Anda di halaman 1dari 24

A.

Definisi
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori
protein. (Suriadi, 2001:196).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan
makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan
pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi
protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh
tubuh untuk pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi
dikelompokkan menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air.
(Arisman, 2004:157).
Dapat di simpulkan bahwa marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori
protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis
terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak
bawah kulit dan otot.

B. Etiologi
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat
terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat
seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan
metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering
dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan
penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat
berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan
atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan
juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116)
C. Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan
kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92).
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan,
karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai
bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat
sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan
ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.
Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah
kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina
Mursada, 2002:11).

D. Manisfestasi Klinis
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan
kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor
pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan
hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama
beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat
kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya
normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi
kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat
muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering,
tinja berisi mukus dan sedikit. (Nelson,2004).
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaringan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis

E. Fatwey
Asupan karbohidrat kurang

Pembentukan glukosa kurang

Sel

Pembentukan ATP kurang

Penyimpanan karbohidrat sangat sedikit

> 25 jam terjadi kekurangan karbohidrat

Asupan karbohidrat kurang/ tidak ada

Glikogenolisis Glukoneogenesis

Pemecahan glikogen Katabolisme protein Katabolisme lemak

Pembentukan glukosa Asam amino Pembentukan glukosa

Pembentukan glukosa

Peningkatan glukosa

Asupan karbohidrat terus menerus kurang/ tidak ada

Terjadi lagi proses Glikogenolisis dan Glukoneogenesis

Lama kelamaan lapisan lemak berkurang dan cadangan protein juga
berkurang

MARASMUS

Asupan karbohidrat tetap kurang/ tidak ada

Pertumbuhan berkurang

Terjadi atrofi otot

Menghilangnya lapisan lemak bawah kulit

Penghancuran jaringan

F. Klasifikasi
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP
ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak
sebagai berikut:
1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3. Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4. Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor
(Ngastiyah, 1997)

G. Anatomi Dan Fisiologi


a. Cavum Oris
Rongga mulut adalah pintu masuk saluran pencernaan. Fungsi rongga
mulut:
1. Memberi makan
2. Mengerjakan pencernaan pertama dengan jalan mengunyah
3. Untuk berbicara
4. Bila perlu. Digunakan untuk bernafas

Rongga mulut (cavum oris) dibantu oleh:


1. Sebelah atas: Oleh pallantum durum dan pallantum mole
2. Sebelah bawah: Oleh otot-otot yang membentuk lidah, kecuali itu juga
os mandibula
3. Sebelah depan dan samping: Oleh gigi, bibir dan juga pipi
4. Sebelah belakang: Oleh isthmus faucium

Didalam rongga mulut tersebut terdapat:


1. Pipi dan Bibir
Mengandung otot-otot yang diperlukan dalam proses mengunyah dan
bicara disebelah luar, pipi, dan bibir diselimuti oleh kulit
2. Lidah
Lidah mengandung 2 jenis otot, yaitu:
Otot ekstrinsik yang berorigo diluar lidah, insersi dilidah
Otot instrinsik yang berorigo dan insersi didalam lidah
3. Gigi
Gigi dibedakan menjadi 4 macam:
Gigi seri (Dens Incisivus) terdapat 8 buah
Gigi seri (Dens Caninus) terdapat 4 buah
Gigi geraham depan (Dens Premolaris)
Gigi geraham belakang (Dens Molaris)

