekonsentrasi yang diaudit oleh BPKP
Keuangan. Terakhir ketika laporan tersebut sudah adalah dana dekonsentrasi Perpustakaan Nasional,
selesai, jika timbul adanya penyimpangan maka ak- Departemen Sosial pada Dinas Sosial, pemberdayaan
an diberikan rekomendasi. Sebelum diserahkan ke fakir miskin, komunitas terpencil dan penyandang
presiden, Depkeu memperbaiki atas rekomendasi yang masalah lainnya, program bantuan dan jaminan sosial,
diberikan oleh BPKP. dan program pelayanan dan rehabilitasi sosial.
Namun proses yang selama ini dijalankan ole Tabel 3 terlihat bahwa BPKP telah melakukan
BPKP belum terdefinisikan dengan jelas, bahkan hal pengawasan atas dana dekonsentrasi. Ketidakutuhan
itu sudah menjadi masalah pada skala pengawasan tersebut salah satu cerminnya dari dana dekonsentrasi
nasional karena definisi pengawasan yang diterapkan di tersebut. Hal ini terjadi karena BPKP tidak melakukan
Indonesia juga belum terdefinisikan dan menyebabkan pengawasan atau pemeriksaan secara langsung terha-
kegiatan pengawasan tidak berlangsung secara terus- dap dana dekonsentrasi melainkan hanya mengambil
menerus. Hal ini terjadi pada pengawasan internal sampel data dari Depkeu. Di samping itu, BPKP juga
yang dilakukan oleh BPKP. Selama ini dekonsentrasi bisa tidak melaporkan akan dilakukan pemeriksaan
Depdagri belum pernah merasakan pengawasan yang ke daerah tertentu kepada depdagri atau departemen
dilakukan oleh BPKP. Dekonsentrasi Depdagri hanya pemberi tugas dekonsentrasi. Kemalasan instansi
mengetahui yang mengawasi dan memeriksa selama pemerintah terhadap pelaporan itulah yang menjadi
ini adalah Itjen dan BPK, sedangkan BPKP tidak penyebab BPK dalam opininya selalu memberikan
pernah memeriksa dana-dana dekonsentrasi pernyataan tidak berpendapat atau disclaimer atas
Keaktivan BPKP dalam pengawasan belum terli- laporan pemerintah.
hat oleh lembaga lain, khususnya karena selama ini, Bob Ronald F. Sagala mengemukakan terhadap
pengawasan yang dilakukannya dilihat telah diganti- lembaga pemerintah yang tidak mau menyampaikan
SUSENO, EKSISTENSI BPKP DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 21

3
Presiden
1 1

2 2 2

Kepala Daerah BPKP Menteri Keuangan Menteri-menteri RI


3
(min. menteri
5 4 5 keuangan)
5
Inspektorat Daerah 3
4 Inspektorat Jendral
Inspektorat Jendral
Depkeu
Desentralisasi Departemen-
departemen
Dekonsentrasi 4

& Program-program
Tugas Perbantuan kerja
Gambar 3. Alur Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

Ket. Gambar:
1 = Garis kewenangan
2 = Garis koordinasi antar lembaga-lembaga negara di bawah presiden
3 = Garis pelaporan pengawasan yang dilakukan oleh lembaga pegawas
4 = Garis pengawasan terhadap program lembaga
5 = Garis koordinasi antar lembaga pengawas

laporan dan mencari data ke tempat lain, diindikasi- Garis nomor 3 meru-akan garis pelaporan pengawasan
kan terjadi ketidakharmonisan hubungan antarlembaga yang dilakukan oleh lembaga pegawas. Garis nom-
pengawas internal pemerintah. Masing-masing lembaga or 4 merupakan garis pengawasan terhadap program
mempertahankan ego yang menyebabkan terlihatnya lembaga. Garis nomor 5 merupakan garis koordinasi
arogansi masing-masing lembaga. BPKP sebagai le- antar lembaga pengawas. Terjadinya hambatan dalam
mbaga pengawas internal pemerintah, saat ini juga pengawasan keuangan dan pembangunan penulis be-
tidak melakukan pengawasan kecuali berdasarkan atas rikan tanda garis merah dan berada pada nomor 5
Memorandum of Understanding (MoU) atau kerja sama tersebut.
yang telah dibuat. Hal ini menyebabkan pengawasan Contoh kasus pengawasan dana dekonsentrasi
yang dilakukannya tidak menyentuh apa yang seharusnya merupakan sebagian kecil dari masalah yang timbul
dilakukan oleh BPKP pada saat sebelum reformasi. dalam pengawasan. Masalah-masalah yang terjadi da-
Gambar 3 merupakan alur pengawasan bahwa alur lam proses pengawasan yang dilakukan oleh BPKP
pelaporan keuangan di Indonesia adalah Depkeu selaku menyebabkan selama pengawasan perjalanan proses
BUN mengumpulkan laporan dari masing-masing pengawasan terdapat hambatan-hambatan. Hambatan-
departemen dan non-departemen sebelum dilaporkan hambatan yang terjadi selama proses pengawasan me-
kepada presiden. BUN memberikan wewenang kepada nyebabkan pengawasan keuangan dan pembangunan
BPKP untuk memeriksa atas laporan keuangan tersebut. tidak dapat berjalan dengan baik.
Setelah itu BPKP akan memberikan rekomendasi
atas laporan tersebut, dan BUN sebagai pemberi pe- B. Hambatan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
rintah memperbaiki jika ada kesalahan. Setelah se- di BPKP
muanya sudah diperbaiki maka akan diserahkan ke- Peranan BPKP dalam pengawasan keuangan dan
pada presiden. Berikut ini gambar alur pengawasan pembangunan di Indonesia yang begitu besar telah
keuangan dan pembangunan dari hasil penemuan yang menimbulkan banyak masalah dalam pengawasan itu
peneliti dapatkan. sendiri. Masalah-masalah dalam pengawasan keuangan
Dari gambar 3, garis nomor 1 merupakan garis dan pembangunan ini berakibat pada timbulnya berbagai
kewenangan presiden terhadap lembaga-lembaga di macam hambatan yang nantinya jika tidak ditangani
bawahnya. Garis nomor 2 merupakan garis koordinasi akan berubah menjadi penyakit bagi pemerintah
antar lembaga-lembaga negara di bawah presiden. dalam mengelola negara.
22 Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Vol. 17, No. 1, JanApr 2010, hlm.15-30

