2015
Ketua Sekretaris
(Pdt. Totok Triadrianto S., S.Th) (Pdt. Alexius Tri Hariyanto, S.Pd., M.Div)
BAB IV PEDOMAN
A. Pengertian Pedoman ................................................ 12
B. Fungsi Pedoman ...................................................... 12
C. Pedoman – pedoman ................................................ 12
BAB V PENUTUP
A. Aturan Perubahan Tata Gereja ................................ 13
B. Pengesahan Tata Gereja .......................................... 13
PEDOMAN PEMENDETAAN
BAB I Kebaktian
A. Pengertian Kebaktian .............................................. 71
B. Jenis-Jenis Kebaktian .............................................. 71
C. Liturgi dan Buku Nyanyian .................................... 72
D. Pelaksanaan Kebaktian ........................................... 72
BAB II Pemberitaan Firman
A. Pemberitaan Firman ................................................ 73
B. Pembinaan Pelayan Pemberitaan Firman ................ 73
BAB III Katekisasi
A. Pengertian Katekisasi .............................................. 74
B. Katekisasi Baptis Anak ........................................... 74
C. Katekisasi Remaja ................................................... 74
D. Katekisasi Sidi ........................................................ 75
E. Katekisasi Baptis Dewasa ....................................... 75
F. Katekisasi Pernikahan ............................................. 75
BAB IV Sakramen
A. Pengertian Sakramen .............................................. 76
B. Sakramen Baptis ..................................................... 76
TATA GEREJA GKSBS [viii]
TATA GEREJA GKSBS [ ix ]
C. Sakramen Perjamuan .............................................. 78
BAB V Pengakuan Percaya (Sidi)
A. Pengertian Pengakuan Percaya ............................... 80
B. Ketentuan Pelayanan Pengakuan Percaya .............. 80
BAB VI Pertunangan, Peneguhan/Pemberkatan Nikah
A. Pengertian Pertunangan .......................................... 82
B. Peneguhan dan Pemberkatan Nikah ........................ 82
BAB VII Pelayanan
A. Pengertian Pelayanan .............................................. 85
B. Bentuk dan Tujuan Pelayanan ................................ 85
C. Pelaksanaan Pelayanan ........................................... 86
PEDOMAN DIAKONIA
BAB I Diakonia
A. Pengertian ............................................................... 93
B. Bentuk-bentuk Pelayanan Diakonia dan
Pengertiannya .......................................................... 93
C. Pelaksanaan Diakonia ............................................. 94
TATA GEREJA GKSBS [ix]
[x] TATA GEREJA GKSBS
BAB II Nilai-Nilai Dalam Pelayanan Diakonia ......................... 95
BAB III Alasan Dan Tujuan Pelayanan Diakonia
A. Alasan Melaksanakan Pelayanan Diakonia ............ 96
B. Tujuan Pelaksanaan Diakonia ................................. 96
C. Sasaran Pelayanan Diakonia ................................... 96
BAB IV Tahap-Tahap Pelayanan Diakonia
A. Pengamatan ............................................................. 97
B. Pemetaan Sosial ...................................................... 97
C. Refleksi Iman .......................................................... 97
D. Perencanaan Aksi .................................................... 98
E. Monitoring dan
Evaluasi Program Pelayanan Diakonia ................... 98
BAB V Penutup ......................................................................... 99
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Penjelasan Istilah ......................................................... 100
Lampiran 2 Risalah Eklesiologi Rumah Bersama
Lampiran 3 Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
(Kristen) Protestan ....................................................... 118
Lampiran 4 Pengakuan Iman Rasuli ................................................ 120
Lampiran 5 Pengakuan Nicea Konstantinopel ................................. 121
Lampiran 6 Pengakuan Iman Athanasius ........................................ 122
Lampiran 7 Penjelasan Logo GKSBS.............................................. 125
Lampiran 8 Hymne GKSBS ............................................................ 126
Lampiran 9 Mars GKSBS ................................................................ 127
A. Gereja
2. Pimpinan Gereja
a. Jemaat dipimpin oleh Majelis Pimpinan Jemaat (MPJ).
b. Klasis dipimpin oleh Majelis Pimpinan Klasis (MPK).
c. Sinode dipimpin oleh Majelis Pimpinan Sinode (MPS).
E. Pengakuan Iman
G. Liturgi
1. Liturgi
a. Liturgi adalah tindakan membangun spiritualitas dalam rangka
merayakan cinta kasih Allah di masa lampau yang dirasakan
kehadirannya pada masa kini dan diwujudkan dalam doa dan
karya.
b. Unsur-unsur liturgi ditetapkan dalam Musyawarah Majelis
Sinode GKSBS.
H. Pelayanan Pastoral
A. Jemaat
1. Pengertian Jemaat
Jemaat adalah wujud gereja di suatu wilayah dalam sinode GKSBS
untuk melaksanakan tugas panggilan Allah.
2. Nama Jemaat
Nama jemaat adalah GKSBS............ (nama desa, kecamatan, kota)
dan jika menggunakan nama lain diikuti nama daerah.
3. Anggota Jemaat
a. Anggota jemaat adalah orang-orang yang menerima tanda baptis
dan terdaftar dalam buku anggota Jemaat.
b. Anggota jemaat memiliki hak dan kewajiban untuk
mendapatkan pelayanan gereja dan ikut ambil bagian dalam
mewujudkan panggilan Allah.
B. Klasis
1. Pengertian Klasis
Klasis adalah wujud Gereja di suatu wilayah dalam Sinode GKSBS
untuk melaksanakan tugas panggilan Allah yang lebih luas.
2. Nama Klasis
Nama Klasis menggunakan nama GKSBS
Klasis......(Kecamatan/Kabupaten/kota/Provinsi)
3. Anggota Klasis
a. Anggota Klasis adalah seluruh Jemaat se klasis.
1. Pengertian Sinode
Sinode adalah wujud Gereja yang paling luas dalam rangka
melaksanakan tugas panggilan Allah.
