Daftar Isi
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Subsidi listrik dalam APBN 2
PTKKE - BPPT iv
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Tabel 3.4 Proyek PLTU yang terdapat dalam buku kps 2012 16
BAPPENAS
Tabel 4.1 Perbandingan boiler stoker dan CFB 23
Tabel 4.2 Pengering batu bara yang tersedia di tingkat internasional 25
Tabel 5.1 Perbandingan karakterisasi pembangkit berdasarkan pada 31
parameter spesifikasi uap
Tabel 5.2 Material tube superheater yang tersedia (Sumber Seimen) 33
Tabel 5.3 Spesifikasi boiler 38
Tabel 5.4 Boiler type and Furnace contruction (Sumber Babcock- 39
Hitachi K.K)
Kata Pengantar
PTKKE - BPPT v
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Selain hal tersebut di atas, dalam buku ini dibahas kinerja pembangkit listrik
berbahan bakar batubara (PLTU) beserta indikator-indikatornya baik kinerja PLTU yang
lama, maupun kinerja PLTU yang baru yang berada dalam program pemerintah 10.000
MW.
Buku ini dapat menambah kreatifitas dan inovasi bagi para pemangku kepentingan
khususnya di sektor ketenagalistrikan agar dapat mengembangkan, meningkatkan dan
memanfaatkan energi primer batu bara.
Kepada pimpinan dan staf PTKKE pada khususnya serta seluruh staf BPPT pada
umumnya tak lupa diucapkan terima kasih atas tersusunnya kajian daya dukung PLTU
berbahan bakar batu bara.
PTKKE - BPPT vi
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Untuk mengurangi target subsidi pemerintah pada BBM dan mengurangi intensitas
emisi green house gas, pemerintah telah menyusun program diversifikasi bahan bakar
minyak (BBM) ke bahan bakar batu bara secara nasional serta mengendalikan emisi
gas buang di sektor ketenagalistrikan. Walaupun di sektor transportasi subsidi BBM dan
emisi green house gas lebih besar, perhatian di sektor ketenagalistrikan juga perlu
diperhatikan.
Sebagai tindak lanjut Perpres no. 4 tahun 2010 tentang penugasan kepada PT
PLN (Persero) untuk melakukan percepatan pembangkit listrik yang menggunakan
energi terbarukan, batu bara dan gas, maka pemerintah dalam hal ini telah
mencanangkan program percepatan pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW tahap
I (fast tract program/ FTP I) yang kesemuanya menggunakan energi primer batu bara
untuk menggantikan BBM, sedangkan untuk fast tract program tahap II 10.000 MW
(FTP II), energi primer untuk tenaga listrik menggunakan 70% energi terbarukan
khususnya pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dan pembangkit listrik tenaga
air (PLTA) sedangkan sisanya tetap 30% menggunakan energi primer batu bara.
FTP tahap I sebagian besar telah selesai terutama untuk daerah Pulau Jawa
walaupun kinerjanya belum sesuai dengan apa yang diharapkan, sedangkan untuk luar
JAMALI khususnya kawasan timur masih ada beberapa kendala.
Program dari FTP tahap I, yang kesemuanya menggunakan batu bara, tentunya
tidak sesuai dengan apa yang direncanakan baik dari segi jadwal maupun kinerja. Salah
satu penyebab adalah keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang profesional.
Besar subsidi pemerintah membengkak dari Rp. 33.1 trilliun di tahun 2008 menjadi
sebesar Rp. 99.98 trilyun untuk subsidi listrik dalam APBN-P tahun 2013, hal ini dapat
dilihat pada tabel 1.1.
PTKKE - BPPT 1
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Hal yang sangat menarik adalah besarnya subsidi yang naik terus dari tahun 2008
dari besarnya pagu dalam APBN, maka pemerintah bersama DPR telah berusaha
mengurangi besarnya subsidi dengan berbagai cara diantaranya adalah:
a. Menaikkan tarif tenaga listrik (TDL) secara bertahap sampai akhir tahun fiskal 2013
sebesar 15%.
b. Mempercepat program pembangkit listrik 10.000 MW FTP 1 maupun FTP 2.
c. Mempercepat pembangunan HVDC interkoneksi Sumatra Jawa.
d. Mendapatkan gas bagi PLTGU yang masih menggunakan BBM.
e. Menurunkan losses baik untuk pembangkit, transmission dan distribusi.
f. Mengurangi derating bagi pembangkit listrik setelah dilakukan audit.
Dari data pembangkit PLTU batu bara lama dan pembangkit batu bara baru dalam
program percepatan / FTP tahap I, maupun tahap II perlu dilakukan penilaian kinerja
berupa effisiensi dan intensitas emisi gas rumah kaca. Pembangkit yang dianggap
memiliki kinerja yang terbaik sangat diperlukan sehingga dapat diketahui di sektor mana
yang memerlukan peningkatan kinerja sesuai dengan kualitas daya yang didesain.
Langkah awal yang ditempuh dalam kajian ini adalah pengumpulan data sekunder
maupun data lapangan berupa data operasi dari PLTU lama dan PLTU baru yang ada
dalam program FTP I.
PTKKE - BPPT 2
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Ada beberapa indikator kerja yang perlu menjadikan perhatian dari masing-masing
kelas kapasitas pembangkit yaitu:
Kinerja dari suatu PLTU batu bara tidak hanya ditentukan oleh teknologi konversi
energinya akan tetapi ditentukan juga oleh kwantitas dan kwalitas batu bara sebagai
sumber bahan bakar. Apabila kesemuanya telah sesuai dengan desain, akan tetapi
sumber bahan bakar yaitu batu baranya tidak tersedia sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam konversi energinya, maka tentunya kinerja dari suatu pembangkit
batu bara tidak dapat seperti yang diharapkan.