4. Kelenjar Ludah
Terdapat tiga kelenjar ludah yang menghasilkan air ludah, yaitu:
Kelenjar Parotis, terletak disebelah bawah dengan daun telinga
diantara otot pengunyah dengan kulit pipih. Cairan ludah hasil
sekresinya dikeluarkan melalui duktus stesen kedalam rongga mulut
melalui satu lubang dihadapannya gigi molar kedua atas. Saliva yang
disekresikan sebanyak 25-35 %
Kelenjar Sublinguinalis, terletak dibawah lidah salurannya menuju
lantai rongga mulut. Saliva yang disekresikan sebanyak 3-5 %
Kelenjar Submandibularis, terletak lebih belakang dan kesamping
dari kelenjar subinguinalis. Saluran menuju kelantai rongga mulut
belakang gigi seri pertama. Saliva yang disekresikan sebanyak 60-70
%
Ada 2 jenis pencernaan didalam rongga mulut:
Pencernaan mekanik, yaitu pengunyahan dengan gigi, pergerakan
otot-otot lidah, dan pipi untuk mencampur makanan dengan air
ludah sehingga terbentuklah suatu bolus yang bulat untuk ditelan
Pencernaan kimiawi yaitu pemecahan zat pati (amilum) oleh
pthialin (suatu amylase) menjadi maltosa. Suatu bukti ialah bila
kita mengunyah nasi (zat pati), lama-kelamaan akan sedikit terasa
manis. Pthialin bekerja didalam rongga mulut (pH 6,3-6,8) dan
masih bekerja didalam lambung untuk mencernakan zat pati kira-
kira 15 menit sampai asam lambung menurunan pH sehingga
pthialin tidak bekerja lagi

b. Faring
Faring menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan dan
melakukan gerakan mencegah masuknya makanan ke jalan pernapasan
dengan menutup sementara hanya beberapa detik dan mendorong makanan
masuk ke dalam esofagus agar tidak membahayakan pernapasan.

c. Esofagus
Esophagus adalah yang menghubungkan rongga mulut dengan lambung,
yg letaknya dibelakang trakea yg berukuran panjang 20-25 cm dan lebar
2 cm. Fungsi dari esophagus adalah:
1. Menghantarkan bahan yang dimakan dari faring ke lambung
2. Tiap-tiap ujung esophagus dilindungi oleh suatu sphingter yang
berperan sebagai barier terhadap refleks isi lambung kedalam
esophagus

Dinding esophagus terdiri atas beberapa bagian, yaitu:


1. Lapisan Mukosa, terletak dibagian dalam yang dibentuk oleh epitel
berlapis gepeng dan diteruskan kefaring dibagian atas serta mengalami
perubahan yang mencolok pada perbatasan esophagus lambung menjadi
epitel selapis toraks pada lambung
2. Lapisan Submukusa, mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan
mucus untuk mempermudah jalannya makanan waktu menelan dan
melindungi mukosa dari cedera pencernaan kimiawi
3. Lapisan otot, terdiri dari dua lapisan serabut otot yang satu berjalan
longitudinal, dan lainnya sirkulasi

Mekanisme menelan dilakukan setelah mengunyah:


1. Gerakan membentuk makanan menjadi sebuah bolus dengan bantuan
lidah dan pipu dan melalui bagian belakang mulut masuk kedalam
faring
2. Setelah makanan masuk kedalam faring maka fallantum lunak naik
untuk menutup nares posterior, glottis menutup oleh kontraksi otot-otot
dan otot kontrikstor faring menangkap makanan dan pada saat ini
pernapasan berhenti. Gerakan menelan pada bagian ini merupakan
gerakan refleks
3. Makanan berjalan dalam esophagus karena kerja peristaltik yang
menghantarkan bolus makanan ke lambung