2. Nama Sinode
Nama Sinode adalah Sinode Gereja Kristen Sumatera Bagian
Selatan (Sinode GKSBS).
3. Anggota Sinode
a. Anggota Sinode adalah seluruh Jemaat se sinode GKSBS.
b. Segenap Anggota Sinode bertanggungjawab untuk saling
membantu dalam menjalankan tugas panggilan Allah.
A. Pengertian Pedoman
B. Fungsi Pedoman
C. Pedoman-pedoman
BAB I
PENGERTIAN JABATAN PELAYANAN GEREJA
B. Masa Kependetaan
C. Proses Pemendetaan
D. Emeritus/Emerita
E. Penanggalan Jabatan
1. Pengertian
PTK adalah Pendeta yang ditugaskan untuk melayani bidang-
bidang pelayanan khusus, misalnya: pelayanan bidang
kepemimpinan, pendidikan, pembinaan, kesehatan, sosial,
ekonomi dan budaya.
2. Macam PTK
a. PTK utusan Jemaat diangkat untuk kepentingan perluasan
pelayanan Jemaat yang bersangkutan.
b. PTK utusan Klasis diangkat untuk kepentingan perluasan
pelayanan Klasis yang bersangkutan.
c. PTK utusan Sinode diangkat untuk kepentingan perluasan
pelayanan Sinode.
TATA GEREJA GKSBS [22]
[ 22 ] TATA GEREJA GKSBS
3. Peraturan
a. Pemanggilan dan penahbisan/peneguhan PTK Klasis/Sinode
dilakukan oleh MPJ Pengutus yang ditunjuk oleh MMK atau
MMS sesuai kewenangan masing-masing, dengan demikian,
status kependetaannya dikaitkan dalam Majelis Jemaat
tersebut, namun ia tidak dilibatkan secara penuh pada tugas-
tugas kemajelisan Jemaat tersebut.
b. Bila ia telah berkeluarga dan suami atau istrinya adalah
seorang pendeta yang melayani jemaat, status kependetaannya
tidak dapat dikaitkan pada jemaat yang dilayani oleh suami
atau istrinya.
c. Jemaat, Klasis atau Sinode bertanggungjawab atas biaya
hidup PTK sesuai peraturan Biaya Hidup Pendeta (BHP)
GKSBS yang berlaku.
d. PTK Jemaat dibiayai oleh Jemaat. PTK Klasis dibiayai oleh
Klasis melalui program Kebersamaan Klasis. PTK Sinode
dibiayai oleh Sinode melalui program kebersamaan Sinode.
e. Pada masa emeritasi, pendeta tersebut mendapat:
1) Manfaat pensiun dari dan sesuai dengan peraturan Dana
Pensiun (DP) yang ditunjuk GKSBS. Untuk mencapai
kelayakan hidup Pendeta emeritus/emerita, MPS
berkewajiban mengusahakan dana penyesuaian
penerimaan pensiun melalui program kebersamaan
kelayakan pensiun, dan memberikannya kepada Pendeta
Emeritus/emerita yang bersangkutan sesuai peraturan
yang ditetapkan Sinode.
2) Rumah yang menjadi hak-miliknya untuk tempat tinggal
Pendeta emeritus/emerita dan keluarganya yang diberikan
Jemaat, Klasis, Sinode atau Badan yang dilayaninya.
3) Bantuan biaya pengobatan dari Jemaat, Klasis, Sinode
atau Badan Tertentu yang dilayaninya.
B. Hak pejabat pelayan gereja ditentukan oleh MMJ, MMK dan MMS
sesuai dengan lingkup pelayanannya masing-masing.
BAB I
PROSES PEMANGGILAN PENDETA
D. Orientasi
Orientasi yaitu kegiatan Calon Pendeta dalam melakukan analisa
konteks jemaat dan masyarakat, meliputi: peta kekuatan, peluang,
kelemahan dan ancamaan. Lamanya orientasi adalah 4 (empat) bulan,
yang didampingi oleh Pendeta Jemaat atau Pendeta Konsulen.
E. Aplikasi
Aplikasi merupakan kegiatan penerapan dan penyesuaian teologi
dalam konteks GKSBS. Lamanya aplikasi adalah 4 (empat) bulan.
Aplikasi di laksanakan oleh Tim Aplikasi yang diangkat oleh MPS.
F. Pembimbingan
Pembimbingan merupakan kegiatan yang dijalani oleh Calon Pendeta
untuk meningkatkan kemampuan dasar kependetaan dalam
pelayanannya. Lamanya pembimbingan adalah 4 (empat) bulan.
Pembimbingan dilaksanakan oleh Tim Pembimbing yang diangkat
oleh MPS.
C. Lampiran Lamaran
1. Foto Copy KTP, KK, Akta Kelahiran, Surat Baptis dan Sidi.
2. Bagi yang sudah menikah, melampirkan foto copy surat nikah.
3. Pas Foto 4x6 dua lembar
4. Daftar Riwayat hidup
5. Foto copy ijazah pendidikan teologi.
6. Judul skripsi/tesis
7. Keterangan tidak berhalangan menerima sakramen dari majelis
jemaat tempat calon bergereja.
8. Berkas lamaran dimasukan dalam map.
B. Waktu Pelaksanaan
C. Proses Perkenalan
B. Waktu Pelaksanaan
C. Proses Orientasi
D. Evaluasi.
dan MPK
managerial managerial baik apabila
Calon Pendeta
memiliki potensi untuk:
1. menyampaikan
gagasan dan
mempengaruhi
orang lain
2. mengambil
keputusan dengan
benar, tepat dan
cepat.
3. mengelola karunia
yang dimiliki
(waktu, uang,
intelektual, tenaga,
relasi, teknologi
informatika, musik
dll.)
4. membuat
perencanaan
(analisa SWOT)
A. Pengertian
B. Materi Aplikasi
1. Ajaran GKSBS
a. Sebagai gereja reformasi, GKSBS menerima pengajaran
reformasi yang tercantum dalam Katekismus Heidelberg.