Cadangan batubara yang terdapat di dunia diperkirakan mencapai 984 milyar ton
merupakan cadangan terbukti (proven coal reserves) di seluruh dunia yang tersebar di
lebih dari 70 negara. Dengan asumsi tingkat produksi pada tahun 2004 yaitu sekitar
4.63 milyar ton pertahun untuk produksi batu bara keras (hard coal) dan 879 juta ton
pertahun untuk batu bara muda (brown coal), maka cadangan batu bara diperkirakan
dapat bertahan hingga 164 tahun. Sebaliknya, dengan tingkat produksi pada saat ini,
minyak diperkirakan akan habis dalam waktu 41 tahun, sedangkan gas adalah 67 tahun,
dimana sebaran cadangannyapun terbatas yaitu 68% cadangan minyak dan 67%
cadangan gas dunia terkonsentrasi di Timur Tengah dan Rusia.
Cadangan batubara di Indonesi saat ini cukup banyak yaitu sebesar 21 milyar
ton atau sekitar 2.2% dari cadangan dunia. Karena batu bara yang banyak terdapat di
Indonesia merupakan batu bara berkalori rendah sampai sedang, sementara harga jual
batu bara semakin tinggi jika nilai kalori batu baranya tinggi, maka untuk meningkatkan
PTKKE - BPPT 3
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
nilai kalori batu bara digunakan teknologi upgraded brown coal (UBC). Selain teknologi
UBC, ada beberapa teknologi lainnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai
keekonomian batu bara yaitu:
PTKKE - BPPT 4
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
BAB II
KONDISI PEMBANGKIT
Pada tahun 2010 kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga uap yang ada di
Indonesia adalah 12.000 MW yang terdiri atas 10.670 MW di sistem Jawa-Bali dan
1.330 MW di sistem-sistem kelistrikan wilayah operasi Indonesia Barat dan Indonesia
Timur. Adapun kapasitas terpasang pembangkit yang disurvei pada tahun 2011 adalah
sebesar 4.800 MW yang terdiri atas 4.200 MW di Jawa-Bali dan 600 MW di sistem-
sistem kelistrikan wilayah operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur dengan rincian
yang diperlihatkan pada tabel 2.1.
PTKKE - BPPT 5
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Apabila kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga uap tersebut pada tabel 2.1
dipetakan dalam bentuk diagram venn maka akan terlihat seperti pada gambar 2.1.
PLTU 12.000 MW
SISTEM
JAWA-BALI
10.670 MW YANG DISURVEI
4.200 MW 600 MW
SISTEM
INDONESIA BARAT &
INDONESIA TIMUR
1.330 MW
Gambar 2.1 memperlihatkan bahwa sampai dengan tahun 2010 PLTU yang ada di
Indonesia mempunyai kapasitas terpasang sebesar 12.000 MW, 10.670 MW berada
pada sistem Jawa-Bali, dan 1.330 berada di sistem-sistem Indonesia Barat dan sistem-
sistem Indonesia Timur. Kapasitas pembangkit yang disurvei pada sistem Jawa-Bali
adalah sebesar 4.200 MW, sedangkan yang disurvei pada sistem Indonesai Barat dan
sistem Indonesia Timur sebesar 600 MW. Selanjutnya apabila ditampilkan dalam
prosentasi maka akan terlihat seperti pada gambar 2.2.
PLTU 12.000 MW
SISTEM
JAWA-BALI
89% YANG DISURVEI
39% 45%
SISTEM
INDONESIA BARAT &
INDONESIA TIMUR
11%
PTKKE - BPPT 6
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Pada umumnya PLTU yang menggunakan batu bara sebagai energi primer,
memperoleh batu bara tersebut dari beberapa pemasok dengan kontrak jangka pendek.
Dengan banyaknya pemasok tersebut akan menjamin ketersediaan batu bara. Namun
karena kontrak jangka pendek dan keadaan harga batu bara menyebabkan pemasok
dengan perhitungan ekonomi dapat membatalkan secara sepihak kontrak yang telah
ditandatangani, sehingga ketersediaan batu bara tidak terjamin. Disamping itu
banyaknya pemasok tersebut menyebabkan kualitas batu bara yang diterima bervariasi,
namun dengan nilai kalor yang masih masuk dalam batas yang disyaratkan.
Tabel 2.2 memperlihatkan kondisi pasokan batu bara pada beberapa PLTU yang
telah disurvei.
Persoalan yang dihadapi PLN mengenai batu bara adalah aspek security of supply
dan aspek kualitas. Kondisi batu bara tersebut telah menyebabkan kompromi kualitas.
Hal ini menyebabkan adanya penurunan unjuk kerja pembangkit.
Seperti diketahui bahwa prinsip kerja PLTU secara umum adalah pembakaran batu bara
pada boiler untuk memanaskan air dan mengubah air tersebut menjadi uap dengan
temperatur yang sangat tinggi, selanjutnya uap panas tersebut digunakan untuk
menggerakkan turbin untuk memutar generator listrik.
Salah satu bentuk proses pembangkitan listrik tenaga uap dengan bahan bakar
batu bara adalah dimulai dengan proses batu bara dari luar dialirkan ke penampung
PTKKE - BPPT 7
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
batu bara dengan conveyor, kemudian dihancurkan menggunakan pulverized fuel coal.
Tepung batu bara halus kemudian dicampur dengan udara panas oleh forced draught.
Dengan tekanan yang tinggi, campuran tersebut disemprotkan ke dalam boiler sehingga
akan terbakar dengan cepat seperti semburan api. Kemudian air dialirkan ke atas
melalui pipa yang ada di dinding boiler. Air dimasak menjadi uap kemudian uap dialirkan
ke tabung boiler untuk memisahkan uap dari air yang terbawa. Selanjutnya uap dialirkan
ke superheater untuk melipatgandakan suhu dan tekanan uap hingga mencapai suhu
570 C dan tekanan sekitar 200 bar yang meyebabkan pipa akan ikut berpijar menjadi
merah.
