Anda di halaman 1dari 6

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

KEAMANAN DAN KESEHATAN KARYAWAN

DIBUAT OLEH
Calvin Armando V. (3 SM-1/1510210203)

DOSEN PENGAMPU
Dr. Asmara Indahingwati, S.E., S.Pd., M.M.

MANAJEMEN SM-1
FAKULTAS EKONOMI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA)
SURABAYA
BIODATA MAHASISWA

Nama : Calvin Armando Valentino


Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 17 September 1997
Alamat : Jl. Simo Magerejo Tengah 1 No.11 Surabaya
Agama : Islam
Sekolah Asal : SMA Negeri 21 Surabaya
Cita-Cita : Staff HRD
Pekerjaan : Mahasiswa
Status : Belum Menikah
Nama Kampus : STIESIA Surabaya
Prodi : S1-Manajemen
NPM : 1510210203
Kelas : 3 SM-1
13.1 Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Perundang-undangan K3 ialah salah satu alat kerja yang sangat penting bagi para
Ahli K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) guna menerapkan K3 (Keselamatan
dan Kesehatan Kerja) di Tempat Kerja.
Undang-Undang yang mengatur K3 adalah sebagai berikut :
1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan
tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.

2. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan


Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan
berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke
tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada
pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para
pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat
dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 Tentang
Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan
masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan
penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.

3. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan
dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti
sampi dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Sebagai penjabaran dan
kelengkapan Undang-undang tersebut, Pemerintah juga mengeluarkan
Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait penyelenggaraan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah :
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang
Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
b. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas
Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
c. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
d. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul
Akibat Hubungan Kerja

Undang-Undang K3 :
a. Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie).
b. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
c. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 203 tentang
Ketenagakerjaan.

13.2 Komitmen Manajemen dan Keamanan


Menurut Dessler, keamanan dimulai dengan komitmen manajemen puncak. Semua
orang harus melhat bukti yang meyakinkan atas komitmen manajemen puncak.
Halinimeliputi manajemen puncak yang secara pribadi terlibat dalam:
a. Aktivitas keamanan
b. Membuat masalah keamanan menjadi prioritas dalam pertemuan dan
penjadwalan produksi.
c. Memberikan peringkatt dan status yang tinggi kepada petugas keamanan
perusahaan.
d. Menyertakan pelatihan keamanan dalam pelatihan pekerja baru.
13.3 Risiko Kesehatan
Bahaya Fisik : Pencahayaan, Getaran, Kebisingan

Bahaya Kimia : Gas, Asap, Uap, Bahan Kimia

Micro Biologi (Virus, bakteri, jamur,dll); Macro Biologi


Bahaya Biologi :
(Hewan, serangga, tumbuhan)

Stress Fisik (gerakan berulang, ruang sempit, memforsir


Bahaya Ergonomi :
tenaga); Stress Mental (Jenuh/bosan,overload)

Bahaya Mekanis : Titik jepit, putaran pulley atau roller

Trauma, Intimidasi, pola promosi jabatan nyang salah, dan


Bahaya Psikososial :
lain-lain

Tidak patuh terhadap peraturan, overconfident, sok tahu,


Bahaya Tingkah laku :
tidak peduli

Bahaya Lingkungan Kemiringan permukaan, cuaca yang tidak ramah,


:
Sekitar permukaan jalan licin

13.4 K3 Setelah Kejadian


1. Tahapan pertama dinamakakan Reactive atau Natural Instincts, artinya kita
membutuhkan K3 setelah adanya kejadian/cedera/ kecelakaan. Setiap orang
menjadi sibuk setelah ada kecelakaan. Pada tahap ini tidak mungkin untuk
mewujudkan zero accident (nihil kecelakaan).
2. Tahapan kedua dinamakan Dependent, artinya kita melaksanakan K3
apabila disuruh atau sedang diawasi. Pada tahap ini sulit untuk mencapai
zero accident (nihil accident).
3. Tahapan ketiga dinamakan Independent, artinya kita melaksanakan K3
hanya untuk kepentingan diri kita sendiri. Pada tahap ini ada kesempatan
untuk mencapai zero accident (nihil accident).
4. Tahapan keempat adalah Interdependent, artinya kita melaksanakan K3
bukan hanya untuk kita sendiri, akan tetapi kita akan saling
mengingatkan/memperhatikan apabila ada sesama rekan sekerja ada yang
lupa/lalai dalam menerapkan budaya K3. Pada tahap ini peluang untuk
mencapai zero accident(nihil kecelakaan) terbuka lebar.

APA YANG AKAN KITA LAKUKAN?


1. Mencari tahu ada pada tahapan berapa kita saat ini, kemudian mengevaluasi
diri akan K3,
2. Meningkatkan kesadaran diri sendiri akan pentingnya K3,
3. Selalu mengutamakan K3 dalam kegiatan sehari-hari untuk mewujudkan
zero accident (nihil kecelakaan) dan lingkungan kerja yang aman.

Anda mungkin juga menyukai