Untuk dapat menjawab kebutuhan saat ini, Calon Pendeta
harus mampu memahami dan menyikapi secara kritis
katekismus Heidelberg dalam kaitannya dengan konteks
GKSBS.
b. Calon Pendeta mampu memahami Pokok-Pokok Ajaran
GKSBS (PPAG) dan penerapannya di jemaat.
C. Waktu Aplikasi
D. Tim Aplikasi
E. Ujian Aplikasi
4. Penilaian
a. Penilaian dilakukan dalam Musyawarah Majelis Jemaat secara
tertutup.
b. Penilaian untuk setiap materi uji diberikan oleh masing-
masing tim aplikasi dan penguji aplikasi.
c. Sistim penilaian menggunakan angka dan kualitas, yaitu :
Dengan ketentuan :
1) Bila terjadi selisih nilai yang lebih besar dari 20 poin
untuk setiap mata uji dari penguji dan pembimbing
aplikasi maka akan dibicarakan dalam rapat tertutup
antara Majelis Jemaat, penguji, tim aplikasi, MPK dan
MPS.
Nilai
Jumlah
Nilai
Nilai Nilai
No Mata Uji
Penguji Tim Aplikasi Rata-rata Kualitatif
Ajaran
1 Gereja
GKSBS
Liturgi
GKSBS
2
dan
Khotbah
Tata
3 Gereja
GKSBS
Sejarah
4
GKSBS
Jumlah Nilai Rata-rata
Nilai Akhir
A. Pengertian
2. Calon Pendeta menjadi pribadi yang memiliki visi dan sadar akan
visinya (hidup di dalam visi tersebut).
C. Materi Pembimbingan
1. Spiritualitas
Spiritualitas adalah hidup yang berorientasi pada Roh kudus dan
mengacu pada peran dan fungsi pendeta sebagai hamba Allah
yang setia.
D. Waktu Pembimbingan
E. Tim Pembimbing
F. Ujian Pembimbingan
1. Tujuan
Tujuan ujian Calon Pendeta bukan semata-mata untuk menguji
intelektual calon melainkan untuk mengetahui kesiapan dan
kelayakan calon menjadi pendeta GKSBS.
3. Pelaksanaan Ujian
Ujian Calon Pendeta dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan
setelah pembimbingan selesai, dengan ketentuan:
a. Tim Pembimbing merekomendasikan kesiapan dan kelayakan
calon untuk diuji kepada MPS dan ditembuskan kepada MPJ
dan MPK.
b. Berdasarkan rekomendasi dari Tim Pembimbing, MPJ
bersama Tim Penguji dari Sinode dan MPK merencanakan
dan melaksanakan ujian Calon Pendeta.
c. Ujian Calon Pendeta dilaksanakan dalam Musyawarah
Majelis Jemaat dengan dihadiri oleh Tim Aplikasi,
Pembimbing, Penguji, MPK dan MPS. Jika dipandang perlu
MPJ dapat mengundang Majelis Jemaat dalam klasisnya
untuk menyaksikan dan memberi saran-saran.
d. Calon membuat resume paper untuk dibagikan pada setiap
penguji dan peserta Musyawarah Majelis Jemaat.
e. Penguji dari Majelis Jemaat dan Penguji dari Tim Sinode
GKSBS melaksanakan ujian peremtoar terhadap Calon
Pendeta.
5. Penilaian
a. Penilaian dilakukan dalam Musyawarah Majelis Jemaat secara
tertutup.
Dengan ketentuan :
1) Bila terjadi selisih nilai yang besar 20 poin untuk setiap
mata uji dari Majelis Jemaat, penguji dan Pembimbing
maka akan dibicarakan dalam rapat tertutup antara Majelis
Jemaat, MPJ, Penguji, pembimbing, MPK dan MPS.
Rata- Kuali
N0
Mata Uji
Nilai
Pembim
MJ Penguji rata tatif
bing
1 Spiritualitas
Pembangunan
2
Jemaat
Kesaksian dan
3
Pelayanan
Managemen
4 dan
Kepemimpinan
Jumlah nilai rata-rata
Nilai akhir
A. Pembiayaan
B. Ketetapan Lain
C. Buku Wajib
BAB I
JEMAAT – KLASIS - SINODE
A. JEMAAT
1. Anggota Jemaat
a. Anggota Jemaat adalah orang-orang yang menyambut panggilan
keselamatan Allah yang ditandai dengan baptisan.
b. Anggota Jemaat terdiri dari orang-orang yang tidak berjabatan
dan yang berjabatan pelayanan gereja yaitu Diaken, Penatua,
dan Pendeta di Jemaat tersebut.
c. Anggota Jemaat yang berjabatan pelayanan gereja di suatu
jemaat sekurang-kurangnya ada 7 (tujuh) orang.
d. Peneguhan dan pelepasan jabatan pelayanan gereja dilaksanakan
dalam kebaktian jemaat.
5. Simpatisan
Simpatisan adalah orang yang mempunyai keinginan untuk
menjadi anggota jemaat dan atas kemauannya sendiri mengikuti
kebaktian di GKSBS.
8. Tugas MJ
a. Menjaga arah menggereja secara partisipatif sesuai dengan misi
bersama GKSBS.
TATA GEREJA GKSBS [56]
[ 56 ] TATA GEREJA GKSBS
b. Berpartisipasi dalam tugas-tugas Klasikal dan Sinodal.
c. Menetapkan calon Pendeta, Penatua dan Diaken dalam MMJ.
a. Ketentuan MMJ
1) MMJ diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
2) MMJ dilaksanakan dengan menggunakan Tata Tertib yang
berlaku.
3) MMJ dipimpin oleh 2 (dua) orang pimpinan musyawarah
yang dipilih dari antara anggota MJ secara mufakat.
4) Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah MMJ, Pimpinan
Musyawarah harus sudah menyelesaikan pembuatan Akta
MMJ.
