Anda di halaman 1dari 20

Pemeriksaan dan Penanganan pada Bayi yang Baru Lahir

Yoci Legi
102014148
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510

No. Telp (021) 5694-2061, E-Mail : Yoci.2014fk148@Civitas.Ukrida.Ac.Id

Pendahuluan

Tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling
berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Untuk tercapainya
tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tujuan ilmu tumbuh
kembang adalah mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan segala upaya untuk
menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental, dan social. Juga
menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang dan kemungkinan penanganan
yang efektif, serta mencari penyebab dan mencegah keadaan tersebut. Penanganan pasien
anak sangat berbeda , mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan
terapi pada pasien anak khususnya bayi dan balita selain keluhan penyakit perlu ditekankan
pada tumbuh kembangnya. Secara alloanamnesis harus didapatkan data lengkap dari anak
tersebut. Berdasarkan skenario yang saya dapat, kali ini saya akan membahas tentang
pemeriksaan fisik yang benar dan tepat pada bayi mencakup : pemeriksaan antropometri,
apgar, dan tatalaksana non medika mentosa serta faktor yang mempengaruhi kehamilan pada
ibu.

Skenario 1

Seorang bayi perempuan cukup bulan dilahirkan secara spontan di puskesmas dari seorang
ibu berusia 26 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu dengan dibantu oleh dokter umum.
Beberapa saat setelah dilahirkan, dokter memeriksa bayi tersebut.

Rumusan Masalah

Seorang ibu usia 26 tahun dengan usia kehamilan 39 minggu melahirkan bayi perempuan
secara spontan.
Analisis Masalah

Hipotesis

Seorang bayi dilahirkan cukup bulan dengan usia kehamilan 39 minggu dan keadaan tampak
sehat.

Sasaran Pembelajaran

1. Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi prenatal dan postnatal


2. Mengetahui dan memahami cara melakukan pemeriksaan apgar, antropometri bayi dan
anak, maupun interpretasi hasil berdasarkan kurva menurut WHO
3. Mengetahui dan memahami cara melakukan pemeriksaan fisik bayi dan anak
4. Mampu melakukan anamnesis lengkap
5. Mampu melakukan tatalaksanaan non medika mentosa dan edukasi

