Anda di halaman 1dari 4

Pityriasis Rosea : Klasifikasi Komperhensif

Abstrak

Pityriasis rosea (PR) adalah penyakit eksantematous akut yang dapat sembuh sendiri
yang berhubungan dengan reaktivasi endogen sistemik dari human herpes virus (HHV)-6 dan
atau HHV-7. Penyakit ini biasanya berawal dari plak eritem tunggal yang diikuti oleh erupsi
sekunder dengan lesi pada garis tubuh (bentuk pohon natal). Durasinya bervariasi mulai
dari 2 minggu hingga beberapa bulan. Selain presentasi PR tipikal, bentuk atipikal telah
dijelaskan. Klasifikasi PR sebelumnya terutama didasarkan pada bentuk atipikal daripada
mekanisme patogenetik yang mendasari presentasi yang berbeda dari penyakit. Sebagian
besar bentuk atipikal mengikuti bentuk klasik. Klasifikasi yang kami usulkan,
mempertimbangkan patogenesis, manifestasi klinis dan perjalanan penyakit, yang mudah dan
intuitif dan dapat membantu mengidentifikasi bentuk PR atipikal untuk menghindari
kesalahan diagnosis dan menetapkan pilihan terapi terbaik. Akhirnya, klasifikasi ini
memberikan indikasi untuk mengelola PR yang berpotensi membahayakan (seperti PR pada
kehamilan) dan erupsi seperti PR.

Pendahuluan
Pityriasis rosea (PR) adalah penyakit eksantematous akut yang dapat sembuh sendiri
yang berhubungan dengan reaktivasi endogen sistemik dari human herpes virus (HHV)-6 dan
atau HHV-7. Penyakit ini biasanya berawal dari plak eritem tunggal bersisik (heraldpatch, HP
atau bintik ibu) diikuti oleh erupsi sekunder terdiri dari lesi papuloskuamous bersisik yang
lebih kecil pada garis tubuh, membentuk konfigurasi Christmas tree pada punggung; ini
muncul dengan interval beberapa hari dan mencapai puncak dalam 2 minggu. Durasinya
bervariasi antara 2 minggu hingga beberapa bulan dan gejala konstitusional dapat terjadi
lebih dulu atau bersamaan dengan erupsi kulit.
Pada diagnosis banding, beberapa penyakit harus dipertimbangkan : sifilis sekunder (dimana
lesinya tidak bersisik, telapak tangan/kaki biasanya terlibat dan biasanya muncul
limfadenopati); dermatitis seboroik (biasanya melibatkan kulit kepala); eksema numularis
(biasanya terjadi di tulang kering dan belakang tangan, tempat yang sering terjadi pada PR)
dan pityriasis liken kronis (lebih kronis dan kambuhan tanpa HP).
Pada eksantematous lainnya, selain presentasi tipikal PR, bentuk atipikal telah
dijelaskan. Mengikuti klasifikasi awal PR, Chuh etal., mengusulkan klasifikasi lain erupsi
PR yang dianggap atipikal dari bentuk, ukuran, jumlah, distribusi, lokasi, keparahan gejala
dan perjalanannya. Keseluruhan, klasifikasi PR sebelumnya terutama didasarkan pada bentuk
atipikal daripada mekanisme patogenetik yang mendasari presentasi penyakit yang berbeda.
Sebagian besar bentuk atipikal mengikuti bentuk klasik. Makadari itu kami mengusulkan
klasifikasi variasi PR yang lebih sederhana dan komperhensif, yang meliputi bentuk atipikal
berdasarkan perbedaan patogenesis, manifestasi klinis dan perjalanan penyakit.

