Anda di halaman 1dari 7

PORIFERA DAN CNIDARIA

Oleh :
Nama : Lydya Setya Permatasari
NIM : B1A015037
Rombongan : II
Kelompok :5
Asisten : Maria Bramastri Susilo

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filum porifera umumnya dikenal sebagai spons, yang terdiri dari lebih 8500
spesies didistribusikan di seluruh dunia, terutama di lingkungan laut. Lebih dari 83%
dari spesies termasuk dalam Kelas Demospongiae, yang sebagian besar hidup di laut
meskipun ada beberapa yang hidup di air tawar (Jakhalekar & Ghate, 2013). Porifera
yang telah dewasa tidak dapat berpindah tempat (sesil), hidupnya menempel pada batu
atau benda lainya di dasar laut, karena porifera yang bercirikan tidak dapat berpindah
tempat, kadang porifera dianggap sebagai tumbuhan (Paruntu et al., 2013).
Porifera merupakan hewan yang berpori dan sering juga disebut hewan berongga
karena seluruh tubuhnya dipenuhi oleh lubang-lubang kecil yang disebut pori. Hewan ini
sederhana karena selama hidupnya menetap pada karang atau permukaan benda keras
lainnya di dasar laut. Filum Porifera yaitu spons hidup di air dan sebagian besar hidup di
air laut yang hangat dan dekat dengan pantai yang dangkal walaupun ada pula yang
hidup pada kedalaman 8500 meter bahkan lebih. Spons sering ditemukan hidup melekat
pada substrat yang keras dan hidupnya berkoloni yang statif atau tidak bergerak. Spons
belum memiliki alat-alat ekskresi khusus dan sisa metabolismenya dikeluarkan melalui
proses difusi yaitu dari sel tubuh ke epidermis kemudian lingkungan hidup yang berair
(Kimball, 1990).
Cnidaria merupakan hewan yang tidak mempunyai usus yang sesungguhnya, tetapi
pemberian nama dengan istilah hewan berongga itupun masih belum tepat mengingat
Coelenterata adalah hewan yang tidak mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya
(coelom). Coelenterata hanya memiliki sebuah rongga sentral yang ada di dalam tubuh
yang disebut coelenteron. Kenyataan coelenteron merupakan alat yang berfungsi ganda,
yaitu sebagai alat pencerna makanan dan sebagai alat pengedar sari-sari makanan ke
seluruh sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh (Jasin, 1992).
Filum Cnidaria meliputi bentuk beragam seperti ubur-ubur, hydra, anemon laut,
dan karang. Cnidaria merupakan filum dari hewan paling sederhana yang telah memiliki
jaringan yang lebih lengkap dibanding dengan filum Porifera karena pada dinding
tubuhnya telah memiliki tiga lapisan yaitu ektoderm (lapisan paling luar, mesoderm
(lapisan tengah dan gastroderm (lapisan bagian dalam) serta memiliki struktur tubuh
yang lebih kompleks. Sel-sel Cnidaria sudah terorganisasi membentuk jaringan dan
fungsi dikoordinasi oleh saraf sederhana. Termasuk dalam filum Cnidaria ini antara lain
ubur-ubur, anemon, dan coral. Cnidaria mempunyai rongga pencernaan (gastrovasculer)
dan mulut tetapi tidak memiliki anus (Nontji, 2005).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah :


1. Praktikan mengenal beberapa anggota Phylum Porifera dan Cnidaria
2. Praktikan mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi
anggota Phylum Porifera dan Cnidaria.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Porifera adalah filum dengan hewan primitif sederhana, yang hidup menetap dan
memperoleh makanan dengan menyaring apa yang ada (Subagio & Aunurohim, 2013).
Ukuran tubuh Porifera merupakan organisme multi sel yang tidak dapat berpindah
tempat. Macam-macam bentuk atau spesies ada yang pipih seperti kerak, ada yang
berbentuk seperti vas bunga, dan ada yang bercabang-cabang dengan diameter 1 mm 2
mm. Organisme ini memiliki beberapa warna diantaranya berwarna merah, kelabu,
kuning, biru lembayung dan orange. Sebagian besar habitatnya di laut tubuhnya terdiri
dari beberapa sel dengan diferensial sel tanpa koordinasi sel. Porifera disusun oleh sel-
sel yang teratur dan berada dalam lapisan yang berisi sel-sel berleher (koanosit), diantara
keduanya terdapat mesenkin yang berisi sel-sel amebosit dan rangka (spikula) atau
spongingia (Sugiarti, 2004).
Spons adalah hewan metazoa multiseluler, yang tergolong ke dalam filum
Porifera, yang memiliki perbedaan struktur dengan metazoan lainnya. Tubuh spons
terbentuk dari sistem pori, saluran dan ruang- ruang sehingga air dapat dengan mudah
mengalir keluar masuk secara terus menerus. Hewan ini mencari makanan dengan
menghisap dan menyaring air yang melalui seluruh tubuh secara aktif (Samira, 2011).
Ukuran tubuh porifera sangat berfariasi, dari sebesar kacan polong sampai
setinggi 90 cm dan lebar 1 m. Bentuk tubuh spons juga bermacam-macam, beberapa
simetri radial, tetapi kebanyakan berbentuk tidak beraturan dengan pola bervariasi, pada
permukaan tubuhnya terdapat lubang-lubang atau pori-pori yang merupakan lubang air
masuk ke spongocoel, kemudian akhirnya keluar melalui osculum (Suwignyo, 2009).
Beberapa jenis spons lainnya telah dikenal memiliki mamfaaat seperti untuk
bioindikator pencemaran, dalam interaksi komunitas dan juga dipakai sebagai alat
penggosok. Beberapa jenis spons kaya akan senyawa kimia seperti karotin, asam amino
bebas , sterol dan asam lemak dan lain-lain (Budiyanto, 2012).
Spons secara tradisional dibagi kedalam tiga kelas: spons berkapur (Calcarea),
spons kaca (Hexactinellida) dan demosponge (Demospongiae). Namun, penelitian telah
menunjukkan bahwa Homoscleromorpha, kelompok yang diduga milik Demospongiae,
sebenarnya secara filogenetis terpisah. Oleh karena itu, mereka baru-baru ini diakui
sebagai kelas keempat spons (Gazave et al., 2010).
Filum Cnidaria meruapakan filum yang lebih kompleks daripada Porifera.
Cnidaria memiliki koneksi antar sel, membran yang seperti karpet, otot-otot, sistem saraf
dan beberapa memiliki organ sensorik. Cnidaria juga memiliki cnidocytes yang
membedakannya dengan hewan lain. Lapisan tubuh dari Cnidaria adalah dipoblastik,
yaitu hanya terdiri dari dua lapisan tubuh (ektoderm dan endoderm). Cnidaria memiliki
satu lubang yang berfungsi sebagai mulut sekaligus anus dalam mengambil dan
mengeluarkan limbah makanan (Nosrati et al., 2013).
Siklus hidup Cnidaria terdiri dari dua bentuk yaitu polip dan medusa. Bentuk
polip bentuk bersifat sessile (menempel pada suatu tempat) dan berbentuk tubular serta
sering membentuk koloni. Coral dan anemon adalah Cnidaria yang sebagian besar siklus
hidupnya berada pada fase polip dan tidak melakukan metamorfosis menjadi medusa.
Umumnya medusa hanya memiliki skeleton hidrostatik yang membuat medusa dapat
berenang. Contoh Cnidaria yaitu ubur-ubur, ubur-ubur kotak, coral, hydra dan anemon
(Nosrati et al., 2013).
Cnidaria umumnya adalah karnivora, tetapi beberapa spesies seperti coral
mendapatkan makanannya melalui simbiosis dengan organisme yang hidup dengan
mereka. Beberapa cara Cnidaria untuk mendapatkan makanan yaitu sebagai predator,
menyerap bahan kimia organik terlarut, menyaring partikel makanan di air, dan
bersimbiosis. Cnidaria dapat melakukan regenerasi sebagai reproduksi aseksual
sekaligus memulihkan bagian yang mengalami luka (Nosrati et al., 2013).
Menurut Mukayat (1989), Coelenterata atau Cnidaria dibagi menjadi 3 kelas
yaitu :
1. Kelas Hydrozoa
Biasanya berbentuk koloni-koloni kecil dengan bentuk polip dominan, bahkan
seluruh koloni mungkin hanya terdiri dari polip. Beberapa jenis polip membentuk
medusa dengan jalan pembentukan tunas. Medusa mempunyai velum, yaitu bentukan
serupa laci dalam payung. Pinggiran payung tidak bertakik (bercelah), contohnya
yaitu Hydra, Obelia, dan Gonionemus.
2. Kelas Scyphozoa
Ubur-ubur yang sebenarnya adalah medusa-medusa dengan pinggiran yang
berlekuk-lekuk, tidak ada cadar (velum), saluran radial bercabang-cabang, dan gonad-
gonad dalam kantung-kantung ruang gastrikulum, contoh Scyphozoa adalah Aurelia
aurita. Ubur-ubur ada yang dapat mencapai garis tengah beberapa kaki (sampai 150 cm).
3. Kelas Anthozoa
Anggota-anggota anthozoa (Yunani anthos = bunga) adalah anemon-anemon laut
dan hewan-hewan karang laut, tubuhnya berbentuk polip, tidak ada bentuk medusa.
Hewan-hewan itu tidak bertangkai dan biasanya terbungkus dengan skeleton eksternal
dan disebut karang, memiliki banyak tentakel.
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum Porifera dan Cnidaria adalah bak
preparat, pinset, kaca pembesar, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, sarung tangan
karet (gloves), masker, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum Porifera dan Cnidaria adalah beberapa
spesimen hewan Porifera dan Cnidaria.

