Koperasi simpan pinjam dikelola dengan cara yang sama dengan koperasi pada
umumnya hanya saja ada beberapa bagian teknis yang berbeda. Konsep dasar yang
digunakan dalam koperasi harus dipahami terlebih fahulu oleh pengurus anda bisa melihat
posting tentang manajemen koperasi untuk mengetahui lebih jauh tentang konsep dasar
pengelolaan koperasi.
Kegiatan usaha dari aspek aktiva merupakan upaya dari koperasi simpasn pinjam atau ksp
serta usp untuk memperoleh laba dengan cara mengalokasikan dari hasil dari penghimpunan
yang disalukan kepada anggota dalam bentuk pijaman. Lebih jauh jika di kerucupkan maka
kegiatan koperasi simpan pinjma bisa di rinci sebagai berikut.
1. Koperasi simpan pinjam dituntut mampu melayani penyimpanan dan juga penarikan
dana oleh anggota sesuai dengan ketentuan serta kesepakatan.
2. Koperasi simpan pinjam juga menyalurkan dana yang terkumpul kepada anggota yang
dimasa datang akan diterima kembali secara bertahap.
Kedua kegiatan diatas harus dikelola sedemikian rupa sehingga penghimpunan dan
penyaluran berjalan seimbang. Lantas bagaimana praktek dalam pengelolaan sebuah koperasi
simpan pinjam? dalam hal ini anda akan dihadapkan pada 2 kasus yaitu detail kegiatan arus
kas masuk dan arus kas keluar.
Untuk bisa menjalankan usahanya koperasi simpan pinjam harus melakukan penghimpunan
dana. Dana2 tersebut bisa uang yang masuk kategori hutang atau ekuitas atau kekayaan
bersih. Jika dilihat jenis sumber dana maka dana yang berbentuk hutang berasal dari tabungan
kemudian simpanan berjangka atau pinjaman yang diterima koperasi simpan pinjam
sednagkan yang bersumber dari kekayaan bersin diantaranya berasal dari sumber simpanan
wajib anggota dan simpanan sukerela, cadangan umum serta sehu di tahun berjalan.
Dari keseluruhan sumber dana tersebut, sumber dana utama adalah simpanan, sehingga perlu
diberikan penjelasan yang lebih mendalam tentang simpanan. Menurut PP 9 Tahun 1995
simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau
anggotanya kepada KSP/USP dalam bentuk tabungan dan simpanan koperasi berjangka.
Pengertian simpanan sebagaimana dinyatakan dalam PP tersebut adalah simpanan yang
merupakan hutang bagi KSP/USP, sementara itu terdapat jenis simpanan lain dari anggota
yang merupakan kekayaan bersih bagi KSP/USP, yaitu simpanan pokok dan simpanan wajib
(bagi KSP). Pembahasan mengenai simpanan di bawah ini, meliputi simpanan yang
merupakan kekayaan bersih, yaitu simpanan pokok dan simpanan wajib serta simpanan yang
merupakan hutang, Yaitu tabungan dan simpanan berjangka.
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya dan atau sama
nilainya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk
menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil selama yang
bersangkutan menjadi anggota.
Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama,
wajib dibayar oleh anggota, kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan
tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil selama yang bersangkutan
menjadi anggota.
3) Tabungan Koperasi
Faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh KSP/USP agar anggota berminat menyimpan di
koperasi antara lain adalah:
1. Keamanan dana, dalam arti dapat ditarik kembali oleh pemiliknya sesuai dengan
perjanjian.
2. Menghasilkan nilai tambah dalam bentuk bunga simpanan atau insentif lainnya dan
diterima oleh anggota sesuai dengan perjanjian.
3. Bahwa menabung di KSP/USP merupakan wujud dari partisipasi anggota di dalam
kedudukannya sebagai pengguna jasa, dan karena itu anggota merasakan
adanya kedudukan yang lebih istimewa dibandingkan dengan menabung di tempat
lain. Keistimewaan anggota tersebut antara lain misalnya karena menerima sisa hasil
usaha pada akhir tahun buku, ikut serta mengambil keputusan koperasi dan lain-lain.
Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan' tabungan dapat meliputi:
Penyetoran dan pengambilan dapat dilakukan setiap saat pada hari kerja;
Jumlah setoran minimal pertama (saat pembukaan tabungan) dan setoran minimal
selanjutnya;
Jumlah saldo minimal yang harus ada dalam tabungan;
Penyetoran dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak harus pemilik tabungan;
Pengambilan tabungan hanya dapat dilakukan oleh pemilik tabungan atau yang
diberikan kuasa;
Sebagai imbalan, KSP/USP memberikan bunga tabungan kepada penyimpan;
Bunga tabungan dihitung menggunakan metode tertentu misalnya saldo rata-rata
harian, saldo terkecil atau yang lainnya;
Pembayaran bunga dilakukan setiap akhir bulan dengan menambahkannya ke dalam
saldo tabungan;
Penanggung jawab penghitungan bunga adalah bagian pembukuan.
Calon penyimpan pada simpanan berjangka disyaratkan terlebih dulu untuk menjadi
penabung.
Jumlah setoran minimal.
Sebagai imbalan, penyimpanan akan mendapatkan bunga sesuai dengan jangka waktu
dari simpanan berjangka tersebut:
Pembayaran bunga simpanan berjangka dilakukan setiap akhir bulan dengan
menambahkannya ke dalam saldo tabungan.
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada
koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali
selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi. Simpanan pokok jumlahnya
sama untuk setiap anggota.
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota
kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu, misalnya tiap bulan dengan jumlah
simpanan yang sama untuk setiap bulannya. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali
selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.
Untuk masalah permodalan atau sumber dana dalam hal pendirian Koperasi, diperoleh 60
% dari PT. Pan Surya Kemang dan 40% dari pemilik. Seperti Koperasi lainnya, Koperasi
Simpan Pinjam Graha Arthamas membagi hasilnya berdasarkan SHU (Sisa Hasil Usaha)
yang didapat setiap akhir tahunnya.
Koperasi Simpan Pinjam Graha Arthamas Depok memiliki 8 orang Karyawan yang
mengurus jalannya manajemen yang terdiri dari :
1. Pimpinan : Memantau kinerja semua karyawan dan mengetahui
perkembangan Koperasi.
2. Pengawas Kredit : Wajib mengetahui Laporan perbulan yang terjadi di
Koperasi.
3. Bagian Administrasi : Mengatur surat menyurat yang ada di Koperasi,
mengarsipkan dokumen dokumen penting Koperasi,
memonitor kebutuhan Rumah Tangga dan ATK koperasi.
4. Kasir : bertanggung jawab atas keluar masuknya uang, membuat
tanda bukti keluar masuknya uang di dalam koperasi.
5. Marketing : Mencari nasabah yang ingin bergabung dengan Koperasi
Simpan Pinjam Graha Arthamas.
6. Surveyor : memeriksa data nasabah yang masuk atau data nasabah
yang ingin meminjam uang.
7. Kolektor : menangani nasabah yang bermasalah / kredit macet.
1. badan usaha, yaitu perusahaan pembiayaan yang khusus didirikan untuk melakukan
kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan.
2. kegiatan pembiayaan, yaitu melakukan pekerjaan atau aktivitas dengan cara
membiayai pihak-pihak atau sektor usaha yang dibutuhkan.
3. penyediaan dana, yaitu perbuatan penyediaan uang untuk suatu keperluan.
4. barang modal, yaitu barang yang dipakai untuk menghasilkan sesuatu atau barang
lain, seperti mesin-mesin, peralatan pabrik, dan sebagainya.