Klasifikasi PR

PR Klasik

Erupsi Tipikal
Prevalensi PR klasik (CPR) telah di tetapkan sebesar 1.3%, namun mungkin dianggap
remeh karena kemunculan bentuk atipikal dan jumlah pasien yang salah diagnosis oleh ahli
nondermatologis. Insidensi usia maksimal berkisar antara 10 dan 35 tahun, tanpa variasi yang
signifikan secara statistik antara jenis kelamin. Meskipun prevalensi lebih tinggi pada musim
dingin telah diklaim, namun masih terdapat kontroversi. Berdasarkan penelitian dari 613
pasien PR antara Januari 2003 dan Desember 2004 di Departemen Dermatologi, Universitas
Genoa, Genoa, Italia, PR terjadi secara merata sepanjang tahun.
PR tipikal dimulai pada 12-90% kasus dengan patch soliter (HP), dimana patch
kemerahan seperti medali dengan bagian tepi bersisik yang sedikit meninggi dan pucat dan
tengahnya sedikit menurun. Biasanya terjadi pada badan, lebih jarang pada anggota gerak,
dan secara progresif meluas, mencapai diameter 3 cm atau lebih. Ini akan menetap selama
kurang lebih 2 minggu, setelah erupsi general berkembang. Erupsi sekunder ini ditandai
dengan beberapa patch yang mirip dengan patch awal namun lebih kecil dan tersusun simetris
di sepanjang garis tubuh (bentukan pohon natal). Lesi oral, terjadi 16% pada pasien
Kaukasian, dapat di kategorikan kedalam 5 grup : pendarahan, erosi atau ulserasi (paling
sering), makula eritem, lesi anular eritem, dan plak eritem. Gejala prodormal sering terjadi :
malaise, mual, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, susah konsentrasi, mudah tersinggung,
gejala gastrointestinal dan saluran nafas atas (sebanyak 69%), nyeri sendi, pembesaran
kelenjar getah bening, sakit tenggorokan dan demam ringan. Gejala ini juga muncul selama
perjalanan erupsi. Gatal berat dialami 25% pasien, sedang atau ringan pada 50% dan tidak
gatal pada 25%. PR bertahan selama 45 hari dan lesi secara perlahan akan menghilang tanpa
meninggalkan tanda di kulit. Mengenai patogenesis, penyebab utama infeksi sistemik aktif
HHV-6/7 berdasarkan deteksi DNA HHV-6/7 di plasma dan ekspresi mRNA dan antigen
spesifik di lesi kulit pada pasien PR. Sebagai tambahan, virion herpes virus pada berbagai
tingkat morfogenesis telah di deteksi dengan mikroskop elektron pada lesi kulit dan pada
supernatan sel mononuklear darah perifer pada pasien PR.
Tipe PR Patogenesis Kulit HP% Mukosa Gejala Histopatologi Durasi Pilihan
yang yang Sistemik rata-rata Terapi
Terlibat Terlibat
%
Klasik Reaktivasi Badan 12-90 16 69 Parakeratosis, 45 hari Istirahat
sistemik dan spongiosis total
HHV- ekstrem (epidermis),
6/7sporadik itas ekstravasasi sel
darah merah,
infiltrasi limfosit
(dermis)
Kambuh Reaktivasi Badan 0 14 100 Parakeratosis, 15 hari Acyclovir
an sistemik dan (kurang spongiosis
HHV-6/7 ekstrem berat (epidermis),
kambuhan itas daripada ekstravasasi sel
(lesi bentuk darah merah,
berkura klasik) infiltrasi limfosit
ng pada (dermis)
jumlah
dan
ukuran
dibandi
ng
bentuk
klasik)
Persisten Persistensi Badan 75 75 92 Parakeratosis, 12 Acyclovir
dari plasma dan spongiosis minggu
HHV-6/7 ekstrem (epidermis),
viremia itas ekstravasasi sel
darah merah,
infiltrasi limfosit
(dermis)
Anak Aktivitas Badan 58 35 48 Parakeratosis, 16 hari Istirahat
lama dari dan spongiosis total
infeksi ekstrem (epidermis),
HHV-6/7 itas ekstravasasi sel
(infeksi darah merah,
primer infiltrasi limfosit
terbaru) (dermis)
Kehamil Reaktivasi Badan 50 16 69 Parakeratosis, 45 hari Istirahat
an HHV-6/7 dan (lebih spongiosis (8-12 total dan
dan ekstrem berat jika (epidermis), minggu pengawasan
transmisi itas : PR ekstravasasi sel jika PR ketat
intrauterin lesi muncul darah merah, dimulai
yang sangat saat infiltrasi limfosit pada
memungkin luas kehamila (dermis) minggu
kan jika n usia 15 ke 15
terjadi minggu) kehamila
pada n)
kehamil
an usia
15
minggu
Erupsi Reaksi Badan, 0 50 0 Dermatitis dan 2 minggu Penghentian
seperti terhadap ekstrem eosinofilia setelah obat
PR obat/vaksin itas, penghent
wajah : ian obat
lesi
diffus
dan
konflue
n

Anda mungkin juga menyukai