B. Metode

Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Karakter spesimen yang diamati berdasarkan ciri-ciri morfologi diamati, digambar
dan dideskripsikan oleh praktikan.
2. Spesimen diidentifikasi dengan kunci identifikasi oleh praktikan.
3. Kunci identifikasi sederhana dibuat oleh praktikan berdasarakan karakter spesimen
yang diamati.
4. Laporan sementara hasil dari praktikum dibuat oleh praktikan.
DAFTAR REFERENSI

Budiyanto, A. 2012. Mengenal Spons Laut (Demonspongiae) Secara Umum. Jurnal


LIPI. 21(2), pp. 15-31.
Gazave, E., Lapbie, P., Renard, E., Vacelet, J., Rocher, C., Ereskovsky, A. V., Lavrov,
D. V. & Borchiellini, C. 2010. Molecular phylogeny restores the supra-generic
subdivision of homoscleromorph sponges (porifera, homoscleromorpha). Plos
One. 5(12).
Jakhalekar. S. S. & H. V. Ghate. 2013. A note on five freshwater sponges (Porifera:
Spongillina: Spongillidae) from Pune, Maharashtra, India. Journal of
Threatened Taxa. 5(9), pp. 43924403.
Jasin, M. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Kimball, J. W. 1990. Biologi Jilid 1, 2, dan 3. Jakarta: Erlangga.
Mukayat, Brotowidjojo Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Nontji, A. 2005. Lautan Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Nosrati, H., Masoud, N., Ronak, K. & Kamran, M. 2013. Some Characteristics of the
Phylum Cnidaria. World Applied Programming. 3(9), pp. 391-395.
Paruntu C.P., Rifai H., Janny D. K. 2013. Nematosit dari Tiga Spesies Karang
Scleractinia, Genus Pocillopora. Jurnal Perikanaan dan Kelautan Tropis. 9(2),
pp. 60-64.
Samira, M. 2011. Morfologi Dan Biomassa Sel Spoms Aaptos Dan Petrosia sp. Jurnal
Ilmu Dan Teknologi Tropis. 3(2), pp.153-161.
Subagio, I. B. & Aunurohim. 2013. Struktur Komunitas Spons Laut (Porifera) di Pantai
Pasir Putih, Situbondo. Jurnal Sains Dan Seni Pomits. 2(2), pp. 2337-3520.
Sugiarti, S. 2004. Invertebrata Air. Bogor: Lembaga Sumberdaya Informasi IPB.
Suwignyo. 2009. Avertebrata Air Jilid 1. Bogor: Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai