Anda di halaman 1dari 54

Family Folder

DIARE AKUT

Disusun Oleh :

Mgs A Rifqi Murtadho, S.Ked 04054821618093

Pembimbing :
dr. Husnil Farouk, MPH, PKK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU


KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITASSRIWIJAYA
2017

I
HALAMAN PENGESAHAN

FAMILY FOLDER
DIARE

Oleh:
Mgs A Rifqi Murtadho, S.Ked
04054821618093

TUGAS FAMILY FOLDER


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian akhir
kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Palembang, April 2017

Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas


FakultasKedokteranUniversitasSriwijaya

Palembang, April 2017

Kepala Puskesmas Sematang Borang

dr. Herawaty
NIP 196903252002122005

II
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
semua rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis berupa kesehatan dan
kekuatan untuk menyelesaikan tugas family Folder yang berjudul Diare Akut
Tanpa Dehidrasi guna melengkapi salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang Periode 06
Maret 2017 15 Mei 2017.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih


kepada dr. Husnil Farouk, MPH, PKK selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan berserta saran dalam tugas family folder ini. Penulis juga
ingin menyampaikan rasa terima kasih sebanyak-banyaknya kepada kepala
Puskesmas Sematang Borang Palembang dr. Herawaty, dr. Hartini, dr.
Yuliarni, dr. Sri Hardianty Yarika, beserta semua staf Puskesmas Sematang
Borang Palembang yang telah ikut membantu tugas family folder ini dan juga
turut andil dalam membimbing kami. Ucapan terima kasih juga kami ucapkan
kepada kedua orang tuaku, saudara-saudaraku, dan kepada semua pihak yang
telah turut membantu dalam proses pembuatan tugas ini.
Penulis turut menyadari bahwa dalam penyusunan tugas family folder ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan
tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dapat digunakan sebaik mungkin untuk kedepannya.

Palembang, April 2017

Penulis

III
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul...............................................................................................................................i

Halaman Pengesahan.................................................................................................................ii

Kata Pengantar............................................................................................................................iii

Daftar Isi.......................................................................................................................................iv

BAB I Pendahuluan....................................................................................................................1

BAB II Laporan Kasus...............................................................................................................3

BAB III Tinjauan Pustaka.........................................................................................................9

BAB IV Pencegahan dan Pembinaan..................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................43

IV
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAMILY FOLDER

Kepala Keluarga : Zulkarnaen Musa


Alamat : Jl. Betawi Waya No. 04, Kelurahan Lebong Gajah
Puskesmas : Puskesmas Sematang Borang
Anggota Keluarga : 1. Siti Rokhoyah
2. Muhammad Alif

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PERIODE 06
MARET 15 MEI 2017
PEMBINA

NAMA : Mgs A Rifqi Murtadho

NIM : 04054821618112

Tanda Tangan Tanda Tangan

Anggota Keluarga Dokter Pembimbing Puskesmas

(Zulkarnaen Musa) (dr. Hartini)

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Sematang Borang

(dr. Herawaty)

(NIP 196903252002122005)
BAB I
PENDAHULUAN

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang,


terutama di Indonesia. Diare merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan
tertinggi pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Perkiraan konservatif
menempatkan angka kematian global penyakit diare sekitar 2 juta kematian pertahun
(1,7 juta-2,5 juta kematian), merupakan peringkat ketiga diantara semua penyebab
1,2
kematian penyakit menular di seluruh dunia.

Menurut hasil Riskesdas 2007 di Indonesia diperoleh bahwa diare masih


merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia
24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2% dibanding
pneumonia 15,5%. Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas/ Balai
pengobatan, diare termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama ke puskesmas. Angka
kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap
tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare
sekitar 60 juta kejadian setiap tahunya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini
1,3
adalah anak dibawah umur 5 tahun (+ 40 juta kematian).

Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebanya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau
parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut,
termasuk sindroma malabsorbsi. Diare karena virus umunya bersifat self limiting,
sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya
dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian dan menjamin nutrisi untuk
1
mencegah diare.

Penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/menanggulangi dehidrasi


serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya
intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi

1
gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Pemakaian cairan rehidrasi oral
secara umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena
diperlukan jika terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah
yang tak terkontrol dan terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Penanganan
menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit telah banyak digunakan untuk
4
mengobati penyakit.

Masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis


lingkungan baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik
maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, dan masih
banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare tersebut. Maka dari itu, penting
untuk mengetahui cara pencegahan dan penanganan diare sebagai dokter umum.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identifikasi
Nama : Muhammad Alif
Usia : 1 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Suku : Sumatera Selatan
Alamat : Jl. Betawi Raya No, 04, Kelurahan Lebong Gajah
No RM : 053372

Kunjungan pertama ke Poliklinik Umum Puskesmas Sematang Borang


Palembang, Sabtu 15 April 2017 pukul 10.00 WIB.

2.2 Anamnesis (Alloanamnesis pada 15 April 2017 pukul 10.00 WIB diberikan
oleh ibu pasien)
Keluhan Utama:
BAB cair sejak 2 hari yang lalu.

Keluhan Tambahan:
Muntah

Riwayat Perjalanan Penyakit:


Sejak 2 hari yang lalu, pasien mengeluh muntah sebanyak 2x/hari,
sekali muntah sebanyak 1/4 gelas belimbing, muntah berwarna putih berisi air
dan apa yang dimakan. Muntah menyemprot (-), demam (+), naik-turun

3
namun tidak terlalu tinggi, nyeri kepala (+), nyeri persendian (-), nyeri
belakang bola mata (-), sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-), nafsu makan
menurun (+). Pasien kemudian mengeluh BAB cair (+) yang sebelumnya
didahului muntah sebanyak 3x/hari, air > ampas, sekali BAB sebanyak 1/3
gelas belimbing, warna feses coklat kekuningan, bau langu (amis), darah (-)
lendir (-), pasien masih mau minum dan ASI masih dilanjutkan, pasien juga
masih mau minum susu formula dan tampak rewel. Riwayat ganti susu
formula (-). Riwayat merah di sekitar mulut setelah minum atau makan (-).
Riwayat makan antibiotik sebelumnya (-). Pasien kemudian berobat ke
Puskesmas Sematang Borang Palembang

Riwayat Penyakit Dahulu:


- Riwayat alergi (-)
- Riwayat lactose intolerance (-)
- Riwayat menderita penyakit yang sama sebelumnya (-)

Riwayat Penyakit Keluarga:


- Riwayat alergi dalam keluarga (-)
- Riwayat lactose intolerance dalam keluarga (-).

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah anak pertama, ayah pasien adalah seorang buruh dengan
penghasilan sekitar Rp 1.500.000,- per bulan, ibu pasien adalah seorang ibu
rumah tangga. Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan merupakan anak
tunggal.
Kesan : ekonomi cukup

4
2.3 Pemeriksaan Fisik (15 April 2017 pukul 10.00 WIB)
Status Generalikus
Kesan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)
Tanda Vital : N : 121x/mnt, isi cukup, tegangan kuat, reguler
RR : 34x/menit
T : 36,3C
SpO2 : 95%
Status : BB: 8 kg BB/U: SD -2
Antropometri PB: 77 cm TB/U: SD 0
BB/PB: < SD -2
Kesan: Gizi Kurang
Kepala : Normocephali (lingkar kepala 47 cm). UUB cekung
(-)
Mata : Mata cekung (-), konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, pupil isokor 3mm/3mm RC +/+
Telinga : Bentuk normal, simetris, sekret (-)
Hidung : Bentuk normal, napas cuping hidung (-), sekret (-).
Mulut : Mukosa bibir kering, faring tidak hiperemis, Tonsil
T1-T1 eutrofi
Leher : Simetris, tidak ada deviasi trakhea, pembesaran
kelenjar getah bening (-)
Dada : Pulmo:

I: Dinding dada simetris statis dan dinamis, retraksi


(-)
P: Stem fremitus kanan = kiri
P: Sonor di kedua lapang paru
A:Vesikuler (+) normal, ronkhi (-) wheezing (-).

