Anda di halaman 1dari 33

Laporan kasus

Karsinoma Paru

Disusun Oleh :

Wella Fadillah
NIM. 1308123669

Pembimbing:
dr. Adrianison, Sp. P(K)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PULMONOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2017

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,

mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar

paru (metastasis tumor di paru). Ada 5 besar penyakit paru saat ini yaitu kanker

paru, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), tuberkulosis, pneumonia dan asma.

Dua diantaranya terkait dengan merokok yaitu PPOK dan kanker paru. 1,2

Diperkirakan ratusan ribu sampai jutaan penduduk dunia terkena penyakit

paru setiap tahun dan hal tersebut menyebabkan 19% penyebab kematian

diseluruh dunia dan 15% penyebab kecacatan sepanjang hidup.2 Pada tahun 2010,

insiden kanker paru menduduki peringkat ke-3 dari kanker di dunia dan memiliki

angka mortalitas tertinggi di antara seluruh kejadian kanker di dunia. Selain itu,

kanker paru mempunyai tingkat insidensi dan mortalitas tertinggi pada pria dan

menduduki peringkat ke-4 pada wanita (setelah kanker payudara, kanker servix,

dan kanker kolorektal).3 Indonesia merupakan negara yang berada di urutan

kelima dengan angka kejadian kanker paru terbanyak di Asia Tenggara dengan

insidens 29,7%.4

Berdasarkan data dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi

FKUI-RSUP Persahabatan, angka kasus baru kanker paru meningkat lebih dari 5

kali lipat dalam waktu 10 tahun terakhir, dan sebagian besar penderita datang pada

stage lanjut (IIIB/IV). Penderita kasus baru kanker paru yang berobat di RSUP

Persahabatan mencapai lebih dari 1000 kasus per tahun.5


3

Penelitian tentang rokok mengatakan bahwa lebih dari 63 jenis bahan yang

dikandung asap rokok bersifat karsinogenesis. Secara epidemiologik juga terlihat

kaitan kuat antara kebiasaan merokok dengan insidens kanker paru, maka tidak

dapat disangkal lagi menghindarkan asap rokok adalah kunci keberhasilan

pencegahan yang dapat dilakukan.6 Hingga saat ini belum ada metode skrining

yang sesuai bagi kanker paru secara umum. Metode skrining yang telah

direkomendasikan untuk deteksi dini kanker paru terbatas pada kelompok pasien

risiko tinggi. Kelompok pasien dengan risiko tinggi mencakup pasien usia > 40

tahun dengan riwayat merokok 30 tahun dan berhenti merokok dalam kurun

waktu 15 tahun sebelum pemeriksaan, atau pasien 50 tahun dengan riwayat

merokok 20 tahun dan adanya minimal satu faktor risiko lainnya.5,6


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi kanker paru

Kanker merupakan penyakit gen, dimana sebuah sel normal dapat menjadi

sel kanker akibat terjadinya ketidakseimbangan antara fungsi onkogen dan gen

tumor supresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel. Kanker paru

dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan

yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor

di paru). Menurut pedoman diagnosis penatalaksanaan di Indonesia oleh PDPI,


5

kanker paru merupakan kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari

epitel bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma).5

2.2 Epidemiologi kanker paru

Di seluruh dunia, kanker paru-paru adalah kanker yang paling sering

terdiagnosis. Di Inggris, kanker paru merupakan yang kasus kedua terbanyak

setelah kanker payudara, sekitar 39.000 orang di diagnosa kanker baru setiap

tahunnya. Di negara-negara dengan prevalensi merokok yang tinggi, sekitar 90%

yang di diagnosa kanker paru-paru berhubungan dengan kebiasaan merokok.

