Anda di halaman 1dari 12

MENGENAL MALARIA PADA

IBU HAMIL
MENGENAL MALARIA PADA IBU HAMIL

Pengertian Malaria

Istilah malaria diambil dari dua kata Bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara
buruk. Karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk.

Malaria adalah penyakit infeksi parasite yang disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang
eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi malaria ini
memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegaly. Dapat berlangsung
akut ataupun kronik (Paul N. Harijanto, 2006).

Malaria adalah penyakit menular endemik di banyak daerah hangat di dunia, disebabkan oleh
protozoa obligat seluler genus Plasmodium, biasanya ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles yang terinfeksi. Penyakit ini ditandai dengan keadaan ta berdaya dengan demam
tinggi paroksismal, serangan menggigil, berkeringat, anemia dan splenomegaly yang dapat
menyebabkan kematian, sering menyebabkan komplikasi berat, malaria selebral dan anemia.
Interval antara tiap serangan kadangkala periodik, ditentukan oleh waktu yang diperlukan untuk
berkembangnya satu generasi baru parasit di dalam tubuh. Setelah permulaan penyakit ini, dapat
diikuti perjalanan penyakit yang kronik atau baik. Disebut juga plaudism. Nama lamanya
mencakup ague dan jungle, malarial (Kamus Kedokteran DORLAND, edisi 29, hal. 1279).

Malaria Falciparum adalah malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, dengan
demam paroksismal yang ireguler. Ini dihubngkan dengan keadaan parasite tertinggi dalam darah
dan merupakan bentuk malaria terparah, kadang fatal. Malaria ini sering dikaitkan dengan gejala
pernisiosa, yang terjadi sebagai akibat penumpukkan dan pembentukkan mikroinfark dalam
kapiler yang mengandung eritrosit yang terinfeksi Plasmodium falciparum stadium lanjut. Ini
dapat terjadi pada otak, hati, kelenjar adrenal, traktus gastroin testinal, ginjal, paru, atau organ
lain. Disebut juga malignant tertian malaria dan pernicious malaria (Kamus Kedokteran
DORLAND, edisi 29, hal. 1279).

Pembagian malaria

Ada empat tipe plasmodium parasit yang dapat meng-infeksi manusia, namun yang seringkali
ditemui pada kasus penyakit malaria adalah Plasmodium falciparum and Plasmodium vivax.
Lainnya adalah Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae.

Tanda dan Gejala Penyakit malaria


Masa tunas / inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari sampai beberapa bulan yang kemudian
barulah muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh penderita seperti demam, menggigil, linu
atau nyeri persendian, kadang sampai muntah, tampak pucat / anemis, hati serta limpa
membesar, air kencing tampak keruh / pekat karena mengandung Hemoglobin
(Hemoglobinuria), terasa geli pada kulit dan mengalami kekejangan.

Namun demikian, tanda yang klasik ditampakkan adalah adanya perasaan tiba-tiba kedinginan
yang diikuti dengan kekakuan dan kemudian munculnya demam dan banyak berkeringat setelah
4 sampai 6 jam kemudian, hal ini berlangsung tiap dua hari. Diantara masa tersebut, mungkin
penderita merasa sehat seperti sediakala. Pada usia anak-anak serangan malaria dapat
menimbulkan gejala aneh, misalnya menunjukkan gerakan / postur tubuh yang abnormal sebagai
akibat tekanan rongga otak. Bahkan lebih serius lagi dapat menyebabkan kerusakan otak

Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 10-35 hari setelah parasit masuk ke dalam tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk.
Gejala awalnya seringkali berupa demam ringan yang hilang-timbul, sakit kepala, sakit otot dan
menggigil, bersamaan dengan perasaan tidak enak badan (malaise).
Kadang gejalanya diawali dengan menggigil yang diikuti oleh demam.
Gejala ini berlangsung selama 2-3 hari dan sering diduga sebagai gejala flu.

Gejala berikutnya dan pola penyakitnya pada keempat jenis malaria ini berbeda:
Pada malaria falciparum bisa terjadi kelainan fungsi otak, yaitu suatu komplikasi yang disebut
malaria serebral. Gejalanya adalah demam minimal 40?Celsius, sakit kepala hebat, mengantuk,
delirium (mengigau) dan linglung. Malaria serebral bisa berakibat fatal. Paling sering terjadi
pada bayi, wanita hamil dan pelancong yang baru datang dari daerah malaria.
Pda malaria vivax, mengigau bisa terjadi jika demamnya tinggi, sedangkan gejala otak lainnya
tidak ada.