5
Cor:
I: Tidak tampak ictus cordis
P: Iktus cordis tidak teraba
P: Redup, dalam batas normal
A: BJ I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen : I: Datar
P: Dinding perut lemas, turgor kulit kembali cepat
(<2 deitk), hepar dan lien tidak teraba
P: Timpani
A: Bising usus (+) meningkat
Alat Kelamin : Tidak ada kelainan

Ekstremitas : Edema (-), sianosis (-), capillary refill <2 detik, akral
hangat (+)

IV. STATUS NEUROLOGIKUS


Pemeriksaan Neurologis
Fungsi motorik
Pemeriksaan Tungkai Tungkai Lengan Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Luas Luas Luas Luas


Kekuatan +5 +5 +5 +5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - -
Refleks fisiologis + normal + normal + normal + normal
Refleks patologis - - - -
Fungsi sensorik : Dalam batas normal
Fungsi nervi craniales : Dalam batas normal
GRM : Kaku kuduk tidak ada

6
2.4 Diagnosis Banding
1. Diare akut tanpa dehidrasi e.c. infeksi virus
2. Lactose Intolerance
3. Diare akut dehidrasi ringan sedang e.c. infeksi bakteri

2.5 Diagnosis Kerja


Diare akut tanpa dehidrasi e.c. infeksi virus

2.6 Penatalaksanaan
Non-medikamentosa

Menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa penyakit diare disebabkan oleh
bakteri atau virus yang penularannya melalui fecal-oral
Edukasi PHBS
Menghindari makan makanan yang higenitasnya rendah

Meminum oralit setiap setelah BAB dan mejelaskan cara membuat larutan
gula-garam

Memberitahukan ibu pasian bahwa tanda bahaya dehidrasi dari diare perlu
diwaspadai.

ASI dilanjutkan sesegera mungkin : Untuk mengurangi durasi penyakit dan


meningkatkan hasil gizi.
Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.

Medika mentosa
Zinc 1 x 20mg, selama 10 hari
Oralit 100-200 cc tiap kali muntah atau BAB cair
0
Paracetamol syr 3 x 4 cc per oral (jika Temp: >38,5 C)

7
Diet
Diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
BBI: 9,9 Kg
Kebutuhan kalori = 1188-1237,5 kkal
Kebutuhan Protein (15-25%) = 15% x 1200 kkal / 4 = 45 gr
Kebutuhan Lemak (20-30%) = 20% x 1200 kkal / 9 = 26,66 gr
Kebutuhan Karbohidrat (30-50%) = 30% x 1200 kkal / 4 = 90 gr
- Diet diberi dalam bentuk lunak mudah dicerna
- Asupan diberi porsi kecil tapi sering
- Variasi makanan yang diterima anak

2.7 Prognosis
Quo ad : Bonam
vitam
Quo ad fungtionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. DIARE AKUT
2.1 Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya, lebih
dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO, diare adalah buang air besar encer
1
lebih dari 3x sehari baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Diare akut adalah
buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari, disertai dengan
perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
1
berlangsung kurang dari satu minggu. Dan menurut American Academy of
Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi
dan/atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti
11,12
mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 7 hari.

2.3 Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan
pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal
setiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara
berkembang. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 diperoleh
bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi terbanyak yaitu 42%
dibandingkan pnemonia 24%. Di Indonesia, dilaporkan bahwa tiap anak mengalami
diare sebanyak 1,3 episode per tahun. Berdasarkan survei demografi kesehatan
Indonesia, prevalensi diare pada anak-anak dengan usia kurang dari 5 tahun adalah

9
laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi terjadi
9
pada usia 6-11 bulan (19,4%), 12-23 bulan (14,8%), dan 24-35 bulan (12,0%).
2.3 Faktor Risiko

Faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya diare adalah tidak


memberikan ASI secara penuh selama 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak cukup
tersedianya air bersih, tercemarnya air oleh tinja, tidak ada atau kurangnya sarana
MCK, higiene per orangan dan penyediaan makanan tidak higienis, cara penyapihan
bayi yang tidak baik (terlalu cepat disapih, terlalu cepat diberi susu botol dan terlalu
18,19
cepat diberi makanan padat). Selain hal- hal tersebut, beberapa faktor pada
penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk terjangkit diare antara lain: gizi
buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas
usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik.

2.4 Etiologi

Pada saat ini, dengan kemajuan dibidang teknik laboratorium telah dapat
diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan
diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah
golongan virus, bakteri dan parasit. dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi
1,6
adalah non-inflamatory dan inflammatory.

Enteropatogen menimbulkan non-inflamatory diare melalui produksi


enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh
parasit, perlekatan dan/ atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatory diare
biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau
2,6
memproduksi sitotoksin
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 60%)
sedangkan virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus,
7
Minirotavirus. Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas
hydrophilia, Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile, Clostridium
perfringens, E coli, Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp,

10
staphylococus aureus, vibrio cholerae dan Yersinia enterocolitica, Sedangkan
penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis,
Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis
7
buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan trichuris trichiura.

Tabel 1. Enteropatogen penyebab diare yang tersering berdasarkan umur7


<1 tahun 1-4 tahun >5 tahun
Rotavirus Rotavirus Campylobacter
Norovirus Norovirus Salmonella
Adenovirus Adenovirus Rotavirus
Salmonella Salmonella
Campylobacter
Yersinia

Di samping itu penyebab diare noninfeksi yang dapat menimbulkan diare pada
anak antara lain alergi makanan, neoplasma, defek anatomis (seperti atrofi mikrovilli,
malrotasi, dan penyakit Hirschsprung), malabsorbsi, keracunan makanan, dan
penyebab lain seperti infeksi non-gastrointestinal, alergi susu sapi, keracunan
makanan, dan defisiensi imun.

2.5 Cara Penularan


Cara penularan diare umumnya melalui cara fekal oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
tangan dengan penderita atau barang barang yang telah tercemar tinja penderita atau
tidak langsung melalui lalat (melalui 4 F = finger, flies, fluid, field).

11
2.6 Patofisiologi
1. Virus
Virus terbanyak penyebab diare adalah rotavirus, selain itu juga dapat disebabkan
oleh adenovirus, enterovirus, astrovirus, minirotavirus, calicivirus, dan sebagainya.
Garis besar patogenesisnya sebagai berikut ini. Virus masuk ke dalam traktus
digestivus bersama makanan dan/atau minuman, kemudian berkembang biak di dalam
usus. Setelah itu virus masuk ke dalam epitel usus halus dan menyebabkan kerusakan
bagian apikal vili usus halus. Sel epitel usus halus bagian apikal akan diganti oelh sel
dari bagian kripta yang belum matang, berbentuk kuboid atau gepeng. Akibatnya sel-
sel epitel ini tidak dapat berfungsi untuk menyerap air dan makanan. Sebagai akibat
lebih lanjut akan terjadi diare osmotik. Vili usus kemudian akan memendek sehingga
kemampuannya untuk menyerap dan mencerna makananpun akan berkurang. Pada
saat inilah biasanya diare mulai timbul. Setelah itu sel retikulum akan melebar, dan
kemudian akan terjadi infiltrasi sel limfoid dari lamina propria, untuk mengatasi
infeksi sampai terjadi penyembuhan.

2. Bakteri
Patogenesis terjadinya diare oleh karena bakteri pada garis besarnya adalah sebagai
berikut. Bakteri masuk ke dalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak di
dalam traktus digestivus tersebut. Bakteri ini kemudian mengeluarkan toksin yang
akan merangsang epitel usus sehingga terjadi peningkatan aktivitas enzim adenili
siklase (bila toksin bersifat tidak tahan panas, disebut labile toxin = LT) atau enzim
guanil siklase (bila toksin bersifat tahan panas atau disebut stable toxin = ST).
Sebagai akibat peningkatan aktivitas enzim-enzim ini akan terjadi peningkatan cAMP
atau cGMP, yang mempunyai kemampuan merangsang sekresi klorida, natrium, dan
air dari dalam sel ke lumen usus (sekresi cairan yang isotonis) serta menghambat
absorpsi natrium, klorida, dan air dari lumen usus ke dalam sel. Hal ini akan
menyebabkan peningkatan tekanan osmotik di dalam lumen usus (hiperosmoler).
Kemudian akan terjadi hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan cairan yang

12
berlebihan di dalam lumen usus tersebut, sehingga cairan dapat dialirkan dari lumen
usus halus ke lumen usus besar (kolon). Dalam keadaan normal, kolon seorang anak
dapat menyerap sebanyak hingga 4400 ml cairan sehari, karena itu produksi atau
sekresi cairan sebanyak 400 ml sehari belum menyebabkan diare. Bila kemampuan
penyerapan kolon berkurang, atau sekresi cairan melebihi kapasitas penyerapan
kolon, maka akan terjadi diare. Pada kolera sekresi cairan dari usus halus ke usus
besar dapat mencapai 10 liter atau lebih sehari. Oleh karena itu diare pada kolera
biasanya sangat hebat, suatu keadaan yang disebut sebagai diare profus.
Secara umum golongan bakteri yang menghasilkan cAMP akan menyebabkan
diare yang lebih hebat dibandingkan dengan golongan bakteri lain yang menghasilkan
cGMP. Golongan kuman yang mengandung LT dan merangsang pembentukan cAMP,
diantaranya adalah V. Cholera, ETEC, Shigella spp., dan Aeromonas spp. Sedangkan
yang mengandung ST dan merangsang pembentukan cGMP adalah ETEC,
Campylobacter sp., Yersinia sp., dan Staphylococcus sp.
Menurut mekanisme terjadinya diare, maka diare dapat dibagi menjadi 3
bagian besar yaitu:
1) Diare sekretorik, diare sekretorik adalah diare yang terjadi akibat aktifnya
enzim adenil siklase. Enzim ini selanjutnya akan mengubah ATP menjadi
cAMP. Akumulasi cAMP intrasel akan menyebabkan sekresi aktif ion klorida,
yang akan diikuti secara positif oleh air, natrium, kalium dan bikarbonat ke
dalam lumen usus sehingga terjadi diare dan muntah-muntah sehingga
penderita cepat jatuh ke dalam keadaan dehidrasi. Pada anak, diare sekretorik
ini sering disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme
Vibrio, ETEC, Shigella, Clostridium, Salmonella, Campylobacter. Toksin
yang dihasilkannya tersebut akan merangsang enzim adenil siklase,
selanjutnya enzim tersebut akan mengubah ATP menjadi cAMP. Diare
sekretorik pada anak paling sering disebabkan oleh kolera. Gejala dari diare
sekretorik ini adalah 1) diare yang cair dan bila disebabkan oleh vibrio
biasanya hebat dan berbau amis, 2) muntah-muntah, 3) tidak disertai dengan

13
panas badan, dan 4) penderita biasanya cepat jatuh ke dalam keadaan
dehidrasi.
2) Diare invasif/dysentriform diarrhae,diare invasif adalah diare yang terjadi
akibat invasi mikroorganisme dalam mukosa usus sehingga menimbulkan
kerusakan pada mukosa usus. Diare invasif ini disebabkan oleh Rotavirus,
bakteri (Shigella, Salmonella, Campylobacter, EIEC, Yersinia), parasit
(amoeba). Diare invasif yang disebabkan oleh bakteri dan amoeba
menyebabkan tinja berlendir dan sering disebut sebgai dysentriform diarrhea.
Di dalam usus pada shigella, setelah kuman melewati barier asam lambung,
kuman masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak sambil
mengeluarkan enterotoksin. Toksin ini akan merangsang enzim adenil siklase
untuk mengubah ATP menjadi cAMP sehingga terjadi diare sekretorik.
Selanjutnya kuman ini dengan bantuan peristaltik usus sampai di usus
besar/kolon. Di kolon, kuman ini bisa keluar bersama tinja atau melakukan
invasi ke dalam mukosa kolon sehingga terjadi kerusakan mukosa berupa
mikro-mikro ulkus yang disertai dengan serbukan sel-sel radang PMN dan
menimbulkan gejala tinja berlendir dan berdarah. Gejala dysentriform
diarrhea adalah 1) tinja berlendir dan berdarah biasanya b.a.b sering tapi
sedikit-sedikit dengan peningkatan panas badan, tenesmus ani, nyeri
abdomen, dan kadang-kadang prolapsus ani, 2) bila disebabkan oleh amoeba,
seringkali menjadi kronis dan meninggalkan jaringan parut pada
kolon/rektum, disebut amoeboma. Mekanisme diare oleh rotavirus berbeda
dengan bakteri yang invasif dimana diare oleh rotavirus tidak berdarah.
Setelah rotavirus masuk ke dalam traktus digestivus bersama
makanan/minuman tentunya harus mengatasi barier asam lambung, kemudian
berkembang biak dan masuk ke dalam bagian apikal vili usus halus.
Kemudian sel-sel bagian apikal tersebut akan diganti dengan sel dari bagian
kripta yang belum matang/imatur berbentuk kuboid atau gepeng. Karna
imatur, sel-sel ini tidak dapat berfungsi untuk menyerap air dan makanan

14
sehingga terjadi gangguan absorpsi dan terjadi diare. Kemudian vili usus
memendek dan kemampuan absorpsi akan bertambah terganggu lagi dan diare
akan bertambah hebat. Selain itu sel-sel yang imatur tersebut tidak dapat
menghasilkan enzim disakaridase. Bila daerah usus halus yang terkena cukup
luas, maka akan terjadi defisiensi enzim disakaridase tersebut sehingga akan
terjadilah diare osmotik. Gejala diare yang disebabkan oleh rotavirus adalah
1) paling sering pada anak usia dibawah 2 tahun dengan tinja cair, 2)
seringkali disertai dengan peningkatan panas badan dan batuk pilek, 3)
muntah.
3) Diare osmotik, diare osmotik adalah diare yang disebabkan karena tingginya
tekanan osmotik pada lumen usus sehingga akan menarik cairan dari intra sel
ke dalam lumen usus, sehingga terjadi diare berupa watery diarrhea. Paling
sering terjadinya diare osmotik ini disebabkan oleh malabsorpsi karbohidrat.
Monosakarida biasanya diabsorpsi baik oleh usus secara pasif maupun
transpor aktif dengan ion Natrium. Sedangkan disakarida harus dihidrolisa
dahulu menjadi monosakarida oleh enzim disakaridase yang dihasilkan oleh
sel mukosa. Bila terjadi defisiensi enzim ini maka disakarida tersebut tidak
dapat diabsorpsi sehingga menimbulkan osmotic load dan terjadi
diare.Disakarida atau karbohidrat yang tidak dapat diabsorpsi tersebut akan
difermentasikan di flora usus sehingga akan terjadi asam laktat dan gas
hidrogen. Adanya gas ini terlihat pada perut penderita yang kembung
(abdominal distention), pH tinja asam, dan pada pemeriksaan dengan klinites
terlihat positif. Perlu diingat bahwa enzim amilase pada bayi, baru akan
terbentuk sempurna setelah bayi berusia 3-4 bulan. Oleh sebab itu pemberian
makanan tambahan yang mengandung karbohidrat kompleks tidak diberikan
sebelum usia 4 bulan, karena dapat menimbulkan diare osmotik. Gejala dari
diare osmotik adalah 1) tinja cair/watery diarrhae akan tetapi biasanya tidak
seprogresif diare sekretorik, 2) tidak disertai dengan tanda klinis umum seperti
panas, 3) pantat anak sering terlihat merah karena tinja yang asam, 4) distensi

15
abdomen, 5) pH tinja asam dan klinitest positif. Bentuk yang paling sering
dari diare osmotik ini adalah intoleransi laktosa akibat defisiensi enzim laktase
yang dapat terjadi karena adanya kerusakan mukosa usus. Dilaporkan kurang
lebih sekitar 25-30% dari diare oleh rotavirus terjadi intoleransi laktosa.

