Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KEHARAAN TANAMAN
PRODUKTIVITAS MAKSIMUM TANAMAN PADI
( PERCOBAAN POT )

Disusun oleh:
Kautsar Dwi Laudia (12971)

JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
PRODUKTIVITAS MAKSIMUM PADI
I. PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Padi merupakan tanaman pangan yang menjadi tanaman pangan utama bagi
sebagian besar penduduk di Indonesia. Produktivitas padi di berbagai daerah di Indonesia
memiliki potensi dan hasil yang berbeda beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor
seperti iklim, jenis tanah dan tingkat ketersediaan air dalam tanah. Pada budidaya padi
sawah harus membutuhkan air yang banyak, air yang tersedia harus menggenangi sedikit
tanaman padi. Berbeda dengan padi jenis gogo yang ditanam di lahan yang kering.
Faktor faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas padi selain iklim , tanah,
dan air adalah adanya ketersediaan hara bagi tanaman padi . Ketersediaan hara merupakan
faktor yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman
padi.Unsur hara sangat dibutuhkan oleh tanman padi dalam mendukung pertumbuhan baik
fisiologis maupun biologis tanman padi. Dengan adanya kecukupan unsur hara, maka
tanaman padi dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Tanaman yang kecukupan
nutrisi hara nya merupakan tanaman yang sehat, tanaman yang sehat akan tanah terhadap
hama dan penyakit.
Setiap tanaman sangatlah membutuhkan unsur hara untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan tanaman tersebut, begitu juga dengan tanaman padi. Unsur hara dapat
diberikan ke dalam padi dengan cara melakukan pemupukan dengan tepat sesuai dengan
kebutuhan unsure hara padi. Oleh karena itu, perlu nya dilakukan praktikum keharaan
tanaman pada tanaman padi untuk mengetahui produktivitas maksimum tanaman padi
tersebut.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menetahui kebutuhan hara tanaman padi
dan mengetahui tingkat produktivitas maksium padi terhadap pemberian pupuk.
II. METODELOGI

Praktikum keharaan tanaman yang berjudul produktivitas tanaman padi ini


dilakukan dari bulan maret hingga juni 2015 di laboratorium rumah kaca, Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Adapun alat dan bahan yang
dibutuhkan selama praktikum antara lain; ember sebagai wadah media tanam, tanah,
pengaduk untuk menggemburkan tanah, air, pupuk, dan bibit padi ciherang.
Langkah-langkah dalam praktikum keharaan ini adalah pertama persiapan media
tanam, yaitu tanah yang telah dipersiapkan dimasukkan ke dalam ember sebats bagian
ember, kemudian tanah tersebut diberi air hingga tanah menjadi lembek seperti bubur dan
kemudian diaduk agar bercampur merata dan tanah menjadi tidak padat. Setelah itu, bibit
padi ditanam ke dalam ember yang berisi tanah satu persatu secukupnya.Kemudian diberi
pupuk dan dilakukan pemeliharaan hingga pemanenan.
III. PEMBAHASAN
Tanaman padi termasuk golongan tanaman setahun/semusim. Bentuk batangnya bulat dan
berongga, daunnya memanjang seperti pita yang berdiri pada ruas-ruas batang dan
mempunyai sebuah malai yang terdapat pada ujung batang.
Bagian-bagian tanaman dalam garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian besar
yaitu :
1. Bagian Vegetatif, yang meliputi : akar, batang dan daun.
2. Bagian Generatif, yang meliputi : malai yang terdiri dari bulir-bulir daun bunga.

