Anda di halaman 1dari 2

LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA

Nama : Ira Safira


NIM : 20140310152
Rumah Sakit : RS PKU Muhammadiyah Gamping

1. Pengalaman:
Seorang laki-laki berusia 70 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas.
Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan tekanan darah sistole 180, wheezing positif, angka
leukosit tinggi, dan anuria. Pasien masuk ke ICU dan dilakukan foto thorax. Foto thorax
memerlihatkan gambaran edema paru. Dokter mendiagnosis pasien tersebut menderita edema
paru akut et causa Congestive Heart Failure (CHF) dan PPOK eksaserbasi akut. Pasien diberikan
terapi nitrogliserin drip, injeksi furosemide, injeksi ceftriaxone, injeksi azitromisin, nebulisasi
dengan combifent pulmicoat, dan kandesartan.

2. Masalah yang dikaji:


Apakah terapi injeksi furosemid tepat pada edema paru akut et causa CHF?

3. Analisa kritis:
Heart failure (HF) merupakan sindrom klinis kompleks yang diakibatkan oleh kerusakan
struktural atau fungsional pengisian ventrikular atau ejeksi darah. Manifestasi kardinal dari HF
adalah dispnea dan kelelahan, yang dapat membatasi toleransi latihan, dan retensi cairan, yang
dapat menyebabkan kongesti paru dan/atau splanchnic dan/atau edema perifer (Yancy et. al.,
2013). Ketika sudah dipastikan bahwa pasien mengalami gejala-gejala overload volume, seperti
edema paru maka dapat dikatakan bahwa pasien tersebut mengalami Congestive Heart Failure
(CHF). Menurut Guideline American College of Cardiology Foundation (ACCF)/American
Heart Association (AHA), gagal jantung terbagi menjadi beberapa tingkatan seperti terlihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Tingkatan Gagal Jantung dari ACCF/AHA dan Klasifikasi NYHA

Berdasarkan klasifikasi tersebut, pasien pada kasus ini termasuk pada tingkat C. Terapi
pada pasien dengan gagal jantung tingkat C dan mengalami overload volume adalah
menggunakan diuretik (Yancy et. al., 2013). Diuretik menghambat reabsorpsi natrium atau
klorida pada lokasi tertentu dalam tubulus ginjal. Bumetanide, furosemid, dan torsemide
berperan pada lingkaran Henle (dengan demikian, istilah loop diuretik), sedangkan thiazides,
metolazone, dan agen hemat potassium (misalnya, spironolakton) bekerja di bagian distal
tubulus. Diuretik Loop telah muncul sebagai agen diuretik pilihan untuk digunakan pada
kebanyakan pasien dengan HF. Diuretik thiazide dapat dipertimbangkan pada pasien hipertensi
dengan HF dan retensi cairan ringan karena mereka memberikan efek antihipertensi yang lebih
persisten. Dapat disimpulkan bahwa terapi yang diberikan dokter pada kasus ini sudah benar.

4. Dokumentasi
Tekanan Darah : 180
Urin Output : <100 cc/24 jam (anuria)
Pemeriksaan fisik : wheezing (+)
Angka Leukosit : 17.000
Foto thorax : gambaran adema akut

5. Referensi

Yancy et. al., 2013. 2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure.
Circulation. 128:e240-e327. doi: 10.1161/CIR.0b013e31829e8776

Dosen Pembimbing

(dr. Mahendra Priya Adi K.)

Anda mungkin juga menyukai