Untuk mengatur turbin agar mencapai set point, dilakukan dengan setting steam
governor valve secara manual maupun otomatis. Uap keluaran dari turbin mempunyai
suhu sedikit di atas titik didih, sehingga perlu dialirkan ke condenser agar menjadi air
yang siap untuk dimasak ulang. Sedangkan air pendingin dari condenser akan di
semprotkan ke dalam cooling tower sehingga menimbulkan asap air pada cooling tower.
Air yang sudah agak dingin dipompa balik ke condenser sebagai air pendingin ulang.
Sedangkan gas buang dari boiler diisap oleh kipas pengisap agar melewati electrostatic
precipitator untuk mengurangi polusi dan gas yang sudah disaring dibuang melalui
cerobong.
Tabel 2.3 memperlihatkan PLTU dengan bahan bakar batu bara yang telah
disurvei pada tahun 2011.
PTKKE - BPPT 8
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Balance Draft,
PLTU KELOMPOK 2 Natural
3 1953.9 Circulation 538 174 538 335.3 39.8 270 36
(Unit 5-7)
Single Drum &
Radiant Boiler
Circulating
4 PLTU KELOMPOK 3 351.09 Fluidized Bed 541 129 235
(CFB)
Circulating 10,32
5 PLTU KELOMPOK 4 423 Fluidized Bed 542
Mpa
(CFB)
Peralatan pembangkit utama adalah boiler, turbin dan generator. Disamping itu ada
peralatan tambahan yang lebih rumit dibandingkan dengan PLTU biasa mengingat ada
beberapa PLTU yang merupakan PLTU jenis CFB. Secara lengkap semua peralatan
yang penting ditunjukkan pada tabel 2.4.
Adapun kondisi umum mesin turbin PLTU yang telah disurvei diberikan pada tabel
2.5.
REHEAT
TURBIN MAIN STEAM
NAMA/JENIS STEAM
No.
PEMBANGKIT
MANUFAKTUR TIPE PUTARAN KAPASITAS TEMP. TEK. TEMP. TEK.
PTKKE - BPPT 9
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Tandem
MHI - Compound
PLTU
3 Quadruple
KELOMPOK 2 TAKASAGO, 3000 600 538 538
Exhaust
(Unit 5-7) JAPAN Condensing
Reheat Turbine
4 PLTU 3000 100 538 128
KELOMPOK 3
Shanghai
5 PLTU Turbine Co. 3000 100
KELOMPOK 4
LTD
Secara teoritis apabila kualitas bahan bakar tetap terjaga sama dari tahun ke tahun, dan
pembangkit selalu beroperasi pada beban nominalnya, maka penggunaan bahan bakar
spesifik (SFC) dan plant heat rate (PHR) akan mengalami degradasi sedikit demi sedikit
sampai dilakukan simple inspection atau major inspection. Setelah inspection
dilaksanan SFC dan plant heat rate akan mendekati kondisi komisioning, selanjutnya
mengalami degradasi lagi sedikit demi sedikit sampai inspection berikutnya demikian
seterusnya.
Pemakaian bahan bakar spesifik adalah besarnya volume bahan bakar yang
dikonsumsi untuk memproduksi kWh bruto pada suatu periode tertentu, hal ini
menunjukkan tingkat keborosan pemakaian bahan bakar.
Indeks kinerja pembangkit yang diperoleh pada saat survei diberikan pada tabel
2.5.
PTKKE - BPPT 10
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
PLTU KELOMPOK 2
5
(Unit 3) 2202 0.47 4800 2622.4 0.535 2622.4
PLTU KELOMPOK 2
6
(Unit 4) 2294 0.54 4301 2494.09 0.509 2494.09
PLTU KELOMPOK 2
7
(Unit 5) 2344 0.49 4775 2449.94 0.5 2449.94
PLTU KELOMPOK 2
8
(Unit 6) 2344 0.47 4898 2503.61 0.511 2503.61
PLTU KELOMPOK 2
9
(Unit 7) 2302 0.5 4611 2435.2 0.497 2435.2
PTKKE - BPPT 11
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
BAB III
POTENSI/RENCANA PEMBANGUNAN PEMBANGKIT
Menurut badan geologi kementerian ESDM pada tahun 2010, sumber daya batu bara
Indonesia adalah 104,8 milyar ton yang tersebar terutama di Kalimantan (51.9 milyar
ton) dan Sumatera (52,5 milyar ton), namun cadangan batu bara dilaporkan hanya 21,1
milyar ton (Kalimantan 9,9 milyar ton, Sumatera 11,2 milyar ton). Sekitar 22% dari batu
bara Indonesia berkualitas rendah (low rank) dengan kandungan panas kurang dari
5100 kkal/kg, sebagian besar (66%) berkualitas medium (antara 5100 dan 6100 kkal/kg)
dan hanya sedikit (12%) yang berkualitas tinggi (61007100 kkal/kg). Angka ini dalam
adb (ash dried basis) 39. Walaupun cadangan batu bara Indonesia tidak terlalu besar,
namun tingkat produksi batu bara sangat tinggi, yaitu mencapai 370 juta ton pada tahun
2011.
Sebagian besar dari produksi batu bara tersebut diekspor ke China, India, Jepang,
Korea Selatan dan Taiwan (265 juta ton) dan negara lain. Produksi pada tahun-tahun
mendatang diperkirakan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan
domestik dan semakin menariknya pasar batu bara internasional. Jika tingkat produksi
tahunan adalah 400 juta ton, maka seluruh cadangan batu bara Indonesia yang 21,1
milyar ton di atas akan habis dalam waktu sekitar 50 tahun apabila tidak dilakukan
eksplorasi baru. Untuk menjamin pasokan kebutuhan domestik yang terus meningkat,
pemerintah telah menerapkan kebijakan domestic market obligation (DMO) yang
mewajibkan produsen batu bara untuk menjual sebagian produksinya ke pemakai dalam
negeri.