Dari hasil penelitian ditemukan hambatan dalam pengawai khususnya etos kerja yang rendah dan
pengawasan dimulai dari SDM, anggaran untuk me- penyimpangan yang dilakukan oleh pegawai.
lakukan pengawasan, sarana dan prasarana yang Hambatan SDM berikutnya adalah SDM yang
digunakan untuk melakukan pengawasan, metode melakukan pengawasan belum seluruhnya memiliki
kerja dalam pengawasan, persepsi negatif terhadap kualifikasi yang memadai dalam memahami definisi
pengawasan, dan dominannya lembaga pengawas pengawasan itu sendiri. SDM yang sebagian besar
eksternal. Menurut Hidayat dkk. (2005) kendala dalam memiliki latar belakang di bidang akuntansi membuat
pengawasan terjadi ketika adanya pejabat yang salah pengawasan pada sektor lain kurang dikuasai oleh
menangkap makna dan esensi sesungguhnya terhadap auditor BPKP. Hal ini membuat pengawasan yang
tugas-tugas pengawasan dan adanya persepsi beberapa dilakukan oleh pengawas dari instansi pemerintah
pihak bahwa pengawasan dimaksudkan hanya un- hanya berkutat pada masalah laporan akuntansi dari
tuk mencari-cari kesalahan. Ada kesamaan antara kegiatan-kegiatan atau proyek yang dilakukan oleh
penemuan peneliti dengan teori yang dikemukakan instansi tersebut yang dikenal dengan pemeriksaan.
peneliti bahwa dalam pengawasan juga terdapat ham- Selain itu, ranah-ranah audit atas kinerja dalam hal ini
batan baik internal ataupun eksternal. merupakan bidang manajemen juga menjadi kendala
Ada lima hambatan yang dialami oleh lembaga yang harus dialami oleh BPKP selama ini.
pemerintah khususnya BPKP. Kelima hambatan itu Dalam melakukan pengawasan, SDM yang di-
adalah man, money, material, machine, dan method. miliki BPKP berdasarkan strata pendidikan yang
Sementara berdasarkan temuan lapangan, peneliti didapatkan dari bagian kepegawaiaan tahun 2009,
menemukan dua hambatan pengawasan keuangan dan sebesar 8 orang (0,14%) berpendidikan S3, sebesar
pembangunan di BPKP lagi, yaitu persepsi negatif 439 orang (7,24%) berpendidikan S2, sebesar 2.876
terhadap pengawasan dan dominannya lembaga orang (48,63%) berpendidikan S1/DIV, sebesar
pengawas eksternal. Hambatan yang terjadi dalam 1.309 orang (22,13%) berpendidikan D3, sebesar 21
pengawasan keuangan dan pembangunan di BPKP orang (0,36%) berpendidikan D1, sebesar 1.133 orang
sebagai berikut. (19,16%) berpendidikan SLTA, sebesar 51 orang (0,86%)
Hambatan pertama yaitu sumber daya manusia berpendidikan SLTP, dan sebesar 77 orang (1,30%)
(SDM). Banyak sekali hambatan pengawasan ke- berpendidikan SD.
uangan dan pembangunan yang terjadi selama Berdasarkan data kepegawaian tahun 2009 yang
ini, salah satunya adalah SDM. SDM merupakan diklasifikasikan atas strata jabatan, sebesar 421 orang
faktor utama dalam pengawasan karena jika tidak (7,12%) merupakan penjabat struktural, sebesar 3.460
ada SDM yang terjadi adalah tidak akan ada proses orang (58,51%) merupakan penjabat fungsional
pengawasan. Masalah yang muncul dari SDM ini auditor, sebesar 20 orang (0,34%) merupakan Widya-
terjadi biasanya karena minimnya kesadaran SDM iswara, sebesar 109 orang (1,84%) merupakan analis
terhadap pengawasan itu sendiri, termasuk pula kepegawaiaan, sebesar 53 orang (0,9%) merupakan
SDM yang ada di BPKP. Perubahan formasi yang pranata computer, sebesar 5 orang (0,08%) merupakan
terjadi di Indonesia sejak 1998 berdampak pula dokter, sebesar 3 orang (0,05%) merupakan perawat,
pada pergeseran wewenang, tugas dan fungsi BPKP. sebesar 524 orang (8,86%) merupakan pegawai
BPKP tidak bisa lagi mengawasi secara penuh instansi- non struktural/fungsional dan sebesar 1249 orang
instansi pemerintah pusat maupun daerah dan juga (21,12%) merupakan jabatan fungsional umum. Dari
BUMN/D. Hal ini menjadikan SDM yang belum bisa data tersebut dapat diketahui bahwa jabatan yang ada
memahami dampak perubahan itu, tidak dapat berbuat di BPKP tidak didukung dengan pendidikan yang
banyak dalam melaksanakan pengawasan karena ber- memadai. Cukup banyak SDM yang menduduki strata
kurangnya kekuatan yang dimiliki BPKP. jabatan yang tinggi namun tidak diimbangi dengan
Perubahan BPKP ke arah quality assurance dan pendidikan yang tinggi. Masih banyak terdapat SDM
consulting memberikan dampak bahwa ada pegawai berpendidikan di bawah S1 dibandingkan dengan
BPKP yang tidak menghendaki terjadinya perubahan SDM yang berpendidikan minimal S1. Keadaan ini
karena sudah terbiasa dengan budaya yang ada. dapat berdampak pada kinerja BPKP yang kurang
Perubahan itu memberikan dampak pada pegawai maksimal dalam melaksanakan kegiatannya.
tersebut seperti terjadinya penolakan dan kinerjanya Seperti halnya BPKP, lembaga pengawas lainnya
cenderung menjadi tidak baik. Permasalahan lain yang inspektorat juga memiliki hambatan di dalam SDM.
mempengaruhi dalam proses pengawasan keuangan Hendar Fradesa menjelaskan bahwa kendala dalam
dan pembangunan, yaitu perilaku. Perilaku di SDM yang selama ini terjadi di inspektorat adalah ko-
inspektorat misalnya memberikan pengaruh terhadap mpetensi dari aparatur lembaga pengawasan tersebut
pegawai pengawasan keuangan dan pembangunan masih kurang di bidang akuntansi. Kebutuhan pada
disebabkan reward yang didambakan pegawai tidak tenaga-tenaga akuntansi untuk mengaudit laporan keu-
ada dan pegawai tersebut menbandingkannya dengan angan di daerah masih dibutuhkan dan yang berikutnya
instansi swasta. Hal ini yang sangat mempengaruhi adalah tenaga dari latar belakang hukum serta SDM
SUSENO, EKSISTENSI BPKP DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 23