Tabel 2. Perbedaan Diare Osmotik dan Sekretorik

Karakteristik Osmotik Sekretorik


Volume tinja <200 ml/hari >200 ml/hari
Puasa Diare berhenti Diare berlanjut
Na+ tinja <70 mEq/L >70 mEq/L
Reduksi (+) (-)
pH tinja <5 >6

2.7 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis diare pada bayi dan anak awalnya


anak menjadi cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul
diare.
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya
bila terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala
gastrointestinal bias berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi
1
sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum / sesudah diare dan dapat disebabkan
oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa

16
dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka
gejala dehidrasi mulai tampak, berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
11, 12
kering.

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion
natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada
muntah dan kehilangan air juga akan meningkat bila ada panas. Hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan
keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi
menurut tonisistas plasma dapat berupa dehidrasi isotonic, dehidrasi hipertonik
(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa
1
dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat. Disebut dehidrasi
ringan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang lebih dari 10%
disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi
dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita
lemah, kesadaran menurun dan penderita sangat pucat.
Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enteric pathogen antara
lain: vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomyelitis, meningitis,
pneumonia, hepatitis, peritonitis dan septic tromboplebitis. Gejala neurologik dari
infeksi usus bias berupa parestesia (akibat makan ikan, kerang, monosodium
glutamate), hipotoni dan kelemahan otot.
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat
dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita dengan diare inflammatory.
Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus terjadi pada perut bagian bawah serta
rectum menunjukkan terkenanya usus besar. Mual dan muntah adalah gejala yang
nonspesifik, akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena mikroorganisme
yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti virus, bakteri yang memproduksi
enteroroksin, Giardia, dan Cryptosporidium. Muntah juga sering terjadi pada non

17
inflammatory diare. Biasanya penderita tidak panas atau hanya subfebris, nyeri perut
periumbilikal tidak berat, diare cair menunjukan bahwa saluran makan bagian atas
yang terkena.

Tabel 3. Organisme penyebab diare dan gejala yang sering timbul


Organisme Inkubasi Durasi Muntah Demam Nyeri
Abdominal

Rotavirus 1-7 hari 4-8 hari Ya Rendah Tidak


Enterohemorrhagic 1-8 hari 3-6 hari Tidak +/- Ya
E coli

Enterotoxigenic E 1-3 hari 3-5 hari Ya Rendah Ya


coli

Salmonella species 0-3 hari 2-7 hari Ya Ya Ya


Shigella species 0-2 hari 2-5 hari Tidak High Ya
Vibrio species 0-1 hari 5-7 hari Ya Tidak Ya
Cryptosporidium 5-21 hari Bulan Tidak Rendah Ya
species

Entamoeba species 5-7 hari 1-2+ mg Tidak Ya Tidak


Tabel 4. Gejala klinis diare akut oleh berbagai penyebab

Gejala klinis Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera


Masa Tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual, muntah Sering Jarang Sering + - Sering
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus, Tenesmus,kolik - Tenesmus, Kramp
kramp kramp
Nyeri kepala - + + - - -
lamanya sakit 5-7 hari >7hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari

Sifat tinja:

18
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus
menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - + Kadang - + -
Bau Langu - Busuk - - Amis khas
Warna Kuning Merah- Kehijauan Tak Merah- Sepertiair
hijau hijau berwarna hijau cucian beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain anorexia Kejang+ Sepsis + Meteorismus Infeksi -
sistemik+

2.8 Diagnosis
Diagnosis pada pasien diare dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Pada anamnesis pertanyaan yang harus diajukan pada penderita diare adalah: lama
diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsistensi tinja, lendir
dan/darah dalam tinja, muntah; bila disertai muntah ditanyakan juga volume dan
frekuensinya, buang air kecil terakhir; kencing seperti biasa, berkurang, jarang
atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir, adakah demam atau penyakit lain yang
menyertai (seperti batuk, pilek, otitis media, campak), jumlah cairan yang masuk
selama diare, jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare,
mengkonsumsi makanan yang tidak biasa, penderita diare di sekitarnya dan
sumber air minum. Serta tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare
(memberi oralit, membawa berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-
1
obatan yang diberikan), serta riwayat imunisasinya.

19
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan pada penderita diare adalah: keadaan
umum, kesadaran, dan tanda vital yaitu suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan
pernapasan serta tekanan darah dan juga perlu diperiksa berat badan.

Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma,


rasa haus, turgor kulit abdomen menurun

Tanda tambahan atau tanda-tanda dehidrasi: ubun-ubun besar cekung,


kelopak mata cekung , air mata kering, mukosa bibir kering, mulut kering,
lidah kering, berat badan menurun, tanda gangguan keseimbangan asam
basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan dalam (asidosis metabolik),
kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau hipernatremia)
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut:
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara objektif
yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare, atau subjektif
1
dengan menggunakan kriteria WHO dan MMWR.
Tabel 5. Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR
Symptom Minimal atau Dehidrasi ringan- Dehidrasi berat,
tanpa dehidrasi, sedang, kehilangan kehilangan BB>9%
kehilangan BB 3%-9%
BB<3%

Kesadaran Baik Normal, lelah, Apatis, letargi, idak


gelisah, irritable sadar

Denyut Normal Normal meningkat Takikardi, bradikardi


jantung (kasus berat)

Kualitas nadi Normal Normal melemah Lemah, kecil tidak


teraba

Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam


Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
20
Air mata Ada Berkurang Tidak ada
Mulut dan Basah Kering Sangat kering
lidah

Cubitan kulit Segera kembali Kembali<2 detik Kembali>2detik


Cappilary Normal Memanjang Memanjang, minimal
refill

Ekstremitas Hangat Dingin Dingin, mottled,


sianotik

Kencing Normal Berkurang Minimal

Tabel 6. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO


Penilaian A B C
Lihat:
Keadaan umum Baik,sadar *Gelisah,rewel *lesu,lunglai/tidak
Mata Normal Cekung sadar
Air mata Ada Tidak ada Sangat cekung
Mulut dan lidah Basah Kering Kering
Rasa haus Minum *haus ingin minum Sangat kering
biasa,tidak haus banyak *malas minum atau
tidak bias minum

Periksa:turgor Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat


kulit lambat

Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat


pemeriksaan ringan/sedang Bila ada 1 tanda*
Bila ada 1 tanda* ditambah 1 atau
ditambah 1 atau lebih tanda lain
lebih tanda lain

21
Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperkukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat, seperti pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan
tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut
1
adalah sebagai berikut.
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
tes kepekaan terhadap antibiotika
Urine: urine lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
Tinja:
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan
diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa
mucus atau darah biasanya disebabkan oleh enteroksin virus, prontozoa, atau
disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yanga mengandung
darah atau mucus bisa disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin
bakteri enteronvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti
: E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam
tinja kecuali pada infeksi dengan E.hystolitica darah sering terdapat pada permukaan
tinja dan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan
Strongyloides.