Kebutuhan tenaga listrik pada suatu daerah didorong oleh tiga faktor utama yaitu:
a. Pertumbuhan ekonomi.
PTKKE - BPPT 12
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
b. Program elektrifikasi.
Faktor kedua adalah program elektrifikasi. Sebagai upaya PLN untuk mendukung
program pemerintah dalam meningkatkan rasio elektrifikasi, maka PLN perlu melistriki
semua masyarakat yang ada dalam wilayah usahanya. Hal ini secara langsung akan
menjaga eksistensi wilayah usaha PLN dan sekaligus meningkatkan rasio elektrifikasi di
Indonesia, khususnya pada daerah-daerah yang telah menjadi wilayah usaha PLN.
Faktor ketiga yang menjadi pendorong pertumbuhan permintaan tenaga listrik PLN
adalah pengalihan dari captive power (penggunaan pembangkit sendiri berbahan bakar
minyak) menjadi pelanggan PLN. Captive power ini timbul sebagai akibat dari
ketidakmampuan PLN memenuhi permintaan pelanggan di suatu daerah, terutama
pelanggan industri dan bisnis. Bilamana kemampuan PLN untuk melayani di daerah
tersebut telah meningkat, maka captive power ini dengan berbagai pertimbangannya
akan beralih menjadi pelanggan PLN. Pengalihan captive power ke PLN juga didorong
oleh tingginya harga BBM untuk membangkitkan tenaga listrik milik konsumen
industri/bisnis, sementara harga jual listrik PLN relatif lebih murah. Faktor ketiga ini
sangat bergantung pada kemampuan pasokan PLN di suatu daerah/sistem kelistrikan
dan skema bisnis jual beli listrik PLN dengan captive power jadi tidak berlaku umum.
Kebutuhan energi listrik pada tahun 2021 akan menjadi 358 TWh, atau tumbuh
rata-rata 8,65% per tahun. Sedangkan beban puncak non coincident pada tahun 2020
akan menjadi 61.750 MW atau tumbuh rata-rata 8,5% per tahun.
PTKKE - BPPT 13
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Tabel 3.1 Pertumbuhan ekonomi, proyeksi kebutuhan tenaga listrik dan beban puncak
periode 2012-2021
Jumlah Beban
Pertumbuhan Puncak
Sales
Tahun Ekonomi
(non-coincident)
% TWh MW
2012 6.5 172.3 30.237
2013 7.2 187.8 32.77
2014 7.4 205.8 35.872
2015 6.9 225.1 39.209
2016 6.9 246.2 42.796
2017 6.9 266.8 46.291
2018 6.9 287.3 49.891
2019 6.9 309.4 53.611
2020 6.9 333 57.606
2021 6.9 358.3 61.752
Jumlah pelanggan pada tahun 2012 sebesar 48,2 juta akan bertambah menjadi
70,6 juta pada tahun 2021 atau bertambah rata-rata 2,5 juta per tahun. Penambahan
pelanggan tersebut akan meningkatkan rasio elektrifikasi dari 74,4% pada tahun 2012
menjadi 92,3% pada tahun 2021. Proyeksi jumlah penduduk, pertumbuhan pelanggan
dan rasio elektrifikasi diperlihatkan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Proyeksi jumlah penduduk , pertumbuhan pelanggan dan rasio elektrifikasi.
RE
RE Draft
RUKN
Tahun Penduduk Juta Pelanggan Juta RE (%) RUKN 12-
08-27
31 (%)
(%)
2011 241,4 45,6 71,8 73,0
2012 245,1 48,2 74,4 75,3
2013 249,0 51,3 77,7 77,7
2014 253,0 54,3 80,7 80,0
2015 257,0 57,1 83,3 79,2 83,2
2016 261,1 59,6 85,3 86,4
2017 265,4 62,0 87,1 89,6
2018 269,7 64,3 88,6 92,8
2019 274,1 66,5 90,0 96,0
2020 278,6 68,7 91,2 90,4 99,2
2021 283,2 70,6 92,3 99,3
PTKKE - BPPT 14
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Tabel 3.3 Prakiraan kebutuhan listrik, angka petumbuhan dan rasio elektifikasi.
2. Pertumbuhan %
- Indonesia 7,3 10,2 9,6 9,4 7,7 7,6 7,6
- Jawa Bali 6,5 9,6 9,0 9,0 7,0 6,8 6,8
- Indonesia Timur 11,0 13,3 12,9 11,3 8,9 8,8 8,9
- Indonesia Barat 9,4 12,0 10,4 10,3 10,3 10,1 10,2
3. Ratio
Elektrifikasi %
- Indonesia 71,8 74,4 85,3 88,6 88,6 91,2 92,3
- Jawa Bali 74,0 75,9 80,4 86,6 86,6 89,5 90,9
- Indonesia Timur 61,2 65,5 78,1 89,9 89,9 92,5 93,6
- Indonesia Barat 73,5 76,6 83,6 93,0 93,0 94,8 95,2
* Realisasi
** Estimasi
PLTU batu bara dirancang untuk memikul beban dasar sejalan dengan harga batu bara
yang relative rendah dibandingkan harga bahan bakar fosil lainnya. Namun pembakaran
batu bara menghasilkan emisi karbon dioksida yang menimbulkan efek pemanasan
global, disamping menghasilkan polusi partikel dan limbah kimia yang dapat
menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan lokal. Dengan demikian
PTKKE - BPPT 15
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Pengembangan PLTU batu bara skala kecil dan PLTGB (pembangkit listrik tenaga
gasifikasi batu bara) skala kecil merupakan program untuk menggantikan pembangkit
listrik berbahan-bakar BBM pada sistem kelistrikan skala kecil yang belum dapat
dilayani melalui grid extension dalam waktu cukup dekat.
