RSUD KAJEN
Jln Raya Karangsari Karanganyar Pekalongan 51182
Telp. IGD : (0285). 385231 Fax : (0285) 385229
Email. Kajen_rsud@yahoo.co.id
TENTANG
Menimbang :
a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan farmasi Rumah Sakit, maka
diperlukan Manajemen Penggunaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Daerah Kajen.
b. Bahwa agar Manajemen Penggunaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Daerah Kajen dapat terlaksana dengan baik perlu adanya Pedoman Pengorganisasian,
Pengelolaan, Pelayanan, Pengawasan dan Pendidikan dan Pelatihan Staf.
Mengingat :
Menetapkan :
Ditetapkan di : Kajen
Pada tanggal : 17 November 2014
A. KEBIJAKAN UMUM
1. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kajen adalah penanggung jawab atas peraturan
dan kebijakan yang berlaku di rumah sakit, termasuk peraturan dan kebijakan tentang
pengelolaan dan penggunaan perbekalan kesehatan.
2. Pengelolaan Perbekalan Kesehatan adalah suatu proses yang dimulai dari pemilihan,
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
penghapusan, administrasi, dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi
kegiatan pelayanan.
3. Komite Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang bertugas membantu direktur
rumah sakit dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan peraturan tentang
pengelolaan dan pemakaian perbekalan farmasi, khususnya obat-obatan.
4. Instalasi Farmasi adalah unit kerja fungsional yang berada di bawah Direktur Rumah
Sakit dan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan perbekalan farmasi sesuai
kebutuhan semua pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen yang
optimal meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, dan produksi serta melaksanakan pelayanan farmasi klinik sesuai
prosedur kefarmasian dan etik profesi.
5. Pengelolaan perbekalan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen
diselenggarakan dengan sistem satu pintu sesuai dengan Undang-Undang nomor 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 15 ayat 3.
B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kajen adalah penanggung jawab atas peraturan
dan kebijakan yang berlaku di rumah sakit, termasuk peraturan dan kebijakan tentang
pengelolaan dan penggunaan perbekalan kesehatan.
2. Komite Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang bertugas membantu direktur
rumah sakit dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan peraturan tentang
pengelolaan dan pemakaian perbekalan farmasi, khususnya obat-obatan.
3. Bidang Pelayanan Medik adalah unit kerja fungsional yang bertugas untuk mengelola
kegiatan pelayanan medik sesuai standar pelayanan, etika, disiplin profesi, dan
keselamatan pasien serta mengkoordinasikan pelayanan, pendidikan dan penelitian.
4. Instalasi farmasi adalah unit kerja fungsional yang berada di bawah Direktur Rumah
Sakit dan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan perbekalan kesehatan yang
optimal meliputi : perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, produksi, pemantauan serta melaksanakan pelayanan farmasi klinik
sesuai prosedur kefarmasian dan etika profesi.
5. Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang Apoteker , berijazah sarjana farmasi dan
telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker, yang
telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker dan Surat Ijin Praktek Apoteker,
dalam pelaksanaan tugasnya dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan tenaga
teknis kefarmasian.
6. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan
peraturan-peraturan farmasi baik terhadap administrasi sediaan farmasi dan proses
distribusi di rumah sakit.
7. Dalam struktur organisasi Instalasi Farmasi, Kepala Instalasi dibantu oleh Apoteker
pendamping dengan 7 Unit Pelayanan Farmasi (UPF) yaitu Unit Pelayanan Farmasi
Rawat Jalan 1, Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan 2, Unit Pelayanan IGD/ICU,
Unit Pelayanan Farmasi IBS, Unit Pelayanan Farmasi Teratai, Unit Pelayanan
Farmasi Mawar, Unit Pelayanan Farmasi Seroja dan Apoteker penanggung jawab
logistik yang bertugas utama dalam perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian dan produksi.
8. Keanggotaan Komite Farmasi dan Terapi (KFT) berdasarkan pengusulan dari Komite
Medik dan disahkan oleh Direktur Rumah Sakit. Keanggotaan minimal terdiri dari 1
orang ketua (Dokter), 1 orang sekretaris (Apoteker) dan anggota.