Peningkatan insiden terjadinya kanker paru berhubungan dengan riwayat serta

intensitas merokok. Orang yang merokok memiliki resiko kanker 20 kali lipat

lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Kanker paru-paru

lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita, dan berkaitan dengan

kebiasaan merokok.5

2.3 Etiologi dan faktor resiko

Penyebab pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan inhalasi

berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab

utama disamping adanya faktor lain seperti genetik. Faktor resiko penyebab

terjadinya kanker paru, antara lain :


6

Merokok

Perokok pasif

Polusi udara

Paparan zat karsinogenik

Genetik

Penyakit paru

2.4 Klasifikasi

Berdasarkan histologi, Kanker Paru dibagi menjadi 2 kategori utama:5

1) Small Cell Lung Cancer (SCLC)

SCLC terjadi sekitar 15% dari semua jenis kanker paru, kanker ini

cukup agresif, frekuensinya berhubungan dengan jarak metastasis dan

mempunyai prognosis yang buruk pada semua kanker paru primer.

Gambaran histologinya yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang

hampir semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin yang

sedikit sekali tanpa nukleoli. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali

ditemukan begitu juga gambaran nekrosis.

2) Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC)

NSCLC terjadi sekitar 75% dari semua jenis kanker paru. Terbagi

lagi menjadi 3 :

a) Adenokarsinoma

Menempati sekitar 35-40% kanker paru. Khas dengan bentuk

formasi glandular dan kecenderungan ke arah pembentukan

konfigurasi papilari. Biasanya membentuk musin, sering

tumbuh dari bekas kerusakan jaringan paru (scar). Dapat


7

bertipe sentral ataupun tipe perifer. Adenokarsinoma sejauh ini

juga merupakan tumor tersering yang timbul pada perempuan,

bukan perokok, dan pasien berusia kurang dari 45 tahun.

b) Karsinoma sel besar

Ini suatu subtipe yang gambaran histologisnya dibuat secara

eksklusi. Dia termasuk NSCLC tapi tak ada gambaran

diferensiasi skuamosa atau glandular, sel bersifat anaplastik, tak


7
berdiferensiasi, biasanya disertai infiltrasi sel netrofil.

c) Karsinoma sel skuamosa

Karsinoma sel skuamosa sekitar 30-35% dari semua kanker

paru, berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan bridge

intraselular. Karsinoma skuamosa terutama timbul di trakea,

bronkus paru tipe sentral, karsinoma skuamosa, tipe perifer lebih


7
jarang.

2.5 Patogenesis

Karsinogenesis merupakan proses yang memberikan hasil suatu

transformasi sel normal menjadi sel neoplastik yang disebabkan oleh perubahan

genetik yang menetap atau mutasi. Transformasi ini dapat terjadi spontan selama

pembelahan sel melalui mutasi acak atau penyusunan kembali gen, namun dapat

juga diinduksi oleh karsinogen viral, fisik dan kimia. Karsinogenesis terjadi dalam

beberapa tahapan yang berkesinambungan. Sekali dimulai, proses selanjutnya

tidak lagi memerlukan hadirnya karsinogen yang terus menerus.8,9

Karsinogenesis diawali oleh 2 tahap utama, yaitu :


8

1. Inisiasi

Inisiasi adalah induksi perubahan ireversibel pada genom sel. Sel yang terinisiasi

bukanlah sel kanker. Langkah ireversibel ini terjadi apabila kesalahan transkripsi

tidak terdeteksi oleh enzim-enzim pengoreksi dan protein regulator.

2. Promosi

Promosi merupakan proses yang menstimulasi proliferasi klonal dari sel yang

terinisiasi. Efek suatu promotor relatif berusia pendek dan reversibel. Dua

mekanisme genetik yang berperan pada pertumbuhan tumor adalah hilang atau

tidak aktifnya gen resesif inhibitor (gen tumor supresor) dan ekspresi berlebihan

atau abnormal dari gen dominan stimulator (onkogen). Perubahan 10 genetik yang

tunggal mungkin tidak mencukupi untuk timbul dan tumbuhnya tumor. Perubahan

genetik ini diturunkan oleh sel anakan.