5. tidak menarik dana secara langsung (non deposit taking) artinya tidak mengambil
uang secara langsung baik dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan surat sanggup
bayar kecuali hanya untuk dipakai sebagai jaminan hutang kepada bank yang menjadi
krediturnya.
6. masyarakat, yaitu sejumlah orang yang hidup bersama di suatu tempat, yang terikat
oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan,
Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 2
Bila dibandingkan dengan lembaga perbankan, maka lembaga pembiayaan tentunya memiliki
persamaan dan perbedaan diantara keduanya. Adapun perbedaan kedua lembaga tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Dilihat dari kegiatannya, lembaga pembiayaan difokuskan pada salah satu kegiatan
keuangan saja. Misalnya perusahaan modal ventura menyalurkan dana dalam bentuk
modal penyertaan pada perusahaan pasangan usaha, perusahaan sewa guna usaha
menyalurkan dana dalam bentuk barang modal kepada perusahaan penyewa,
pegadaian menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman jangka pendek dengan
jaminan benda bergerak. Adapun lembaga perbankan merupakan lembaga keuangan
yang paling lengkap kegiatannya, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman, serta
melaksanakan kegiatan di bidang jasa keuangan lainnya.
2. Dilihat dari cara menghimpun dana, lembaga pembiayaan tidak dapat secara langsung
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, deposito berjangka.
Adapun lembaga perbankan dapat secara langsung menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito berjangka.
3. Dilihat dari aspek jaminan, lembaga pembiayaan dalam melakukan pembiayaan tidak
menekankan aspek jaminan (non collateral basis) karena unit yang dibiayai
merupakan objek pembiayaan. Adapun lembaga perbankan dalam pemberian kredit
lebih berorientasi kepada jaminan (collateral basis).
4. Dilihat dari kemampuan menciptakan uang giral, lembaga pembiayaan tidak dapat
menciptakan uang giral. Adapun lembaga perbankan, yaitu
bank umum dapat menciptakan uang giral yang dapat mempengaruhi jumlah
uang yang beredar di masyarakat. Dari simpanan masyarakat berupa giro, di samping
dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran dalam suatu transaksi dengan
menggunakan cek atau bilyet giro, bagi bank umum giro juga dapat dipergunakan
untuk menciptakan uang giral.
5. Dilihat dari pengaturan, perizinan, pembinaan, dan pengawasannya, dalam lembaga
pembiayaan dilakukan oleh Departemen Keuangan. Adapun untuk lembaga
perbankan dengan diundangkannya Undang-Undang No.10 Tahun 1998, maka
wewenang dalam hal pengaturan dan perizinan sepenuhnya berada pada Bank
Indonesia. Selanjutnya dengan diundangkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 1999,
maka fungsi pengawasan perbankan yang sebelumnya berada dalam kewenangan
Bank Indonesia akan dialihkan kepada suatu lembaga khusus untuk itu, yaitu
Lembaga Pengawas Jasa Keuangan. Lembaga perbankan itu sendiri termasuk
lembaga keuangan. Sementara lembaga keuangan itu terdiri dari lembaga keuangan
bank dan lembaga keuangan non bank, seperti, pasar modal, asuransi, dana pensiun,
dan sebagainya.
Lembaga Penjamin Simpanan
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah suatu lembaga independen yang berfungsi
menjamin simpanan nasabah perbankan di Indonesia. Badan ini dibentuk berdasarkan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Setiap
bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik Indonesia wajib menjadi peserta
penjaminan LPS.
Dalam perekonomian modern dewasa ini diperlukan suatu sistem penyangga ekonomi yang
kokoh sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan para pelaku ekonomi yang bernaung
dibawahnya, dan yang menjadi salah satu tiang penyangganya adalah LPS. Hal itu tercermin
dari salah satu fungsi dari LPS yakni menjamin simpanan nasabah.