Pada semua jenis malaria, jumlah sel darah putih total biasanya normal tetapi jumlah limfosit dan
monosit meningkat.
Jika tidak diobati, biasanya akan timbul jaundice ringan (sakit kuning) serta pembesaran hati dan
limpa.
Kadar gula darah rendah dan hal ini lebih berat pada penderita yang di dalam darahnya
mengandung lebih banyak parasit. Kadar gula darah bahkan bisa turun lebih rendah pada
penderita yang diobati dengan kuinin.

Jika sejumlah kecil parasit menetap di dalam darah, kadang malari bersifat menetap.
Gejalanya adalah apati, sakit kepala yang timbul secara periodik, merasa tidak enak badan, nafsu
makan berkurang, lelah disertai serangan menggigil dan demam.
Gejala tersebut sifatnya lebih ringan dan serangannya berlangsung lebih pendek dari serangan
pertama.

Blackwater fever adalah suatu komplikasi malaria yang jarang terjadi.


Demam ini timbul akibat pecahnya sejumlah sel darah merah. Sel yang pecah melepaskan
pigmen merah (hemoglobin) ke dalam aliran darah. Hemoglobin ini dibuang melalui air kemih
dan merubah warna air kemih menjadi gelap.
Blackwater fever hampir selalu terjadi pada penerita malaria falciparum menahun, terutama yang
mendapatkan pengobatan kuinin.

Gejala & pola malaria

1. Malaria Vivax & Ovale.


Suatu serangan bisa dimulai secara samar-samar dengan menggigil, diiukuti berkeringat
dan demam yang hilang-timbul.
Dalam 1 minggu, akan terbentuk pola yang khas dari serangan yang hilang timbul. Suatu
periode sakita kepala atau rasa tidak enak badan akan diikuti oleh menggigil. Demam
berlangsung selama 1-8 jam. Setelah demam reda, penderita merasakan sehat sampai
terjadi menggigil berikutnya.
Pada malaria vivax, serangan berikutnya cenderung terjadi setiap 48 jam.
2. Malaria falciparum.
Suatu serangan bisa diawali dengan menggigil. Suhu tubuh naik secara bertahap
kemudian tiba-tiba turun.
Serangan bisa berlangsung selama 20-36 jam.
Penderita tampak lebih sakit dibandingkan dengan malaria vivax dan sakit kepalanya
hebat.
Diantara serangan (dengan selang waktu 36-72 jam), penderita biasanya merasa tidak
enak badan dan mengalami demam ringan.
3. Malaria malariae.
Suatu serangan seringkali dimulai secara samar-samar.
Serangannya menyerupai malaria vivax dengan selang waktu antara dua serangan adalah
72 jam.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya, dimana terjadi serangan demam dan menggigil
secara periodik tanpa penyebab yang jelas.
Dugaan malaria semakin kuat jika dalam waktu 1 tahun sebelumnya, penderita telah
mengunjungi daerah malaria dan pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran limpa.

Untuk memperkuat diagnosis dilakukan pemeriksaan darah guna menemukan parasit


penyebabnya.
Mungkin perlu dilakukan beberapa kali pemeriksaan karena kadar parasit di dalam darah
bervariasi dari waktu ke waktu.
Pengobatan, komplikasi dan prognosis dari malaria ditentukan oleh jenis parasit penyebabnya.
PENGOBATAN
Pengobatan malaria tergantung kepada jenis parasit dan resistensi parasit terhadap klorokuin.

Untuk suatu serangan malaria falciparum akut dengan parasit yang resisten terhadap klorokuin,
bisa diberikan kuinin atau kuinidin secara intravena.
Pada malaria lainnya jarang terjadi resistensi terhadap klorokuin, karena itu biasanya diberikan
klorokuin dan primakuin.
PENCEGAHAN
Orang-orang yang tinggal di daerah malaria atau yang mengadakan perjalanan ke daerah malaria
bisa melakukan hal-hal berikut:

Menggunakan semprotan pembasmi serangga di dalam dan di luar rumah


Memasang tirai di pintu dan jendela
Memasang kawat nyamuk
Mengoleskan obat anti nyamuk di kulit
Mengenakan pakaian yang menutupi tubuh sehingga mengurangi daerah tubuh yang
digigit nyamuk.