1. Pemilihan
a. Komite Farmasi dan Terapi membatasi dan memilih produk obat yang
menunjukkan keunggulan dibandingkan produk lain yang sejenis dari aspek
khasiat, keamanan, ketersediaan di pasaran, harga dan biaya pengobatan yang
paling murah.
b. Daftar obat yang telah disetujui dan ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Kajen digunakan sebagai dasar dalam penulisan resep/ dalam pelayanan
kesehatan yang tertuang dalam buku Formularium Rumah Sakit Umum Daerah
Kajen.
c. Dalam proses penyusunan dan revisi formularium Instalasi Farmasi bekerja sama
dengan Komite Farmasi dan Terapi dan dirancang agar dihasilkan formularium
yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.
d. Kebijakan dan prosedur sistem formularium harus dimasukkan sebagai salah satu
peraturan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua personel rumah sakit.
e. Formularium dievaluasi setiap satu tahun sekali dengan melibatkan para praktisi
pelayanan kesehatan.
f. Penambahan atau pengurangan obat dilaksanakan sesuai prosedur berdasarkan
safety dan efektifitasnya dan dimintakan penetapannya kepada Direktur melalui
Komite Farmasi dan Terapi.
g. Setiap obat baru yang diusulkan untuk masuk dalam formularium harus
dilengkapi dengan informasi tentang kelas terapi, indikasi, bentuk sediaan dan
kekuatan, bioavailabilitas dan farmakokinetik, kisaran dosis, efek samping, efek
toksik, perhatian khusus, kelebihan obat ini dibandingkan dengan obat lama yang
tercantum dalam formularium, uji klinik, perbandingan biaya pengobatan, dan
indikasi keamanannya.
h. Suatu obat dapat dihapuskan dari formularium bila obat sudah tidak ada di
pasaran, tidak ada lagi dokter yang meresepkan, atau sudah ada obat lain yang
cost-effective
i. Pada kasus dimana diperlukan suatu obat yang tidak tercantum dalam
formularium, maka dokter dapat mengajukan permintaan khusus dengan mengisi
Formulir Permintaan Khusus Obat non Formularium yang diajukan ke KFT untuk
dapat mendapat persetujuan.
j. Buku formularium yang berlaku wajib ada di lokasi pelayanan. Setiap dokter
harus mengacu pada formularium ini dalam melakukan praktek di Rumah Sakit
Umum Daerah Kajen.
k. Instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kajen tidak mengelola obat
khemoterapi, bahan radioaktif, produk nutrisi, dan obat sampel.
3. Penyimpanan
a. Area penyimpanan perbekalan kesehatan tidak boleh dimasuki oleh personel
selain petugas farmasi, atau di bawah pengawasan petugas farmasi.
b. Penyimpanan obat berdasarkan teknik FIFO (first in first out) dimana obat yang
datang pertama dikeluarkan lebih dulu atau FEFO (first expired first out) dimana
obat yang dekat expire/kadaluarsa dikeluarkan terlebih dulu.
c. Penyusunan obat berdasarkan alfabetis.
d. Penyimpanan obat, suplai medik, gas medis harus dilakukan sesuai persyaratan
dan standar kefarmasian untuk menjamin stabilitas dan keamanannya serta
memudahkan dalam pencarian dalam rangka mempercepat pelayanan.
e. Perbekalan kesehatan yang memiliki sifat fisika-kimia atau atas dasar
rekomendasi pabrikan, harus disimpan khusus pada suhu tertentu dan terkontrol.
f. Penyimpanan harus terkontrol dengan didokumentasi, dimonitor, dicatat, dan
dilaporkan secara periodik.
g. Khusus bahan berbahaya yang bersifat mudah menyala atau terbakar, eksplosif,
radioaktif, oksidator/reduktor, racun, korosif, karsinogenik, teratogenik,
mutagenik, iritasi, dan bahan berbahaya lainnya harus disimpan terpisah dalam
ruang penyimpanan dan disertai label berbahaya dan ada informasi penanganan
kalau terkena percikan (MSDS).
h. Bahan yang terkontrol (Obat narkotika dan psikotropika) disimpan dalam lemari
terpisah dengan kunci ganda.
i. Obat jadi dan bahan baku harus diberi label yang mencantumkan kandungan,
tanggal kadaluarsa dan peringatan penting.
j. Elektrolit pekat konsentrat tidak disimpan di unit asuhan kecuali merupakan
kebutuhan klinis yang penting dan dilaksanakan sesuai prosedur.
k. Obat High Allert (obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi) harus disimpan di
tempat terpisah dan diberi label khusus.
l. Obat dengan tampilan mirip dan bunyi mirip (Look Alike Sound Alike/LASA)
disimpan dengan penandaan LASA dan diberi jarak antar obatnya.
m. Obat yang dibawa pasien dari luar rumah sakit atau dari pemakaian sebelumnya
dari rumah dapat digunakan di rumah sakit setelah disetujui oleh Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP), diperiksa mutunya secara visual dan disimpan
di depo pelayanan farmasi.
n. Seluruh tempat penyimpanan obat diinspeksi secara periodik 1 bulan sekali untuk
memastikan obat disimpan secara benar.
o. Instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kajen tidak mengelola obat untuk
penelitian, obat yang bersifat radioaktif, dan obat khemoterapi.
p. Instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kajen tidak melaksanakan
pencampuran produk nutrisi parenteral.
q. Perbekalan kesehatan untuk kepentingan emergensi disimpan dalam troli/ kit/
lemari emergensi yang selalu dikunci, disegel, diperiksa secara rutin oleh petugas
farmasi, dan dipastikan obat dalam keadaan siap pakai dengan jumlah yang sesuai
daftar dan tidak kadaluarsa.
r. Dilakukan penggantian obat-obat emergensi di emergency kit segera setelah
digunakan oleh petugas Farmasi.
s. Perbekalan kesehatan yang tidak digunakan lagi karena rusak atau kadaluarsa
disimpan di instalasi farmasi didata dan ditempatkan dalam wadah tersendiri
untuk dilakukan pemusnahan.
t. Obat yang ditarik dari peredaran oleh pemerintah atau oleh pabrikan, kadaluarsa
dan atau ketinggalan jaman dikembalikan ke instalasi farmasi.
4. Peresepan
a. Yang berhak menulis resep adalah staf medis tetap, dokter mitra, dokter
internship, yang diberi wewenang oleh Direktur Rumah Sakit Kajen untuk
praktek medis di rumah sakit, dan mempunyai surat ijin praktek di Rumah Sakit
Umum Daerah Kajen dan dikenal oleh seluruh staf farmasi di Rumah Sakit
Umum Daerah Kajen
b. Resep ditulis secara manual pada blanko resep dengan kop surat Rumah Sakit
Umum Daerah Kajen, disiapkan oleh rumah sakit
c. Tulisan resep harus jelas dan dapat dibaca, menggunakan istilah dan singkatan
lazim sesuai dalam buku daftar singkatan.
d. Obat yang diresepkan dengan nama generiknya, sesuai dengan obat yang ada
dalam formularium rumah sakit.
e. Elemen-elemen dari suatu pemesanan atau penulisan resep yang lengkap serta
jenis pemesanan yang akseptabel untuk digunakan meliputi :
3) Obat ditulis dengan nama generik untuk pasien BPJS, jamkesda dan pasien
umum kelas tiga, untuk pasien lainnya dapat menggunakan obat generik
ataupun obat paten sesuai formularium.
4) Indikasi untuk penggunaan obat Pro Re Nata (jika diperlukan) harus
dituliskan dan disertakan dosis maksimal dalam sehari
5) Pemesanan obat LASA sesuai prosedur khusus.
6) Peresepan yang tidak lengkap, tidak jelas , tidak terbaca dikonfirmasikan ke
dokter penulis resep sesuai prosedur
7) Pada pesanan obat yang emergency ditulis CITO
8) Pesanan obat melalui telepon ditulis kembali secara lengkap oleh penerima
pesanan dan dikonfirmasi ulang.
9) Instruksi lisan (verbal order) harus diminimalkan. Instruksi lisan untuk obat
high alert tidak boleh, kecuali dalam keadaan emergensi. Instruksi lisan tidak
diperbolehkan saat dokter berada di ruang rawat.
10) Berat badan dicantumkan pada pesanan obat untuk pasien anak
f. Peresepan obat-obat psikotropik selain dokter spesialis penyakit saraf hanya 3
hari pemakaian.
g. Obat obat yang diresepkan harus ditulis dalam formulir terapi untuk pasien
rawat inap dan blangko resep untuk pasien rawat jalan dan dicatat dalam rekam
medis setiap pasien.
h. Obat-obat yang diresepkan untuk pasien meliputi jenis, dosis dan aturan pakai
dicatat di rekam medis dan disertakan di status pasien pada saat pemulangan dan
pemindahan.
i. Obat yang dipakai pasien sebelum dirawat jika atas persetujuan DPJP tetap
dipakai maka dicatat di Rekam Medis Pasien dan di Formulir rekonsiliasi obat
dan dapat digunakan sebagai pertimbangan DPJP dalam memberikan resep
pertama sesuai prosedur.
j. Resep yang sudah dikerjakan, didokumentasikan, disimpan dengan baik, dan
setelah 3 tahun dapat dimusnahkan.
III.Pelayanan Farmasi
1. Penyiapan
a. Yang dimaksud penyiapan obat adalah proses dimulai dari resep/ instruksi
pengobatan diterima oleh apoteker/tenaga teknis kefarmasian yang ditunjuk
sampai dengan obat diterima oleh perawat di ruang rawat untuk pasien rawat inap
atau sampai dengan obat diterima oleh pasien/keluarga di rawat jalan.
b. Sebelum obat disiapkan, apoteker/ tenaga teknis kefarmasian harus melakukan
pengkajian terhadap resep/ instruksi pengobatan meliputi :
1) Ketetapan dosis, dosis, frekuensi dan rute pemberian.
2) Duplikasi terapi
3) Alergi atau reaksi sensitivitas yang sesungguhnya maupun yang potensial
4) Interaksi yang sesungguhnya maupun potensial antara obat dengan obat-
obatan atau makanan.
5) Variasi dari kriteria penggunaan yang ditentukan rumah sakit
6) Berat badan pasien dan informasi fisiologis dari pasien
7) Kontra indikasi
c. Petugas yang berwenang melakukan telaah resep adalah apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian yang mempunyai surat ijin dan terlatih.
d. Apoteker diberi akses ke data pasien atau rekam medis untuk melakukan
pengkajian resep.
e. Telaah tidak perlu dilakukan pada kondisi darurat, atau jika DPJP hadir yaitu di
IBS dan IGD, dalam tindakan radiologi intervensional dan diagnostic imaging
f. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kajen belum menggunakan
software interaksi obat dan alergi
g. Dalam proses penyiapan obat, petugas farmasi dapat melakukan substitusi
terapetik obat artinya farmasi diperbolehkan melakukan penggantian obat yang
sama kelas terapinya tetapi zatnya berbeda dengan terlebih dulu meminta
persetujuan dokter penulis resep.
h. Penyiapan obat harus dilakukan di tempat yang bersih dan aman sesuai aturan
dan standar praktik kefarmasian.
i. Area penyiapan obat tidak boleh dimasuki oleh personel lain selain petugas
farmasi.
j. Sistem distribusi dan penyiapan obat untuk pasien rawat inap dengan sistem Unit
Dose Dispensing artinya obat disiapkan per sekali minum dan untuk rawat jalan
dengan sistem distribusi resep individual.
k. Setiap obat yang telah disiapkan harus diberi label meliputi : Identitas pasien,
nama obat, dosis, waktu pemberian, tanggal penyiapan, tanggal kadaluarsa.
l. Obat disalurkan dalam bentuk yang paling siap diberikan kecuali obat intra vena.
m. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kajen belum melakukan penyiapan
produk steril.
2. Pemberian
a. Yang berhak memberikan obat kepada pasien adalah dokter atau perawat yang
memiliki kewenangan dan kompetensi serta memilik ijin praktek di Rumah Sakit
Umum Daerah Kajen.
b. Pemberian obat harus sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Pemberian
Obat.
c. Dokter peserta didik atau perawat peserta didik dapat memberikan obat di bawah
supervisi instruktur klinik, kecuali obat high alert.
d. Pada pemberian obat secara infus, label nama obat dan tanggal ditempelkan pada
botol infus.
e. Obat yang akan diberikan kepada pasien harus diverifikasi dulu oleh apoteker/
perawat tentang 7 benar, meliputi
1) Benar pasien
2) Benar obat
3) Benar dosis
4) Benar waktu & frekuensi pemberian
5) Benar cara/rute pemberian
6) Benar dokumentasi
7) Benar informasi.
f. Mutu obat yang diberikan kepada pasien harus dipastikan baik, dan diperiksa
secara manual.
g. Setiap penyerahan obat dari petugas farmasi kepada pasien/ keluarga/ perawat
selalu didokumentasikan.
h. Pasien dipastikan tidak memiliki riwayat alergi dan kontraindikasi dengan obat
yang akan diberikan.
i. Obat yang tergolong high alert harus diperiksa kembali oleh perawat lain
sebelum diberikan kepada pasien.
j. Obat yang diberikan harus sesuai dengan peresepan dan dicatat dalam rekam
medis pasien
k. Pemberian obat di ruang perawatan dicatat di lembar pemberian obat sesuai
dengan identitas pasien dan waktu pemberian
l. Pemberian obat kepada pasien rawat jalan dan digunakan secara mandiri harus
mendapat edukasi terlebih dulu oleh petugas farmasi.