22
Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi tinja, bau tinja,
adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja tidak terlalu banyak
berkolerasi dengan penyebab diare. Warna hijau tua berhubungan dengan adanya
warna empedu akibat garam empedu yang dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada
keadaan bacterial overgrowth. Warna merah akibat adanya darah dalam tinja atau obat
yang dapat menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin. Konsistensi
tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yang berbusa menunjukan adanya gas dalam
tinja akibat fermentasi bakteri. Tinja yang berminyak, lengket, dan berkilat
menunjukan adanya lemak dalam tinja. Lendir dalam tinja menggambarkan kelainan
di kolon , khususnya akibat infeksi bakteri. Tinja yang sangat berbau menggambarkan
adanya fermentasi oleh bakteri anaerob dikolon. Pemeriksaan pH tinja menggunakan
kertas lakmus dapat dilakukan untuk menentukan adanya asam dalam tinja. Asam
dalam tinja tersebut adalah asam lemak rantai pendek yang dihasilkan karena
fermentasi laktosa yang tidak diserap di usus halus sehingga masuk ke usus besar
yang banyak mengandung bakteri komensial. Bila pH tinja<6 dapat dainggap sebagai
8
malabsorbsi laktosa.

Pada diare akut sering terjadi defisiensi enzim lactose sekunder akibat rusaknya
mikrofili mukosa usus halus yang banyak mengandung enzim lactase. Enzim laktsae
merupakan enzim yang bekerja memecahkan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa,
yang selanjutnya diserap di mukosa usus halus. Salah satu cara menentukan
malabsorbsi laktosa adalah pemeriksaan clinitest dikombinasi dengan pemeriksaan
pH tinja. Pemeriksaan clinitest dilakukan dengan prinsip melihat perubahan reaksi
warna yang terjadi antara tinja yang diperiksa dengan tablet clinitest. Prinsipnya
adalah terdapatnya reduktor dalam tinja yang mengubah cupri sulfat menjadi cupri
oksida. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengambil bagian cair dari tinja segar
(sebaiknya tidak lebih dari 1 jam). Sepuluh tetes air dan 5 tetes bagian cair dari tinja
diteteskan kedalam gelas tabung, kemudian ditambah 1 tablet clinitest. Setelah 60
detik maka perubahan warna yang terjadi dicocokan dengan warna standart. Biru
berarti negatif, kuning tua berarti positif kuat (++++=2%), antara kuning dan biru

23
terdapat variasi warna hijau kekuningan (+=1/2%), (++=3/4%), (+++=1%).
Sedangkan terdapatnya lemak dalam tinja lebih dari 5 gram sehari disebut sebagai
8
steatore.

b. Pemeriksaan mikroskopik
Infeksi bakteri invasif ditandai dengan ditemukannya sejumlah besar leukosit
dalam tinja yang menunjukan adanya proses inflamasi. Pemeriksaan leukosit tinja
dengan cara mengambil bagian tinja yang berlendir seujung lidi dan diberi tetes
5
eosin atau NaCl lalu dilihat dengan mikroskop cahaya:

Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja dengan Sudan III
yang mengandung alkohol untuk mengeluarkan lemak agar dapat diwarnai secara
mikroskopis dengan pembesaran 40 kali, dicari butiran lemak dengan warna kuning
8
atau jingga.

Pemeriksaan parasit paling baik dilakukan pada tinja segar. Dengan memakai
batang lidi atau tusuk gigi, ambilah sedikit tinja dan emulsikan delam tetesan NaCl
fisiologis, demikian juga dilakukan dengan larutan Yodium. Pengambilan tinja cukup
sedikit saja agar kaca penutup tidak mengapung tetapi menutupi sediaan sehingga
tidak terdapat gelembung udara. Periksalah dahulu sediaan tak berwarna (NaCl
fisiologis), karena telur cacing dan bentuk trofozoid dan protozoa akan lebih mudah
dilihat. Bentuk kista lebih mudah dilihat dengan perwanaan yodium. Pemeriksaan
dimulai dengan pembesaran objektif 10x, lalu 40x untuk menentukan spesiesnya.

2.9 Tatalaksana
Prinsip dasar penatalaksanaan diare adalah pemberian cairan (rehidrasi), feeding
adjusment, pengobatan medikamentosa dan health education (penyuluhan). Tujuan
pengobatan meliputi mencegah dehidrasi dan mengatasi dehidrasi yang telah ada,
antibiotika selektif, mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan
selama dan setelah diare, mengurangi lama dan beratnya diare serta berulangnya

24
8
episode diare, dengan memberikan suplemen zinc, dan edukasi. Tujuan pengobatan
10
dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi yang sesuai.
Tujuan perawatan dan pengobatan penderita diare akut :
Melakukan koreksi terhadap kehilangan cairan dan elektrolit.
Melakukan feeding adjustment.
Memberikan pengobatan medikamentosa :
Pengobatan terhadap kausa.
Pengobatan terhadap penyakit penyerta/penyulit.
Pengobatan penunjang/simptomatik yang diperlukan.
Memberikan health education.
Manajemen Cairan dan Elektrolit serta Pemberian Makan Kembali
Manajemen dehidrasi tetap merupakan dasar terapi diare. Anak-anak, terutama bayi,
lebih rentan daripada orang dewasa terhadap dehidrasi karena kebutuhan cairan dan
elektrolit dasar per kg nya lebih besar dan karena mereka tergantung pada orang lain
untuk memenuhi kebutuhan ini. Penderita diare dan yang berkemungkinan dehidrasi
harus dievaluasi untuk menilai tingkat dehidrasi karena jelas dari tanda-tanda dan
gejala-gejala klinis, kehilangan yang sedang berlangusng dan kebutuhan harian,
Hidrasi oral biasanya merupakan pengobatan pilihan untuk semua kecuali penderita
yang dehidrasi paling berat yang perawatnya tidak dapat memberikan cairan.
Rehidrasi cepat dengan penggantian kehilangan yang sedang berlangsung selama 4-6
jam pertama harus dilakukan dengan menggunakan larutan rehidrasi oral yang tepat.
Bila penderita terehidrasi, pemberian rumatan larutan secara oral harus digunakan.
Persediaan obat-obatan rumah termasuk minuman soda dekarbonasi, jus buah, Jell-O,
Kool-aid, dan teh tidak baik untuk digunakan karena bahan ini berisi osmolalitas yang
sangat tidak tepat karena kadar karbohidrat yang berlebihan, yang dapat memperberat
diare; kadar natrium rendah, yang dapat menyebabkan hiponatremia; dan rasio
karbohidrat terhadap natrium tidak tepat. Bila rehidrasi telah selesai, makanan harus
diberikan lagi sementara larutan elektrolit oral diteruskan untuk

25
mengganti kehilangan yang sedang berlangsung dari tinja dan untuk rumatan. ASI
pada bayi harus dilanjutkan sesegera mungkin. Anak yang lebih tua harus diberi
makan kembali sesegera mungkin mereka dapat mentoleransi makanan.
Pengobatan Diare Tanpa Dehidrasi
Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga untuk
mencegah dehidrasi seperti larutan gula garam, kuah sayur-sayuran dan sebagainya.
Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh keluarga penderita. Jumlah cairan yang
diberikan adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia <1 tahun 50-100 ml, 1-5 tahun
dalah 100-200 ml, 5-12 tahun adalah 200-300 ml dan dewasa adalah 300-400 ml
setiap BAB.
Untuk anak di bawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok setiap
1-2 menit. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dengan gelas dengan
tegukan yang sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian
mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setia 2-3 menit. Pemberian cairan
dilanjutkan sampai diare berhenti. Selain cairan rumah tangga ASI dan makanan yang
biasa tetap harus diberikan. Makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering ( lebih
kurang 6 kali sehari ) serta rendah serat.
Pengobatan Diare Dehidrasi Ringan-Sedang
Penderita diare degan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di sarana
kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit yang
diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB, jika gagal upaya rehidrasi oral (URO)
mengunakan cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml/kgBB/4 jam.
Apabila oleh karena satu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan per oral,
oralit dapat diberikan melalui nasogastrik dengan volume yang sama dengan
kecepatan 20ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam keadaan penderita dievaluasi, apakah
membaik, tetap atau memburuk. Bila keadaan membaik dan dehidrasi teratasi,
pengobatan dapat dilanjutkan di rumah dengan memberikan oralit dan makanan
dengan cara seperti pada pengobatan diare tanpa dehidrasi.