Obat-obatan bisa diminum untuk mencegah malaria selama melakukan perjalanan ke


daerah malaria. Obat ini mulai diminum 1 minggu sebelum perjalanan dilakukan,
dilanjutkan selama tinggal di daerah malaria dan 1 bulan setelah meninggalkan daerah
malaria.
Obat yang paling sering digunakan adalah klorokuin. Tetapi banyak daerah yang
memiliki spesies Plasmodium falciparum yang sudah resisten terhadap obat ini.
Obat lainnya yang bisa digunakan adalah meflokuin dan doksisiklin. Doksisiklin tidak
boleh diberikan kepada anak-anak dibawah usia 8 tahun dan wanita hamil.

Beberapa hal yang perlu diingat mengenai malaria:

Obat-obat yang digunakan dalam tindakan pencegahan tidak 100% efektif


Gejalanya bisa timbul 1 bulan atau lebih setelah gigitan nyamuk
Gejala awalnya tidak spesifik dan seringkali disalahartikan sebagai influenza
Diagnosis dan pengobatan dini sangat penting, terutama pada malaria falciparum, yang
bisa berakibat fatal pada lebih dari 20% penderita.
Malaria Dalam Kehamilan

Interaksi antara Malaria dengan Kehamilan


Malaria dan kehamilan adalah dua kondisi yang saling mempengaruhi. Perubahan
fisiologis dalam kehamilan kehamilan dan perubahan patologis akibat malaria mempunyai efek
sinergis terhadap kondisi masing-masing, sehingga semakin menambah masalah baik bagi ibu
hamil, janinnya maupun dokter yang menanganinya. P. falciparum dapat menyebabkan keadaan
yang memburuk dan dramatis untuk ibu hamil. Primigravida umumnya paling mudah
terpengaruh oleh malaria, berupa anemia, demam, hipoglikemia, malaria serebral, edema
pulmonar, sepsis puerperalis dan kematian akibat malaria berat dan hemoragis.2 Masalah pada
bayi baru lahir adalah berat lahir rendah, prematuritas, pertumbuhan janin terhambat , infeksi
malaria dan kematian.2

Tabel l. Malaria dalam Kehamilan: Masalah yang berlipat ganda

Lebih sering Malaria lebih sering terjadi dalam kehamilan daripada populasi
terjadi umum. Penyebabnya kemungkinan karena adanya imunosupresi
dan hilangnya acquired immun selama kehamilan
Gejala lebih Atipik Dalam kehamilan, malaria cenderung menampakkan gejala atipik
yang mungkin disebabkan adanya perubahan hormonal,
imunologis dan hematologis selama kehamilan.
Lebih Berat Disebabkan perubahan hormonal dan imunologis koloni parasit
cenderung membesar 10 kali lilpat sehingga semua komplikasi
P.falciparum lebih sering terjadi selama kehamilan.
Lebih Fatal P.falciparum malaria dalam kehamilan cenderung lebih berat,
dengan tingkat infeksius l3% lebih tinggi daripada saat tidak hamil
Terapi harus Sejumlah anti malaria merupakan kontra indikasi diberikan saat
selektif hamil dan seringkali menimbulkan efek samping yang berat. Oleh
karena itu terapinya sering sulit, terutama infeksi malaria berat
yang disebabkan P. falciparum.
Masalah lain Penanganan komplikasi malaria sering sulit karena pengaruh
perubahan fisiologis selama kehamilan. Harus dilakukan
pengawasan ketat terhadap pemberian cairan, kontrol suhu dll.
Keputusan untuk terminasi kehamilan juga sering dipersulit oleh
risiko kematian janin, pertumbuhan janin terhambat dan ancaman
persalinan prematur.
Sumber: (2)
Patofisiologi
Patofisiologi malaria dalam kehamilan sangat dipengaruhi oleh perubahan sistem
imunologis oleh adanya organ baru yaitu plasenta. Terjadi penurunan sistem imunitas didapat
yang dramatis selama kehamilan, terutama pada nulipara. (Efek imunitas antimalaria ditransfer
kepada janin)
Terdapat sejumlah hipotesa yang menjelaskan patofisiologi malaria dalam kehamilan, yaitu:
Hipotesis l:
Hilangnya kekebalan antimalaria secara konsisten berhubungan dengan terjadinya
imunosupresi selama kehamilan misalnya: penurunan respon limfoproliferatif, peningkatan
level kortisol serum. Hal ini dikondisikan untuk mencegah penolakan terhadap janin. Akan
tetapi, kejadian ini tidak menurunkan reaksi imunologis pada ibu multigravida yang pernah
menderita malaria.