yang berlatar belakang lainnya. lembaga pengawasan hanya berfokus di akhir periode
Kebutuhan yang masih belum terpenuhi di Itjen saja. Penyebabnya adalah SDM dalam melaksanakan
dan Itda adalah masalah SDM yang berlatar belakang kegiatan pengawasan keuangan dan pembangunan
akuntansi. Keminiman pegawai yang berlatar belakang masih mengalami kekurangan. Pengawasan jumlah
akuntansi ini menyebabkan beberapa kegiatan atau SDM yang tidak sebanding dengan jumlah proyek
proyek yang seharusnya bisa dilakukan pengawas- atau kegiatan menjadi persoalan. Hal ini menjadi ma-
an, hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan pada salah jika ditarik benang merah dalam pengawasan
akhir periode. Pada tabel SDM yang dimiliki oleh di Indonesia, dimana pengawasan yang dilakukan
itjen menggambarkan bahwa minimnya SDM yang oleh lembaga-lembaga pengawas hanya sebatas pa-
ahli di bidang akuntansi atau pengawasan pun masih da pemeriksaan laporan keuangan saja bukan pada
terjadi dibandingkan dengan BPKP. Jika merujuk aktivitas pengawasan yang berjalan secara continue.
kembali pada gambar 1 mengenai konfigurasi domain Adanya rotasi pegawai dalam struktur pemerintahan,
pengawasan akuntabilitas pengelolaan keuangan ne- menjadikan penyebab timbulnya permasalahan pula
gara kolom kompetensi (SDM) maka akan terlihat dalam pengawasan keuangan dan pembangunan. Hal ini
komposisi SDM di Inspektorat memang 50% lebih dikarenakan, rotasi pegawai berdampak pada ahli-ahli
kecil SDM yang berasal dari akuntansi dibandingkan yang sengaja dipersiapkan dalam kegiatan pengawasan
dengan BPKP yang memiliki SDM yang berlatar keuangan dan pembangunan harus dipindah ke tempat
belakang akuntasi sebesar 75%. baru dalam struktur pemerintah, sedangkan posisi yang
Data dari LAKIP Maret 2009 Inspektorat Jen- lama digantikan oleh orang lain yang bisa jadi belum
dral Depkeu menunjukkan bahwa terdapat satu orang mengetahui seluk beluk pengawasan keuangan dan
(0,2%) yang memiliki kompetensi strata pendidikan S3, pembangunan yang dilakukan oleh lembaga tersebut.
sebanyak 92 orang (16%) yang memiliki kompetensi Sistem pengaturan struktur yang selalu berpindah-
strata pendidikan S2, 215 orang (37,2%) yang memili- pindah sering kali menjadi salah satu penyebab peng-
ki kompetensi strata pendidikan S1/DIV, 143 orang awasan tidak berjalan.
(25%) yang memiliki kompetensi strata pendidikan Kondisi ini memberikan dampak bahwa tidak ada
D3, 28 orang (5%) yang memiliki kompetensi strata aparat tetap dalam jabatannya. Permasalahan ini meny-
pendidikan D1, sebesar 83 orang (15%) yang memiliki ebabkan ahli-ahli yang sudah dipersiapkan dalam
kompetensi strata pendidikan SLTA, 4 orang (0,7%) pengawasan keuangan dan pembangunan harus ber-
yang memiliki kompetensi strata pendidikan SLTP, adaptasi dengan lingkungan dan pekerjaannya yang
dan terakhir 6 orang (0,9%) yang memiliki kompetensi terus berganti. Pegawai negeri sipil struktural seperti
strata pendidikan SD. aparat pengawas keuangan dan pembangunan yang
SDM yang ditempatkan di Itjen dan Itda merupakan terjadi di inspektorat berbeda dengan pegawai ne-
SDM yang termarjinalkan dan merupakan SDM yang geri sipil fungsional seperti guru. Dimana mereka
tidak lagi digunakan dalam pemerintah pusat. Wajar jika dari awal menjadi guru akan terus menjadi guru se-
kemampuan dalam pelaksanaan pengawasan di bawah dangkan pegawai inspektorat akan selalu berpindah-
rata-rata dari SDM yang ada di pusat. Hal inilah yang pindah selama masih menjadi pegawai negeri sipil.
juga menjadi perbedaan antara BPKP dan inspektorat Berdasarkan LAKIP BPKP 2008 berkaitan dengan
karena dengan minimnya SDM ini menyebabkan pe- pemberian opini tidak memberikan pendapat
ngawasan yang dilakukan oleh dua lembaga tersebut (disclaimer opinion) oleh BPK atas Laporan Keuangan
ditangani langsung atas inisiatif pelaksana kegiatan. Pemerintah Pusat, salah satu penyebabnya disclaimer
Selain itu, kekurangan dan ketidakmerataan spersifikasi opinion adalah belum memadainya SDM pengelola
aparat inilah yang menyebabkan ketidaksinambungan keuangan negara, khususnya di bidang akuntansi.
antara BPKP dengan Itjen dan Itda timpang. Hambatan kedua yaitu anggaran. Anggaran men-
Hal yang lain yang juga mempengaruhi SDM jadi faktor penentu dalam kegiatan atau aktivitas
dalam pengawasan keuangan dan pembangunan di pengawasan. Walaupun bukan semata-mata faktor
BPKP adalah kegiatan ataupun proyek, lebih bany- utama yang menjadi ukuran keberhasilan kegiatan
ak jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah SDM pengawasan, tetapi faktor ini menjadi penting mana-
yang ada untuk melakukan pengawasan. Ini yang me- kala lembaga-lembaga pengawas ingin melakukan
nyebabkan BPKP tidak bisa melakukan pengawasan kegiatannya serta menyukseskan kegiatan pengawas-
dalam waktu yang bersamaan dan secara keseluruhan. an. Hal ini disebabkan anggaran merupakan modal
BPKP harus melakukan pengawasan di kabupaten se- untuk membiayai seluruh kegiatan pengawasan, mu-
luruh Indonesia, sedangkan SDM tidak mencukupi lai dari biaya yang dikeluarkan untuk melakukan peng-
jumlahnya sebanyak itu dalam waktu bersamaan. awasan, salary atas aparat-aparat yang melakukan
Di beberapa lembaga atau instansi, aparat pengawas pengawasan, pengadaan barang dan jasa di bidang
juga belum bisa menjangkau seluruh kegiatan atau pengawasan, hingga peningkatan kinerja bagi aparat-
proyek-proyek yang begitu banyak dan besar sehing- aparat peng-awas itu sendiri.
ga menyebabkan pengawasan yang dilakukan oleh Memandang BPKP sebagai lembaga pengawas
24 Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Vol. 17, No. 1, JanApr 2010, hlm. 15-30

Tabel 4. Hasil Pengadaan dan Pendistribusian Sarana dan Prasarana


No Uraian Target Realisasi %
1 Pengadaan Sarana dan Prasarana 2.029 2.119 104,44
Gedung
2 Pengadaan Kendaraan Operasional 3 3 100
3 Pengadaan Tanah dan Pematangan 29.764 31.046 104,31
Lahan
4 Pembangunan Gedung Kantor 12.607 9.417 74,70
Jumlah 44.403 42.585 95,91
Sumber: LAKIP BPKP 2008

intern pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi sarana ini dibutuhkan sebagai upaya mendukung
besar, secara otomatis anggaran yang dibutuhkannya pengawasan yang dilakukan oleh BPKP ataupun
pun besar. Keterbatasan yang dimiliki oleh pemerintah lembaga pengawas lainnya. Pengawasan ataupun ke-
khususnya pemerintah pusat adalah anggaran yang di- giatan audit yang dilakukan oleh BPKP mengalami
milikinya tidak hanya diperuntukkan bagi satu lembaga, kekurangan dalam alat pendukung seperti Personal
melainkan seluruh lembaga di Indonesia. Pemerintah Computer (PC), notebook, internet, alat tulis kantor
pusat memiliki kewajiban untuk mendanainya. Oleh (ATK), dan lain-lain. Kendala kekurangan ini harus
sebab itu, muncul hambatan atas anggaran tersebut segera dipenuhi seiring dengan makin berkembangnya
dengan posisi BPKP yang saat ini membutuhkan pengawasan yang dilakukan oleh BPKP.
anggaran yang besar tetapi tidak didukung dengan Walaupun kondisi dalam pengawasan mengalami
dana yang besar juga yang disediakan oleh pemerintah kekurangan, akan tetapi BPKP pusat mencoba me-
pusat. menuhi kebutuhan tersebut dengan tetap melakukan
Hambatan anggaran ini terjadi karena BPKP se- pengadaan barang yang dibutuhkan dalam proses
bagai lembaga pengawas ingin melakukan kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh BPKP, tabel 4 adalah
pengawasan namun anggaran yang diberikan tidak data pengadaan barang yang dilakukan oleh BPKP.
cukup memadai untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Berdasarkan tabel 4 terlihat realisasi kegiatan
Pada peningkatan kinerja aparat-aparat, problematika pengadaan dan penyuluhan sarana dan prasarana
yang muncul adalah BPKP tidak mampu membiayai sebesar 95,91% dari target yang ditetapkan. Tidak
keseluruhan aparat tersebut yang menginginkan pening- terpenuhinya target pemenuhan kebutuhan yang di-
katan kinerjanya dengan menempuh pendidikan baik lakukan oleh BPKP karena adanya penghematan
di dalam maupun di luar negeri. dana anggaran tahun 2008 sebesar 7% dari anggaran
Selain dana pengawasan yang minim terjadi di yang ada sesuai dengan Instruksi Menteri Keuangan
BPKP, pengalokasian dana anggaran yang ditujukan Nomor S-1/MK.02/2008. Di samping itu, BPKP
untuk melakukan pengawasan juga minim di inspek- mengakui bahwa penyediaan kendaraan bermotor
torat. Kendala anggaran menjadi penentu untuk dised- roda empat dan kendaraan bermotor roda dua tidak
iakannya sarana dan prasarana pendukung kegiatan dapat terpenuhi karena adanya kebijakan pengadaan
pengawasan, sehingga kadangkala kebutuhan tersebut kendaraan operasional secara selektif.
tidak terpenuhi diakibatkan anggaran yang ada tidak Keempat, metode kerja. Perubahan metode ker-ja
mencukupi. dalam pemerintahan juga menjadi salah satu peng-
Dari beberapa penjelasan tersebut, maka dapat hambat dalam pengawasan keuangan dan pembang-
disimpulkan bahwa anggaran juga merupakan kendala unan. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab
yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan peng- dimana aparat-aparat yang sudah terbiasa dengan
awasan keuangan dan pembangunan. Anggaran bisa tempat nyaman dalam pemerintahan tidak ingin pin-
menjadi hambatan manakala tidak ada prinsip money dah. Padahal dengan tuntutan pekerjaan yang lebih
follow function. BPKP berdasarkan LAKIP 2008 te- maju sangat mempengaruhi kinerja pemerintahan.
lah menggunakan dana sebesar Rp 546,62 miliar dari Metode kerja yang sekarang diterapkan oleh BPKP
anggaran dana yang disediakan oleh pe-merintah adalah metode kerja yang menuntut SDM tidak hanya
sebesar Rp 594,35 miliar atau sebesar 91,97% memiliki keahlian di dalam satu bagian saja, melainkan
menggunakan dana yang dianggarkan untuk menun- dibutuhkan integritas dari SDM untuk memahami
jang kegiatan BPKP. tuntutan zaman.
Hambatan ketiga yaitu sarana dan prasarana. SDM yang telah terbiasa dengan metode kerja
Hambatan lain yang menjadi masalah dalam peng- yang lama menjadi kendala dalam lembaga BPKP
awasan adalah sarana dan prasarana untuk mendukung karena ketika perubahan metode kerja diperlukan
pengawasan sangat minim, dimana sarana dan pra- untuk perbaikan kinerja, main setting SDM sulit untuk
SUSENO, EKSISTENSI BPKP DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 25

Tabel 5. Jawaban Penelitian Proses dan Hambatan BPKP dalam Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

Lembaga
BPKP Itda dan itjen Akademisi Teori
Pertanyaan
Jenis Tiga jenis pengawasan, Pengawasan Kinerja, Belum ada definisi Pengawasan yang
Pengawasan yaitu pre-emtif, preventif, Pengawasan Berkala/ yang jelas pengertian bersifat pencegahan,
dan represif Reguler, dan Pemeriksaan pengawasan di pengawasan setelah
Khusus Indonesia terjadinya suatu
penyimpangan

Hambatan Hambatan internal Man, Pengawasan hanya Pelaksanaan Salah menangkap


Pengawasan Money, Method, Material, mencari-cari kesalahan, pengawasan belum makna dan esensi,
dan Machine. Hambatan SDM fungsional yang didefinisikan dengan mencari-cari
eksternal dominannya sering di-rolling, jumlah jelas dikarenakan dalam kesalahan, apatisme,
peran BPK dan belum personil tidak sebanding organisasi negara, kesalahan dalam
adanya suatu payung dengan jumlah kegiatan antara departemen satu menempatkan
hukum keberadaan BPKP yang diperiksa, tidak ada dengan departemen seseorang, hilangnya
secara spesifik dan dalam koordinasi, anggaran yang lain belum merasa objektivitas, dan
skala nasional. masih minim, sarana satu tubuh sehingga persekongkolan
dan prasarana masih tidak ada proses yang antara pimpinan dan
rendah, etos kerja yang inherent dalam proses bawahan.
masih rendah, dan pengawasan.
pengawasannya hanya
dengan post audit.
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian

dirubah. Bahkan, tidak jarang kinerja BPKP menjadi Persepsi negatif terhadap pengawasan membuat
menurun akibat proses perubahan tersebut. SDM yang tidak terjadinya pengawasan dengan baik. Aparat
masih belum menerima perubahan kerja kadang kala pengawas menjadi kurang nyaman dalam melakukan
terjadi penolakan terhadap apa yang dikerjakannya pengawasan. Selain itu, adanya kesan negatif ini ter-
sehingga dapat menyebabkan performance yang di- jadi ewuh pekewuh antara yang diperiksa dan yang
milikinya menurun seiring menurunnya kepuasan ker- memeriksa. Namun, kondisi ini biasanya akan sangat
ja. Hal ini menyebabkan kinerja pada bagian tersebut berpengaruh sekali bagi penjabat atau pegawai-
juga mengalami kemunduran jika SDM tersebut ber- pegawai yang ternyata melakukan penyimpangan. Me-
pengaruh secara signifikan. Bahkan bisa jadi pada reka merasa khawatir suatu saat penyimpangan yang
skala BPKP itu sendiri akan menyebabkan kinerjanya mereka lakukan akan diketahui dan dikenakan sanksi
menurun. pegawai.
Hambatan kelima yaitu persepsi negatif terha- Hambatan keenam yaitu dominannya lembaga pe-
dap pengawasan. Persepsi terhadap lembaga peng- ngawas eksternal. Perubahan yang terjadi di Indone-sia
awas yang hanya mencari-cari kesalahan juga terjadi, telah menggiring BPKP ke dalam pembatasan kewe-
dimana persepsi yang belum berubah atas peng- nangan. BPKP menyerahkan sebagian kewenang-
awasan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga peng- annya kepada BPK sebagai lembaga pengawas eks-
awas memberikan dampak terhadap kinerja yang di- ternal pemerintah dan inspektorat sebagai lembaga
tampilkan oleh lembaga pengawas itu sendiri. pengawas internal pemerintah. Kegamangan dalam pe-
Menurut Hidayat dkk. (2005) salah satu kendala ngawasan menimbulkan wacana adanya pembubaran
dalam pengawasan adalah adanya persepsi bebe- BPKP karena keberadaannya menjadi persoalan di
rapa pihak bahwa pengawasan dimaksudkan hanya mata lembaga pengawas. Walaupun tidak menutup ma-
untuk mencari-cari kesalahan. Adanya persepsi ini ta bahwa ada pula yang masih membutuhkan BPKP
menyebabkan pengawasan yang dilakukan oleh dalam pengawasan karena fungsinya sebagai pembina
lembaga-lembaga pengawas menjadi tidak berjalan pengawasan masih dibutuhkan untuk membantu
dengan lancar karena sudah ada penolakan terlebih pengelolaan organisasi.
dahulu oleh lembaga yang diawasi. Bob Ronald F. Kewenangan yang berubah ini, membuat BPKP
Sagala berpendapat pengawasan yang dilakukan tidak hanya memiliki kewenangan berdasarkan by order saja.
berjalan secara continue disebabkan karena adanya Pengawasan-pengawasan yang dilakukannya meng-
anggapan bahwa inspektorat melakukan pengawasan khususkan pada langkah-langkah yang dapat diperbaiki
hanya ingin memasukkan pegawai lembaga yang di- sendiri oleh BPKP. Sebagai contoh kasus, penangan-
periksa ke penjara akibatnya laporan kepada BPK an Batubara di Kalimantan, BPKP tidak serta-merta
selalu disclaimer. melakukan pengawasan ataupun pemeriksaan, namun
26 Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Vol. 17, No. 1, JanApr 2010, hlm.15-30