Anamnesis

Anamnesis merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari apa yang
dipaparkan oleh pasien terkait dengan keluhan utama yang menyebabkan pasien mengadakan
kunjungan ke dokter. Anamnesis diperoleh dari komunikasi aktif antara dokter dan pasien
atau keluarga pasien. Berdasarkan scenario digunakan teknik alloanamnesis dapat diketahui
Seorang bayi perempuan dilahirkan cukup bulan dengan usia kehamilan 39 minggu dan
keadaan tampak sehat. Dari faktor ibu , riwayat kehamilan tidak ada komplikasi, merupakan
kelahiran pertama, lahir dengan cara normal, tanpa komplikasi dan ANC teratur dipuskesmas,
serta bayi aktif dan dengan kuat menangis.
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada bayi, merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan,
perawat, atau dokter untuk menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir,
24 jam setelah lahir, dan pada waktu pulang dari rumah sakit. Dalam melakukan pemeriksaan
ini sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang, sehingga bayi tidak
mudah kehilangan panas. Tujuan pemeriksaan fisik secara umum pada bayi adalah menilai
status adaptasi atau penyesuaian kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri serta
mencari kelainan pada bayi. Adapun pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada bayi,
antara lain : 1
Hitung frekuensi napas. Pemeriksaan frekuensi napas ini dilakukan dengan
menghitung rata-rata pernapasan dalam satu menit. Pemeriksaan ini dikatakan normal
pada bayi baru lahir apabila frekuensinya antara 30-60 kali per menit, tanpa adanya
retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi, tetapi apabila bayi dalam keadaan lahir
kurang dari 2.500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37 minggi, kemungkinan
terdapat adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan terhenti beberapa detik secara
periodik, maka masih dikatakan dalam batas normal. 2,3
Lakukan inspeksi pada warna bayi. Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui
apakah ada warna pucat, ikterus, sianosis sentral, atau tanda lainnya. Bayi dalam
keadaan aterm umumnya lebih pucat dibandingkan bayi dalam keadaan preterm,
mengingat kondisi kulitnya lebih tebal. 2,3
Hitung denyut jantung bayi dengan menggunakan stetoskop. Pemeriksaan denyut
jantung untuk menilai apakah bayi mengalami gangguan yang menyebabkan jantung
dalam keadaan tidak normal, seperti suhu tubuh yang tidak normal, perdarahan, atau
gangguan napas. Pemeriksaan denyut jantung ini dikatakan normal apabila
frekuensinya antara 100-160 kali per menit, dalam keadaan normal apabila di atas 60
kali per menit dalam jangka waktu yang relatif pendek, beberapa kali per hari, dan
terjadi selama beberapa hari pertama jika bayi mengalami distres. 2,3
Ukur suhu aksila. Lakukan pemeriksaan suhu melalui aksila untuk menentukan
apakah bayi dalam keadaan hipo atau hipertermi. Dalam kondisi normal suhu bayi
antara 36,5-37,5 derajat celcius. 2,3
Kaji postur dan gerakan. Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya episotonus /
hiperekstensi tubuh yang berlebihan dengan kepala dan tumit ke belakang, tubuh
melengkung ke depan, adanya kejang / spasme, serta tremor. Pemeriksaan postur
dalam keadaan normal apabila dalam keadaan istirahat kepalan tangan longgar dengan
lengan panggul dan lutut semi fleksi. Selanjutnya pada bayi berat kurang dari 2.500
gram atau usia kehamilan kurang dari 37 minggi ekstremitasnya dalam keadaan
sedikit ekstensi. Apabila bayi letak sungsang, di dalam kandungan bayi akan
mengalami fleksi penuh pada sendi panggul atau lutut / sendi lutut ekstensi penuh,
sehingga kaki bisa mencapai mulut. Selanjutnya gerakan ekstremitas bayi seharusnya
terjadi secara spontan dan simetris disertai dengan gerakan sendi penuh dan pada bayi
normal dapat terjadi sedikit gemetar. 2,3
Periksa tonus atau kesadaran bayi. Pemeriksaan in berfungsi untuk melihat adanya
letargi, yaitu penurunan kesadaran di mana bayi dapat bangun lagi dengan sedikit
kesulitan, ada tidaknya tonus otot yang lemah, mudah terangsang, mengantuk,
aktivitas berkurang, dan sadar (tidur yang dalam tidak merespons terhadap
rangsangan). Pemeriksaan ini dalam keadaan normal dengan tingkat kesadaran mulai
dari diam hingga sadar penuh serta bayi dapat dibangunkan jika sedang tidur atau
dalam keadan diam.2,3
Pemeriksaan ekstremitas. Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya
gerakan ekstremitas abnormal, asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal
(menghadap ke dalam atau ke luar garis tangan), serta menilai kondisi jari kaki, yaitu
jumlahnya berlebih atau saling melekat. 2,3
Pemeriksaan kulit. Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya
kemerahan pada kulit atau pembengkakan, postula (kulit melepult), luka atau trauma,
bercak atau tanda abnormal pada kulit, elastisitas kulit, serta ada tidaknya main popok
(bercak merah terang dikulit daerah popok pada bokong). Pemeriksaan ini normal
apabila tanda seperti eritema tosikum (titik merah dan pusat putih kecil pada muka,
tubuh, dan punggung) pada hari kedua atau selanjutnya, kulit tubuh yang terkelupas
pada hari pertama. 2,3
Pemeriksaan tali pusat. Pemeriksaan ini untuk melihat apakah ada kemerahan,
bengkak, bernanah, berbau, atau lainnya pada tali pusat. Pemeriksaan ini normal
apabila warna tali pusat putih kebiruan pada hari pertama dan mulai mengering atau
mengecil dan lepas pada hari ke-7 hingga ke-10. 2,3
Pemeriksaan kepala dan leher. Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara
lain:
o Pemeriksaan rambut
o Pemeriksaan wajah dan tengkorak
o Pemeriksaan mata
o Pemeriksaan telinga
o Pemeriksaan hidung
o Pemeriksaan lidah
o Pemeriksaan leher
Pemeriksaan abdomen dan punggung. Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi
pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat bentuk dari abdomen, apabila didapatkan
abdomen membuncit dapat diduga kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau
cairan di dalam rongga perut. Pada perabaan, hati biasanya teraba 2 sampai 3 cm di
bawah arkus kosta kanan, limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Pada palpasi
ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan posisi terlenjang dan tungkai bayi dilipat
agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba
setinggi umbilikus di antara garis tengah dan tepi perut. Bagian-bagian ginjal dapat
diraba sekitar 2-3 cm. adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh
neoplasma, kelainan bawaan, atau trombosis vena renalis. Untuk menilai daerah
punggung atau tulang belakang, cara pemeriksaannya adalah dengan meletakkan bayi
dalam posisi tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang untuk mencari ada atau
tidaknya kelainan seperti spina bifida atau mielomeningeal (defek tulang punggung,
shingga medula spinalis dan selaput otak menonjol). 2,3
Pemeriksaan genitalia. Pemeriksaan genitalia ini untuk mengetahui keadaan labium
minor yang tertutup oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina seharusnya
terpisah, namun apabila ditemukan satu lubang maka didapatkan terjadinya kelainan
dan apabila ada sekret pada lubang vagina, hal tersebut karena pengaruh hormon.
Pada bayi laki-laki sering didapatkan fimosis, secara normal panjang penis bayi
adalah 3-4 cm dan 1-1,3 cm untuk lebarnya, kelainan yang terdapat pada bayi adalah
adanya hipospadia yang merupakan defek di bagian ventral ujung penis atau defek
sepanjang penisnya. Epispadia merupakan kelainan defek pada dorsinn penis. 2,3