Tabel 3.4 Proyek PLTU yang terdapat dalam buku kps 2012 BAPPENAS
Nama
No Kapasitas Provinsi Status Keterangan
Proyek
PLTU 2x1000 Sudah
1 Jateng Proses financial closing
Jateng MW PPA
Jambi Prioritas Sebetulnya merupakan proyek
PLTU 2x400 solicited karena telah
2
Jambi MW direncanaka dalam RUPTL
2010-2019
PLTU 2x600
3 Sumsel Prioritas Solicited
Sumsel-9 MW
PLTU 1x600
4 Sumsel Prioritas Solicited
Sumsel-10 MW
PTKKE - BPPT 16
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
a. PLTU IPP Jawa Tengah (2x950 MW). Proyek ini sangat strategis karena dibutuhkan
sistem pada tahun 2017 dan 2018, serta merupakan proyek kelistrikan pertama yang
menggunakan skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) dengan Perpres No.
67/2005 jo Perpres No. 13/2010.
b. PLTU Indramayu (2x1.000 MW). Proyek ini sangat strategis karena dibutuhkan
sistem pada tahun 2018/2020, dan berlokasi relatif dekat dengan pusat beban di
Jabodetabek. Karena proyek ini menghadapi ketidakpastian perizinan dari Pemda,
PLN mempunyai opsi untuk memajukan jadwal.
c. PLTU Jawa-6 yang berlokasi di Bojonegara juga dimajukan dari tahun 2021 menjadi
2018. Keputusan untuk melakukan opsi tersebut akan diambil PLN setelah ada
kepastian perizinan dari Pemda.
d. PLTU mulut tambang Sumatera Selatan dan transmisi 500 kV HVDC SumateraJawa
dengan kapasitas 3.000 MW.
f. PLTU Jawa-4 berkapasitas 2x100 MW dapat dilaksanakan sebagai proyek PLN atau
IPP untuk memenuhi kebutuhan listrik pada tahun 2019-2020.
PTKKE - BPPT 17
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
PTKKE - BPPT 18
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
BAB IV
PENINGKATAN KINERJA PEMBANGKIT
(DILIHAT DARI SISI TEKNOLOGI)
Dari tabel 2.6 diketahui peningkatan heat rate pembangkit bervariasi antara 2% sampai
dengan 19%. Hal ini menujukkan dinamika penurunan kinerja pembangkit dengan
variasi umur dan teknologi pemeliharaan.
Apabila peningkatan heat rate tersebut dipetakan dalam bentuk diagram balok,
maka akan terlihat seperti pada gambar 4.1.
Apabila peningkatan nilai heat rate tersebut pada gambar 4.1 di tampilkan dalam
bentuk prosentase, maka akan terlihat seperti pada gambar 4.2.
PTKKE - BPPT 19
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Selanjutnya apabila diperhatikan tabel 2.1 dan tabel 2.3, terlihat bahwa ada usaha
terobosan teknologi untuk meningkatkan kualitas pembangkit dimana ada perbedaan
sistem boiler yang digunakan pada pembangkit dengan usia lebih besar dari 10 tahun
dengan pembangkit yang umurnya kurang dari 10 tahun.
PTKKE - BPPT 20
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
PTKKE - BPPT 21
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Proses penanganan batu bara sampai masuk ke silo dilakukan sebagai berikut:
a. Batu bara diperiksa beratnya dengan mengamati berat kapal, kemudian batu bara
tersebut dipindahkan dari tongkang dengan menggunakan 2 (dua) unit Jetti seperti
terlihat pada gambar 4.4. dengan kapasitas 500 ton/jam.
b. Batu bara yang dipindahkan dengan Jetti tersebut dialirkan melalui conveyor menuju
coal yard atau langsung ke crusher untuk selanjutnya dialirkan ke coal silo untuk
dibakar.
c. Batu bara yang ditimbun di coal yard di angkut dengan stacker reclaimer untuk
dialirkan ke crusher untuk dihaluskan.
PTKKE - BPPT 22
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Disamping teknologi boiler tersebut, sedang dikembangkan teknik coal dryer untuk
pemanasan awal batu bara sebelum digunakan untuk pembakaran pada boiler dengan
tujuan meningkatkan kualitas batu bara.
Usaha untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi pembangkit listrik telah mulai dilakukan
dengan terobosan teknologi seperti penggunaan sistem pembakaran CBF, yang secara
teoritis mempunyai efisiensi tinggi, ternyata tidak mudah dan masih menghadapi
beberapa kendala. Sebagai contoh salah satu pembangkit listrik yang baru dibangun
sekitar tahun 2008 dengan teknologi CBF sudah mengalami derating kurang lebih 4%.
Apabila dilihat dari sudut performansinya maka dapat dijelaskan sebagai berikut.
PTKKE - BPPT 23
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Sejak beroperasinya tahun 2008 indeks performansi yang di pantau adalah faktor
kapasitas (capacity factor), faktor beban (load factor) dan service factor (SF). Faktor
kapasitas didefinisikan sebagai rasio antara produksi kWh bruto selama jam pelayanan
terhadap kWh bruto yang dapat dibangkitkan bila dibebani sesuai dengan kapasitas
terpasang selama jam periode.
PTKKE - BPPT 24
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Hal-hal tersebut bukan berarti pilihan teknologi yang dilakukan tidak tepat,
melainkan beberapa hal pendukung teknologi tersebut belum optimal, antara lain
material yang digunakan pada pembuatan boiler diduga belum tepat sehingga mudah
tergerus dan bocor. Hal lain yang diduga belum tepat adalah pemilihan sistem kontrol
dan proteksi bahan bakar dan boiler. Selain itu, di bidang penanganan batu bara, dapat
pula dievaluasi beberapa pilihan teknologi untuk meningkatkan kualitas batu bara. Saat
ini teknologi yang dipilih adalah dengan coal dryer dan coal blending. Beberapa
teknologi pengering batu bara yang tersedia dipasaran internasional seperti terlihat
pada tabel 4.2.