Gambar 5. Komposisi Opini BPK Tahun 2008


Sumber: LAKIP BPKP 2008

jika diberikan wewenang oleh pemerintah, BPKP baru pihak karena pengawasannya saat ini sudah digantikan
akan melakukan pemeriksaan. Hal seperti inilah yang posisinya oleh BPK, Itjen, dan Itda. Posisi dalam
membuat pengawasan yang dilakukan oleh BPKP tidak pengawasan yang sudah digantikan tersebut, telah
memiliki daya terhadap penyimpangan-penyimpangan membuat kewenangan yang dimiliki oleh BPKP
yang terjadi. Monitoring terhadap pelaksanaan proyek termarjinalkan dan dipandang sebelah mata atas peng-
ataupun pelaporan keuangan justru telah ditutupi awasan keuangan dan pembangunan karena tidak
dengan keberadaaan BPK ataupun inspektorat itu sen- pernah melakukan pengawasan atas kegiatan ataupun
diri. Hal ini menjadi penjelasan terhadap posisi BPKP proyek. Masing-masing lembaga pengawas ingin
saat ini, dimana BPKP menjalankan fungsi hanya melakukan pengawasan dengan cara masing-masing,
sebatas permintaan saja. namun kondisinya tidak dibarengi dengan kemampuan
Berdasarkan tabel 5 yang merupakan jawaban pe- SDM yang dimiliki mereka.
nelitian, proses pengawasan di BPKP dilakukan de- Proses pengawasan yang saat ini dimiliki oleh
ngan tiga kegiatan utama, yaitu pre-emtif, preventif, BPKP menimbulkan beberapa hambatan dalam pe-
dan represif. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan ngawasan seperti yang dijelaskan di atas, adanya sal-
kegiatan yang dilakukan oleh BPKP untuk mengontrol ah tangkap makna dari dilakukannya pengawasan,
kegiatan yang dilakukan oleh instansi-instansi terkait tidak dilakukannya pengawasan karena pengawasan
yang berhubungan langsung dengannya. Proses yang merupakan proses yang sangat panjang, jumlah SDM
dilakukan BPKP dalam pengawasan ini memiliki yang terbatas sehingga tidak memiliki kemampuan
berbagai macam kegiatan dimulai dengan sosialisasi, dalam menjalankan fungsi pengawasan secara me-
konsultasi, bimbingan teknis, pengembangan/pen- nyeluruh, anggaran pelaksanaan pengawasan yang
yusunan sistem, kajian, inventarisasi Barang Milik terbatas, sarana dan prasarana yang kurang memadai,
Negara, assessment good governance, pelayanan perubahan metode kerja yang tidak seluruhnya di-
publik, audit keuangan, kinerja, operasional, dan tujuan terima oleh pegawai, perspektif negatif terhadap lem-
tertentu serta audit investigasi, perhitungan kerugian baga pengawas yang hanya mencari-cari kesalahan
negara, dan memberikan keterangan ahli. Menurut serta dominannya lembaga pengawas eksternal.
data tahun 2008, kegiatan audit masih menempati Hambatan yang terjadi selama ini telah menimbul-
urutan paling tertinggi dalam pelaksanaan pengawasan kan celah masalah dalam pengawasan di Indonesia.
yang dilakukan oleh BPKP. Eksistensi BPKP dalam pengawasan mulai dipertanya-
Proses yang dilakukan cukup panjang ini, kan, untuk menjamin celah-celah kebocoran dana dapat
merupakan gambaran proses yang terjadi dalam peng- diawasi terus dan tidak ada lagi kebocoran anggaran.
awasan di Indonesia. BPKP sebagai reviewer atas Jangan sampai hal-hal yang berdampak pada opini
laporan keuangan pemerintah memiliki kewenangan disclaimer yang dikeluarkan oleh BPK terus saja ada.
me-review atas laporan tersebut hanya berdasarkan Berdasarkan data disclaimer opinion yang dikeluarkan
permintaan. Namun, hal ini kadangkala terjadi tata oleh BPK, sebesar 40% opini disclaimer atas pelaporan
hubungan antar lembaga tersebut tidak terjalin dengan keuangan pemerintah pusat maupun daerah masih.
baik. Seperti, proses pengawasan yang dilakukan oleh Angka tersebut membuat menduduki opini disclaimer
BPKP tidak mendapatkan antusiasme dari beberapa peringkat pertama. Gambar 5 me-nunjukkan data opini
SUSENO, EKSISTENSI BPKP DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 27