Berdasarkan skenario diatas didapatkan bayi aktif, menangis kuat, berat badan 3 kg, lingkar
kepala 30 cm, panjang badan 50 cm.
Pemeriksaan Antropometri

Antropometri adalah pengukuran tubuh manusia dan bagian-bagiannya dengan maksud untuk
membandingkan dan menentukan norma-norma untuk jenis kelamin,usia, berat badan, dll.
Antropometri dilakukan pada anak-anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga dapat
ditentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak. Ketepatan dan ketelitian
pengukuran sangat penting dalam menilai pertumbuhan secara benar. Kesalahan atau
kelalaian dalam cara pengukuran akan mempengaruhi hasil pengamatan. 4

Untuk dapat melakukan pengukuran antropometri yang benar dan tepat lakukan langkah-
langkah sebagai berikut : 4,5

1. Pengukuran Berat Badan


Berat badan merupakan indikator untuk keadaan gizi anak. Gangguan pada berat badan
biasanya menggambarkan gangguan yang bersifat perubahan akut/jangka pendek.
Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama: 4,5
Parameter yang paling baik, mudah terlihat
perubahan dalam waktu singkat karena
perubahan konsumsi makanan dan kesehatan
Memberikan gambaran status gizi sekarang,
jika dilakukan periodik memberikan
gambaran pertumbuhan
Umum dan luas dipakai di Indonesia
Ketelitian pengukuran tidak banyak
dipengaruhi oleh keterampilan pengukur
Digunakan dalam KMS
BB/TB merupakan indeks yang tidak
tergantung umur
Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan Gambar 1 Timbangan Bayi
dengan ketelitian tinggi

Langkah-langkah Pengukuran berat badan menggunakan timbangan bayi :

Untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun


Letakkan timbangan pada meja datar, tidak mudah bergoyang.
Lihat jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
Bayi sebaiknya telanjang
Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan.
Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-
tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri.

Langkah-langkah Pengkuran berat badan


menggunakan timbangan injak : 4,5

Letakkan timbangan di lantai yang datar


Lihat jarum atau angka harus menunjuk ke 0
Anak pakai baju sehari-hari yang tipis (tidak
pakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung,
dan tidak memegang sesuatu)
Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
Lihat jarum timbangan sampai berhenti
Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum Gambar 2 Timbangan Injak
timbangan atau angka timbangan
Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-
tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.

2. Pengukuran Tinggi Badan Atau Panjang Badan


Tinggi Badan merupakan antropometri
yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan
normal, tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur. Pertumbuhan
tinggi badan tidak seperti berat badan,
relatif kurang sensitif pada masalah
kekurangan gizi dalam waktu singkat.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap
tinggi badan akan nampak dalam waktu
yang relatif lama.4,5
Gambar 3 Cara Pengukuran Infantometer
Untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri dapat menggunakan infantometer. Cara
mengukur dengan posisi berbaring yaitu : 4,5

Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang


Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
Petugas 1 : ke2 tangan pegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas
angka 0 (pembatas kepala).
Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi dengan lengan kiri bawah agar lurus,
sedangkan tangan menjaga agar posisi kaki tetap lurus (tidak fleksi ataupun
ekstensi). Tangan kanan menekan batas kaki ke telapak kaki.
Petugas 2 membaca angka di tepi di luar pengukur.

Untuk anak yang sudah dapat berdiri dapat menggunakan microtoise. Cara mengukur
pada posisi berdiri yaitu : 4,5

Anak tidak pakai sandal atau sepatu.


Berdiri tegak menghadap ke depan,
kedua mata kaki rapat.
Punggung, pantat dan tumit menempel
pada tiang pengukur.
Turunkan batas atas pengukur sampai
menempel di ubun-ubun.
Baca angka pada batas tersebut.
Gambar 4 Cara Pengukuran microtoise

3. Pengukuran Lingkar Kepala


Pengukuran lingkar kepala bertujuan untuk
mengetahui lingkar kepala anak dalam batas
normal atau di luar batas normal. Lingkar
kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan
tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat
secara cepat selama tahun pertama, tetapi
besar lingkar kepala tidak menggambarkan
keadaan kesehatan dan gizi. 5
Gambar 5 Pengukuran Lingkar Kepala
Langkah-langkah melakukan pengukuran lingkar kepala yaitu :

Pita ukur diletakkan pada oksiput melingkar ke arah supraorbita dan glabela.
Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.
Hasil dicatat pada grafik lingkar kepala menurut umur dan jenis kelamin.
Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang.

4. Pengukuran Lingkar Lengan Atas


Merupakan salah satu pilihan untuk
penentuan status gizi karena mudah,
murah dan cepat. Tidak memerlukan data
umur yang terkadang susah diperoleh.
Memberikan gambaran tentang keadaan
jaringan otot dan lapisan lemak bawah
kulit. Lingkar lengan atas mencerminkan
cadangan energi, sehingga dapat
mencerminkan status KEP (Kurang Energi
Protein) pada balita. Namun
kelemahannya adalah : 5
Baku lingkar lengan atas yang
sekarang digunakan belum mendapat
pengujian yang memadai untuk Gambar 6 Pengukuran Lingkar lengan atas
digunakan di Indonesia
Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada tinggi badan
Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk
golongan dewasa.