Pendirian Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada dasarnya dilakukan sebagai upaya
memberikan perlindungan terhadap dua risiko, yaitu irrational run terhadap bank dan
systemic risk. Dalam menjalankan usaha, bank biasanya hanya menyisakan seagian kecil dari
simpanan yang diterimanya untuk berjaga-jaga apabila ada penarikan dana oleh nasabah.
Sementara, bagian terbesar dari simpanan yang dialokasikan untuk pemberian kredit.
Keadaan ini menyebabkan perbankan tidak dapat memenuhi permintaan dalam jumlah besar
dengan segera atas simpanan nasabah yang dikelolanya, bila terjadi penarikan seara tiba-tiba
dan dalam jumlah yang besar. Keterbatasan dalam penyediaan dana cash ini ialah karena
bank tidak dapat menarik segera pinjaman yang telah disalurkannya. Sedangkan risiko
sistemik terjadi apabila kebangkrutan satu bank berakibat buruk terhadap bank lain, sehingga
menghancurkan sekmen terbesar dari sistem perbankan itu sendiri.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dapat berfungsi untuk mengatur keamanan dan
kesehatan bank secara umum. Di samping itu, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga
dapat berfungsi sebagai pengawas yang dilakukan dengan cara memantau neraca, praktik
pemberian penjaminan, dan strategi investasi dengan maksud untuk melihat tanda-tanda
financial distress yang mengarah kepada kebangkrutan bank. Oleh sebab itulah, keberadaan
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai bagian dari sistem perbankan menjadi penting
guna mencegah kepanikan nasabah dengan jalan menyakinkan nasabah tentang keamanan
simpanan-sekalipun kondisi keuangan bank memburuk.
Bank sabagai obyek yang menjadi tanggungjawab Lembaga Penjamin Simapanan. Pengertian
bank dalam LPS adalah sesuai dengan undang-undang
tentang perbankan yaitu Bank Umum dan BPR (Bank Pembiayaan Rakyat).
Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia wajib
menjadi peserta penjaminan, kecuali Badan Kredit Desa. Setiap bank wajib menyampaikan
persyaratan dan laporan yang ditetapkan oleh LPS termasuk membayar kontribusi
kepesertaan dan premi penjaminan. Apabila tidak dipenuhi, tidak menggugurkan
kepesertaannya namun dikenakan sanksi administrsi, denda, dan pidana.
Az. Nasution berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum
konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan
mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen, sedangkan hukum konsumen
adalah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain
berkaitan dengan barang atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup. Az. Nasution, Op. Cit.,
hlm. 11 Namun, ada pula yang berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen merupakan
bagian dari hukum konsumen. Hal ini dapat kita lihat bahwa hukum konsumen memiliki
skala yang lebih luas karena hukum konsumen meliputi berbagai aspek hukum yang
didalamnya terdapat kepentingan pihak konsumen dan salah satu bagian dari hukum
konsumen ini adalah aspek perlindungannya, misalnya bagaimana cara mempertahankan hak-
hak konsumen terhadap gangguan pihak lain. Ibid., hlm. 12
Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki dasar hukum yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya dasar hukum yang pasti, perlindungan terhadap
hak-hak konsumen bisa dilakukan dengan penuh optimisme. Pengaturan tentang hukum
perlindungan konsumen telah diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPK disebutkan bahwa
Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberi perlindungan kepada konsumen. Kepastian hukum untuk memberi perlindungan
kepada konsumen berupa perlindungan terhadap hak-hak konsumen, yang diperkuat
melalui undang-undang khusus, memberi harapan agar pelaku usaha tidak bertindak
sewenang-wenang yang selalu merugikan hak-hak konsumen. Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen
Jika Dirugikan, (Jakarta: Visimedia, 2008), hlm. 4
Dengan adanya Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen beserta
perangkat hukum lainnya, konsumen memiliki hak dan posisi yang berimbang dan mereka
dapat menggugat atau menuntut jika ternyata hak- haknya telah dirugikan atau dilanggar oleh
pelaku usaha. Ibid., hlm. 5
Tujuan yang ingin dicapai perlindungan konsumen umumnya dapat dibagi dalam tiga bagian
utama yaitu:
Dari ketiga tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa sangat penting untuk dapat melindungi
konsumen dari berbagai hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi mereka. Konsumen
perlu dilindungi, karena konsumen dianggap memiliki suatu kedudukan yang tidak seimbang
dengan para pelaku usaha, ketidakseimbangan ini menyangkut bidang pendidikan dan posisi
tawar yang dimiliki oleh konsumen. Sering kali konsumen tidak berdaya mengahadapi posisi
yang lebih kuat dari para pelaku usaha.