BPK tahun 2008. yang dilakukan oleh BPKP masih sangat diperlukan.
Jika kondisi ini terus terjadi bukan tidak mungkin Hal ini mengingat fungsinya BPKP dalam pengawas-
BPKP menjadi kambing hitam akibat lemahnya pe- an keuangan dan pembangunan yang dilakukan di
ngontrolan dana-dana dari pemerintah pusat. Ini me- Itda, yaitu sebagai pembina. Di samping itu, me-
nandakan bahwa selama ini adanya ketidakserius-an nurutnya inspektorat memerlukan wadah untuk meng-
dalam pengawasan. Bahkan bukan tidak mungkin konsultasikan berbagai macam keluhan pada persoalan
definisi pengawasan yang selama ini dilakukan bu- dalam pengawasan yang dilakukannya.
kan suatu proses yang inherent dalam pengawasan Dukungan dari inspektorat dalam menanggapi isu
melainkan proses pemeriksaan setiap akhir anggaran. urgensi BPKP dalam pengawasan merupakan wujud bah-
Kondisi yang seperti ini menjadi pertanyaan dalam wa BPKP sebagai lembaga pengawas intern pemerintah
pengawasan pemerintahan, dimana eksistensi BPKP masih diperlukan. Walaupun keberadaannya hanya sebatas
dalam sistem pengawasan keuangan dan pembangunan permintaan namun menjadi urgent ketika Itda mengalami
di Indonesia. kesulitan dalam pengawasan ataupun pemeriksaan dan
dalam meningkatkan kemampuan dari APIP-APIP yang
C. Eksistensi BPKP dalam Pengawasan Keuangan dimiliki oleh inspektorat. Perubahan BPKP yang ke arah
dan Pembangunan di Indonesia new BPKP telah membawa BPKP berperan sebagai audit
Peneliti melihat beberapa permasalahan dalam lintas sektoral, pembina bagi APIP, dan penugasan khusus
eksistensi yang dapat dibahas, yaitu mengenai ur- dari presiden.
gensi BPKP dalam pengawasan keuangan dan Kebutuhan yang saat ini sudah termanifesta-
pembangunan di Indonesia, isu overlapping dan si, telah membuat peran BPKP dalam pengawasan
duplikasi pengawasan keuangan dan pembangunan keuangan dan pembangunan di Indonesia masuk ke
yang dilakukan oleh BPKP, efektivitas pengawasan dalam kategori diperlukan. Hal ini disebabkan pe-
keuangan, dan pembangunan yang dilakukan oleh kerjaan BPKP yang sudah jelas arahnya membuat
BPKP, dan isu pembubaran BPKP. BPKP menjadi lembaga yang dituntut membantu
Permasalahan pertama yaitu urgensi BPKP dalam pemerintah dalam mewujudkan tata kelola yang ba-
pengawasan keuangan dan pembangunan di Indonesia. ik atau good governance khususnya akuntabilitas
Pasca reformasi ini, pengawasan yang dilakukan presiden. Namun, belajar dari hambatan yang terjadi
oleh BPKP telah termarjinalkan atau semakin dalam pengawasan bahwa pengawasan di Indonesia
dipersempit ruang geraknya. Kondisi ini memberikan ini belum terdefinisikan dan masih sering terjadinya
dampak bahwa keberadaannya dalam pengawasan bolong-bolong dalam pengawasan, menuntut BPKP
memungkinkan tarik-ulur untuk dipertahankan. BPKP agar segera melakukan dan memfokuskan pekerjaan
pasca reformasi dan sebelum adanya PP mengenai memperbaiki hal-hal tersebut.
SPIP, kondisinya tidak stabil. Ada yang menginginkan Manajemen atas lembaga-lembaga pengawas di
BPKP dirubah formatnya dan ada pula yang sampai bawahnya merupakan tuntutan utama agar pengawasan
menginginkan BPKP bubar, sehingga setiap langkah dalam pengawasan keuangan dan pembangunan dapat
yang diambil dalam melakukan pengawasan ataupun berjalan dengan baik. Di samping itu agar opini tidak
pemeriksaan mendapatkan sorotan tajam dari publik. berpendapat yang diberikan oleh BPK dapat diperbaiki
Keberadaan BPKP dalam sistem pengawasan di dan dipantau oleh BPKP. Hal ini sesuai dengan peranan
Indonesia saat itu sedang dalam posisi yang sangat BPKP dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang
dilematis. Bahkan hal itu mengakibatkan beberapa SPIP pasal 49 menyebutkan bahwa tugas dari BPKP
aparat pengawas pindah pekerjaan dan sesama lembaga adalah kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan
negara saling menjatuhkan satu sama lain. Namun, saat kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan
ini setelah PP Nomor 60 Tahun 2008 mengenai SPIP oleh menteri keuangan selaku bendahara umum
terbentuk pada bulan Agustus, sebagai auditor internal negara, dan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari
pemerintah, peran BPKP menjadi sangat diperlukan. presiden.
Hal ini dikarenakan BPKP ditugaskan sebagai pe- Permasalahan kedua yaitu overlapping dan
ngawal rancangan keuangan dan akuntabilitas duplikasi pengawasan keuangan dan pembangunan.
presiden (RKAP), pembantu presiden dalam rangka Overlapping dalam pengawasan yang dilakukan oleh
mewujudkan akuntabilitas, dan pembina bagi APIP BPKP terjadi karena BPKP sebagai aparat pengawas,
yang berada pada itda, itjen, dan juga BUMN/D. melakukan aktivitasnya selalu berbenturan dengan
Kewenangan yang dilakukan oleh BPKP saat lembaga pengawas lain sehingga tumpang tindih
ini lebih menekankan kepada pembinaan terhadap atau pun duplikasi pekerjaan tidak mungkin dapat
APIP lembaga pengawas baik kota/kabupaten hingga terhindarkan. Hal ini membuat lembaga yang diperiksa
BUMN/D. Walaupun begitu, peranannya sebagai oleh lembaga-lembaga pemeriksa tersebut tidak dapat
lembaga pengawas tetap ada namun berdasarkan bekerja dan menyelesaikan laporan tepat waktunya
permintaan, dan sampai saat ini pun peran yang karena waktu yang ada hanya disediakan untuk
dijalankan masih sangat diperlukan. Pengawasan pemeriksaan. Kasus-kasus overlapping dan duplikasi
28 Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Vol. 17, No. 1, JanApr 2010, hlm.15-30

dalam pemeriksaan ataupun pengawasan tidak akan terhadap hasil pengawasan yang dilakukan oleh BPKP.
terjadi jikalau terjadipun akan dikomunikasikan antar Efektif atau tidaknya pengawasan yang dijelaskan oleh
lembaga pengawas. Alfred (1988) bahwa salah satu pengawasan efektif
Pengawasan BPKP yang sekarang ini sudah berubah jika hasil pengawasan digunakan oleh pekerja atau
formatnya, mengindikasikan bahwa BPKP dalam pimpinan. Hal ini dikarenakan BPKP sebagai lembaga
melakukan pengawasan tidak lagi terjadi overlapping internal pemerintah atau presiden memiliki akses
dan duplikasi pengawasan. BPKP yang saat ini dalam memberikan pendapat atas apa yang dilihat
sudah tidak melakukan audit kecuali atas permintaan dan dikajinya terhadap permasalahan yang terjadi di
membuat pengawasannya tidak mengalami bentrok Indonesia. Selain itu, dengan bekerja sebagai lembaga
antara lembaga pengawas lain. Pasca reformasi, fungsi internal pemerintah secara otomatis BPKP dijadikan
yang dimiliki oleh BPKP saat ini sudah berkurang sebagai tangan kanan atas kebijakan yang akan diambil
sehingga peran koordinator yang dilakukan oleh BPKP oleh pemerintah itu sendiri.
tidak berjalan lagi. Kebutuhan pemerintah terhadap BPKP menjadi
BPKP dalam pengawasan keuangan dan pemba- semakin besar dikarenakan BPKP memiliki tugas dan
ngunan sudah tidak terjadi lagi overlapping. Hal ini fungsi yang sudah jelas setelah terbitnya PP Nomor
dikarenakan BPKP sebagai lembaga pengawas yang 60 Tahun 2008 pasal 49 serta memiliki tenaga yang
fungsinya saat ini melakukan audit atas permintaan saja handal dibandingkan dengan itda dan itjen. Selain
membuat BPKP tidak terlalu berkecimpung terhadap itu, BPKP pasca reformasi 1998 masih memiliki
masalah pengawasan yang terjadi di suatu departemen, peran dalam mengisi pengawasan di pemerintahan.
lembaga, ataupun BUMN karena tugasnya sudah di- Kondisi ini membuat BPKP masih bisa dikatakan
serahkan kepada masing-masing lembaga. Artinya, efektif dalam melakukan pengawasan karena kebe-
indikasi terjadinya overlapping tidak terjadi. Hal ini radaan BPKP dalam pengawasan keuangan dan
terlihat dari peran yang saat ini dimiliki oleh BPKP, pembangunan di Indonesia masih diperlukan oleh
bahwa mereka tidak akan melakukan pengawasan pemerintah. Seperti yang dilakukan oleh BPKP dalam
kecuali atas permintaan. Namun, kondisi yang harus pengawasan keuangan dan pembangunan, internal
diperhatikan bahwa pengawasan yang memiliki wa- pemerintah maupun dari pihak swasta nonpemerintah
wasan untuk melakukan pengawasan kecuali atas seperti BUMN/D menindaklanjuti rekomendasi ya-
permintaan ke depan akan menyebabkan terjadi ng diberikan oleh BPKP walaupun BPKP saat ini
apatisme terhadap pengawasan itu sendiri. Seperti peranannya sebatas panggilan atau by order.
yang diungkapkan oleh Hidayat, dkk (2005) bahwa Contoh kasus yang ditangani oleh BPKP yang ber-
salah satu kendala dalam pengawasan adalah adanya kaitan dengan rekomendasi, yaitu kasus penunggakan
sikap apatisme dan tidak mau peduli karena menilai pajak di perusahaan Batubara Kalimantan Timur.
pengawasan sudah dilakukan pengawasan fungsional. Terdapat enam perusahaan, yaitu PT Kaltim Prima
Kendala pengawasan dewasa ini yang diidentifi- Coal, PT Arutmin Indonesia, PT Kideco Jaya Agung,
kasi oleh peeliti saat melakukan penelitian adalah PT Berau Coal, PT Adaro Indonesia, dan PT BHP
pengawasan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga Kendilo Coal diperkirakan memiliki utang kepada
terkait seperti Itda dan Itjen tidak berjalan dengan negara Rp 7 triliun dari tahun 2001 hingga 2007.
baik akibat pengawasan di level bawah seperti Pemerintah yang diwakili oleh Departemen Keuangan
inspektorat daerah maupun jendral tidak secara dan ESDM meminta BPKP untuk mengaudit enam
simulating melakukan pengawasan dan dengan ke- perusahaan tersebut. Setelah diaudit oleh BPKP, ke-
terbatasan SDM yang berlatar belakang akuntansi lima perusahaan batubara bersedia membayar sesuai
menyebabkan kemampuan institusi tersebut dalam dengan rekomendasi yang diberikan oleh BPKP bahwa
mengungkap beberapa permasalahan jauh di atas rata- kelima perusahaan memiliki beban pajak Rp 600
rata seperti BPKP. Hal inilah yang menjadi persoalan miliar (Sunandar, 2009). Pengawasan yang dilakukan
dalam pengawasan, sehingga overlapping dalam oleh BPKP memiliki dampak yang belum berpengaruh
pengawasan tidak terjadi justru yang terjadi adalah pada pengawasan didasarkan atas pendapat akademisi.
lembaga-lembaga di level bawah ini justru tidak dapat Namun kondisi tersebut berbeda dengan kenyataan
melaporkan kasus-kasus yang memang tidak bisa yang ada. Peran BPKP dalam pengawasan diperlukan
diselesaikan olehnya. dalam penanganan temuan-temuan sebelumnya. Ha-
Permasalahan yang ketiga yaitu kebermaknaan sil rekomendasi yang diberikan oleh BPKP dapat me-
pengawasan keuangan dan pembangunan. Masalah nyelesaikan permasalahan yang ada.
eksistensi BPKP dalam pengawasan keuangan dan Pengawasan yang dilakukan oleh BPKP saat ini
pembangunan juga dapat dikaji lewat efektivitas sudah mengikuti teori yang ada. Selain itu, BPKP
pengawasan yang dilakukan BPKP. Efektivitas bermakna bagi pengawasan yang dilakukannya
pengawasan yang digunakan oleh peneliti dalam me- karena baik pemerintah maupun BUMN/D sudah
ngukurnya adalah dengan menggambarkan sampai menggunakan hasil rekomendasi yang diberikan
sejauh mana kebutuhan presiden dan stakeholder oleh BPKP atas pengawasan yang dilakukan. Pada
SUSENO, EKSISTENSI BPKP DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 29

Tabel 6. Opini Publik terhadap BPKP

Opini Publik Skala Persentase Jumlah Opini


Opini yang berkembang terhadap Baik Sekali 2,16% 45
BPKP dalam berita yang Baik 69,81% 1.450
berhubungan dengan tugas, fungsi,
dan eksistensi BPKP Cukup 25,22% 524
Tidak Baik 2,79% 58
Tidak Baik Sekali - -
Tidak Berpendapat 0,02% 1
Sumber: Diolah kembali dari LAKIP BPKP 2008

Tabel 7. Jawaban Penelitian Eksistensi BPKP dalam Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Lembaga BPKP Itda dan itjen Akademisi

Pertanyaan
Urgensi BPKP BPKP sangat diperlukan untuk BPKP sebagai lembaga yang Selama definisi pengawasan
mengawal RKAP, membatu menaungi itda dan itjen. yang dilakukan sudah
presiden dalam mewujudkan terdefinisikan dengan baik.
akuntabilitas serta menjadi
pembina terhadap semua APIP di
Indonesia.
Overlapping BPKP melakukan audit atas Tidak ada overlapping dan Tidak ada overlapping dan
dan Duplikasi permintaan, oleh sebab itu sudah duplikasi pengawasan. duplikasi pengawasan yang
Pengawasan tidak ada overlapping. ada BPKP tidak bisa meng-
cover celah-celah dalam
pengawasan.
Efektivitas efektif - -
Pengawasan
Pembubaran BPKP Tidak ada isu pembubaran, Tidak perlu ada pembubaran Tidak perlu ada
presiden sebagai penyelenggara karena BPKP memiliki pembubaran dalam
negara sangat membutuhkan fungsi yang penting dalam pengawasan di Indonesia
auditor internal sebagai pemerintahan. selama BPKP dan itjen
kepanjangan tangan presiden dapat mengisi celah-celah
untuk mengawasi pelaksanaan yang tidak bisa di-cover
pembangunan. dalam UU keuangan negara.
Sumber: Diolah kembali dari jawaban narasumber

penanganan maupun bimbingan terhadap pemerintah, menonjolkan peranan, eksistensi, dan prestasi BPKP
BPKP masih diperlukan. Di samping itu, pengawasan dalam pemerintah, sebanyak 58 responden (2,79%)
yang dilakukannya masih dibutuhkan oleh pemerintah. dari 2.078 berpendapat tidak baik, berita tersebut ber-
SDM yang handal dari BPKP banyak yang ditarik ke kaitan dengan pendeskridit terhadap BPKP secara ke-
lembaga-lembaga pemerintah lain. Namun, secara lembagaan, dan tidak ada berita tentang BPKP yang
spesifik penelitian terhadap efektivitas pengawasan berkaitan dengan pembubaran BPKP.
yang dilakukan oleh BPKP belum pernah ada. Artinya, Permasalahan yang keempat yaitu isu pembubaran
pengawasan yang dilakukan oleh BPKP bisa dikatakan BPKP. Sepanjang per-ubahan yang terjadi di Indonesia,
efektif. Hal ini dapat dilihat dari pendapat-pendapat BPKP sebagai lembaga pengawas mengalami berbagai
yang diberikan oleh aparat BPKP. persoalan. Salah satunya adalah isu mengenai pem-
Tabel 6 menggambarkan bahwa opini yang ber- bubaran BPKP. Hal ini disebabkan karena BPKP
kembang terhadap BPKP atas pengumpulan berita dinilai sebagai aktor orde baru yang melaksanakan
yang berhubungan dengan tugas, fungsi, dan eksistensi pengawasan hanya untuk mempertahankan kekuasaan
BPKP sepanjang 2008, sebanyak 45 berita (2,16%) dari rezim Soeharto, sehingga hal ini menjadi drama
dari 2.078 berpendapat baik sekali peranan, eksistensi, yang menarik ketika timbul pertentangan da-lam
dan prestasi BPKP dalam membantu manajemen pemerintah untuk mempertahankan BPKP atau mem-
pemerintah,sebanyak 1.450 berita (69,81%) dari 2.078 bubarkannya. Di samping itu, BPKP sebagai lembaga peng-
berpendapat baik peranan BPKP dalam membantu awas juga dinilai melakukan pengawasan yang hampir sa-
manajemen pemerintah, sebanyak 524 berita (25,22%) ma dengan apa yang dilakukan oleh inspektorat daerah
dari 2.078 berpendapat cukup atas BPKP namun tidak atau jendaral dan BPK.
30 Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Vol. 17, No. 1, JanApr 2010, hlm.15-30

