Anda di halaman 1dari 7

PORIFERA DAN CNIDARIA

Oleh :
Nama : Ellen Evita
NIM : B1A015119
Rombongan : III
Kelompok :4
Asisten : Tsara Hanifah

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomiindividu


yang beranekaragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Prosedur identifikasi
berdasarkan pemikiran yang bersifat deduktif. Pengertian identifikasi berbeda sekali
dengan pengertian klasifikasi. Identifikasi berhubungan dengan ciri-ciri taksonomi
dalam jumlah sedikit (idealnya satu ciri), akan membawa spesimen kedalam satu urutan
kunci identifikasi, sedangkan klasifikasi berhubungan dengan upaya mengevaluasi
sejumlah besar ciri-ciri (idealnya seluruh ciri-ciri yang dimiliki). Peranan buku kunci
identifikasi adalah mutlak diperlukan dalam melakukan identifikasi. Determinasi
merupakan cara untuk mengidentifikasi suatu makhluk hidup dengan mencocokkan
dengan buku panduan kunci determinasi (Mayr, 1969).
Klasifikasi hewan dapat diartikan sebagai penggolongan hewan ke dalam
kelompok-kelompok berdasarkan kekerabatannya, biasanya berhubungan dengan
kemiripan, perbedaan maupun keduanya. Klasifikasi dapat berdasarkan hubungan
evolusi, habitat, dan cara hidupnya. Klasifikasi berhubungan dengan upaya
mengevaluasi sejumlah besar ciri-ciri, idealnya seluruh ciri yang dimiliki
(Darbohoesodo,1976).
Porifera merupakan hewan yang berpori dan sering juga disebut hewan berongga
karena seluruh tubuhnya dipenuli oleh lubang yang disebut pori. Hewan ini merupakan
hewan paling sederhana karena hidupnya menetap di atas karang atau di permukaan lain
di dasar perairan. Porifera biasa juga disebut spons yang hidup di air. Spons belum
memiliki alat ekskresi khusus dan sisa metabolisme dikeluarkan secara difusi. (Kimball,
1990).
Cnidaria merupakan hewan yang tidak mempunyai usus yang sesungguhnya,
tetapi pemberian nama hewan berongga belum tepat diberikan kepada phylum ini
karena tidak memiliki rongga tubuh yang sebenarnya, yang dimiliki hanyalah sebuah
rongga sentral yang ada di dalam tubuh yang disebut coelenteron. Pada kenyaataannya,
cnidarian memiliki alat yang berfungsi ganda, yaitu sebagai pencerna makanan dan
sebagai pengedar sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh (Jasin, 1992).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah :


1. Mengenal beberapa anggota phylum Porifera dan Cnidaria
2. Mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi anggota
phylum Porifera dan Cnidaria
II. TINJAUAN PUSTAKA

Filum Porifera memiliki lapisan tubuh diploblastik dan metazoan aselomata.


Mereka mampu bertahan hidup dalam jumlah yang sangat banyak di laut baru-baru ini
dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah secara ekstrim. Tubuh dari filum ini
hanya tersusun dari sel yang memiliki berbagai fungsi (Soest, et al., 2012). Ciri-ciri
khusus tubuh porifera, yaitu tubuhnya memiliki banyak pori yang merupakan awal dari
sistem kanal (saluran air) yang menghubungkan lingkungan eksternal dengan
lingkungan internal. Tubuh porifera tidak dilengkapi dengan apa yang disebut apendiks
dan bagian tubuh yang dapat digerakkan. Tubuh porifera belum memiliki saluran
pencernaan makanan, adapun pencernannya berlangsung secara intraseluler. Tubuh
porifera dilengkapi dengan kerangka dalam yang tersusun atas bentuk kristal dari
spikulaspikula atau bahan fiber yang terbuat dari bahan organik (Yusminah, 2007).
Filum Cnidaria merupakan hewan diploblastik karena tubuhnya memiliki dua
lapisan sel, yaitu ektoderm (epidermis) dan endoderm (lapisan dalam atau
gastrodermis). Ektoderm berfungsi sebagai pelindung sedang endoderm berfungsi untuk
pencernaan. Sel-sel gastrodermis berbatasan dengan coelenteron atau gastrosol.
Gastrosol adalah pencernaan yang berbentuk kantong. Makanan yang masuk ke dalam
gastrosol akan dicerna dengan bantuan enzim yang dikeluarkan oleh sel-sel
gastrodermis. Pencernaan di dalam gastrosol disebut sebagai pencernaan ekstraseluler.
Hasil pencernaan dalam gasrosol akan ditelan oleh sel-sel gastrodermis untuk kemudian
dicerna lebih lanjut dalam vakuola makanan. Pencernaan di dalam sel gastrodermis
disebut pencernaan intraseluler. Sari makanan kemudian diedarkan ke bagian tubuh
lainnya secara difusi. Begitu pula untuk pengambilan oksigen dan pembuangan
karbondioksida secara difusi. Cnidaria memiliki organel intraseluler yang unik dalam
jaringan tubuh terluarnya yang disebut cnidae. Cnidae meliputi nematosit, spirosit, dan
ptikosit. Sel yang menjadi tempat cnidae disebut cnidocyte. Nematosit digunakan untuk
menangkap mangsa, makanan, bentuk pertahanan kepada predator atau untuk
melekatkan diri pada substrat (Rifai et al., 2013). Cnidaria memiliki sistem saraf
sederhana yang tersebar berbentuk jala yang berfungsi mengendalikan gerakan dalam
merespon rangsangan. Sistem saraf terdapat pada mesoglea. Mesoglea adalah lapisan
bukan sel yang terdapat diantara lapisan epidermis dan gastrodermis. Gastrodermis
tersusun dari bahan gelatin (Kimball, 1990).
Porifera biasanya diidentikkan dengan spesies spons. Spons biasanya ditemukan
di habitat perairan air tawar dan merupakan komponen penting dalam ekosistem
(Jamdade, et al. 2014). Spons adalah invertebrata akuatik. Spons secara tradisional
dibagi kedalam tiga kelas: spons berkapur (Calcarea), spons kaca (Hexactinellida) dan
demosponge (Demospongiae), dan Homoscleromorpha (Bergquist (1998) dan Gazave
(2010))