Skoring APGAR

Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi
baru lahir pada usia 1 menit dan 5 menit. Pada tahun 1952 dr.Virginia Apgar mendesain
sebuah metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir.Nilai Apgar dapat
digunakan untuk mengetahui keadaan bayi baru lahir dan respon terhadap resusitasi.Kalau
bayi diperiksa segera setelah lahir, maka kita harus menetapkan nilai APGAR-nya dengan
menerapkan nilai kriteria, seperti frekuensi denyut jantung, pernapasan dan tangisan, refleks,
tonus otot, dan warna kulit secara umum.Masing-masing kriteria diberi nilai 0 sampai 1 atau
0 sampai 2.Skor Apgar 1 menit digunakan untuk menidentifikasikan perlu tidaknya resusitasi
segera.Sebagian besar bayi saat lahir berada dalam kondisi sempurna, seperti ditunjukkan
oleh skor Apgar 7 hingga 10, dan mereka tidak memerlukan bantuan kecuali mungkin
pengisapan nasofaring. Bayi dengan skor 4 sampai 6 pada 1 menit memperlihatkan depresi
pernapasan, flaksiditas, dan warna pucat hingga biru. Namun, denyut jantung dan iritabilitas
refleks baik.Bayi dengan skor 0 sampai 3 biasanya memperlihatkan denyut jantung yang
lambat dan lemah serta depresi atau tidak adanya respon refleks. Bayi ini sering mudah
diresusitasi, termasuk ventilasi buatan, harus segera dimulai.6
Skor APGAR sangat dipengaruhi oleh derajat imaturitas fisiologis, infeksi, kelainan
neuromuscular, dan penyakit bawaan ibu. Skor APGAR ini mencerminkan kondisi umum
bayi pada menit 1 dan 5 berdasarkan pada lima parameter yang diterangkan diatas. Akan
tetapi, skor APGAR bukanlah alat yang berdiri sendiri untuk menerjemahkan kejadian yang
telah lalu ataupun meramalkan kejadian yang akan datang yang berkaitan dengan status
neurologis dan fisik bayi.7
Tabel 1
Evaluasi Apgar pada Bayi Baru Lahir 7
Skor 0 1 2
Detak jantung Hilang < 100/menit > 100/menit atau lebih
Usaha bernapas Tidak ada Lambat, tidak teratur Teratur, dengan
tangisan
Tonus otot Lemas Terasa ada di lengan/tungkai Bergerak aktif
Iritabilitas reflex Tidak ada Hanya di wajah Menangis
Warna Pucat Tubuh membiru Berwarna kemerahan

*Dilakukan pada 1 menit dan 5 menit setelah lahir, bayi dinilai dan setiap kriteria diberi
angka 0,1 atau 2. Nilai 9 atau 10 menunjukkan bayi dengan keadaan optimal.5

Frekuensi Denyut Jantung

Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami gangguan yang
menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal, seperti suhu tubuh yang tidak normal,
perdarahan, atau gangguan napas. Pemeriksaan denyut jantung ini dikatakan normal apabila
frekuensinya antara 100-160 denyut kali per menit. Masih dalam keadaan normal apabila di
atas 60 kali per menit dalam jangka waktu yang relative pendek, beberapa kali per hari, dan
terjadi selama beberapa hari pertama jika bayi mengalami distress. 8
Upaya Pernapasan

Kecepatan pernapasan neonatus dalam keadaan istirahat adalah sekitar 40 kali pe menit,
sedangkan bunyi pernapasannya adalah bronkovesikuler.Pemeriksaan frekuensi napas ini
dilakukan dengan menghitung rata-rata pernapasan dalam satu menit. Pemeriksaan ini
dikatakan normal pada bayi baru lahir apabila frekuensinya antar 30-60 kali per menit, tanpa
adanya retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi, tetapi apabila bayi alam keadaan lahir
kurang dari 2500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu, kemungkinan terdapat
adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan berhenti beberapa detik secara periodik, maka
masih dikatakan dalam batas normal. 8