TATA GEREJA GKSBS [58]
[ 58 ] TATA GEREJA GKSBS
5) MMJ dihadiri oleh seluruh anggota Majelis Jemaat, MPJ,
dan Pelawat dari MPK dalam klasisnya serta undangan atas
persetujuan MMJ dan Badan yang diangkat oleh MMJ.
6) Kehadiran peserta diluar anggota Majelis Jemaat, MPJ dan
Badan yang diangkat oleh MMJ, diputuskan sebagai peserta
oleh MMJ.
7) MMJ memberi wewenang kepada MPJ untuk mengundang
peserta MMJ dan mitra MPJ.
b. Agenda MMJ
1) Mengangkat dan memberhentikan Jabatan Pelayanan Gereja
yaitu Diaken, Penatua dan Pendeta dengan menggunakan
Pedoman Jabatan Pelayanan Gereja.
2) Mengangkat dan memberhentikan MPJ dan Badan yang
diangkat oleh MMJ.
3) Menerima dan mengevaluasi laporan pertanggungjawaban
MPJ dan Badan yang diangkat oleh MMJ.
4) Menetapkan Pokok-Pokok Program Jemaat sinergis dengan
Pokok-Pokok Haluan Program (PPHP) Sinode GKSBS.
5) Menetapkan RAPB Jemaat.
c. Materi MMJ
Materi MMJ berasal dari MPJ berupa laporan
pertanggungjawaban dan draft pokok-pokok program Jemaat,
dan informasi pelawat dari MPK.
B. KLASIS
1. Anggota Klasis
Anggota Klasis adalah seluruh Jemaat se klasis.
4. Tugas MPK
a. Melaksanakan program pembangunan Klasis yang mengacu
pada Pokok-pokok Haluan Program Sinode.
b. Berpartisipasi dalam tugas-tugas Sinodal.
c. Menyelenggarakan rapat-rapat MPK.
d. Melaksanakan Pelayanan Pastoral untuk pemberdayaan anggota
Klasis.
e. Mengelola sumber daya yang ada dalam Klasis.
f. Melaksanakan pelawatan ke Jemaat-jemaat untuk membangun
kehidupan pertumbuhan jemaat
g. Menetapkan pendeta konsulen untuk Jemaat setelah
berkoordinasi dengan MPJ.
h. Jika dipandang sangat perlu dapat menetapkan Pendeta Tugas
Khusus (PTK) untuk melakukan tugas khusus di klasis.
TATA GEREJA GKSBS [62]
[ 62 ] TATA GEREJA GKSBS
5. Pertanggungjawaban MPK
a. MPK membuat laporan pertanggungjawaban kepada MMK.
b. Tahun anggaran Klasis mulai 1 Januari sampai dengan tanggal
31 Desember pada tahun yang sama.
c. Pertanggungjawaban MPK meliputi:
1) Keberadaan Klasis
2) Pelaksanaan program kerja dan evaluasinya, berikut laporan
keuangan serta harta milik Klasis.
3) Laporan pelaksanaan tugas yang dimandatkan oleh MMK.
4) Kebijakan terhadap masalah-masalah mendesak.
a. Ketentuan MMK.
1) MMK diadakan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali.
2) MMK dipimpin oleh 3 (tiga) orang pemimpin musyawarah
yang berasal dari antara anggota MJ penghimpun MMK. Jika
sangat diperlukan, MJ penghimpun dapat menunjuk utusan
dari Jemaat lain untuk membantu memimpin MMK.
b. Agenda MMK.
1) Menetapkan arah pembangunan Klasis yang sesuai dengan
misi bersama GKSBS.
2) Mengangkat dan memberhentikan MPK dan Badan yang
diangkat oleh MMK.
3) Menerima dan mengevaluasi Laporan Pertanggungjawaban
MPK dan dan Badan yang diangkat oleh MMK.
4) Menetapkan Pokok-Pokok Program Klasis sinergis dengan
PPHP Sinode GKSBS.
5) Menetapkan RAPB Klasis.
6) Menentukan Jemaat penghimpun MMK.
7) Menerima dan menetapkan jemaat baru.
8) Menetapkan utusan klasis untuk menghadiri Musyawarah
Majelis Sinode (MMS).
c. Materi MMK.
Materi MMK berasal dari MPK berupa laporan
pertanggungjawaban dan hasil pelawatan ke jemaat-jemaat,
TATA GEREJA GKSBS [64]
[ 64 ] TATA GEREJA GKSBS
laporan pertanggungjawaban badan yang diangkat MMK,
informasi dari pelawatan MPS dan undangan.
5. Pertanggungjawaban MPS
a. MPS membuat laporan pertanggungjawaban kepada MMS.
b. Tahun anggaran Sinode mulai 1 Januari sampai dengan tanggal
31 Desember pada tahun yang sama.
c. Pertanggungjawaban MPS meliputi:
1) Keberadaan Sinode
2) Pelaksanaan program kerja dan evaluasinya, berikut laporan
keuangan serta harta milik Sinode.
3) Laporan pelaksanaan mandat MMS.
4) Membuat draft Pokok-pokok Program Sinode yang
merupakan rumusan dari hasil pelawatan ke Klasis-klasis.
5) Kebijakan terhadap masalah-masalah mendesak.
a. Ketentuan MMS.
1) MMS diadakan sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sekali.
2) MMS dipimpin oleh 4 (empat) orang pemimpin musyawarah
yang berasal dari antara anggota MK penghimpun MMS. Jika
sangat diperlukan, MK penghimpun dapat menunjuk utusan
dari klasis lain untuk membantu memimpin MMS.
3) Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah MMS, pemimpin
Musyawarah harus sudah menyelesaikan pembuatan Akta
MMS.
4) MMS pada dasarnya dihadiri oleh utusan Klasis se Sinode
GKSBS, MPS dan Badan yang diangkat oleh MMS.
5) Dengan pertimbangan komposisi, maka utusan MMS adalah
Penatua, Diaken dan Pendeta dari Jemaat se Sinode yang
jumlahnya diputuskan dalam MMK.
6) Kehadiran peserta diluar utusan klasis se sinode GKSBS,
MPS dan Badan yang diangkat oleh MMS diputuskan
sebagai peserta oleh MMS.
7) MMS memberi wewenang kepada Klasis Penghimpun untuk
mengundang peserta MMS.
8) MMS memberi wewenang kepada MPS untuk mengundang
Mitra GKSBS.
b. Agenda MMS.
1) Mengangkat dan memberhentikan MPS dan Badan yang
diangkat oleh MMS.
TATA GEREJA GKSBS [68]
[ 68 ] TATA GEREJA GKSBS
2) Menerima dan mengevaluasi laporan pertanggungjawaban
MPS dan Badan yang diangkat oleh MMS.
3) Menetapkan Pokok-Pokok Haluan Program Sinode.
4) Menetapkan RAPB Sinode.
5) Mengesahkan Pokok-pokok Ajaran GKSBS, Tata Gereja
GKSBS, dan Liturgi GKSBS.
6) Menentukan Klasis Penghimpun MMS.
7) Menetapkan Klasis baru.
c. Materi MMS.
Materi MMS berasal dari MPS, Klasis-klasis dan Badan yang
diangkat oleh MMS serta pihak lain yang kehadirannya diterima
oleh MMS.
BAB I
KEBAKTIAN
A. Pengertian Kebaktian
B. Jenis-Jenis Kebaktian
1. Kebaktian Minggu
2. Kebaktian pada hari-hari raya gerejawi, yaitu :
a. Kebaktian pada hari raya Natal
b. Kebaktian pada hari raya Jumat Agung
c. Kebaktian pada hari raya Paskah
d. Kebaktian pada hari raya Kenaikan Tuhan Yesus ke sorga
e. Kebaktian pada hari raya Pentakosta
3. Kebaktian-kebaktian khusus, yaitu :
a. Kebaktian pada malam akhir tahun
b. Kebaktian tahun baru
c. Kebaktian pendewasaan Jemaat
d. Kebaktian penerimaan Jemaat yang menggabungkan diri
e. Kebaktian penahbisan Pelayan Jemaat
f. Kebaktian emeritasi Pendeta
g. Kebaktian Ekumene
h. Kebaktian Pemberkatan Nikah
i. Kebaktian Pemakaman
j. Kebaktian keluarga
k. Kebaktian pada hari-hari raya nasional.
TATA GEREJA GKSBS [71]
TATA GEREJA GKSBS [ 71 ]
l. Kebaktian-kebaktian lain yang ditetapkan oleh Musyawarah
Majelis Sinode.
D. Pelaksanaan Kebaktian
A. Pemberitaan Firman
A. Pengertian Katekisasi
C. Katekisasi Remaja
F. Katekisasi Pernikahan
A. Pengertian Sakramen
B. Sakramen Baptis
C. Sakramen Perjamuan
A. Pengertian Pertunangan
A. Pengertian Pelayanan
1. Pelayanan pastoral
Pelayanan ini bertujuan agar anggota jemaat merasa diperhatikan,
didengarkan, diyakinkan kemampuannya, sehingga mampu
menerima dan merayakan pemeliharaan Allah.
2. Pelayanan kesehatan
Pelayanan ini bertujuan agar anggota jemaat mempunyai
kemampuan cara hidup sehat dan dapat mengakses sarana
pendukung kesehatan yang tersedia.
3. Pelayanan pendidikan
Pelayanan pendidikan bertujuan agar anggota jemaat sadar belajar
dan mudah mengakses pendidikan yang tersedia sehingga
mempunyai kecakapan hidup bersama yang lebih sejahtera dalam
rumah bersama.
4. Pelayanan sosial ekonomi
Pelayanan sosial ekonomi bertujuan agar keluarga cakap
mengelola ekonomi rumah tangganya dan mampu mengakses
sumberdaya ekonomi yang ada di sekitarnya sehingga bisa
berbagi hidup dengan yang lain.
5. Gerakan solidaritas
Gerakan solidaritas bertujuan agar keluarga-keluarga memiliki
kesiap-siagaan terhadap musibah atau pun bencana, dan kompak
bergerak melakukan aksi pengurangan resiko bencana.
BAB I
PENGERTIAN PELAYANAN PENDAMPINGAN PASTORAL
A. Perkunjungan
B. Konseling
C. Mediasi
D. Pendampingan Hukum
B. Menghargai
C. Tidak Menghakimi
A. Pembukaan
B. Mengumpulkan Informasi
C. Identifikasi
D. Perencanaan
1. Merencanakan apa/siapa/dimana/kapan/bagaimana/seberapa
banyak/seberapa lama
2. Apakah kita akan menangani sendiri atau menyerahkan pada
orang lain
3. Apa yang dapat kita tangani
4. Memilih model dan tehnik yang akan kita pakai
5. Perencanaan meliputi:
a. Rencana menyembuhkan/memulihkan
TATA GEREJA GKSBS [91]
TATA GEREJA GKSBS [ 91 ]
b. Rencana menopang/meneguhkan
c. Rencana memperbaiki hubungan
d. Rencana membimbing
e. Rencana memberdayakan
E. Tindakan
F. Evaluasi
BAB I
DIAKONIA
A. Pengertian
1. Diakonia karitatif
Diakonia karitatif merupakan bentuk diakonia yang orientasinya
untuk menjawab atau memenuhi kebutuhan sesaat dari penerima
program. Diakonia karitatif dilakukan dengan cara memberikan
bantuan materi secara langsung kepada orang-orang yang
membutuhkan pada saat itu, misalnya makan, minuman, pakaian
dan tempat tinggal.
2. Diakonia reformatif
Diakonia reformatif merupakan bentuk diakonia yang
orientasinya untuk meningkatkan kapasitas teknis dari penerima
program agar penerima program dapat menolong dirinya sendiri.
Diakonia reformatif dilakukan dengan cara memberikan modal
materi, ketrampilan baik kepada individu maupun kelompok
untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai cara untuk memenuhi
kebutuhannya.
C. Keadilan Gender
E. Menguatkan Organisasi
H. Sensitif Ethnis
I. Akuntabilitas
J. Perbaikan Ekologi
K. Spiritualitas
A. Pengamatan
Tahap awal ini merupakan proses awal untuk melihat apa yang
sedang terjadi dan memetakan isu-isu sosial yang ada.
B. Pemetaan Sosial
Pemetaan sosial ini merupakan proses untuk melihat realita sosial dan
mencari penyebab dan akibat dari isu tersebut.
C. Refleksi Iman
D. Perencanaan Aksi
PENJELASAN ISTILAH
1. Asketisisme
Paham tentang sikap hidup sederhana, jujur dan rela berkorban.
2. Diakonia transformatif
Diakonia transformatif adalah pelayanan kasih (dipahami sebagai
salah satu sisi Tri Tugas Gereja) yang mengakibatkan terjadinya
perubahan yang makin baik pada pihak yang dilayani.
3. Eklesiologi
Eklesiologi dari bahasa Yunani , ekklesia: gereja; dan
, logos: perkataan, firman, atau ilmu, merupakan salah satu
sub-disiplin ilmu teologi yang membahas mengenai hakikat dan
fungsi gereja, berkaitan dengan identitas dan misi gereja di dalam
dunia.
4. Ekumene
Kata “Oikoumene” (bhs. Yunani) berasal dari kata “oikos” (dunia)
dan “menein” (mendiami, tinggal). “Oikoumene” berarti dunia yang
didiami oleh manusia ( Lukas 2:1). Dalam perkembangan
penggunaannya kata “oikoumene” lebih dimaknai sebagai upaya
atau tindakan yang mewujudkan kesatuan Gereja.
5. Emeritus
Emeritus adalah sebutan bagi pendeta yang sudah menyelesaikan
masa pelayanannya (pensiun), atau purnatugas, tetapi tetap
menyandang jabatan kependetaannya.
6. Gender
Perbedaan kedudukan dan peran antara laki-laki & perempuan
berasal dari bentukan (pandangan umum) masyarakat. Perbedaan
gender bukan kodrat.
TATA GEREJA GKSBS [100]
[ 100 ] TATA GEREJA GKSBS
7. Integritas
Keutuhan sikap hidup dan watak atau kepribadian yang baik,
meliputi kejujuran serta tanggungjawab.
8. Liturgi
Liturgi berasal dari bahasa Yunani Liturgein yang berarti tata cara
ibadat. Liturgi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah ibadat umum dan resmi gereja yang merupakan cara
penyembahan kepada Allah. Liturgi sebagai sarana membangun
spiritual. Liturgi Minggu GKSBS memberikan pemaknaan tidak
hanya berpusat pada pelayanan firman tetapi juga pada perjamuan
kudus. Peringatan (anamnesis) merupakan fakta yang sentral dalam
liturgi. Layaknya gereja reformasi, maka struktur dasar liturgi
memuat “Pemberitaan Firman” dan ”Perjamuan Kudus”. Dalam
liturgi terjadi perayaan keselamatan.
9. Majelis Pimpinan
GKSBS mengakui bahwa pemimpin gereja adalah Tuhan Yesus
Kristus. Kepemimpinan Tuhan Yesus Kristus tersebut dilaksanakan
secara kolektif oleh para pemangku jabatan pelayanan gereja, yaitu
Penatua, Pendeta dan Diaken. Kepemimpinan yang dilakukan secara
bersama-sama itu disebut Majelis. Pimpinan di Jemaat disebut
Majeli Pimpinan Jemaat (MPJ), di Klais disebut Majelis Pimpinan
Klasis (MPK) dan di Sinode disebut Majelis Pimpinan Sinode
(MPS). Dalam organisasi, Majelis Pimpinan melakukan fungsi
managerial program.
10. Misi
Misi adalah tugas panggilan berdasarkan keyakinan iman yang harus
dilaksanakan.
11. Musyawarah
Musyawarah adalah pertemuan untuk mencari kata sepakat
mengenai suatu persoalan. Kata “musyawarah” terasa semangat
kekeluargaan dan dalam pengambilan keputusan mengutamakan
TATA GEREJA GKSBS [101]
TATA GEREJA GKSBS [ 101 ]
mufakat. Dalam Rumah Bersama terdapat suasana musyawarah
untuk mufakat. Karena itu dalam musyawarah hendaknya setiap
keputusan diambil dengan cara mufakat, bukan dengan cara voting.
Voting membawa orang pada pengelompokan-pengelompokan, sarat
dengan memperjuangkan kepentingan, bahkan dapat menimbulkan
perpecahan. Jika voting menyangkut orang dampak psikologisnya
kurang baik.
13. Pastoral
Pastoral berasal dari kata “pastor” (Yun. : gembala); erat kaitannya
dengan kata “pasture” yang berarti padang rumput. Pastoral adalah
tindakan pelayanan gerejawi yang bersifat menggembalakan,
membimbing. Pelayanan Pastoral yang dilakukan GKSBS
merupakan tindakan untuk penguatan persekutuan dalam gereja.
14. Penahbisan
Penahbisan adalah upacara atau tindakan simbolis yang bermakna
menguduskan; antara lain dalam hal pelantikan pejabat pelayan
gereja.
15. Pengumuman
Maksud pengumuman tiga hari minggu berturut-turut supaya
anggota Jemaat dapat mendoakan dan merupakan hak anggota
Jemaat untuk memberikan tanggapan terhadap hal yang diwartakan.
16. Praksis
Segala sesuatu yang berkenaan dengan kehidupam dan aktifitas
sehari-hari.
18. Proporsional
Sesuai porsi atau ukuran.
21. Sakramen
Kata “sakramen” berasal dari kata “sacre” (bhs. Latin) yang berarti
khusus, disendirikan, dikhususkan (bhs. Jawa: disengker) untuk
tujuan tertentu. Sakramen adalah tindakan gerejawi berdasarkan
penetapan oleh Kristus yang dijadikan tanda dan meterai bagi karya
pengorbanan Tuhan Yesus Kristus (kesengsaraan, kematian dan
kebangkitanNya). Sakramen merupakan tanda dan meterai (bersifat
meneguhkan) yang bisa dilihat dan dirasakan secara inderawi.
TATA GEREJA GKSBS [103]
TATA GEREJA GKSBS [ 103 ]
Gereja mengakui dua sakramen, yakni baptis (permandian) dan
perjamuan (makan bersama).
22. Sidi
Kata “sidi” berasal dari kata “confesio dei”, disingkat “cd” berarti
pengakuan terhadap Allah. Di dalam kehidupan Gereja upacara Sidi
(mengaku percaya) dimaknai sebagai tindakan pengakuan atau
pernyataan anggota gereja yang menegaskan pengakuan imannya
kepada Kristus.
23. Stola
Stola yaitu semacam selendang dengan warna khusus, yang dipakai
oleh pelayan ibadah, sebagai kelengkapan pakaian liturgis.
A. Pendahuluan
1
Eklesiologi (dari bahasa Yunani ,ekklesia: gereja; dan
, logos:
perkataan, firman, atau ilmu) merupakan salah satu sub-disiplin ilmu teologi yang
membahas mengenai hakikat dan fungsi gereja, berkaitan dengan identitas dan misi
gereja di dalam dunia.
TATA GEREJA GKSBS [106]
[ 106 ] TATA GEREJA GKSBS
1. Peta Konteks Sumatra Bagian Selatan
Salah satu contoh dalam Alkitab yang bisa kita pelajari dalam
rangka mencari dan menemukan nilai-nilai adalah cara hidup
jemaat mula-mula. Cara hidup Jemaat mula-mula di Antiokhia
nampak dalam kebersamaannya, baik kebersamaan dalam hal
menekuni pengajaran para rasul maupun dalam hal kepekaan
terhadap sesamanya yang kekurangan. Kekurangan secara
ekonomi bukanlah penghalang untuk hidup dalam kebersamaan.
Dengan sukarela mereka mengumpulkan dana untuk membantu
saudar-saudaranya yang sedang kesusahan (2 Korintus 8:1-15).
Ada rasa kepemilikan bersama (Kisah Para Rasul 2:41-47; 4:32-
37). Gereja mula-mula adalah buah dari karya keselamatan Yesus
TATA GEREJA GKSBS [107]
TATA GEREJA GKSBS [ 107 ]
Kristus yang bangkit dari kematian di kayu salib. Yesus
memberikan kuasa kepada Rasul-rasul untuk bersaksi ketika Roh
Kudus turun atas mereka. Atas kuasa Roh Kudus itulah maka
terbentuk jemaat mula-mula di Antiokhia. Kemudian jemaat yang
baru terbentuk itu dalam mencari dan menemukan identitasnya
mereka berpedoman pada ajaran-ajaran Yesus dengan
mendengarkan saran dari Rasul-rasul dan juga mereka
memanfaatkan budaya setempat dimana mereka hidup. Dengan
cara tersebut mereka menjadi jemaat yang kontekstual.
2
lihat buku “Menyingkap Kekuatan Rumah Bersama GKSBS” yang merupakan
proram MPS 2007-2010, halaman 3-4.
TATA GEREJA GKSBS [108]
[ 108 ] TATA GEREJA GKSBS
3. Identitas Sebagai Sumber Eklesiologi GKSBS yang
Kontekstual
3
Lihat buku putih GKSBS, Metro 1987.
TATA GEREJA GKSBS [109]
TATA GEREJA GKSBS [ 109 ]
adalah multi kultur?” Itulah pergumulan-pergumulan yang
dialami GKSBS pada awal kemandiriannya, sehingga untuk
sementara GKSBS masih menggunakan Tata Gereja GKJ
sebelum memiliki Tata Gerejanya sendiri yang kontekstual.
D. Rumah Bersama
4
Notula Seminar tentang “Sumbagsel sebagai Rumah Bersama” Tanggal 24 Agustus
2005 di Bengkulu. Dalam kehidupan yang terjadi dimasyarakat terkadang terjadi
konflik antara penduduk asli dan pendatang, pemicunya adalah adanya kecemburuan
sosial (bukan karena aturan adat). Untuk mengurangi kecemburuan itu sebagai
pendatang yang sudah berbaur dengan penduduk asli dianjurkan untuk tidak
menunjukkan kemewahan yang berlebihan.
TATA GEREJA GKSBS [112]
[ 112 ] TATA GEREJA GKSBS
eklesiologinya sendiri. Jadi jika sebuah gereja bermaksud
menyusun tata gerejanya, ia terlebih dahulu merumuskan
eklesiologinya yang kontekstual5.
Sebagai tindak lanjut dari hasil konven pendeta, maka pada bulan
Pebruari 2012 MPS GKSBS membentuk Panitia Materi Sidang X
Kontrakta Sinode GKSBS untuk menyusun draft Amandemen
Tata Gereja GKSBS. Tim berusaha mengumpulkan dan
mempelajari bahan-bahan yang berkaitan dengan gagasan tentang
Rumah Bersama. Sumbagsel sebagai Rumah Bersama merupakan
konteks sosial semakin digali latar belakangnya. Ternyata
“kebersamaan” menjadi kebutuhan untuk GKSBS dalam
keberadaanya di Sumbagsel. Dalam ruang inilah GKSBS sadar
bahwa kehadirannya di bumi Sumbagsel untuk menghadirkan
5
Lihat makalah yang disampaikan oleh Pdt. Andreas Untung Wiyono dan Pdt. Lazarus
H. Purwanto, Th.D. dalam acara konven pendeta tahun 2012.
6
Proseding konven pendeta, Januari 2012 Metro.
TATA GEREJA GKSBS [113]
TATA GEREJA GKSBS [ 113 ]
damai sejahtera, memandang penting untuk membangun
pemahaman dan penghayatan bahwa Sumbagsel sebagai Rumah
Bersama dimana setiap orang merasakan suasana persaudaraan
yang tulus, saling menghargai, saling berbagi dan menerima.
8
Sambutan MPS GKSBS yang disampaikan oleh Pdt. Christya Prihanto Poetro,
sekretaris MPS GKSBS periode 2010-2015. Pada tanggal 24 Mei 2012 di Metro
Lampung.
TATA GEREJA GKSBS [115]
TATA GEREJA GKSBS [ 115 ]
pengalaman beriman orang-orang Kristen transmigrasi hingga
menemukan nilai-nilai berharga dari konteks tersebut yaitu nilai
kebersamaan untuk saling berbagi, saling menerima dan saling
menghargai keberagaman (multi kultur).
E. Penutup
DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT (KRISTEN) PROTESTAN
M E M U T U S KA N
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 14 Oktober 1987.
DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT (KRISTEN) PROTESTAN
cap dto.
Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal, yang
lahir dari Sang Bapa yang sejati dari Allah yang sejati, diperanakkan,
bukan dibuat, sehakekat dengan Sang Bapa, yang dengan perantaraanNya
segala sesuatu dibuat, yang telah turun dari sorga untuk kita manusia dan
untuk keselamatan kita, dan yang menjadi daging, oleh Roh Kudus, dari
anak dara Maria, dan menjadi manusia, yang disalibkan bagi kita di
bawah pemerintahan Pontius Pilatus, menderita, dan dikuburkan; yang
bangkit pada hari ketiga, sesuai dengan isi Kitab-kitab, dan naik ke sorga;
yang duduk di sebelah kanan Sang Bapa, dan akan datang kembali
dengan kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati,
yang kerajaanlslya takkan berakhir.
Aku percaya kepada Roh Kudus, yang jadi Tuhan dan menghidupkan,
yang keluar dari Sang Bapa dan Sang Anak, yang bersama-sama dengan
Sang Bapa dan Sang Anak disembah dan dimuliakan, yang telah
berfirman dengan perantaraan para nabi,
Aku percaya satu Gereja yang kudus, yang am dan rasuli, Aku mengaku
satu baptisan untuk pengampunan dosa, Aku menantikan kebangkitan
orang mati, dan kehidupan di zaman yang akan datang. Amin.
Dalam ketringgulan ini tidak ada yang lebih dahulu, atau yang lebih
kemudian; tidak ada yang lebih tinggi, atau yang lebih rendah; sebab
fcatiga kepribadian ini adalah esa dalam kekekatan-Nya dan sama dalam
kedudukan-Nya. Maka (oleh sebab itu) barang siapa ingin diselamatkan
(ia) haruslah menerima pengakuan mengenai Allah tritunggal ini. Dan
(ia) haruslah pula percaya akan kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus
sebagai manusia ke dalam dunia ini, sesuai dengan ajaran yang benar,
menurut kepercayaan yang benar -yang kita akui dan miliki - kita percaya
dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus Anak Allah, adalah Allah
dan manusia, sebagai Allah, hakikatNya sama dengan Allah Bapa, Dia
diperanakkan sebelum dunia dijadikan, sebagai manusia hakikatNya
sama dengan ibu-Nya (yaitu Maria), Dia dilahirkan di dalam dunia; la
adalah Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna dengan akal
budi dan tubuh manusia - dalam satu kepribadian. la sama derajadnya
dengan Allah Bapa dalam ke-Allah-an-Nya, tetapi lebih rendah dari
Bapa-Nya di dalam kemanusian-Nya.Walaupun la adalah Allah dan
Manusia, (tetapi) la bukan dua kepribadian, melainkan satu Kristus. la
adalah satu (bukan) dengan perubahan ke-Allah-an-Nya menjadi
Manusia tetapi dengan perubahan kemanusiaan-Nya dipersatukan dengan
ke-Allah-an-Nya. la adalah esa bukan dengan mencampur-baurkan
hakikat-hakikatNya, tetapi dalam satu kesatuan di dalam satu
kepribadian. Sebagaimana seseorang berakal budi dan bertumbuh yang
merupakan satu kesatuan demikianláh pula Kristus yang satu (itu) adalah
Allah dan Manusia. Kristus menderita demi keselamatan kita; la turun ke
neraka, lalu pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati, naik ke
sorga dan duduk di sebelah kanan Bapa Allah yang mahakuasa, dan dari
sana akan datang (kembali) untuk menghakimi orang yang hidup dan
yang mati. la akan datang kembali dan pada waktu itu umat manusia akan
bangkit dalam tubuhnya masing-masing untuk memberikan
pertanggungjawaban atas perbuatannya. Barangsiapa yang berbuat baik,
(ia) akan masuk hidup yang kekal; (dan) barangsiapa yang berbuat jahat,
(ia) akan masuk api yang kekal. Inilah (azas) kepercayaan Gereja yang
TATA GEREJA GKSBS [123]
TATA GEREJA GKSBS [ 123 ]
am itu, yang hams diterima dan diakui dengan sungguh-sungguh oleh
anak-anak manusia yang ingin diselamatkan.
Kemuliaan bagi Bapa, Anak dan Roh Kudus, seperti pada permulaan,
sekarang ini dan selama-lamanya. Amin.
HYMNE GKSBS
Tebarkan kasih
1 = E / F; 4/4 (65-70)
Khidmat / Agung Arr.
Lagu Cip : A. Nindyo Subroto, S.Pd
Grazioso Lyric : Pdt. Dwi Djanarto, S.Th
Cara bernyanyi:
1. Baris 1-4: Solis
2. Pada Reff dinyanyikan choir
3. Interlude
4. Masuk Paduan Suara (4 suara)
MARS GKSBS
1 = D; 4/4
Con Spirito
Arr. Lagu Cip : A. Nindyo Subroto, S.Pd
Lyric : Pdt. Dwi Djanarto, S.Th