PTKKE - BPPT 25
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Dalam paper elektronik di dunia maya diperoleh informasi bahwa ada beberapa
PLTU yang berusaha menggunakan pengering batu bara untuk meningkatkan kualitas
batu baranya sebelum digunakan di boiler antara lain:
a. PLTU yang mulai beroperasi pada akhir tahun 2011 dengan kapasitas 2 x 150 MW
dan merupakan PLTU mulut tambang dengan bahan bakar batu bara yang
ditambang pada lokasi sekitar PLTU. Namun karena nilai kalor batu bara tersebut
tergolong rendah dan kadar air tinggi, maka pada PLTU tersebut dibangun alat
pengering batu bara. Dengan adanya alat pengering batu bara tersebut maka nilai
kalor batu bara tersebut dapat ditingkatkan sehingga sesuai dengan spesifikasi teknis
boiler.
b. Suatu perusahaan swasta membeli alat pengering batu bara dari China untuk dapat
menaikkan nilai kalor batu bara menjadi 5.400 kcal/ kg hingga memenuhi syarat.
Dengan metoda upgrading tersebut, maka perusahaan tersebut dapat memasok batu
bara sebanyak 20.000 ton/bulan atau seperempat dari kebutuhan PLTU. Alat yang
beroperasi sejak bulan Juli 2012 tersebut merupakan jenis direct contact, dimana
sumber panas bersinggungan langsung dengan batu bara kalori rendah (Lignite, Sub
Bituminus), sedangkan panas untuk pengeringan memakai gas buang (flue gas) dari
pembakaran batu bara di furnace.
c. PLTU berkapasitas 2 x 315 MW yang dirancang untuk beroperasi dengan bahan
bakar batu bara dengan nilai kalor sebesar 4.120 kcal/ kg. Namun karena batu bara
yang tersedia mempunyai nilai kalor yang lebih rendah serta moisture yang lebih
tinggi, maka hasil heat rate PLTU lebih tinggi dari nilai desain. Hal tersebut berarti
efisiensi PLTU lebih rendah dari desain, dan biaya pemeliharaan meningkat. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, maka saat ini di PLTU sedang dipasang peralatan
untuk uji coba alat pengering batu bara (coal drier) dengan sistem memanfaatkan
fluida panas dari pembakaran batu bara pada tungku cyclone burner. Kapasitas
desain coal drier PLTU tersebut adalah sebesar 200 ton/jam, atau 1,4 juta ton/tahun.
Kapasitas tersebut diharapkan dapat melayani PLTU dengan kapasitas 315 MW.
d. Prototype alat pengering batu bara PLN puslitbang pada tahun 2011, yang dibangun
para peneliti dari PLN puslitbang ketenagalistrikan dan mengoperasikannya pada
skala laboratorium dengan kapasitas 1 ton batu bara per jam. Proses pengeringan
PTKKE - BPPT 26
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
menggunakan gas buang (flue gas) dengan tujuan mengurangi resiko terbakar
sendiri (self combustion) dan memanfaatkan panas dari gas buang tersebut. Pada uji
coba pengeringan dengan temperatur flue gas 150 oC, diperoleh kenaikan nilai kalor
sebesar 500 600 kcal/kg, sedangkan jika temperatur pengeringan dinaikkan
o
menjadi 160 C diperoleh kenaikan nilai kalor hingga 900 kcal/kg. Dengan
keberhasilan tersebut direncanakan dapat dilakukan ujicoba untuk membangun alat
yang sama dengan kapasitas yang lebih besar di lapangan.
e. Uji coba pengering batu bara di BPPT dilakukian pada tahun 2011 di laboratorium
BPPT di Serpong pada skala laboratorium. Alat yang merupakan produksi luar negeri
tersebut adalah steam tube drier yang memakai uap air sebagai pemanas. Uap air
tersebut dialirkan pada pipa-pipa yang terdapat pada tabung berputar yang diisi batu
bara. Di luar negeri produk alat tersebut telah beroperasi dan dipakai baik pada
pembangkit listrik maupun cooking coal.
Berdasarkan pada hal-hal tersebut di atas, walaupun belum ada laporan atau
analisa tentang penggunaan pemanas batu bara tersebut, namun sudah ada usaha
untuk melakukan perbaikan kualitas batu bara untuk meningkatkan kinerja beberapa
pembangkit listrik PLTU yang nantinya dapat juga diterapkan pada PLTU yang umurnya
sudah lebih besar dari 10 tahun.
PTKKE - BPPT 27
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
BAB V
TEKNOLOGI PEMBANGKIT MASA DEPAN
PTKKE - BPPT 28
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
yang mempunyai ketidakpastian yang rendah dan mempunyai dampak yang besar.
Teknologi pembangkit yang prospektif tersebut diantaranya adalah PLTP, PLTU sub-
critical, supercritical dan ultra super critical boiler, seperti ditunjukkan pada gambar 5.1.
PLTU
PLTN
Biomasa PLTB
Biomasa
Gas
Small
CBM
2 1 Dampak
BBN 3 4 PLTP
Small
PV Coal
Gass.
Pumped USC
Storage
Landfill LNG SC
Gas PLTA CC
besar Gas
CC Sub-C
Hijau: Riset & Pengembangan
Merah: Komersial
Kuning: Pilot
Abu-abu: Deploy
dan keluar turbin. Sehingga daya yang dihasilkan turbin semakin tinggi dan efisiensi
pembangkit semakin meningkat.
Kenaikan tekanan dan temperatur uap panas lanjut di atas 221 bar dan 374,5 oC
akan menghasilkan uap super critical. Efisiensi PLTU yang beroperasi menurut siklus
rankine akan meningkat sejalan dengan meningkatnya tekanan dan temperatur uap
panas lanjut (super heated steam) yang dihasilkan boiler dan selanjutnya masuk ke
dalam turbin yang menghasilkan tenaga mekanik.