Bayi terutama bernapas dengan menggunakan otot-otot abdomen yang terletak pada pinggir
bawah ruang iga dan sternum.Pernapasan pada bayi yang normal dapat irregular.Pernapasan
yang tidak teratur, tanpa disertai keterlibatan bagian lain system pernapasan merupakan
petunjuk adanya lesi system sarat pusat.Prematuritas, malformasi kongenital, cedera
kelahiran, dan infeksi, mula-mula dapat dimanifestasikan sebagai gangguan pernapasan,
irama pernapasan, atau kualitas pernapasan, yang disertai atau tanpa disertai
sianosis.Tangisan yang mendengkur lemah selama ekspirasi marupaka petunjuk adanya
gangguan pernapasan berat.Tangisan yang bernada tinggi atau tidak ada tangisan merupakan
petunjuk adanya cedera otak atau terjadi peningkatan tekanan cranial atau kecanduan
obat.Tangisan serak, kasar, atau bernada rendah, tidak sering terdengar dapat dihubungkan
dengan hipotiroidisme congenital. Suara cri du chat terdengar seperti suara kucing dan
dapat mengindikasikan defek kromosom. Tidak ada tangisan dapat mengesankan retardasi
mental atau penyakit berat. Gangguan inspirasi menunjukkan adanya stridor larings atau
anomaly congenital pada laring atau trakea. 8

Tonus Otot

Semua bayi normal menggerak-gerakkan semua anggota tubuhnya secara aktif segera setelah
lahir.Bayi yang tidak dapat melakukan hal tersebut atau bayi dengan tonus otot yang lemah
biasanya asfiksia, mengalami depresi akibat obat, atau menderita kerusakan sistem saraf
pusat. Kekuatan lingkar otot bahu dapat dievaluasi pada bayi baru lahir atau bayi dengan
membopong anak pada aksilla.8

Pada pengkajian umum neonatus, periksa hal-hal seperti tonus otot secara umum dan posisi
spontan.Opistotonus (leher ekstensi) dapat menandai kerusakan otak, asfiksia kelahiran, atau
kelainan neurologis.Bayi yang premature dapat terlihat seperti penampilan tungkai
kodok.Pada gerakan spontan seperti kurang gerak, asimetris, atau gemetar dapat
mengindikasikan asfiksia pelahiran, kesulitan bernapas, disfungsi neurologis, atau
prematuritas. Apabila melonjak-lonjak ketika menghisap dapat merupakan tanda ada masalah
neurologis, hipoglikemia, atau iritabilitas yang dikaitkan dengan penggunaan obat pada ibu,
sementara melonjak-lonjak yang berhenti selama menghisap biasanya aktivitas biologis yang
normal. 8

Warna Kulit

Hampir semua bayi berwarna biru saat lahir.Mereka berubah menjadi merah muda setelah
tercapai ventilasi yang efektif.Hampir semua bayi memiliki tubuh serta bibir yang berwarna
merah muda tetapi sianotik pada tangan serta kakinya (akrosianosis) 90 detik setelah lahir.
Sianosis menyeluruh setelah 90 detik terjadi pada curah jantung yang rendah,
methemoglobinemia, polisitemia, penyakit jantung kongenital jenis sianotik, pendarahan
intrakranial, penyakit membran hialin, aspirasi darah atau mekonium, obstruksi jalan napas,
paru-paru hipoplastik, hernia diafgragmatika, dan hipertensi pulmonal persistem.
Kebanyakan bayi yang pucat saat lahir mengalami vasokonstriksi perifer.Vasokonstriksi
biasanya disebabkan oleh asfiksia, hipovolemia, atau asidosis berat. Alkalosis respiratorik
(misal, akibat ventilasi bantuan yang terlalu kuat), penghangatan berlebihan. 8

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prenatal dan Postnatal

Faktor-faktor prenatal yang berpengaruh pada tumbuh kembang : 9


Gizi
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil,
lebih sering menghasilkan bayi BBLR (berat badan lahir rendah) atau lahir mati.
Disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada
bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus, dan sebagainya
Zat-zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap obat-obatan kimia karena
dapat menyebabkan kelainan bawaan. Seorang ibu hamil yang merokok atau minum-
minuman keras akan berdampak pada janin sehingga melahirkan bayi yang cacat
Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua kehamilan oleh TORCH (Toxoplasmosis,
Rubella, Cytomegalovirus, herpes simplex) , PMS (penyakit menular seksual), dan
penyakit virus lainnya dapat mengakibatkan kelainan pada janin
Kelainan imunologi
Kelainan imunologi akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin karena
dapat menyebabkan terjadinya abortus. Selain itu juga kekurangan oksigen pada janin
juga akan mempengaruhi gangguan dalam plasenta yang dapat menyebabkan bayi berat
badan lahir rendah
Psikologi ibu
stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin
yang terdapat di dalam kandungan karena janin dapat ikut merasakan apabila ibunya
sedang sedih. Ibu hamil yang mengalami gangguan psikologi, maka dia tidak akan
memperhatikan kondisi kandungannya dan akan berakibat pada kelahiran bayi yang tidak
sehat.