Namun, isu pembubaran itu saat ini sudah mulai KESIMPULAN


tidak terdengar setelah terbitnya PP Nomor 60 Tahun
2008 tentang SPIP. Kondisinya, posisi dari BPKP Proses pengawasan keuangan dan pembangunan
sesudah diperjelas dalam peraturan tersebut sehingga yang dilakukan BPKP selama ini, yaitu BPKP mela-
isu pembubaran tidak lagi terdengar dan saat ini kukan pemeriksaan atas permintaan dari presiden dan
lembaga-lembaga pemerintah juga mengetahui peran BUN. Ketika laporan tersebut sudah selesai, maka akan
yang baru dari BPKP. Artinya, terlihat masih ada ruang diberikan rekomendasi untuk dilakukan perbaikan.
bagi BPKP untuk tetap dipertahankan posisinya dalam BUN diharuskan memperbaiki atas rekomendasi yang
proses pengawasan keuangan dan pembangunan di diberikan oleh BPKP, sebelum diserahkan ke presiden.
Indonesia. Di samping itu, peran yang saat ini sudah ada Pada proses pengawasan keuangan dan pembangunan
walaupun didukung dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 yang dilakukan oleh BPKP, terdapat masalah-masalah
tentang SPIP, menurutnya masih harus diperkuat dengan yang kemudian menjadi hambatan dalam pengawasan.
menemukan formulasi dalam menyelesaikan masalah- Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti
masalah. Masalah-masalah yang dikemukakan oleh menemukan hambatan dalam pengawasan keuangan
Dwi Martani merupakan masalah opinion disclaimer dan pembangunan yang dialami oleh BPKP, yaitu
yang diberikan oleh BPK ke beberapa pemerintah SDM, anggaran untuk melakukan pengawasan, sarana
daerah di Indonesia dan departemen. Terdapat indikasi dan prasarana yang digunakan untuk melakukan pe-
bahwa peran BPKP dalam pengawasan keuangan ngawasan, metode kerja dalam pengawasan, persepsi
dan pembangunan masih bisa dipertahankan. Namun negatif terhadap pengawasan, dan dominannya lembaga
kondisi yang harus dikejar oleh pemerintah melalui pengawas eksternal.
dua skenario, yaitu pertama bagaimana membentuk Dari hasil penelitian, eksistensi pengawasan keua-
BPKP sebagai lembaga pembimbing bagi pemerintah ngan dan pembangunan yang dilakukan oleh BPKP
yang benar-benar membimbing dalam pelaporan masih diperlukan. Hal ini disebabkan BPKP sebagai
keuangan, bukan sebagai lembaga pengawas yang lembaga pengawas internal pemerintah memiliki
setiap saat harus mengawasi. Kedua, menjadikan fungsi yang masih diperlukan oleh lembaga-lembaga
BPKP sebagai lembaga pengawas yang benar-benar pengawas internal lainnya. Peran yang saat ini dija-
mengawasi sehingga pengawasan itu berjalan tidak lankan oleh BPKP adalah sebagai pengawas internal
hanya dilakukan diakhir periode laporan keuangan, pemerintah, mengawasi kegiatan tertentu yang meliputi
melainkan dilakukan secara menyeluruh sejak pe- kegiatan yang bersifat lintas sektoral, pengawas ke-
rencanaan dibuat. giatan kebendaharaan umum negara berdasarkan pen-
Tabel 7 menunjukkan BPKP di dalam pengawasan etapan oleh Menkeu selaku BUN, dan kegiatan lain
keuangan dan pembangunan masih diperlukan namun berdasarkan perintah presiden.
peranannya harus diperhatikan dari kinerja yang
dilakukan oleh BPKP dalam pengawasan. Hal ini DAFTAR PUSTAKA
disebabkan selama ini pengawasan belum dijalankan
dengan baik dalam artian pengawasan dilakukan Gunawan, Sabar. 2007. Kajian Kinerja Lembaga Pengawasan Daerah,
hanya mengandalkan pelaporan keuangan tanpa pe- Bandung: PKP2A I LAN.
ngawasan secara inherent, sejak awal pengawasan Handoko, T. Hani. 2003 . Manajemen. Ed. 2, Yogyakarta : BFE
hingga selesainya proses anggaran. Di samping itu, Yogyakarta.
permasalahan yang terjadi adalah BPKP tidak proaktif Hidayat, Dayat. 2008. Evaluasi Kinerja dan Pengembangan Model
dalam pengawasan keuangan dan pembangunan. Kelembagaan Lembaga Pengawas Daerah. Wacana Kinerja, Vol.
Kepercayaan yang masih diberikan oleh pemerintah 11, No. 1 (Maret).
terhadap eksistensi dari BPKP ini, harus dimanfaatkan Kreitner, Robert. Management. 5th ed., Boston: Houghton Mifflin
dengan sebaik-baiknya. Keberadaan BPKP dalam company, 1992.
pengawasan juga dijadikan sebagai lembaga yang Maksum, Irfan Ridwan. 2006. Pengawasan Internal Daerah Otonom
seharusnya dapat mengkordinasikan antar lembaga oleh DPRD. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Bisnis &
satu dengan lembaga lainnya agar tercipta laporan Birokrasi, Vol. 14, No. 4 (Desember).
akuntansi pemerintah yang akuntabel. Jika laporan Neuwman, L. 2006. Social Research Methods: Qualitative and
akuntansi dari pemerintah sudah akuntabel maka Quantitative Approach (Sixth Edition). New York: Pearson
opini disclaimer terhadap laporan keuangan bisa di- Education Inc.
minimalisasikan. Selain itu, dengan kepercayaan pe- Prasojo,Eko. 2006. Reformasi Birokrasi di Indonesia: Beberapa
merintah terhadap BPKP seharusnya BPKP bisa benar- catatan Kritis. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Bisnis &
benar membimbing lembaga-lembaga pengawas yang Birokrasi, Vol. 14, No. 1 (Januari).
kurang memberikan dampak pada proyek atau kegiatan Sagala, Bob Ronald F.. Wawancara pribadi. 4 Mei 2009.
yang diawasinya. Sunandar. Lima Perusahaan Batubara Sepakat Bayar Royalty 600 M.
18 Februari 2009 <http://indonesiaenergywatch.com/batubara/
lima-perusahaan-batubara-sepakat-bayar-royalty600-m.html>.

Anda mungkin juga menyukai