Lama fase vegetatif cepat, reproduksi dan fase pematangan bulir pada umumnya
hampir sama. Perbedaan umur antara macam-macam varietas padi disebabkan karena ada
perbedaan waktu dari fase vegetatif lambat. Varietas-varietas yang berumur 130 hari dari
menyebar, pada umumnya tidak mempunyai fase vegetatif lambat, sedangkan varietas-
varietas yang berumur kurang 130 hari dari menyebar, terjadi saling penindihan ( Overlap )
antara fase vegetatif cepat dan reproduktif, varietas yang berumur lebih dari 130 hari,
mempunyai fase vegetatif yang lebih lama.
Produksi tanaman padi ditentukan oleh jumlah malai per rumpun atau per satuan
luas, kepadatan malai, prosentase gabah isi, dan berat 1000 bulir. Jerami merupakan hasil
pertumbuhan selama fase vegetatif, sedang gabah merupakan hasil pertumbuhan fase
reproduksi dan fase pemasakan. Interaksi antara padi dengan faktor lingkungan serta antara
faktor lingkungan itu sendiri bisa mempengaruhi pertumbuhan padi. Faktor-faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi padi dapat dibagi dalam
dua golongan yaitu : Faktor-faktor lingkungan alamiah seperti : tanah, iklim dan biologis
serta faktor-faktor sarana produksi ( pupuk, pestisida, varietas-varietas padi unggul dan
lain-lain ), yang diberikan oleh manusia.
Sifat tanah yang mempengaruhi produksi dari sesuatu tanaman adalah kesuburan
tanah. Kita mengenal dua jenis kesuburan tanah, ialah kesuburan fisik dan kesuburan
kimiawi. Kesuburan fisik adalah sifat-sifat fisik tanah yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman yaitu tekstur, struktur, keadaan dan komposisi udara serta air. Sedangkan
kesuburan kimiawi menggambarkan kekayaan tanah tersebut akan unsur hara yang
dibutuhkan dan dapat diserap oleh tanaman.
Faktor-faktor iklim yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi yaitu
curah hujan, kelembaban udara, temperatur, awan, radiasi dan angin.
Keadaan lain yang menunjukkan pengaruh lingkungan adalah pengaruh kadar
garam ( salinitas ) dari tanah. Salinitas ( kebanyakan kadar garam dalam tanah ) pada
tanah yang jauh dari pantai menyebabkan tumbuhnya tanaman menjadi tidak rata.
Pertumbuhan tidak sama itu sering dihubungkan dengan ketinggian tanah yang sedikit
berbeda dan sebagai akibat adanya penimbunan garam setempat-setempat. Tanaman
menjadi kerdil dan berwarna pucat.
Selama ini telah berkembang semacam kepercayaan di kalangan pertanian bahwa
penyiapan lahan dengan cara mengolah secara intensif adalah cara yang terbaik dalam
penyiapan lahan yang mendukung tercapai hasil terbaik. Cara olah tanah intensif ini juga
dikenal dengan istilah olah tanah sempurna atau olah tanah secara konvensional. Pada saat
ini, lahan dipersiapkan dengan cara pencangkulan sampai dua kali, kemudian dilanjutkan
dengan proses penyisiran atau penghalusan. Dengan demikian praktis semua bagian
permukaan yanah untuk tempat tumbuh tanaman tak ada yang terlewat dari sentuhan
olahan manusia. Namun, belakangan ini diketahui bahwa cara penyiapan lahan secara
konvensional seperti itu banyak terdapat kelemahan.
Kelemahan tersebut seperti di bawah ini :
1. Tanah yang diolah dapat menyebabkan rusaknya lapisan top soil sehingga
produktivitasnya cenderung menurun.
2. sering mengakibatkan tanah mudah sekali tererosi.
3. banyak menyerap biaya yang sebenarnya bisa dihemat.
4. membutuhkan waktu lama untuk pengolahan.
Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam bertanam padi meliputi penyiapan
benih, penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyulaman, penyiangan, pengendalian
hama dan penyakit, dan pasca panen.
1. Penyiapan Benih
Untuk lahan yang kami tanami setiap lubang tanamannya berisi 5 benih dan dalam lahan
tersebut terdapat 65 lubang tanam. Benih yang dipilih memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
- benih benar-benar tua dan kering.
- Butir halus bernas (tidk kopong).
- Murni, tidak bercampur dengan jenis lain.
- Benih bebas dari hama dan penyakit.
Benih yang baik memiliki banyak cadangan bahan makanan serta akan tumbuh lebih cepat
dan seragam. Untuk mengetahui daya tumbuh benih perlu dilakukan uji daya tumbuh.
2. Penyiapan Lahan
Pada penyiapan tanah dengan sistem konvensional yaitu pengolaha tanah. Pengolahan
dilakukan dengan mencangkul tanah tersebut agar porositas dan aerasi tanah menjadi baik.

3. Penanaman
- cara tanam
Setelah diolah dan tanah bersih dari gulma, selanjutnya dibuat lubang tanam. Untuk
mengukur jarak tanam serta meluruskan barisan dapat digunakan tali yang direntangkan.
Lubang tanam dibuat dengan cara tugal yang alatnya dibuat dari batang tanaman
yang ujung bawahnya diruncingkan. Pembuatan lubang tanam disesuaikan dengan aturan
yang diberikan. Kedalaman lubang ini harus sesuai jika terlalu dalam maka akan
mengakibatkan lambatnya perkecambahan, seperti yang dialami kelompok kami dengan
adanya 1 lubang yang benihnya tidak berkecambah bahkan kegagalan pertumbuhan,
sehingga kami hatus melakukan penyulaman. Namun, jika terlalu dangkal maka benih
mudah untuk muncul kepermukaan hal ini dapat mengakibatkan benih dimakan oleh
burung atau terbawa aliran air (tererosi).