Berikut adalah perbedaan karakter kelas dari phylum Porifera

Tipe Sel Spikula Serabut Exoskeleton Bentuk


Spongin Tubuh

Kalsit. Asconoid,
Calcarea Berinti tunggal, Jika ditemukan syconoid,
membran eksternal Mungkin Tidak terbuat dari leuconoid
tunggal satu atau kalsit. atau
banyak solenoid

Silika.
Hexactinellida

Kebanyakan syncytiad Mungkin


Tidak Tidak Leuconoid
isemua spesies satu atau
menyatu

Pada beberapa
Demospongiae

Berinti tunggal, Sebagian spesies. Jika


membran eksternal Silika besar ditemukan Leuconoid
tunggal spesies terbuat dari
aragonit
Homoscleromorpha

Berinti tunggal, Sebagian Sylleibid


membran eksternal Silika besar Tidak atau
tunggal spesies leuconoid

Menurut Mukayat (1989), Coelenterata atau cnidaria dibagi menjadi 3 kelas yaitu

1. Kelas Hydrozoa

Hydrozoa biasanya berbentuk koloni-koloni kecil dengan bentuk polip dominan,


bahkan seluruh koloni mungkin hanya terdiri dari polip. Beberapa jenis polip
membentuk medusa dengan jalan pembentukan tunas. Medusa mempunyai velum, yaitu
bentukan serupa laci dalam payung. Pinggiran payung tidak bertakik (bercelah). Contoh
hydrozoa yaitu Hydra, Obelia, dan Gonionemus.

2. Kelas Scyphozoa

Ubur-ubur yang sebenarnya adalah medusa-medusa dengan pinggiran yang


berlekuk-lekuk, tidak ada cadar (velum), saluran radial bercabang-cabang, dan gonad-
gonad dalam kantung-kantung ruang gastrikulum. Contoh Scyphozoa adalah Aurelia
Aurita. Ubur-ubur ada yang dapat mencapai garis tengah beberapa kaki (sampai 150
cm).
3. Kelas Anthozoa

Anggota-anggota anthozoa (Yunani anthos = bunga) adalah anemon-anemon laut


dan hewan-hewan karang laut, tubuhnya berbentuk polip, tidak ada bentuk medusa.
Hewan-hewan itu tidak bertangkai dan biasanya terbungkus dengan skeleton eksternal
dan disebut karang, memiliki banyak tentakel.

III. MATERI DAN METODE


A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah bak preparat, pinset, kaca
pembesar, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, sarung tangan karet (gloves), masker
dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah beberapa spesimen hewan
Porifera dan Cnidaria.

B. Metode
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Spesimen diamati, digambar dan dideskripsikan karakter yang diamati
berdasarkan ciri-ciri morfologi.
2. Spesimen diidentifikasi spesimen dengan kunci identifikasi.
3. Spesimen dibuat kunci identifikasi sederhana berdasarkan karakter yang diamati.
4. Laporan sementara dibuat laporan sementara dari hasil laporan.
DAFTAR REFERENSI

Bergquist, P.R. 1998. Porifera dalam Anderson, D.T.,. Invertebrate Zoology. Oxford
University Press. pp. 1027.

Darbohoesodo, R. B. 1976. Penuntun Praktikum Taksonomi Avertebrata. , Purwokerto :


Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman.

Gazave, E., Lapbie, P., Renard, E., Vacelet, J., Rocher, C., Ereskovsky, AV., Lavrov, D.
V., & Borchiellini, C . 2010. Molecular phylogeny restores the supra-generic
subdivision of homoscleromorph sponges (porifera, homoscleromorpha). PLOS
ONE 5 (12): e14290

Jamdade, R. A. & Deshpande, V. Y. 2014. Freshwater sponge fauna (Porifera :


Spongillidae) from Satara region of Western ghats, India. Pelagia Research
Library. 5(2):347-352
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya : Sinar
Wijaya

Kimball, J.W. 1990. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Mayr, E. 1969. Principles of Systematic Zoology. New Delhi : McGraw-Hill Publishing


Company

Mukayat, B. D. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Soest, R. W. M., Esnault, V., Nicole, B., Vacelet, J., Dohrmann, M., Erpenbeck, D.,
Voogd, N. J. De, Santodomingo, N., Vanhoorne, B., Kelly, M., Hooper. J. N. A.
2012. Global Diversity Of Sponges (Porifera). Plos ONE. Vol:7

Yusminah, H. 2007. Biologi Umum 2. Makassar : UIN Alauddin Press.

Anda mungkin juga menyukai