Berkaitan dengan dana nasabah yang disimpan dalam sistem perkoperasian yakni undang-
undang perlindungan konsumen menjamin bahwa dana yang disimpan anggota koperasi akan
tetap terjaga dengan baik dan aman. Kemudian jika ada perjanjian pinjaman antara anggota
koperasi dengan koperasi maka undang-undang ini juga akan melindungi hak dari anggota
koperasi yang melakukan perjanjian dengan koperasi.
LEMBAGA PEMBIAYAAN
Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan dana atau barang modal.
1. Perusahaan Pembiayaan, adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan
Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau usaha Kartu Kredit.
2. Perusahaan Modal Ventura, adalah badan usaha yang melakukan usaha
pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan
pembiayaan (investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan
saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan atau pembiayaan
berdasarkan pembagian atas hasil usaha, dan
3. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, adalah badan usaha yang didirikan khusus untuk
melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada proyek infrastruktur.
1. Leasing merupakan suatu pembiayaan, baik pada finance lease maupun operating
lease,
2. Biasanya ada hubungan jangka waktu lease dan masa kegunaan benda yang di-lease
tersebut,
3. Hak Milik benda yang di-lease ada pada lessor. Hal ini berdampak penting di bidang
akuntansi seperti penyusunan di bidang hukum dalam hal pelaksanaan perjanjian
leasing,
4. Benda yang menjadi objek leasing adalah benda-benda yang digunakan dalam suatu
perusahaan, yakni benda-benda yang diperlukan dalam menjalankan perusahaan.jadi
tidak saja mesin mesin yang hanya dapat digunakan untuk berproduksi akan tetapi
bisa juga untuk komputer, dan kendaraan bermotor.
4. Pembiayaan Konsumen
Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Pembiayaan Konsumen (Consumers
Finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan
konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Selain itu pengertian lainnya Pembiayaan
konsumen adalah suatu pinjaman atau kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada
debitur untuk pembelian barang dan jasa yang akan langsung dikonsumsikan oleh konsumen,
dan bukan untuk tujuan produksi atau distribusi. Perusahaan yang memberikan pembiayaan
diatas, disebut perusahaan pembiayaan konsumen (Customer Finance
Company). Berdasarkan definisi pembiayaan konsumen di atas, maka dapat dijelaskan
mengenai hal-hal yang menjadi dasar dari kegiatan pembiayaan konsumen, yaitu :
a) Pembiayaan konsumen adalah merupakan salah satu alternatif pembiayaan yang dapat
diberikan kepada konsumen.
b) Obyek pembiayaan dari usaha jasa pembiayaan konsumen adalah barang kebutuhan
konsumen, biasanya kendaraan bermotor, barang-barang kebutuhan rumah tangga ,
komputer, barang-barang elektronika, dan lain-lain.
c) Sistem pembayaran angsuran dilakukan secara angsuran/berkala,
biasanya dilakukan pembayaran setiap bulan dan di tagih langsung kepada konsumen.
d) Jangka waktu pengembalian bersifat fleksibel, tidak terikat dengan ketentuan seperti
financial lease (sewa guna usaha dengan hak opsi).
5. Perusahaan Modal Ventura
Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Perusahaan Modal Ventura (Venture
Capital Company) adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/ penyertaan modal
ke dalam suatu Perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company) /
Sebagai pasangan usahanya untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham,
penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan
pembagian atas hasil usaha. Investasi modal ventura ini biasanya memiliki suatu resiko yang
tinggi, meskipun resiko yang dihadapi tinggi, pihak modal ventura mengharapkan suatu
keuntungan yang tinggi pula dari penyertaan modalnya berupa capital gain atau
deviden. Kapitalis ventura atau dalam bahasa asing disebut venture capitalist (VC), adalah
seorang investor yang berinvestasi pada perusahaan modal ventura, dan Perusahaan yang
pembiayaannya dari modal ventura disebut Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) atau investee
company. Dana ventura ini mengelola dana investasi dari pihak ketiga (investor) yang tujuan
utamanya untuk melakukan investasi pada perusahaan yang memiliki resiko tinggi sehingga
tidak memenuhi persyaratan standar sebagai perusahaan terbuka ataupun guna memperoleh
modal pinjaman dari perbankan. Investasi modal ventura ini dapat juga mencakup pemberian
bantuan manajerial dan teknikal. Kebanyakan dana ventura ini adalah berasal dari
sekelompok investor yang mapan keuangannya, bank investasi, dan institusi keuangan
lainnya yang melakukan pengumpulan dana ataupun kemitraan untuk tujuan investasi
tersebut. Penyertaan modal yang dilakukan oleh modal ventura ini kebanyakan dilakukan
terhadap perusahaan-perusahaan baru berdiri sehingga belum memiliki suatu riwayat
operasionil yang dapat menjadi catatan guna memperoleh suatu pinjaman. Sebagai bentuk
kewirausahaan, pemilik modal ventura biasanya memiliki hak suara sebagai penentu arah
kebijakan perusahaan sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya.
Dasar Hukum Modal Ventura
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 469/KMK.017/1995 tanggal 3 Oktober 1995
Tentang Pendirian dan Pembinaan Perusahaan Modal Ventura.
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1995 tentang Pajak Penghasilan bagi Perusahaan
Modal Ventura.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 227/KMK.01/1994 tanggal 9 Juni 1994 Tentang
Sektor-sektor Usaha Perusahaan Pasangan Usaha dari Perusahaan Modal Ventura.
Peraturan Pemerintah Nomor 62 tahun 1992 tentang sektor-sektor usaha Perusahaan
Pasangan Usaha (PPU) Perusahaan Modal Ventura.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988
Tentang ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
Kepres Nomor 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan.
Perpres Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.
PMK Nomor 18/PMK.010/2012 tanggal 1 Februari 2012 tentang Perusahaan Modal
Ventura.
Tujuan Pendirian Modal Ventura
Secara garis besar maksud dan tujuan pendirian modal ventura antara lain sebagai berikut :
1) Untuk pengembangan suatu proyek tertentu, misalnya proyek penelitian, dimana proyek
ini biasanya tanpa memikirkan keuntungan semata, akan tetapi lebih bersifat pengembangan
ilmu pengetahuan.
2) Pengembangan suatu teknologi baru atau pengembangan produk baru. Pembiayaan
untuk usaha ini baru memperoleh keuntungan dalam jangka panjang.
3) Pengambilalihan kepemilikan suatu perusahaan. Tujuan pembiayaan dengan
mengambilalihkan kepemilikan usaha perusahaan lain lebih banyak diarahkan untuk mencari
keuntungan.
4) Kemitraan dalam rangka pengentasan kemiskinan dengan tujuan untuk membantu para
pengusaha lemah yang kekurangan modal , tetapi tidak punya jaminan materil sehingga sulit
memperoleh jaminan.
5) Ahli teknologi yang dilakukan ke perusahaan yang masih menggunakan teknologi lama
sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi dan mutu produknya.
6) Membantu perusahaan yang sedang kekurangan likuiditas.
7) Membantu pendirian perusahaan baru dimana tingkat resiko kerugiannya sangat besar.