Hipotesis -2:
Apakah yang hilang adalah cell mediated immunity saja, atau transfer antibodi mediated
immunity secara pasif juga terganggu sehingga ibu hamil mudah terkena malaria?

Hipotesis -3: plasenta adalah organ yang baru bagi seorang primigravida sehingga memungkinan
adanya imunitas host yang langsung menerobos atau adanya zat tertentu pada plasenta yang
memudahkan P. falciparum untuk memperbanyak diri.

Peran plasenta, suatu organ baru saat hamil:


P. falciparum mempunyai kemampuan unik untuk melakukan cytoadhesion dan
adhesion molecules spesifik terhadap CD 36 dan intercellular adhesion molecul-l yang mungkin
terlibat dalam proses infeksi malaria yang berat pada anak dan wanita dewasa yang tidak hamil.
Chondroitin sulfat A dan asam diketahui merupakan molekul perekat untuk membantu
melekatnya parasit ke sel.

Gejala klinik
Selama kehamilan lebih dari setengah kasus malaria bermanifestasi atipik/tidak khas,
Demam :
Pasien dapat mengeluhkan bermacam-macam pola demam, mulai dari afebris, demam tidak
terlalu tinggi yang terus menerus hingga hiperpireksia. Pada trimester kedua kehamilan
gambaran atipik lebih sering terjadi karena proses imunosupresi.

Anemia :
Di negara berkembang, yang merupakan endemis malaria, anemia merupakan gejala yang sering
ditemukan selama kehammilan. Penyebab utama anemia adalah malnutrisi dan kecacingan.
Dalam kondisi seperti ini, malaria akan menambah berat anemia. Malaria bisa bermanifestasi
sebagai anemia, sehingga semua kasus anemia harus diperiksa kemungkinan malaria. Anemia
merupakan gambaran klinik yang sering ditemukan pada pasien multigravida dengan imunitas
parsial yang hidup di daerah hiperendemis.

Splenomegali :
Pembesaran limpa bisa terjadi , dan menghilang pada trimester dua kehamilan. Bahkan
splenomegali yang menetap sebelum hamil bisa mengecil selama kehamilan.

Komplikasi:
Komplikasi cenderung lebih sering dan lebih berat selama kehamilan. Komplikasi yang sering
timbul dalam kehamilan adalah edema paru, hipoglikemia dan anemia. Komplikasi yang lebih
jarang adalah kejang, penurunan kesadaran, koma, muntaber dan lain-lain.

Komplikasi malaria dalam kehamilan


Anemia:
Malaria dapat menyebabkan atau memperburuk anemia. Hal ini disebabkan:

1. Hemolisis eritrosit yang diserang parasit


2. Peningkatan kebutuhan Fe selama hamil
3. Hemolisis berat dapat menyebabkan defisiensi asam folat.

Anemia yang disebabkan oleh malaria lebih sering dan lebih berat antara usia kehamilan 16-29
minggu. Adanya defisiensi asam folat sebelumnya dapat memperberat anemia ini.
Anemia meningkatkan kematian perinatal dan morbiditas serta mortalitas maternal. Kelainan ini
meningkatkan risiko edema paru dan perdarahan pasca salin.
Anemia yang signifikan (Hb <7-8gr%) harus ditangani dengan transfusi darah. Sebaiknya
diberikan packed red cells daripada whole blood untuk mengurangi tambahan volume
intravaskuler. Transfusi yang terlalu cepat, khususnya whole blood dapat menyebabkan edema
paru.

Edema paru akut


Edema paru akut adalah komplikasi malaria yang lebih sering terjadi pada wanita hamil
daripada wanita tidak hamil. Keadaan ini bisa ditemukan saat pasien datang atau baru terjadi
setelah beberapa hari dalam perawatan. Kejadiannya lebih sering pada trimester 2 dan 3.
Edema paru akut bertambah berat karena adanya anemia sebelumnya dan adanya
perubahan hemodinamik dalam kehamilan. Kelainan ini sangat meningkatkan risiko mortalitas.

Hipoglikemia
Keadaan ini juga anehnya merupakan komplikasi yang cukup sering terjadi dalam
kehamilan. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya hipoglikemia adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya kebutuhan glukosa karena keadaan hiperkatabolik dan infeksi parasit


2. Sebagai respon terhadap starvasi/kelaparan
3. Peningkatkan respon pulau-pulau pankreas terhadap stimulus sekresi (misalnya guinine)
menyebabkan terjadinya hiperinsulinemia dan hipoglikemia.

Hipoglikemia pada pasien-pasien malaria tersebut dapat tetap asimtomatik dan dapat luput
terdeteksi karena gejala-gejala hipoglikemia juga menyerupai gejala infeksi malaria, yaitu:
takikardia, berkeringat, menggigil dll. Akan tetapi sebagian pasien dapat menunjukkan tingkah
laku yang abnormal, kejang, penurunan kesadaran, pingsan dan lain-lain yang hampir
menyerupai gejala malaria serebral. Oleh karena itu semua wanita hamil yang terinfeksi malaria
falciparum, khususnya yang mendapat terapi quinine harus dimonitor kadar gula darahnya setiap
4-6 jam sekali. Hipoglikemia juga bisa rekuren sehingga monitor kadar gula darah harus konstan
dilakukan.
Kadang-kadang hipoglikemia dapat berhubungan dengan laktat asidosis dan pada
keadaan seperti ini risiko mortalitas akan sangat meningkat. Hipoglikemia maternal juga dapat
menyebabkan gawat janin tanpa ada tanda-tanda yang spesifik.

Imunosupresi
Imunosupresi dalam kehamilan menyebabkan infeksi malaria yang terjadi menjadi lebih
sering dan lebih berat. Lebih buruk lagi, infeksi malaria sendiri dapat menekan respon imun.
Perubahan hormonal selama kehamilan menurunkan sintesis imunoglobulin,
Penurunan fungsi sistem retikuloendotelial adalah penyebab imunosupresi dalam kehamilan.
Hal ini menyebabkan hilangnya imunitas didapat terhadap malaria sehingga ibu hamil lebih
rentan terinfeksi malaria. Infeksi malaria yang diderita lebih berat dengan parasitemia yang
tinggi. Pasien juga lebih sering mengalami demam paroksismal dan relaps.
Infeksi sekunder (Infeksi saluran kencing dan pneumonia) dan pneumonia algid (syok
septikemia) juga lebih sering terjadi dalam kehamilan karena imunosupresi ini.

Risiko Terhadap Janin


Malaria dalam kehamilan adalah masalah bagi janin. Tingginya demam, insufisiensi
plasenta, hipoglikemia, anemia dan komplikasi-komplikasi lain dapat menimbulkan efek buruk
terhadap janin. Baik malaria P. vivax dan P. falciparum dapat menimbulkan masalah bagi janin,
akan tetapi jenis infeksi P. falciparum lebih serius.(Dilaporkan insidensinya mortalitasnya l5,7%
vs 33%) Akibatnya dapat terjadi abortus spontan, persalinan prematur, kematian janin dalam
rahim, insufisiensi plasenta, gangguan pertumbuhan janin (kronik/temporer), berat badan lahir
rendah dan gawat janin. Selain itu penyebaran infeksi secara transplasental ke janin dapat
menyebabkan malaria kongenital.

Malaria kongenital
Malaria kongenital sangat jarang terjadi, diperkirakan timbul pada <5% kehamilan.
Barier plasenta dan antibodi Ig G maternal yang menembus plasenta dapat melindungi janin dari
keadaan ini. Akan tetapi pada populasi non imun dapat terjadi malaria kongenital, khususnya
pada keadaan epidemi malaria. Kadar quinine plasma janin dan klorokuin sekitar l/3 dari
kadarnya dalam plasma ibu sehingga kadar subterapeutik ini tidak dapat menyembuhkan infeksi
pada janin. Keempat spesies plasmodium dapat menyebabkan malaria kongenital, tetapi yang
lebih sering adalah P. malariae. Neonatus dapat menunjukan adanya demam, iritabilitas,
masalah minum, hepatosplenomegali, anemia, ikterus dll. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
melakukan apus darah tebal dari darah umbilikus atau tusukan di tumit, kapan saja dalam satu
minggu pascanatal. Diferensial diagnosisnya adalah inkompatibilitas Rh, infeksi CMV, Herpes,
Rubella, Toksoplasmosis dan sifilis.

Pregnancy malaria dan intensitas transmisinya


Manifestasi klinik malaria dalam kehamilan berbeda antara daerah dengan transmisi
rendah dengan transmisi tinggi karena berbedanya tingkat imunitas. Pada daerah endemik,
imunitas yang didapat tinggi sehingga mortalitas jarang terjadi, sering asimtomatik dan juga
jarang terjadi parasitemia. Sekuestrasi plasmodium di plasenta dan terjadi plasenta malaria,
sedangkan hasil pemeriksaan plasmodium di darah tepi seringkali negatif. Parasitemia yang
berat terjadi terutama pada trimester 2 dan 3, anemia dan gangguan integritas plasenta
meyebabkan berkurangnya hantaran nutrisi ke janin sehingga menyebabkan berat lahir rendah,
abortus, kematian janin dalam rahim, persalinan prematur dan semakin meningkatnya morbiditas
dan mortalitas pada janin. Masalah ini lebih sering terjadi pada kehamilan pertama dan kedua
karena kadar parasitemia akan menurun pada kehamilan2 berikutnya. Strategi penanganan
malaria pada ibu hamil di area dengan transmisi tinggi adalah terapi intermiten dan pemakaian
kelambu berinsektisida.
Di daerah dengan transmisi rendah, masalahnya sangat berbeda. Risiko malaria dalam
kehamilan lebih tinggi dan dapat menyebabkan kematian maternal serta abortus spontan pada
>60% kasus. Berat lahir rendah dapat terjadi walaupun telah diterapi; namun malaria yang
asimtomatik jarang terjadi. Strategi penanganannya adalah pencegahan dengan kemoprofilaksis,
deteksi dini dan pengobatan yang adekuat.

Penatalaksanaan Malaria dalam Kehamilan


Ada 3 aspek yang sama pentingnya untuk menangani malaria dalam kehamilan, yaitu:

1. Pengobatan malaria
2. Penanganan komplikasi
3. Penanganan proses persalinan

Terapi Malaria
Terapi malaria dalam kehamilan harus energetik, antisipatif dan seksama(careful)
Energetik: Tidak membuang-buang waktu, lebih baik memperlakukan semua kasus sebagai
kasus malaria falciparum, dan memeriksa tingkat keparahan penyakit dengan melihat keadaan
umum, pucat, ikterus, tekanan darah, suhu, hemoglobin, hitung parasit, SGPT, bilirubin dan
kreatinin serum serta glukosa darah.

Antisipatif: malaria dalam kehamilan dapat tiba-tiba memburuk dan menunjukkan komplikasi
yang dramatik. Oleh karena itu harus dilakukan monitoring ketat serta me nilai kemungkinan
timbulnya komplikasi pada setiap pemeriksaan/visite rutin.

Seksama: Perubahan fisiologis dalam kehamiklan menimbulkan masalah yang khusus dalam
penanganan malaria. Selain itu, sejumlah obat anti malaria merupakan kontraindikasi untuk
kehamilan atau dapat menimbulkan efek samping yang berat. Semua faktor tersebut harus selalu
dipertimbangkan saat memberikan terapi pada pasien-pasien malaria dengan kehamilan.

Pilih obat yang sesuai dengan tingkat keparahan penyakit dan pola sensitivitas di daerah
tersebut (terapi empiris)
Hindari obat yang menjadi kontra indikasi
Hindari kelebihan/kekurangan dosis obat
Hindari pemberian cairan yang berlebihan/kurang.
Pertahankan asupan kalori yang adekuat.

Antimalaria dalam kehamilan


Semua trimester : quinine: Artesunate/artemether/arteether
Trimester dua : mefloquine; pyrimethamine/sulfadoxine
Trimester tiga : sama dengan trimester 2

Anda mungkin juga menyukai