26
Pengobatan Diare Dehidrasi Berat
Pasien yang masih dapat minum meskipun sedikit harus diberi oralit sampai
cairan infus terpasang. Selain itu semua anak harus diberi oralit selama pemberian
cairan intravena (5 ml/kgBB/jam), apabila anak dapat minum dengan baik biasanya
dalam 3-4 jam (untuk bayi ) atau 1-2 jam (untuk anak yang lebih besar). Untuk
rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat dengan dosis 100ml/kgBB. Cara
pemberiannya untuk <1tahun 1 jam pertama 30cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam berikutnya
70 cc/kgBB. Di atas 1 tahun jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 2 jam
berikutnya 70 cc/kgBB.
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV dapat
dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan
evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yaitu: pengobatan diare dengan dehidrasi
ringan-sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi.
Seng (Zinc)
Seng merupakan mikronutrien komponen berbagai enzim dalam tubuh yang
penting antara lain untuk sintesis DNA. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF telah
merekomendasikan penggunaan seng pada anak dengan diare dengan dosis 20 mg per
hari selama 10-14 hari, dan pada bayi <6 bulan dengan dosis 10 mg per hari selama
10-14 hari.
Pemberian Makanan Selama dan Setelah Diare
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah
sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak anak mampu
menerima. Meneruskan pemberian makanan aan mempercepat kembalinya fungsi
usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi berbagai
nutrien, sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau paling tidak dikurangi.
Bayi yang minum ASI harus diteruskan sesering mungkin dan selama anak mau. Bayi
yang tidak mium ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling tidak setiap 3 jam.
Bila anak umur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan lunak atau padat,

27
makanan ini harus diteruskan. Diberikan dalam porsi kecil atau sering (6 kali atau
lebih).
Oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl),
kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit
diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare.
Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung
garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit
dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang
terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita
9
diare.

Perbedaan oralit lama dan oralit baru adalah pada tingkat osmolaritasnya.
Osmolaritas oralit baru lebih rendah yaitu 245 mmol/l dibanding total osmolaritas

28
oralit lama yaitu 331 mmol/l. Penelitan menunjukkan bahwa oralit formula baru
mampu:
a. Mengurangi volume tinja hingga 25%
b. Mengurangi mual-muntah hingga 30%
c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena
Anak yang tidak menjalani terapi intravena, tidak harus dirawat di rumah sakit. Ini
artinya risiko anak terkena infeksi di rumah sakit berkurang, pemberian ASI tidak
9
terganggu, dan orangtua akan menghemat biaya.
Tabel 7. Rencana Terapi A

29
Tabel 8. Rencana Terapi B

30
Tabel 9. Rencana Terapi C

31
32
Terapi Medikamentosa
Antibiotika
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh
karena sebagian besar diare infeksi disebabkan oleh Rotavirus yang sifatnya self
limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Namun, apabila diare
disebabkan oleh infeksi bakteri, diberikan antibiotika sesuai dengan bakteri
penyebab.

Tabel 10. Pilihan Antibiotika Sesuai Etiologi Diare


Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif
Kolera Tetracycline 12,5 Erythromycin 12,5
mg/kgBB mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 3 hari

Shigella Disentri Ciprofloxacin 15 Pivmecillinam 20 mg/kg


mg/kgBB BB
2x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 3 hari
Ceftriaxone 50-100
mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5
hari

Amoebiasis Metronidazole 10
mg/kgBB
3xs ehari selama 5 hari (10
hari pada kasus berat)

Giadiasis Metronidazole 5mg/kgBB


3x sehari selama 5 hari

33
Obat Antidiare
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan
praktis dan tidak diindikasikan untuk mengobati diare akut pada anak, beberapa di
antaranya:

Adsorben, Contoh: kaolin, attapulgite. Obat-oat ini dipromosikan untuk mengikat dan
menginaktivasi toksin bakteri atau bahan lain yang menyebabkan diare serta
dikatakan mempunyai kemampuan melindungi mukosa usus.

Antimotilitas, Contoh: loperamide hydrochloride. Obat ini dapat mengurangi


frekuensi diare pada orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada
anak.

Probiotik dan Prebiotik


a. Probiotik
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup dalam makanan yang
difermentasi yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan
mikroflora intestinal yang lebih baik. Mekanisme efek probiotik melalui perubahan

lingkungan mikro lumen usus (pH, O2), produksi bahan anti mikroba terhadap
beberapa patogen usus, kompetisi nutrien, mencegah adhesi kuman patogen pada
enterosit, modifikasi toksin/ reeptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus melalui
penyediaan nutrien dan imunomodulator.
b. Prebiotik
Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme, tetapi bahan makanan,
umumnya kompleks karbohidrat, yang bila dikonsumsi dapat merangsang
pertumbuhan flora intestinal yng menguntungkan kesehatan. Oligosakarida di ASI
merupakan prototipe prebiotik karena dapat merangsang Lactobacilli dan
Bifidobacteria di kolon bayi yang minum ASI.

34
2.9. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit dapat terjadi berbagai komplikasi
seperti:
1. Dehidrasi
2. Renjatan (shock) hipovolemik
3. Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiponatremia, hipernatremia)
4. Hipoglikemi
5. Kejang
6. Malnutrisi energi protein

13
2.10. Pencegahan
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi kesehatan
dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention) yang
meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga
(tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi.

Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab,
lingkungan dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai upaya
agar mikroorganisme penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air bersih dan
sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi
lingkungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat
dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi.
Penyediaan air bersih
Air adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, bahkan hampir 70%
tubuh manusia mengandung air. Air dipakai untuk keperluan makan, minum,

35
mandi, dan pemenuhan kebutuhan yang lain, maka untuk keperluan tersebut WHO
menetapkan kebutuhan per orang per hari untuk hidup sehat 60 liter. Selain dari
peranan air sebagai kebutuhan pokok manusia, juga dapat berperan besar dalam
penularan beberapa penyakit menular termasuk diare. Sumber air yang sering
digunakan oleh masyarakat adalah: air permukaan yang merupa kan air sungai,
dan danau. Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal
atau air tanah dalam. Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir seperti hujan
dan salju.
Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air dalam terjadinya
penyakit menular dapat berupa, air sebagai penyebar mikroba patogen, sarang
insekta penyebar penyakit, bila jumlah air bersih tidak mencukupi, sehingga orang
tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik, dan air sebagai sarang hospes
sementara penyakit.
Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari sumber
yang terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh dari
kandang ternak dan kakus paling sedikit sepuluh meter dari sumber air. Air harus
ditampung dalam wadah yang bersih dan pengambilan air dalam wadah dengan
menggunakan gayung yang bersih, dan untuk minum air harus di masak.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai resiko
menderita diare lebih kecil bila dibandingkan dengan masyarakat yang tidak
mendapatkan air besih.