Faktor-faktor postnatal yang dapat berpengaruh pada tumbuh kembang : 9

Pengetahuan ibu
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam
perkembangan anak. Ibu yang mempunyai pengetahuan kurang, maka tidak akan
memberikan stimulasi pada perkembangan anaknya sehingga perkembangan anak akan
terhambat, sedangkan ibu yang mempunyai pengetahuan baik maka akan memberikan
stimulasi pada perkembangan anaknya
Gizi
Makanan memegang peranan penting dalam proses tumbuh kembang anak. Pada masa
pertumbuhan dan perkembangan, terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seorang
anak, seperti: protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Seorang anak yang
kebutuhan zat gizinya kurang atau tidak terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan
dan perkembangannya.
Budaya lingkungan
Budaya lingkungan dalam hal ini adlaah masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak dalam memahami atau mempersepsikan pola hidup sehat.
Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Hal ini dapat terlihat pada anak dengan status sosial ekonomi tinggi, pemenuhan
kebutuhan gizinya sangat baik dibandingkan dengan anak yang status ekonominya
rendah.
Lingkungan fisik
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, mempunyai dampak
yang negatif terhadap pertumbuhan anak. Kebersihan lingkungan maupun kebersihan
perorangan memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit. Demikian pula dengan
polusi udaha yang berasal dari pabrik, asap rokok, atau asap kendaraan menyebabkan
timbulnya penyakit. Anak sering sakit, maka tumbuh kembangnya akan terganggu.
Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu dan anak sangat penting dalam mempengaruhi
tumbuh kembang anak. Interaksi timbal balik antar ibu dan anak akan menimbulkan
keakraban antara ibu dan anak. Anak akan terbuka kepada ibunya, sehingga komunikasi
dapat dua arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya
keterdekatan dan kepercayaan antara keduanya.
Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, misalnya penyediaan alat mainan,
sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak,
perlakuan ibu terhadap perilaku anak. Anak yang mendapatkan stimulasi terarah dan
teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak
dapat mendapat stimulasi.
Olahraga atau latihan fisik
Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak, karena dapat
meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh dapat teratur.
Selain itu, latihan juga meningkatkan stimulasi perkembangan otot dan pertumbuhan sel.

Penatalaksanaan

Terapi atau pengobatan adalah remediasi masalah kesehatan yang biasanya mengikuti
diagnosis suatu penyakit. Terapi yang diberikan dapat berupa obat-obatan (medika mentosa)
atau berupa perbaikan gizi, tirah baring atau apa saja yang non medika mentosa. Selain
pemberian terapi ataupun pengobatan dapat pula diberikan edukasi atau pengetahuan yang
disampaikan kepada pasien. Berdasarkan kasus diatas tatalaksana yang tepat berupa edukasi
atau non medika mentosa maupun medika mentosa. Berikut beberapa hal yang perlu
diberikan antara lain : 10
Inisasi Menyusu Dini (IMD)

Segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu selama paling sedikit
satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan putting
ibunya.Jangka waktunya adalah sesegera mungkin setelah melahirkan.Manfaat IMD bagi
bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik
dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan
mencegah infeksi nosokomial.IMD sangat penting tidak hanya untuk bayi, namun juga untuk
si ibu. Dengan demikian, sekitar 22% angka kematian bayi setelah lahir pada 1 bulan pertama
dapat ditekan. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium
lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir. Kontak kulit dengan
kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik.Dengan
demikian, berat badan bayi cepat meningkat dan lebih cepat keluar dari rumah sakit. Bagi
ibu, IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitoksin, prolaktin, dan secara
psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi serta merangsang
perkembangan emosi dan kognitif bayi. Pada hari-hari pertama setelah melahirkan, ASI yang
keluar masih sedikit, bening dan kuning biasa disebut kolostrum. Walaupun tidak banyak
kolostrum sangat penting untuk bayi karena mengandung zat kekebalan untuk melawan virus
dan bakteri. Bila proses menyusui berlangsung lama, lebih dari 30 menit atau sangat cepat,
yaitu kurang dari 5 menit, mungkin ada masalah. Bayi yang puas akan melepaskan payudara
ibu dengan sendirinya. Selain itu, ketika bayi diletakkan di dada ibunya, ia berada tepat di
atas rahim ibu. Hal itu membantu menekan plasenta dan mengecilkan rahim ibu. Dengan
begitu, perdarahan ibu akanberhenti karena ada kontraksi rahim. Setiap 2 jam, ada ibu
meninggal karena pendarahan. Kalau semua melakukan IMD maka akan nada penurunan
angka pendarahan.10,11

Pencegahan pendarahan

Sampai saat ini, angka kematian bayi terutama di Negara berkembang masih cukup tinggi.Di
Indonesia 67% dari angka kematian bayi merupakan kematian neonatus dimana salah satu
penyebabnya adalah perdarahan akibat defisiensi vitamin K1 (PDVK). Penyakit
hemoragik/perdarahan pada bayi baru lahir ini berpotensi untuk menjadi kondisi yang serius.

Melihat bahaya dari PDVK, departemen kesehatan telah membuat kebijakan nasional yang
berisi semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K1 (fetomenadion):10
Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1. (Rekomendasi A)
Vitamin K1 diberikan intramuscular atau oral. (Rekomendasi A)
Dosis untuk semua bayi baru lahir:
Intramuskular, 1 mg dosis tunggal
Oral, 3 kali @ 2 mg, diberikan pada waktu bayi baru lahir, umur 3-4 hari, dan pada bayi
berumur 1-2 bulan. (Rekomendasi A)
Bayi ditolong dukun wajib diberikan vitamin K1 secara oral. (Rekomendasi C)
Penyedian vitamin K1 dosis injeksi 2 mg/ml/ampul, dosis oral 2mg/tablet yang dikemas
dalam bentuk strip 3 tablet atau kelipatannya. (Rekomendasi C)
Profilaksis vitamin K1 pada bayi baru lahir dijadikan sebagai program
nasional.(RekomendasiC)

Pemberian vitamin K1 baik secara intramuskular maupun oral terbukti menurunkan insiden
kejadian PDVK. Dari penelitian yang dilakukan oleh Isarangkura Pb dan Chuansumrit A di
Thailand tahun 1999, didapatkan insiden PDVK pada bayi tanpa pemberian profilaksis
lambat vitamin K1 mencapai 30 per 100.000 kelahiran, sedangkan pada pemberian
profilaksis vitamin K1 kurang dari 5 per 100.000 kelahiran.10

Pemberian imunisasi

Selama dalam proses tumbuh kembang, anak memerlukan asupan gizi yang adekuat,
penanaman nilai agama dan budaya, pembiasaan disiplin, dan upaya pencegahan penyakit.
Salah satu upaya pencegahan penyakit, yaitu melalui pemberian imunisasi. Pemahaman
tentang imunisasi diperlukan sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan terutama
pada anak sehat dan pada saat merawat anak sakit, khususnya kasus tuberculosis, difteri,
pertusis, tetanus, polio, campak, dan hepatitis.11
Imunisasi dibagi menjadi dua :
Imunisasi aktif : merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi
suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang
akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta dihasilkannya cell memory. Jika
benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons.
Imunisasi pasif : merupakan pemberian zat (imunoglobulin), yaitu suatu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau
binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam
tubuh yang terinfeksi.
Tabel 2

Imunisasi yang Wajib Diberikan 11

Vaksinasi Jadwal Pemberian Booster/Pemberian Fungsi


(Usia) Ulang
BCG Waktu lahir - Tuberkulosis
Hepatitis B Waktu lahir-dosis I 1 tahun pada bayi Hepatitis B
yang lahir dari ibu
1bulan-dosis 2 dengan hepatitis B

6bulan-dosis 3
DPT dan Polio 3 bulan-dosis1 18bulan-booster1 Dipteria, pertusis,
tetanus, dan polio
4 bulan-dosis2 6tahun-booster 2

5 bulan-dosis3 12tahun-booster3
Campak 9 bulan - Campak

Imunisasi BCG (bacillus calmette Guerin), merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya TBC yang berat.Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang
mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah
satu kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0-11 bulan.Tetapi pada umumnya
diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan. Kemudian cara pemberiannya melalui intra dermal,
dan efek samping yang terjadi adalah ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi
lymphadenitis rigionalis, dan reaksi panas.

Imunisasi DPT (diphteri, pertusis, dan tetanus), merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit diphteri.Imunisasi ini mengandung racun kuman diphteri yang
telah dihilangkan sifat racunnya, tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat anti
(toksoid).Frekuensi pemberiannya adalah 3 kali.Waktu pemberian imunisasi DPT antara
umur 2-11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberiannya melalui intra muscular dan
memiliiki efek ringan seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam,
sedangkan efek berat dapat terjadi menangis hebat kesakitan kurang lebih empat jam,
kesadaran menurun, terjadi kejang,encephalopathy, dan ketiga, schok.

Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.Kandungan vaksin ini adalah
virus yang dilemahkan.Frekuensi pemberiannya adalah 4 kali.Waktu pemberian pada umur 0-
11 bulan dengan interval 4 minggu. Dan cara pemberiannya melalui oral (mulut).

Imunisasi campak dengan frekuensi pemberiannya satu kali pada umur 9-11 bulan melalui
subkutan, dan efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas.

Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit


hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberiannya
sebanyak 3 kali dengan interval 1 bulan dan lima bulan. Waktu pemberinnya pada umur 0-11
bulan dan cara pemberiannya melalui intramuscular. 11

Nutrisi Ibu Hamil

Kehamilan meningkatkan metabolisme oleh karena kebutuhan untuk dapat menjamin tumbuh
kembang janin dalam rahim secara optimal. Kecukupan nutrisi ibu hamil dapat ditetapkan
dengan jalan: ukuran hemoglobinnya dan konsentrasi albumin darahnya, dan bertambahnya
berat badan. Pola nutrisi masyarakat timur termasuk Indonesia, lebih berorientasi pada
vegetarian sedangkan masyarakat barat lebih banyak mengkonsumsi protein yang bersumber
dari hewan, ikan, dan susu. 10,11

Yang penting diperhatikan adalah keseimbangan dalam susunan makanan sehingga dapat
memenuhi kebutuhan kalori yang cukup, dan bersumber dari berbagai komponen yang
penting. Di samping itu perlu diperhatikan kebutuhan dari kehamilan untuk tumbuh kembang
janin dengan sempurna, yaitu vitamin yang dapat larut dalam lemak, air dan sebagian tidak
dapat dibentuk oleh tubuh sendiri.

Jumlah kalori yang diperlukan secara umum akan meningkat sebesar 20-25% dari kebutuhan
normal, sebanyak sekitar 2.200-2.500 kalori/hari sehingga kalori yang dibutuhkan oleh ibu
hamil adalah 2.700-3.500 kalori. 10,11

Dalam komposisi tersebut dijabarkan juga susunan sebagai berikut :

1. Kebutuhan protein 1g/kg BB

2. Kebutuhan lemak 1g/kg BB

3. Kebutuhan karbohidrat 1g/kg BB


Pemeriksaan Antenatal Care

Antenatal care mempunyai kedudukan sangat penting dalam upaya menurunkan angka
kematian ibu dan perinatal. Dianjurkan, agar pada setiap kehamilan, dilakukan antenatal care
secara teratur dan sesuai dengan jadwal yang lazim berlaku.Tujuan antenatal care ini ialah
untuk mengetahui data kesehatan ibu hamil dan perkembangan bayi intrauterine sehingga
kesehatan yang optimal dapat dicapai dalam menghadapi persalinan, puerperium, dan laktasi,
serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang persalinan bayinya. Secara khusus
pengawasan antenatal bertujuan untuk : 12

Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat
persalinan, dank ala nifas.
Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalian, dank ala nifas.
Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala
nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

Table 3

Jadwal Antenatal Care 12

Trimester ke-1 dan 2 Trimester ke-3

Sebulan sekali Setiap dua minggu, kemudian seminggu


sampai tanda kelahiran tiba
Pengambilan data hasil pemeriksaan
laboratorium Evaluasi data laboratorium untuk
Pemeriksaan ultrasonogafi melihat hasil pengobatan
Nasehat diet Diet empat sehat lima sempurna
Observasi Pemeriksaan ultrasonografi
Penyakit yang dapat mempengaruhi Imunisasi tetanus II
kehamilan Komplikasi hamil trimester III
Komplikasi kehamilan Berbagai kelainan kehamilan
Rencana trimester III
Mengobati penyakit Rencana Pengobatan
Menghindari terjadinya komplikasi Tanda inpartu
kehamilan I/II Kemana untuk melahirkan
Kesimpulan

Berdasarkan scenario diatas dapat disimpulkan bahwa pemerikasaan pada bayi baru lahir
sangatlah penting untuk mendeteksi penyakit yang menimbulkan kecacatan dengan tindakan
pencegahan segera atau pengobatan. Serta dengan memberi pengetahuan pada ibu maka dapat
menurunkan angka kematian bayi maupun ibu. Selain itu, pemeriksaan fisik, apgar skoring,
dan pemeriksaan anthropometri juga sangat penting untuk menilai status tumbuh kembang
anak apakah berjalan normal atau tidak. Maka dari pembahasan diatas sesuai dengan scenario
didapatkan bayi aktif, menangis kuat, berat badan 3 kg, lingkar kepala 30 cm, panjang badan
50 cm dikategorikan normal.

Daftar Pustaka

1. Schartz MW. Pedoman klinis pediatri. Jakarga: Penerbit EGC; 2004. Hal 1-31
2. Houghton RA, Gray D. Chamberlains gejala dan tanda dalam kedokteran klinis.
Jakarta: PT Indeks; 2010. Hal 3-45
3. Meadow SR, Newell SJ. Lecture notes pediatrika. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.
Hal 1-70
4. Narendra MB,Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IG, Wiradisuria S. Buku
Ajar Tumbuh Kembang Jilid I. Unit Koordinasi Kerja Tumbuh Kembang-Pediatri
Sosial Ikatan Dokter Indonesia, 2004.h.175-9
5. Narendra MB,Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IG, Wiradisuria S. Buku
Ajar Tumbuh Kembang Jilid II. Unit Koordinasi Kerja Tumbuh Kembang-Pediatri
Sosial Ikatan Dokter Indonesia, 2005. H.34-8
6. Wong DL, Wilson D. Buku ajar keperawatan pediatric. Jakarta: EGC; 2008.h.232.
7. Kenneth J. Obstretri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC; 2009.h.283
8. Hidayat AA. Pengantar ilmu kesehatan anak. Jakarta: Salemba Medika; 2008.h.66, 69
9. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: Penerbit EGC; 1995. Hal 2-7
10. Supartini Y. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC; 2004.h.173.
11. Behrmen RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak nelson. Vol 1. Jakarta:
EGC;1999. h. 535-40.
12. Manuaba IBG. Penuntun kepaniteraan klinik obstetri dan ginekologi. Ed 2. Jakarta:
EGC; 2003.h. 33-4.

Anda mungkin juga menyukai