- Waktu Tanam
Penentuan waktu tanam yang tepat untuk padi gogo merupakan masalah yang cukup
sulit karena datangnya musim hujan berbeda-beda untuk tiap daerah. Umumnya padi gogo
ditanam pada awal musim hujan. Pada praktikum ini kami menanam padi di musim
penghujan tapi hujan yang turun tidak beraturan sehingga setiap praktikum kami menyiram
tanaman kami secara manual karena lahan yang tidak luas.

4. Pemupukan
- jenis pupuk dan dosis
jenis pupuk yang digunkan adalah pupuk majemuk dan pupuk daun.
- Waktu Penupukan
Pada awal penanaman, pupuk Majemuk diberikan bersamaan dengan penanaman
benih. Mekanismenya pertama memasukkan pupuk majemuk ke dalam tiap lubang yang
telah dibuat disamping lubang tanam secukupnya lalu tutup dengan tanah lalu pada lubang
tanam masukkan setelah itu 5 benih ke dalam lubang tadi lalu tutup lagi dengan tanah
tambahkan insektisida secukupnya lalu ditutup kembali dengan tanah.
Setelah satu bulan dilakukan pemupukan kembali tetapi menggunakan pupuk
Majemuk, sama seperti pemberian pupuk pertama yang dosisnya diperkirakan secukupnya.
Lalu setelah beberapa minggu dilakukan penyemprotan dengan menggunkan pupuk daun,
setiap rumpunnya disemprot 2 sampai 3 kali.

5. Penyulaman
Setelah kira-kira satu minggu benih yang kami tanam berkecambah membentuk
akar dan bagian atas tanaman (batang dan daun). Perkecambahan ini dipengaruhi beberapa
faktor seperti temperatur, ketersediaan air dan udara. Tetapi ada satu lubang yang benihnya
tidak berkecambah. Oleh karena itu benih ini harus disulam. Penyulaman dilakukan dengan
cara menugal lubang tanam kembali dan mengisinya dengan benih baru. Penyulaman harus
dilakukan sesegera mungkin agar pertumbuhannya tidak terlalu tertinggal dengan tanaman
yang telah tumbuh. Jika terlambat, pertumbuhan tanaman tidak akan seragam. Keadaan ini
akan menyulitkan dalam pemeliharaan serta mendorong berkembangnya hama atau
penyakit.

6. Penyiangan
Walaupun pada awal penyiapan lahan, gulma yang tumbuh telah dibersihkan, tetapi
gulma masih dapat tumbuh. Hal ini umumnya disebabkan karena mungkin kami pada saat
mencangkulnya akar-akar gulma masih tertinggal di lahan, sehingga gulma masih dapat
tumbuh kembali. Pada saat pengamatan masih terdapat gulma yang tumbuh sehingga perlu
disiangi. Pada praktikum kami gulma tumbuh lebih subur daripada tanaman sehingga setiap
minggunya kami harus membersihkan lahan dari gulma karena gulma dapat menghambat
pertumbuhan padi. Untuk menanggulangi masalah ini kami mengendalikan gulma dengan
cara mekanis yaitu dengan mencabut, dan mengorek. Kami agak mengalami kesulitan
dalam mengendalikan gulma ini karena jika kami mencabut gulmanya maka dikhawatirkan
akan mengganggu tanaman utama sehingga kami melakukannya kurang efisien dan agak
lama karena kami harus sangat berhati-hati.

7. Pengendalian Hama dan Penyakit


Dari hasil praktikum produktivitas tanaman padi didapatkan hasil total bobot padi
setelah panen yaitu sebesar 37 gram. Hal ini jauh dari target bobot yang telah ditentukan
yaitu 50 gram. Hal ini disebabkan karena pada saat pertumbuhan , padi mengalami
kekurangan air dan terjadi transpirasi yang terus menerus. Selain itu tanaman padi yang
ditanam terserang hama dan penyakit. Hama yang menyerang adalah walang sangit dan
wereng. Hama wereng menyebabkan bulir-bulir padi menjadi kuning kecoklatan. Daun padi
yang ditanam juga mengalami penyakit blast. Terdapat bercak kuning kecoklatan pada
daun. Tentu hal ini akan mengganggu produktivitas tanaman padi. Bercak kuning
kecoklatan pada padi ini akan mengurangi zat klorofil daun yang kemudian akan
mengganggu proses fotosintesis pada tanaman padi sehingga tanaman padi terhambat
dalam bertumuh dan berkembang.
Pupuk yang diberikan ke dalam tanaman padi dengan cara langsung disebar pada
awal tanam. Pemberian pupuk dirasa kurang cukup, sehingga tanaman padi mengalami
defisiensi unsure hara. Padi sangat membutuhkan unsure hara untuk bertumbuh dan
berkembang. Unsur hara yang banyak diperlukan oleh padi yaitu unsure N, P , dan K.
Ketiga unsur ini berperan penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman padi. Produktivitas maksimum padi dapat dilihat dari pemberian dan pemeliharan
tanaman padi yang dilakukan. Apabila pemeliharaan padi dilakukan dengan tepat akan
memberikan produktivitas yang maksimal.