d. Gaster
Lambung menampung makanan yang masuk melalui esofagus,
mengahancurkan makanan, dan menghaluskan makanan dengan gerakan
peristaltik lambung dan getah lambung. Penghancuran makanan dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan mekanis dan kimiawi.
1. Mekanis, menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan
mengeluarkan kimus ke dalam usus. Pendorongan makanan terjadi
secara gerakan peristaltik setiap 20 detik
2. Kimiawi, bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung
dan enzim-enzim
Di dalam lambung, makanan dicerna secara kmiawi. Dinding lambung
tersusun dari tiga lapisan otot, yakni otot melingkar, memanjang dan
menyerong. Kontraksi dan ketiga macam lapisan otot tersebut
mengakibatkan gerak peristaltik (gerak menggelombang). Gerak
peristaltik menyebabkan makanan di dalam lambung diaduk-aduk.
Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar
yang menghasilkan getah lambung. Aroma, bentuk, warna, dan selera
terhadap makanan secara refleks akan menimbulkan sekresi getah
lambung. Getah lambung mengandung asam lambung (HCI), pepsin,
musin, dan renin. Asam lambung berperan sebagai pembunuh
mikroorganisme dan mengaktifkan enzim pepsinogen menjadi pepsin.
Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul
yang lebih kecil. Musin merupakan mukosa protein yang melicinkan
makanan. Renin merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada
mamalia, berperan sebagai kaseinogen menjadi kasein. Kasein
digumpalkan oleh Ca+ dari susu sehingga dapat dicerna oleh pepsin.
Tanpa adanya reninm sus yang berwujud cair akan lewat begitu saja di
dalam lambuing dan usu tanpa sempat dicerna.
Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan
menjadi lembut seperti bubur, disebut chyme (kim) atau bubur makanan.
Otot lambung bagian pilorus mengatur pengeluaran kim sedikit demi
sedikit dalam duodenum. Caranya, otot pilorus yang mengarah ke lambung
akan relaksasi (mengendur) jika tersentuk kim yang bersifat asam.
Sebaliknya, otot pilorus yang mengarah ke duodenum akan berkontraksi
(mengerut) jika tersentu kim.
Jadi, misalnya kim yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka
pilorus akan membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan
asam mengenai pilorus belakang, pilorus menutup. Makanan tersebut
dicerna sehingga keasamanya menurun. Makanan yang bersifat basa di
belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka. Akibatnya,
makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian
seterusnya. Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal
demi segumpal agar makanan tersebut dapat tercerna efektif. Seteleah 2
sampai 5 jam, lambung kosong kembali.

e. Intestinum
Intestinum adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan
penyerapan. Setelah ini lumen meninggalkan usus halus tidak terjadi lagi
pencernaan walaupun usus besar dapat menyerap sejumlah kecil garam
dan air. Dengan panjang sekitar 6,3 m (21 kaki), diameternya kecil yaitu
2,5 cm/1 inci. Bergulung didalam rongga abdomen dan terlentang dari
lambung sampai usus besar. Usus halus terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. Duodenum
Duodenum disebut jga usus dua belas jari
Bagian pertama usus halus yang terbentuk sepatu kuda
Bermuara dua saluran: saluran getah pancreas dan saluran empedu
2. Jejenum
Disebut juga usus kosong
Menempati 2/5 sebelah atas dari usus halus yang selebihnya
Terjadi pencernaan secara kimiawi
Pencernaan diselesaikan
Menghasilkan enzim pencernaan
3. Ileum
Ileum disebut juga usus penyerapan
Menempati 3/5 akhir
Penyerapan sari-sari makanan

f. Colon
1. Colon terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
Asenden
Transversum
Desenden
2. Fungsi utama usus besar antara lain:
Untuk menyimpan bahan sebelum defekasi
Selulosa dan bahan2 lain dalam makanan yg tidak dapat
dicernamembentuk sebagian besar feses dan membantu
mempertahankan pengeluaran tinja secara teratur karena berperan
menentukan volume isis colon

g. Rektum dan Anus


Rektum, terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor (usus besar) dengan anus. Terletak dalam rongga pelvis
didepan osakrum dan askoksigis. Panjang 10 cm terbawah dari usus tebal.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rectum dengan dunia luar (udara luar). Anus ini terletak didasar pelvis,
dindingnya diperkuat oleh tiga spinter, yaitu:
1. Spinter Ani Internus yang bekerja tidak menurut kehendak
2. Spinter Levator Ani yang bekerja tidak menurut kehendak
3. Spinter Ani Eksternus yang bekerja bekerja menurut kehendak

h. Pankreas
Pankreas memiliki panjang 15 cm, campuran jaringan eksokrin
danendokrin, elenjar memanjang yang terletak dibelakang dan dibawah,
diatas lengkung pertama duodenum.
1. Eksokrin: sel sekretorik seperti anggur yg membentuk kantung-kantung
atau asinus, berhubungan yg akhirnya bermuara ke duodenum
2. Endokrin: pulau2 jaringan endokrin terisolasi, pulau-pulau langerhands
(insulin dan glukosa)
3. Enzim yg ada pada pancreas adalah:
Proteolitik: untuk pemcernaan protein
Amilase : untuk pencernaan karbohidrat
Lipase: untuk pencernaan lemak
i. Hepar
Hati merupakan organ terbesar dari sistem pencernaan yg ada dalam
tubuhmanusia. Berwarna coklat, sangat vaskuler lunak. Beratnya sekitar
1300-1500 gram. Didalam hati terdiri dari lobulus-lobulus yang banyak
sekitar 50.000-100.000 buah. Lobulus yang berbentuk segienam, setiap
lobulus terdiri dari jajaran sel hati (hematosit) seperti jari-jari roda
melingkari suatu vena sentralis diantara sel hati terdapat sinusinoid yang
pada dindingnya terdapat makrofag yang disebut sel kuffer yang dapat
memfagosit sel-sel darah yg rusak dan bekteri. Hematosit menyerap
nutrient, oksigen dan racun dari darah sinusoid.
Didalam hematosit zat racun akan didektosifikasi. Diantaranya
hematosit terdapat saluran empedu. Kanalikuli-kanalikuli akan bergabung
menjadi duktus hepatikus, yang bercabang menjadi dua, satu menuju
kandung empedu yang disebut duktus sitikus, yang kedua duktus
koleodokus akan bergabung dengan duktus wirsungi dari pancreas menuju
duodenum. Fungsi Hati antara lain:

1. Metabolisme Karbohidrat
Glikolisis: Pembentukan glukosa menjadi glikogen
Glikogenolisis: Pembentukan glikogen menjadi glukosa
Glukoneogenesis: Pembentukan glukosa bukan dari karbohidrat,
tetapi dari protein dan lemak
2. Metabolisme Protein
Beberapa asam amino diubah menjadi glukosa. Asam amino yg
tidakdibutuhkan menjadi urea yang dikeluarkan dari sel hati kdalam
darah dan disekresikan oleh ginjal
3. Metabolisme Lemak
Lemak diubah menjadi asam lemak dan gliserol selain itu asam lemak
dibawa menuju hati dalam darah porta dari usus dan diubah menjadi
jenis partikel-partikel kecil yg dapat digunakan dalam proses metabolik
H. Komplikasi
1. Hipotermi
2. Hipoglikemia
3. Kekurangan elektrolit dan cairan tubuh
4. Postur tubuh kecil pendek
5. Mengalami gangguan bicara
6. Gangguan perkembangan
7. Penurunan skor tes IQ
8. Penurunan perkembangn kognitif
9. Penurunan integrasi sensori
10. Gangguan pemusatan perhatian
11. Gangguan penurunan rasa percaya diri

I. Penatalaksanaan
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang
kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan,
pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil
laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.
5. Penanganan KKP berat
Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi
pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk
mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi
diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi. Upaya pengobatan, meliputi :
a. Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.
b. Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik
c. Pengobatan infeksi
d. Pemberian makanan
e. Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan
vitamin, anemia berat dan payah jantung.
6. Menurut Arisman, 2004:105
a. Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100
cc/kg BB biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi.
b. Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2
jam pertama peroral atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10
cc/kg BB/ jam.
c. Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.
d. Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian
CRO/intravena diberikan dalam kegiatan rehidrasi.
e. Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-
masing disebut sebagai F-75 dan F-100.
7. Menurut Nuchsan Lubis
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam
beberapa tahap, yaitu :
a. Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan
untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi
atau asidosis dengan pemberian cairan IV.
cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer
Laktat Dextrose 5%.
Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.
b. Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan
Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-
60 kalori/ kg BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan
protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.
Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175
kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang
7-10 hari.
J. Pemeriksaan Diagnosti
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengukur TB dan BB
b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi
dengan TB (dalam meter)
c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang
(lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak
dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka
lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari
lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan
sekitar 2,5 cm pada wanita.
d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa,
massa tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht,
transferin.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan & kontak dengan
klien tentang : nama perawat, nama klien, panggilan perawat,
panggilan klien, tujuan waktu, tempat, pertemuan, dan topik yang
akan dibicarakan.
b. Usia dan nomor Rekam Medik.
c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang di dapat.
d. Alasan Masuk
Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini?
e. Penampilan
Muka seorang penderita marasmus menunjukan wajah seorang tua.
Anak terlihat sangat kurus (vel over been) karena hilangnya sebagian
besar lemak dan otot-ototnya
f. Pengukuran Antopometri
Berat badan menurut usia < 60% dari berat badan normal usianya
g. Perubahan Mental
Anak menangis, juga setelah mendapat makan oleh sebab masih
merasa lapar. Kesadaran yang menurun (apati) terdapat pada penderita
marasmus yang berat
h. Kulit
Kulit biasanya kering, dingin, dan mengendor disebabkan kehilangan
banyak lemak dibawah kulit serta otot-ototnya
i. Rambut Kepala
Walaupun tidak sering seperti pada penderita kwashiorkor, adakalanya
tampak rambut yang kering, tipis dan mudah rontok, berserabut,
rapuh, pudar, depigmentasi
j. Lemak Dibawah Kulit
Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit mengurang
k. Otot-Otot
Otot-otot atrofis, hingga tulang-tulang terlihat lebih jelas, lemas
l. Sistem Neurologis
Lesu, peka rangsang, letargi, apatis
m. Saluran Pencernaan
Penderita marasmus lebih sering menderita diare atau konstipasi
n. Abdomen
Distensi, lembek, menonjol besar, perototan buruk
o. Jantung
Tidak jarang terdapat bradikardi
p. Tekanan Darah
Pada umumnya tekanan darah penderita lebih rendah dibandingkan
dengan anak sehat seumur
q. Saluran Nafas
Terdapat pula frekuensi pernafasan yang mengurang
r. Sistem Darah
Pada umumnya ditemukan kadar hemoglobin yang agak rendah

2. Focus pengkajian marasmus menurut Mi Ja Kim adalah :


a. Data Subjektif
Rasio berat badan
Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat.
BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan & bentuk
tubuh yang normal.
Tinggi aktivitas
Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus marasmus.
Anak tampak lesu dan tidak bergairah & pada anak yang lebih tua
terjadi penurunan produktivitas kerja.
Masukan atau intake nutrisi
Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari jumlah
harian yang dianjurkan.
Melaporkan / terlihat kurang makan.
Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan.
Pengetahuan tentang nutrisi
Memperlihatkan / terobservasi kurangnya pengetahuan dalam
perilaku peningkatan kesehatan.
b. Data Objektif
Data umum
Perubahan rambut
Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan dan lurus,
panjang, halus, mudah lepas bila ditarik).
Warna kulit lebih muda
Seluruh tubuh / lebih sering pada muka, mungkin menampakan
warna lebih muda daripada warna kulit anak sehat.
Tinja encer
Disebabkan gangguan penyerapan makan, terutama gula.
Adanya ruam bercak bersepih
Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas meninggalkan
warna kulit yang sangat muda / bahkan ulkus di bawahnya.
Gangguan perkembangan & pertunbuhan
Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan
kurang mengandung kalori dan protein.
Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan gambaran
usus yang jelas.
Adanya anemia yang berat
Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi,
asam folat dan berbagai vitamin.
Mulut dan gigi
Adanya tanda luka di sudut-sudut mulut.
Kaji adanya anoreksia, mual.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status
metabolik.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.