Tempat pembuangan tinja


Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan.
Pembuangan tinja yang tidak tepat dapat berpengaruh langsung terhadap insiden
penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare.
Keluarga harus membuang air besar di jamban. Jamban harus dijaga dengan
mencucinya secara teratur. Jika tak ada jamban, maka anggota keluarga harus

36
membuang air besar jauh dari rumah, jalan dan daerah anak bermain dan paling
kurang sepuluh meter dari sumber air bersih.
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembua ngan
kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban memenuhi syarat
kesehatan apabila memenuhi syarat kesehatan: tidak mengotori permukaan tanah,
tidak mengotori air permukaan, tidak dapat di jangkau oleh serangga, tidak
menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, dan murah.Tempat
pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko
terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan
keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat
sanitasi. Menurut hasil penelitian Irianto (1996), bahwa anak balita yang berasal
dari keluarga yang menggunakan jamban (kakus) yang dilengkapi dengan tangki
septik, prevalensi diare 7,4% terjadi di kota dan 7,2% di desa. Sedangkan keluarga
yang menggunakan kakus tanpa tangki septik 12,1% diare terjadi di kota dan 8,9
% di desa. Kejadian diare tertinggi terdapat pada keluaga yang mempergunakan
sungai sebagi tempat pembuangan tinja, yaitu, 17,0% di kota dan 12,7% di desa.

Pemberian air susu ibu (ASI)


ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi, komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai
umur 4-6 bulan. Untuk menyusui dengan aman dan nyaman ibu jangan
memberikan cairan tambahan seperti air, air gula atau susu formula terutama pada
awal kehidupan anak. Memberikan ASI segera setelah bayi lahir, serta berikan ASI
sesuai kebutuhan. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan
adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan
perlindungan terhadap diare, pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir secara
penuh mempunyai daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare

37
dari pada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak
diberi ASI pada enam bulan pertama kehidupannya, risiko mendapatkan diare
adalah 30 kali lebih besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI.
Kebiasaan mencuci tangan
Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya berkaitan dengan
penerapan perilaku hidup sehat. Sebahagian besar kuman infeksius penyebab diare
ditularkan melalui jalur oral. Kuman-kuman tersebut ditularkan dengan perantara
air atau bahan yang tercemar tinja yang mengandung mikroorgani
sme patogen dengan melalui air minum. Pada penularan seperti ini, tangan
memegang peranan penting, karena lewat tangan yang tidak bersih makanan atau
minuman tercemar kuman penyakit masuk ke tubuh manusia.Pemutusan rantai
penularan penyakit seperti ini sangat berhubungan dengan penyediaan fasilitas
yang dapat menghalangi pencemaran sumber perantara oleh tinja serta
menghalangi masuknya sumber perantara tersebut kedalam tubuh melalui mulut.
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun adalah perilaku amat penting bagi upaya
mencegah diare.
Kebiasaan mencuci tangan diterapkan setelah buang air besar, setelah
menangani tinja anak, sebelum makan atau memberi makan anak dan sebelum
menyiapkan makanan. Kejadian diare makanan terutama yang berhubungan
langsung dengan makanan anak seperti botol susu, cara menyimpan makanan serta
tempat keluarga membuang tinja.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Aulia dkk., (1994) di Sumatera
Selatan, kebiasaan ibu membuang tinja anak di tempat terbuka merupakan faktor
risiko yang besar terhadap kejadian diare dibandingkan dengan kebiasaan ibu
membuang tinja anak di jamban.

Pencegahan Sekunder

38
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada si anak yang telah menderita
diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini
dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat
samping dan komplikasi.
Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit
(rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak
faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang
diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.

Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami
kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare
diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada
tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat
samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus
mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan.
Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap
memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada
anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga
kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau
bermain dalam pergaulan dengan teman sepermainan.

2.11. Prognosis
Bila kita menatalaksana diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar
(90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian
kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%)
8
akan menjadi diare persisten.

39
BAB IV
PENCEGAHAN ATAU PEMBINAAN KELUARGA

4.1 Genogram Keluarga Muhammad Alif

Zulkarnaen Musa, Siti Rokhoyah,


32 th 30 th

Muhammad Alif,
1 tahun 1 bulan

4.2 Home Visite (9 Fungsi Keluarga)


4.2.1 Fungsi Holistik
Fungsi holistik adalah fungsi keluarga yang meliputi fungsi biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi.
a. Fungsi Biologis: Didalam keluarga ini tidak terdapat penyakit yang
menurun seperti thalasemia, hemofilia, buta warna, dll. Di dalam keluarga
ini juga tidak terdapat penyakit menular yang terjadi.
b. Fungsi Psikologis: Keluarga ini memiliki fungsi psikologis yang baik.
Hubungan antar anggota keluarga harmonis dan sangat akrab.

40
c. Fungsi Sosial Ekonomi: Kondisi ekonomi cukup. Tulang punggung
keluarga adalah kakak perempuan yaitu Sang Ayah, Zulkarnaen Musa
sebagai seorang buruh dengan penghasilan sekitar Rp 1.500.000,-.
Keluarga ini berperan aktif dalam setiap kegiatan dan kehidupan sosial di
masyarakat.
4.2.2 Fungsi Fisiologis
Keluarga diukur dengan skor APGAR, yaitu skor yang digunakan
untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota
keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. Skor
APGAR meliputi:
a. Adaptation: keluarga ini sudah mampu beradaptasi antar sesama anggota
keluarga, saling mendukung, saling menerima dan memberikan saran satu
dengan yang lainnya.
b. Partnership: komunikasi dalam keluarga ini sudah baik, mereka saling
membagi, saling mengisi antar anggota keluarga dalam setiap masalah
yang dialami oleh keluarga tersebut.
c. Growth: Keluarga ini juga saling memberikan dukungan antar anggota
keluarga akan hal-hal yang baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.

d. Affection: Interaksi dan hubungan kasih sayang antar anggota keluarga ini
sudah terjalin dengan cukup baik.
e. Resolve: Keluarga ini memiliki rasa kebersamaan yang cukup tinggi dan
kadang-kadang menghabiskan waktu bersama dengan anggota keluarga
lainnya.
Adapun skor APGAR keluarga ini adalah 8, dengan interpretasi baik
(data terlampir).
4.2.3 Fungsi Patologis
Fungsi patologis dinilai dengan skor SCREEM:
a. Social: Interaksi keluarga ini dengan tetangga cukup baik.

41
b. Culture: Keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang cukup
terhadap budaya, tata karma, dan perhatian terhadap sopan santun.
Walaupun berasal dari dua budaya yang berbeda, namun hal ini tidak
menjadi hambatan dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Bahasa yang
digunakan sehari-hari adalah bahasa Palembang.
c. Religious: Keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai dengan
ajaran agama yang dianutnya yaitu Agama Islam
d. Economic: Status ekonomi keluarga ini terbilang cukup.
e. Educational: Tingkat pendidikan di keluarga. Tn. Zulkarnaen Musa adalah
tamatan SMA dan Ny. Siti Rokhoyah juga merupakan tamatan SMA, dan
Muhammad Alif masih berusai 1 tahun 1 bulan
f. Medical: Keluarga ini sudah mampu mendapat pelayanan kesehatan yang
memadai. Jika ada anggota keluarga yang sakit, mereka berobat ke
Puskesmas atau ke praktik dokter umum.
4.2.4 Fungsi Hubungan antarmanusia
Hubungan interaksi antar anggota keluarga sudah terjalin dengan baik.
4.2.5 Fungsi Keturunan (genogram)
Fungsi genogram dalam keadaaan baik (sudah dijelaskan diatas).
4.2.6 Fungsi Perilaku (Pengetahuan, sikap, dan tindakan)
Pengetahuan tentang kesehatan keluarga ini sudah cukup baik, sikap sadar
akan kesehatan dan beberapa tindakan yang mencerminkan pola hidup sehat sudah
cukup baik namun diperlukan konsistensi dalam menjalankan PHBS
4.2.7 Fungsi Non-perilaku (Lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan)

Lingkungan rumah tergolong tidak sehat karena selokan rumah yang tidak
mengalir lancar. Keluarga ini juga aktif memeriksakan diri ke tempat pelayanan
kesehatan. Jarak rumah dengan puskesmas/rumah sakit cukup dekat sekitar 1 km dari
Puskesmas Sematang Borang.
4.2.8 Fungsi Indoor

42
Gambaran lingkungan dalam rumah belum memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Dinding seluruh ruangan dirumah berbahan beton yang di cat dan dalam keadaan
bersih. Lantai rumah adalah semen. Pada ruang keluarga, lantai dilapisi dengan karpet
yang cukup tebal. Jumlah jendela dan ventilasi cukup, sirkulasi udara dan
pencahayaan cukup baik. Terdapat 2 kamar tidur dengan ventilasi, sirkulasi udara,
dan pencahayaan cukup baik. Pada dapur, tidak terdapat jendela dengan ventilasi,
sirkulasi udara, dan pencahayaan kurang baik. pada kamar tidur dan dapur lantai
hanya dilapisi semen.
Sumber air bersih belum memadai karena keluarga masih menggunakan air
ledeng. Jamban ada di dalam rumah. Pengelolaan feses melalui septik tank.
Pengelolaan sampah dan limbah sudah cukup baik karena keluarga membuang
sampah di bak pembuangan sampah di sekitar lingkungan tempat tinggal.
4.2.9 Fungsi Outdoor
Gambaran lingkungan luar rumah sudah cukup baik. Jarak rumah dengan
jalan raya tidak terlalu jauh, yaitu 30 meter. Tidak ada kebisingan disekitar rumah.
Tempat pembuangan umum tidak jauh dari lokasi rumah, 500 meter.

4.3 Upaya Pencegahan dan Pembinaan

Upaya pencegahan dan pembinaan yang saya ajukan selaku Pembina


kesehatan keluarga An. Alif dapat ditinjau dari diseased-oriented point of view, yaitu
dalam rangka tatalaksana penyakit An. Alif berupa diare. Saya membagi
penatalaksanaan menjadi dua bagian utama, yaitu penatalaksanaan non farmakologis
dan farmakologis. Pada penatalaksanaan non farmakologis, saya menekan pada
konsep komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). Penjelasan mengenai penyakit
yang diderita, penyebab penyakit, dan hal-hal yang dapat memperparah penyakit saya
berikan kepada pasien. Penjelasan bahwa diare disebabkan bakteri atau virus yang
menular melalui fekal-oral. Saya juga menjelaskan bahwa diare dapat menyebabkan
dehidrasi sehingga pasien sebaiknya banyak minum air putih, meminum oralit tiap
muntah atau BAB cair, dan juga zink tablet yang harus dihabiskan selama 10 hari.

43
Saya juga mengedukasi agar pasien memakan makanan yang bersih dan
membiasakan cuci tangan sebelum dan sesudah makan serta berprilaku hidup bersih
dan sehat, juga lanjutkan pemberian ASI dan MPASI.
Terapi Farmakologis yang saya ajukan adala pemberian zink dan juga oralit
untuk mencegah terjadinya dehidrasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Panduan Praktek Klinin (PPK) Divisi Gastrohepatologi.Departemen Kesehatan


Anak. RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang.2014
2. Pickering LK and Snyder JD. Gastroenteritis in Nelson Textbook of
Pediatric,17Edition. 2003. Hal 1272-1276
3. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Gastroenterologi. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.1998. hal
283-293.
4. Bannister B, Gillespie S, Jones J. Infection: microbiology and management. 3rd
ed. Massachusetts: Blackwell Publishing Ltd; 2006.
5. Fauci B, et al. Harissons principle of internal medicine. 17th ed. New York:
McGraw-Hill; 2008.
6. Alfa, Yasmar. 2010. Diare Akut Pada Anak. Bandung : SMF Ilmu Kesehatan
Anak FK UNPAD/RSHS.
7. Frye, Richard E. 2013. Diarrhea. Available at http://www.emedicine.com
diakses tanggal 24 Mei 2014.
8. Nguyen, David G. 2005. Pediatrics, Rotavirus. Available at
http://www.emedicine.com/ diakses tanggal 24 Mei 2014.
9. Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Pelaksanaan Pengendalian Penyakit
Diare. Jakarta: Depkes RI; 2011
10. Liu L, Oza S, Hogan D, Perin J, Rudan I, Lawn J.E, et al. Global, regional and
national cause of child mortality in 2000-2013, with projections to inform post
2015 priorities: an updated systematic analysis. World health organization;
2015.
11. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak,
Jilid I, Editor Husein Alatas dan Rusepno Hasan, BP FKUI, Jakarta, 1985 : 283
: 312.
12. Gastroenterologi Anak Praktis : Editor Suharyono, Aswitha Boediarso, EM.
Halimun, BP FKUI, Jakarta, 1988 : 51 69.
13. Depkes. 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit
Diare,Ditjen PPM & PLP, Jakarta.

44
14. Karyana IP, Metriani N, dan Sanjaya IG. Diare: Virus atau Bakteri.
Perhimpunan Gastroenterohepatologi dan Nutrisi Anak Indonesia.
15. Brown KH. Diarrhea and malnutrition. The J of Nutrition 2003; 133 (1): 3285-
325.
16. Gracey M. Diarrhea and malnutrition: A continuing pediatric challenge. Saudi J
Gastroenterol 1995;1:145-51.
17. Pudjiadi AH. 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
18. Minarto. 2011. Bagan Tatalaksana Gizi Buruk Buku I. Kementrian Kesehatan
RI Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Lampiran 1
Kondisi rumah

45
46
Lampiran 2
SKOR APGAR

0 : Jarang/tidak sama sekali


1 : Kadang-kadang
2 : Sering/selalu

Variabel APGAR APGAR APGAR


Penilaian Tn. Ny. Siti An.
Zulkarnaen Rokhiyah Muhammad
Musa Alif

Adaptation 2 2 1
Partnership 2 1 2
Growth 1 2 2
Affection 2 1 1
Resolve 1 2 2
Total 8 8 8

Interpretasi : 5 (Kurang), 6-7 (Cukup), dan 8-10 (Baik).


Rata-rata apgar score: 8 (Baik)

47
Lampiran 3

SKOR SCREEM
Variabel Penilaian Penilaian
Social Interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar baik.
Culture Keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang
cukup terhadap budaya, tata karma, dan perhatian
terhadap sopan santun.
Religious Keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai
dengan ajaran agama yang dianutnya yaitu Agama
Islam.
Economic Status ekonomi keluarga ini cukup
Educational Tingkat pendidikan di keluarga. Tn. Zulkarnaen Musa
adalah tamatan SMA dan Ny. Siti Rokhoyah juga
merupakan tamatan SMA, dan Muhammad Alif masih
berusai 1 tahun 1 bulan
Medical Keluarga ini sudah mampu mendapat pelayanan
kesehatan yang memadai. Jika ada anggota keluarga
yang sakit, mereka berobat ke Puskesmas atau ke
praktik dokter umum.

48

Anda mungkin juga menyukai