Beberapa jenis pupuk dan manfaat nya bagi tanaman padi antara lain:
UREA

Pupuk Urea diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan akan unsur hara Nitrogen (N).
Adapun manfaat dari unsur N adalah: Menjadikan bagian daun menjadi hijau segar
sehingga banyak mengandung butir hijau daun yang diperlukan dalam proses fotosintesa.
Mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi, jumlah anakan, tunas dan lain-lain)
sehingga memperbanyak produksi serta menambah kandungan protein dari hasil tanaman.
ZA

Pupuk ZA diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara Nitrogen (N) dan
Belerang (S). Adapun manfaat dari unsur hara Belerang (S) adalah : Membantu
pembentukan butir hijau sehingga daun lebih hijau. Menambah kandungan protein dan
vitamin tanaman. Berperan dalam sintesa minyak yang berguna pada proses pembuatan
gula. Memacu pertumbuhan anakan produktif. Pemberian belerang mempunyai pengaruh
yang positif terhadap hasil produksi padi sawah.
SP-36

Pupuk Sp-36 diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan akan unsur hara Fosfat (P)
Adapun manfaat dari unsur hara Fosfat (P) adalah : Memacu pertumbuhan akan dan
pembentukan sistim perakaran yang baik sehingga dapat mengambil unsur hara lebih
banyak dan pertumbuhan tanaman menjadi lebih sehat dan kuat. Menambah daya tahan
tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Mempercepat pertumbuhan jaringan
tanaman yang membentuk titik tumbuh tanaman. Memacu pertumbuhan generatif tanaman
yaitu mempercepat pembentukan bunga dan masaknya buah/bji sehingga mempercepat
masa panen. Memperbesar prosentase pembentukan bunga menjadi buah dan biji.
KCL

Pupuk KCL diperlukan oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara Kalium (K).
Adapun manfaat unsur hara Kalium (K) adalah : Memperlancar proses fotosintesa. Memacu
pertumbuhan tanaman pada tingkat permulaan Memperkuat ketegaran batang sehingga
mengurangi resiko mudah rebah. Mengurangi kecepatan pembusukan hasil selama
pengangkutan dan penyimpanan. Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama,
penyakit dan kekeringan. Memperbaiki mutu hasil yang berupa bunga dan buah (rasa dan
warna)
IV. KESIMPULAN
1. Produktivitas maksimum padi pada percobaan pot sesuai dengan pemeliharaan yang
telah dilakukan adalah 37 gram.
2. Padi membutuhkan pemeliharaan yang intensif seperti pengairan yang cukup,
pemupukan, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit agar dapat memberikan
produktivitas yang maksimum

DAFTAR PUSTAKA
Berkelaar, D. 2001. Sistem intensifikasi padi (the system of rice intensification-SRI) : Sedikit
dapat memberi lebih banyak. 7 hal terjemahan. ECHO, Inc. 17391 Durrance Rd. North
Ft. Myers FL. 33917 USA.
Defeng, Z., Shihua, C., Yuping, Z., and Xiqing, L. 2002. Tillering patterns and the
contribution of tillers to grain yield with hybrid rice and wide spacing. China
National Rice Resseach Institute, Hangzau.

Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan. 2004. Pedoman umum pengembangan padi
varietas unggul tipe baru (VUTB). Jakarta 2004.

Gani, A., T.S. Kadir, A. Jatiharti, I.P. Wardhana, and I. Las. 2002. The system of rice
intensification in Indonesia. Research Institute for Rice, Agency for Agricultural
Reseach and Development. Bogor.

Kasim, M. 2004. Manajemen penggunaan air: meminimalkan penggunaan air untuk


meningkatkan produksi padi sawah melalui sistem intensifikasi padi (The System of
rice intensification-SRI). Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar Unand. Padang
2004.

Qingquan, Y. 2002. The system of rice intensification and its use with hybrid rice varietas
in China. Hunan Agricultural University Changsha, Hunan.

Stoop, W.A., N. Uphoff, and A. Kassam. 2001. A review ofagricultural research issues raised
by the system of rice intensification (SRI) from Madagaskar: opportunities for
improving farming systems for resource-poor farmers. Agricultural Systems. J.
Volume 71, pp. 249-274.

Uphoff, N. 2002. Presentation for c on raising agricultural productivity in the tropics:


Biophysical challenges for technology and policy: The system of rice intensification
developed in Madagaskar.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai