Disusun oleh :
MAH M U R
1.1.10459
A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
dapat diabsorbsinya (Smelter & Bare, 2002).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik (Price, 1995).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat
dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti
osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang patologis (Barret dan Bryant,
1990).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri,
pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi
(Doenges, 2000).
Fraktur adalah teputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh ruda paksa.
B. Jenis Fraktur
1. Berdasarkan sifat fraktur
a. Fraktur tertutup
Apabila fagmen tulang yang patah tidak tampak dari luar
b. Fraktur terbuka
Apabila fragmen tulang yang patah tampak dari luar
2. Berdasarkan komplit / tidak komplit fraktur
a. Fraktur komplit
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran bergeser dari posisi normal)
b. Fraktur inkomplit
Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang
Misal : - Hair line fraktur
- Green stick fraktur dimana salah satu sisi tulang patah
sedang sisi yang lain membengkok
3. Berdasarkan bentuk garis patah & hubungan dengan mekanisme tauma
a. Fraktur transversal
Arah melintang dan merupakan akibat trauma angulasi / langsung
b. Fraktur oblik
Arah garis patah membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan
akibat dari trauma langsung
c. Fraktur spiral
Arah garis patah spiral dan akibat dari trauma rotasi
d. Fraktur kompresi
Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
4. Istilah lain
a. Fraktur komunitif
Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
b. Fraktur depresi
Fraktur dengan bentuk fragmen terdorong ke dalam (sering terjadi pada
tulang tengkorak dan tulang wajah).
c. Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, tumor,
metastasis tulang).
d. Fraktur avulsi
Tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada perlekatannya.
(Smelter & Bare, 2002).
C. Etiologi
1. Menurut Oswari E (1993)
a. Kekerasan langsung
Terkena pada bagian langsung trauma
b. Kekerasan tidak langsung
Terkena bukan pada bagian yang terkena trauma
c. Kekerasan akibat tarikan otot
2. Menurut Barbara C Long (1996)
a. Benturan & cedera (jatuh, kecelakaan)
b. Fraktur patofisiologi (oleh karena patogen, kelainan)
c. Patah karena letih
D. Manifestasi Klinik
Nyeri
Deformitas (kelainan bentuk)
Krepitasi (suara berderik)
Bengkak
Peningkatan temperatur lokal
Pergerakan abnormal
Echymosis (perdarahan subkutan yang lebar-lebar)
Kehilangan fungsi
(Smelter & Bare, 2002).
Absorbsi calcium
Defisit volume
cairan
Deprasi saraf nyeri Tindakan Bedah
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
Resti infeksi
F. Diagnosa Keperawatan
Defisit volume cairan b.d. perdarahan
Nyeri akut b/d trauma jaringan syaraf
Ansietas b/d adanya ancaman terhadap konsep diri/citra diri
Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. mual, muntah
Resti infeksi b.d. imflamasi bakteri ke daerah luka
G. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b/d trauma jaringan syaraf
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam klien mampu
mengontrol nyeri, dengan kriteria hasil :
Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
Mengikuti program pengobatan yang diberikan
Menunjukan penggunaan tehnik relaksasi
Intervansi :
a. Kaji tipe atau lukasi nyeri. Perhatikan intensitas pada skala 0-10. Perhatikan
respon terhadap obat.
Rasional : Menguatkan indikasi ketidaknyamanan, terjadinya komplikasi dan
evaluasi keevektivan intervensi.
b. Motivasi penggunaan tehnik menejemen stres, contoh napas dalam dan
visualisasi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memvokuskan kembali perhatian, dan
dapat meningkatkan kemampuan koping, menghilangkan nyeri.
c. Kolaborasi pemberian obat analgesik
Rasional : mungkin dibutuhkan untuk penghilangan nyeri/ketidaknyamanan.
2. Nutisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam nutrisi pasien
terpenuhi dengan KH:
Makanan masuk
BB pasien naik
Mual, muntah hilang
Intervensi:
a. Berikan makan dalam porsi sedikit tapi sering
Rasional: memberikan asupan nutrisi yang cukup bagi pasien
b. Sajikan menu yang menarik
Rasional: Menghindari kebosanan pasien, untuh menambah ketertarikan
dalam mencoba makan yang disajikan
c. Pantau pemasukan makanan
Rasional: Mengawasi kebutuhan asupan nutrisi pada pasien
d. Kolaborasi pemberian suplemen penambah nafsu makan
Rasional: kerjasama dalam pengawasan kebutuhan nutrisi pasien selama
dirawat di rumah sakit
Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa :
Monica Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 1995. Patofisiologi: CONSEP klinis proses-
proses penyakit. Yakarta: EGC.