PTKKE - BPPT 30
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Gambar 5.3 memperlihatkan tekanan dan temperatur untuk beberapa jenis boiler.
Perbedaan utama antara super critical dan ultra super critical adalah temperatur uap
yang dihasilkan boiler yaitu mencapai 600 oC dengan tekanan 240-300 bar dan dapat
o
meningkatkan efisiensi sedikitnya 8 %. Temperatur uap antara di atas 700 C
dikategorikan sebagai advanced ultra supercritical (AUSC) boiler. Perkembangan mulai
dari supercritical sampai AUSC ditunjukkan pada tabel 5.1. Mature USC saat ini sudah
digunakan secara komersial di Eropa, Jepang dan China. Sedangkan teknologi AUSC
saat ini masih dalam tahap pengembangan.
Temperatur uap yang lebih tinggi menyebabkan perbedaan temperatur antara uap
dan flue gas juga meningkat sehingga dibutuhkan luas permukaan perpindahan panas
superheater dan reheater semakin besar. Temperatur air umpan mempunyai efek yang
besar terhadap ukuran permukaan pemanasan dari alat pendingin flue gas.
PTKKE - BPPT 31
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Pengembangan dari chromium steels seperti P91, P92 atau E911 memungkinkan
temperatur uap sampai 620 oC dan tidak perlu menggunakan material austenitic untuk
thich walled components dari superheater. Pada waktu dekat, perkembangan terakhir
dari NF12 dan SAVE12 dapat memperlebar batas implementasi dari uap-uap utama
o
dengan tekanan yang moderat dan mencapai temperatur 650 C. Program
pengembangan saat ini sedang dilaksanakan oleh EPRI dan OCDO dengan tekanan
uap masing-masing 375 bar dan 379 bar dengan temperatur masing-masing 700/720 oC
dan 730/760 oC. Efisiensi pembangkit akan naik 1% setiap kenaikan 20 oC temperatur
uap.
PTKKE - BPPT 32
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
VdTUV /
TP 347 H (FG) 620 600
ASME MITI
VdTUV /
HR 3C 630 630
ASME MITI
Under
Save 25 655 630 development
/ MITI
Under
Alloy 617 A130 685 720
development
PTKKE - BPPT 33
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Fluidized bed combustor (FBC) adalah sebuah tungku pembakar yang menggunakan
media pengaduk seperti pasir kuarsa, silika, dan media lainnya sehingga akan terjadi
mixing yang homogen antara gas/udara dengan butiran-butiran media tersebut. Sistem
PTKKE - BPPT 34
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
ini menggunakan konsep turbulensi benda padat yang terjadi pada proses pembakaran,
dimana dalam proses tersebut timbul juga perpindahan panas dan massa yang tinggi
dalam mekanisme pembakaran. Generasi kedua dari teknologi ini dikenal dengan
circulating fluidized bed combustor (CFBC) atau sering disingkat CFB saja. Pada CFB,
partikel batu bara yang belum terbakar (unburned coal) disirkulasikan kembali ke ruang
bakar sehingga memungkinkan tercapainya efisiensi pembakaran yang lebih tinggi.
Umumnya PLTU batu bara akan berkaitan dengan hasil pembakaran batu-bara
dan polutan dalam flue gas yang mengandung SO 2 , NO X dan partikulat. Partikulat
berupa abu disaring dengan alat bag filter. NO X direduksi dengan low temperature firing
dalam furnace CFB, sedangkan SO 2 direduksi dengan injeksi limestone (CaCO 3 ) ke
dalam furnace CFB selama proses pembakaran batu bara pada temperatur 850o C
untuk mengikat SO 2 . Flue gas setelah melewati bag filter disalurkan ke chimney
(cerobong) setinggi 150 m yang berfungsi sebagai pendispersi flue gas sehingga batas
emisi flue gas yang dibuang ke lingkungan sesuai dengan keputusan menteri negara
lingkungan hidup No. 13 Tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995 mengenai baku mutu emisi
PTKKE - BPPT 35
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
untuk PLTU berbahan bakar batu bara (berlaku efektif tahun 2000) yaitu: total partikel <
150 g/m3, SO 2 < 750 g/m3, NO 2 < 850 g/m3.
a. CFB sistem: sirkulasi batu-bara yang belum terbakar di furnace melalui cyclone
sehingga pembakaran lebih sempurna.
e. Ash disposal area: menggunakan lapisan pengaman rembesan terbuat dari polimer
berdensitas tinggi (HDPE).
Sistem kerja CFB di PLTU Tarahan ditunjukkan pada gambar 5.7. Sistem ini telah
mendapatkan sertifikasi ISO SMT (sistem manajemen terpadu) dan diharapkan menjadi
karya inovasi tingkat nasional. Dari sisi sistem manajemen K3 (SMK3) telah
mendapatkan bendera emas dan juga penilaian proper mendapat kategori biru.
b. Cyclone: ruang pemisah antara flue gas dan batu-bara yang belum terbakar
berdasarkan beda berat jenis.
Proyek PLTU Tarahan dibangun dengan konsep yang ramah lingkungan karena
memiliki:
PTKKE - BPPT 36
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
a. Waste water treatment plant, mengolah limbah cair sehingga aman dibuang ke
lingkungan.
b. Ash handling system, mengolah limbah abu sehingga tidak mencemari lingkungan.
c. CFB system, yang mensirkulasikan kembali batu bara yang belum terbakar di furnace
dengan effisien, sehingga pembakaran lebih baik dan emisi buangan SOx dan NOx
yang lebih rendah.
SW/Y
DEAERATOR
STEAM DRUM
COAL
TURBINE
BUNKER
4 HPH2 Generator.
BAGHOUSE LPH2
HPH1
LPH1
PAF
COAL SILO
SAF 2 CWP
3
COAL CRUSHER
1 DISCHARGE
PIPE
ASH
DISPOSAL
AREA PT. BA COAL YARD
Spesifikasi boiler CFB di PLTU Tarahan ditunjukkan pada tabel 5.3 sedangkan sketsa
bagian-bagian dari turbin CFB ditunjukkan pada gambar 5.8. Batu bara yang dibakar
dalam boiler sebanyak 48.15 ton/hari yang akan menghasilkan uap 351.09 ton/hari.