C. Rencana Perawatan

NO No Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional


dx
kep
1. I Tujuan : Pasien 1. Dapatkan 1.Untuk
mendapat nutrisi yang riwayat diet mengetahui
adekuat asupan kalori
Kriteria hasil : 2. Dorong 2.untuk
meningkatkan orangtua atau meningkatkan
masukan oral anggota selera makan
keluarga lain
untuk
menyuapi
anak atau ada
disaat makan
3. Sajikan 3.meningkatkan
makan sedikit asupan nutrisi
tapi sering
4. Sajikan 4.proses
porsi kecil penyembuhan
makanan dan pada anak
berikan setiap
porsi secara
terpisah
2. II Tujuan : Tidak terjadi 1. Monitor 1.mengetahui
dehidrasi tanda-tanda keadaan umum
Kriteria hasil : vital dan
Mukosa bibir lembab, tanda-tanda
tidak terjadi dehidrasi
peningkatan suhu, 2. Monitor 2.mengetahui
turgor kulit baik. jumlah dan intake dan
Intervensi : tipe masukan output
cairan Cairan dalam
tubuh
3. Ukur 3. mengetahui
haluaran urine output cairan
dengan akurat dalam tubuh

3. III Tujuan : Tidak terjadi 1. Monitor 1.mengetahui


gangguan integritas kemerahan, keadaan umum
kulit pucat,ekskori
Kriteria hasil : asi
kulit tidak kering, 2. Dorong 2.untuk
tidak bersisik, mandi meningkatkan
elastisitas normal 2xsehari dan personal
gunakan hygiene
lotion setelah
mandi
3. Massage 3.mempelancar
kulit Kriteria peredaran darah
hasil ususnya
diatas
penonjolan
tulang

4. IV Tujuan : Pasien tidak 1. Mencuci 1.meningkatkan


menunjukkan tanda- tangan kebersihan
tanda infeksi sebelum dan personal
Kriteria hasil : suhu sesudah
tubuh normal 36,6 C- melakukan
37,7 C,lekosit dalam tindakan
batas normal 2. Pastikan 2.mencegah
semua alat terjadinya
yang kontak infeksi
dengan pasien
bersih/steril
3. Instruksikan 3.meningkatkan
pekerja pengetahuan
perawatan pada keluarga
kesehatan dan
keluarga
dalam
prosedur
control infeksi
Be4. antibiotik 4.sesuai dengan
sesuai program program
5. V Tujuan : pengetahuan 1. Tentukan 1.agar keluarga
pasien dan keluarga tingkat pasien
bertambah pengetahuan mengetahui
Kriteria hasil : orangtua kesehatan lebih
Menyatakan kesadaran pasien lanjut
dan perubahan pola
hidup,mengidentifikasi
hubungan tanda dan 2. Mengkaji 2.program
gejala. kebutuhan kesehatan
diet dan jawab
pertanyaan
sesuai
indikasi
3. Dorong 3.proses
konsumsi pemulihan
makanan penyakit
tinggi serat
dan masukan
cairan adekuat

4. Berikan 4.meningkatkan
informasi pengetahuan
tertulis untuk orang tua
orangtua
pasien

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Mendapatkan riwayat diet
2. Mendorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak
atau ada disaat makan
3. Meminta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan
menjadi menyenangkan
4. Mengunakan alat makan yang dikenalnya
5. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah
gangguan dan memuji anak untuk makan mereka
6. Menyajikan makansedikit tapi sering
7. Menyajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Masalah dikatakan teratasi apabila Pasien mendapat nutrisi yang adekuat dan
mampu meningkatkan masukan oral.
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R. E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol 1. Jakarta:EGC

Johnson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC).

MosbyLubis, N. U. 2002. Penatalaksanaan Busung Lapar Pada Balita.


http://www.cerminduniakedokteran.com. diperoleh tanggal 4 Juni 2008

Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta: Media


Aescullapius.

Markum, A, H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI
.
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby
NANDA .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi
& Klasifikasi, Alih Bahasa: Budi Santoso. Prima Medika
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi . Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai