Perspektif Globalisme
Perspektif Globalisme
PERSPEKTIF GLOBALISME
1
Marxisme ilmiah.1 Analisis dan diskusi Marx mengenai kapitalisme telah
mempengaruhi para globalis dalam tiga aspek.2 Pertama, adanya eksploitasi oleh
kaum borjuis terhadap seluruh kaum proletar. Kedua, pola sejarah yang dapat
dilihat dari perkembangan dan ekspansi kapitalis. Ketiga, pentingnya memahami
masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya sebagian saja.
Analisis dari Marx ini kemudian ditambahkan oleh John A. Hobson (1858-
1940), seorang non-marxist ahli ekonomi Inggris. Hobson mengatakan bahwa
masyarakat kapitalis menghadapi tiga masalah dasar yang saling berkaitan, yaitu
produksi berlebih, kelas buruh mengalami kekurangan konsumsi, sedangkan kelas
kapitalis memiliki kekayaan yang berlebih. Solusinya bagi kapitalis adalah
menciptakan Dunia Ketiga yang dihasilkan melalui imperialisme. Hobson
berpendapat bahwa sebenarnya imperialisme hanya mengutungkan beberapa
kelompok saja, seperti industrialis, pemilik modal, dan individu-individu yang
bekerja di kerajaan kolonial yang memperoleh keuntungan.3
1
Steans, Jill dan Lloyd Pettiford. 2009. Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 151
2
Viotti, Paul R. dan Mark V. Kauppi. 1987. International Relations Theory: Realism, Pluralism,
Globalism and Beyond. USA: Macmillan Publishing Company. Hal 343.
3
Ibid
4
Ibid
2
secara sejarah dalam memahami sistem internasional. Ketiga, globalis
berpendapat bahwa mekanisme dominasi hadir untuk menghalangi Dunia Ketiga
berkembang dan akhirnya menghasilkan perkembangan yang tidak adil. Keempat,
globalis berpendapat bahwa faktor-faktor ekonomi sangatlah penting dalam
menjelaskan suatu perkembangan.
Tabel 1.1
Globalisme
Unit Analisis Kelas-kelas, negara, masyarakat, aktor non-negara sebagai
bagian dari sistem kapitalis
Pandangan tentang Hubungan Internasional dilihat dari sudut pandang
Aktor sejarah, terutama tentang perkembangan dunia kapitalis.
Dinamika Tingkah Memfokuskan pada pola-pola dominasi didalam dominasi.
Laku
Isu-isu yang Dibahas Isu-isu yang berkaitan dengan ekonomi lebih penting.
(Sumber : Sumber: Bahan Ajar Mata Kuliah Pengantar Hubungan Internasional. Rendy
Prayuda S.IP M.Si)
Pertama, Negara core adalah Negara yang maju di bidang ekonomi seperti
banking, manufaktur, teknologi agrikultur, dan pembangunan secara keseluruhan.
Contohnya adalah Negara Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Belanda. Kedua,
Negara periphery menyediakan bahan-bahan mentah seperti bahan tambang dan
kayu untuk mendukung ekspansi ekonomi Negara Core. Contohnya adalah
Negara Kamboja, Zimbabwe, dan Somalia. Ketiga, Negara semi-periphery yang
memiliki ciri-ciri negara core maupun periphery. Contohnya India, Brazil,
Indonesia, dan Afrika Selatan. Dasar pemikiran Wallerstein adalah kapitalisme
3
adalah hierarki yang didasarkan pada eksploitasi kelompok miskin (periphery)
oleh kelompok kaya (core). (Lihat tabel 1.2)
Tabel 1.2
Dependency Theory
4
pertumbuhan populasi.5 Teori ini mempertanyakan mengapa banyak Negara di
dunia ini terutama Negara di dunia ketiga tidak berkembang dengan semestinya
seperti yang telah direncanakan. Secara tradisional jawabannya adalah karena
Negara-negara itu tidak memberlakukan kebijakan ekonomi yang tepat atau
sistem pemerintahannya yang otoriter dan korup. Namun dependency theory
menyatakan bahwa yang menyebabkan Negara-negara ini tidak berkembang
adalah karena sistem internasional sendiri lah yang menghalangi mereka untuk
berkembang. Sistem internasional ini bersifat exploitative atau eksploitasi yang
mana diciri-cirikan dengan adanya dominasi beberapa Negara terhadap Negara
lain.
5
Steans, op.cit., hal. 166-170
6
Bahan Ajar Allen G. Sens Ph.D, Queen's, Dosen Hubungan Internasional Universitas British
Columbia, mengenai Dependency Theory melalui
https://www.youtube.com/watch?v=JN6LlMY2ApQ&t=114s, pada 24 Maret 2017
5
Oleh karena itu, semua konsep sistem diatas menyediakan kebutuhan
Negara-negara Core dan tidak memberikan perkembangan atau kesempatan yang
sama kepada semua Negara, mereka justru memberikan dukungan terhadap
dominasi dan eksploitasi. Dari dependency theory, mereka menanyakan
bagaimana bisa Negara-negara dari Dunia Ketiga berkembang di dalam sistem
yang mengahalangi mereka untuk berkembang, sehingga hal ini disebut sebagai
underdevelopment (pinggiran).
Salah satu contoh dari dependency theory yang bisa kita lihat di Indonesia
adalah adanya perusahaan minyak Indonesia, yang rela melepaskan
kewenangannya mengolah dalam pengeboran minyak sendiri dan dialihkan
kepada hak asing untuk mengekspolorasi kekayaan Indonesia. Dalam hal ini
Indonesia hanya mendapatkan keuntungan yang jauh lebih sedikit dibandingkan
Negara yang mengelolanya. Kasus ini menunjukkan betapa ketergantungan
Indonesia sebagai Negara semi-periphery terhadap Negara-negara maju atau
Negara core, terutama dalam hal finansial yang ditandai dengan masuknya FDI
(Foreign Direct Investment) dan MNC (Multinational Coorporation) yang justru
memiliki kekuasaan lebih besar dibanding Indonesia selaku pemilik "tanah" serta
transfer teknologi yang di berikan pihak asing. Sifat ketergantungan Indonesia
terhadap negara maju tak bisa dielakkan begitu saja, sehingga Indonesia hal perlu
mereformasi sistem dan kebijakan pemerintah pada sektor ekonomi dan sektor
lainnya sehingga ketergantungan Indonesia terhadapa negara-negara maju dapat
diminimalisir.
6
globalisme mereduksi semua fenomena---perang, krisis ekonomi, kesenjangan,
aspek-apek identitas, dan sebagainyake dalam dinamika kelas sosial dan
perjuangan kelas. Ini berarti bahwa kaum globalism telah gagal mempertanyakan
seluruh pertanyaan tentang gender, etnititasm dan identitas lainnya. Keempat,
kritik lainnya memusatkan perhatian pada cara memahami ide tentang
kepentingan. Benarkah kepentingan-kepentingan itu ditentukan oleh kelas sosial?
Apakah kepentingan-kepentingan tersebut benar-benar terbatas pada kelas sosial
saja?
Selain itu, Michael Hardt dan Antonio Negri berasumsi bahwa daripada
menggunakan konsep imperialisme, sebaiknya digunakan konsep empire yang
memiliki jaringan-jaringan tersendiri di negara-negara dan perusahaan yang
mendominasi sistem perekonomian dunia.
7
berkembang dengan tiga lembaga utama, yaitu IMF, World Bank (IBRD) dan
GATT (WTO). Dasar pemikiran pada saat itu adalah untuk mencapai stabilitas
ekonomi dan menghindari perang dunia, maka haruslah tercipta koordinasi
internasional di mana pada setiap negara akan tercipta rasa saling ketergantungan
satu sama lain. Selain itu, didirikanlah lembaga-lembaga internasional dengan
sistem tertutup yang bisa dikatakan digunakan sebagai alat bagi negara-negara
maju. IMF, World Bank, dan WTO memiliki sinergi yang kuat di mana ketiganya
bekerja secara terpadu dan saling memperkuat fungsi masing-masing.
Kesimpulan
Referensi
Manuel Castells dalam Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori & Praktik. Jakarta:
Graha Ilmu.
Steans, Jill dan Lloyd Pettiford. 2009. Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Viotti, Paul R. dan Mark V. Kauppi. 1987. International Relations Theory: Realism, Pluralism,
Globalism and Beyond. USA: Macmillan Publishing Company.