PTKKE - BPPT 37
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
DESUPERHEATER 2 MAIN
BOILER STEAM
DRUM BACK PASS
FINISHING
SUPERHEATER
PANEL SUPER
HEATER &
EVAPORATOR DESUPERHEATER 1
COAL
BUNKER
LOW TEMP.
SUPERHEATER
D H H
O O REFRACTORY O
W
T T
N
CYCLONE
C S S ECONOMIZER
O E E
M C FURNACE C FROM
E O O BFP
GRAVITY R N N
FEEDER D D
A A HOT
COLD R SU R SA/PA
PA Y BURNER Y TUBULAR
UP AIR
PE
A RS
A A HEATER TO
I I BAGHOUSE
COLD
R R SEALPOT
SA/PA
HOT PA LO
WE
RS
A
NOZZLES
LIMESTONE
FEEDING
TO
HOT PA FLYASH
SILO
ASH SCREWS
TO
BOTTOM
ASH SILO FA
PA/SA FAN BLOWER
PTKKE - BPPT 38
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Tabel 5.4 Boiler type and furnace contruction (Sumber Babcock-Hitachi K.K)
PTKKE - BPPT 39
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
PTKKE - BPPT 40
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
BAB VI
SYSTEM PENDUKUNG OPERASI JARINGAN (SPOJ)
PTKKE - BPPT 41
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
6.2. Posisi FACTS Divice dalam Sistem jaringan HVDC Sumatra Jawa.
Gambar 6.2 merupakan contoh penerapan FACTS device pada sistem transmisi
disalah satu negara yang dapat menggunakan converter type LCC (line comutation
converter) atau VSC (voltage source comutation). Disamping penggunaan converter
dan FACTS divice di atas ada beberapa divice yang perlu ditambahkan seperti misalnya
penggunaan static var compensator (SVC), static syncronous compensator
(STATCOM), fixed series compensation (FSC), static frequency converter (SFC) dan
voltage source converter (VSC-HVDC) untuk mendukung sistem jaringan transmisis
HVDC, walaupun masih banyak kekurangan dan kelebihan dibandingkan technologi
LCC diantaranya adalah:
a. LCC HVDC
Current-sourced.
b. VSC HVDC
Voltage-sourced.
PTKKE - BPPT 42
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
a. Automatic current, voltage, power dan minimum sudut kontrol. Metode standart
control dari ACR (automatic current regulation), AVR (automatic voltage regulator),
VDCOL (voltage depend current order limitation) dan AGR (automatic gamma
regualation).
b. Automatic frequency and emergency power control. Sistem DC pada dasarnya dapat
membantu memperbaiki seluruh sistem AC performace dan keamanan dengan
fungsi-fungsi arus vs gangguan yang berbeda dengan beroperasi sebagai AFC
(automatic frequency control) untuk menstabilkan sistem AC maupun sistem DC.
PTKKE - BPPT 43
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
PTKKE - BPPT 44
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
BAB VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya antara
lain:
a. Kapasitas PLTU yang disurvei adalah sebesar 4.200 MW atau 39% dari 10.670 MW
yang ada di sistem Jawa-Bali, dan 600 MW atau 45% dari 1.330 MW yang ada di
sistem-sistem Indonesia bagian Barat dan sistem-sistem Indonesia bagian Timur.
b. PLTU yang disurvei, baik yang berumur di atas 10 tahun maupun yang berumur di
bawah 10 tahun sebagian besar mengalami derating lebih besar atau sama dengan
4%.
e. Telah dilakukan terobosan teknologi pada penanganan batu bara, walaupun belum
ada laporan/analisa tentang dampaknya.
f. Teknologi pemanfaatan dan pengembangan batu bara muda atau lignete yang
banyak terdapat di Indonesia khususnya di pulau Sumatra, guna mendukung
pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara (PLTU) masih banyak
memerlukan inovasi inovasi baru khususnya bagi PLTU mulut tambang yang
sangat mungkin diterapkan untuk PLTU Sumsel 9 dan PLTU Sumsel 10.
g. Teknologi pengering batu bara atau coal drying, saat ini banyak terdapat di dunia
akan tetapi masing-masing teknologi perlu dikaji kelayakannya untuk diterapkan di
Indonesia, mengingat rata-rata calorivic value dari brown coal/ lignite yang terdapat di
Indonesia dan di suplai oleh perusahaan pertambangan adalah sekitar 3820 kkal/kg
PTKKE - BPPT 45
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
(raw coal) yang dicampur dengan batu bara dari PT. Bukit Asam (Persero) yang
mempunyai calorivic value lebih baik 4520 kkal/kg (LHV) dan telah melakukan
kontrak dengan PT. PLN (Persero).
h. Untuk PLTU program 10.000 MW tahap I dan tahap II, study perbandingan untuk
penerapan teknologi coal drying perlu dilakukan secara comprehensif antara
teknologi STD (steam tube drying), teknologi cyclone burner dan teknologi flue gas,
agar penerapan teknologi yang menyangkut kapasitas dan perawatan dari coal
drying cukup aman, handal dan cost effektif, tidak menggangu operasi PLTU.
7.2. Rekomendasi
Pelaksanaan FTP 1 PLTU batu bara yang telah COD (commercial operating date), yaitu
PLTU Labuan, PLTU Rembang dan PLTU Teluk Naga, perlu dilakukan kajian tentang
penerapan coal drying agar kinerja dari PLTU sesuai dengan kinerja yang diharapkan
dalam spesifikasi kontrak.
PTKKE - BPPT 46
Daya Dukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara 2013
Daftar Pustaka
PTKKE - BPPT 47