3. Gen tumor supresor

Ekspresi gen ini akan menekan terjadinya sel kanker. Kelainan bersifat resesif,

yaitu baru akan timbul bila kedua alel menunjukkan kelainan atau tidak ada.

Contoh gen tumor supresor adalah Rb1 dan p53.

4. Onkogen

Gen-gen regulator yang berfungsi normal disebut proto-onkogen.Perubahan yang

dialami proto-onkogen selular menjadi onkogen selalu bersifat mengaktivasi,

yaitu mengakibatkan pertumbuhan dan diferensiasi sel. Sejauh aktivasi ini terjadi

karena mutasi, maka disebut sebagai mutasi dominan. Proto-onkogen dikonversi


9

menjadi onkogen melalui 3 mekanisme, yaitu : mutasi titik, translokasi dan

amplifikasi gen.

2.6 Diagnosis dan penderajatan

Tujuan pemeriksaan diagnosis adalah untuk menentukan jenis

histopatologi kanker, lokasi tumor serta penderajatannya yang selanjutnya

diperlukan untuk menetapkan kebijakan pengobatan.5

2.6.1 Deteksi dini

Keluhan dan gejala penyakit ini tidak spesifik, seperti batuk darah, batuk

kronik, berat badan menurun dan gejala lain yang juga dapat dijurnpai pada jenis

penyakit paru lain. Penernuan dini penyakit ini berdasarkan keluhan saja jarang

terjadi, biasanya keluhan yang ringan terjadi pada mereka yang telah memasuki

stage II dan III. Di Indonesia kasus kanker paru terdiagnosis ketika penyakit telah

berada pada staging lanjut. Dengan rneningkatnya kesadaran masyarakat tentang

penyakit ini, disertai dengan meningkatnya pengetahuan dokter dan peralatan

diagnostik maka pendeteksian dini seharusnya dapat dilakukan. Sasaran untuk

deteksi dini terutama ditujukan pada subyek dengan risiko tinggi yaitu:

a. Laki -laki, usia lebih dari 40 tahun, perokok

b. Paparan industri tertentu dengan satu atau lebih gejala: batuk darah, batuk

kronik, sesak napas, nyeri dada dan berat badan menurun. Golongan lain yang

perlu diwaspadai adalah perempuan perokok pasif dengan salah satu gejala di

atas dan seseorang yang dengan gejala klinik : batuk darah, batuk kronik,

sakit dada, penurunan berat badan tanpa penyakit yang jelas. Riwayat tentang
10

anggota keluarga dekat yang menderita kanker paru juga perlu jadi faktor

pertimbangan.5

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk deteksi dini ini, selain pemeriksaan

klinis adalah pemeriksaan radio toraks dan pemeriksaan sitologi sputum. Jika ada

kecurigaan kanker paru, penderita sebaiknya segera dirujuk ke spesialis paru agar

tindakan diagnostik lebih lanjut dapat dilakukan lebih cepat dan terarah.5

Skema 1.Skema alur deteksi dini kanker paru

2.6.2 Penderajatan kanker paru


11

STADIUM TNM

Karsinoma tersembunyi Tx, N0, M0

Stadium 0 Tis, N0, M0

Stadium IA T1, N0, M0

Stadium IB T2, N0, M0

Stadium IIA T1, N1, M0

Stadium IIB T2, N1, M0

T3, N0, M0

Stadium IIIA T3, N1, M0

T1-3, N2, M0

Stadium IIIB T berapa pun, N3, M0

T4, N berapa pun, M0

Stadium IV T berapa pun, N berapa pun, M1

Keterangan :

Status Tumor Primer (T) / Sistem Klasifikasi TNM

- Tx: Tumor primer sulit di nilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan

sel tumor ganas pada secret bronkopulmoner tetapi tidak tampak secara

radiologis atau bronkoskopik.

- T0: Tak ada bukti terdapat tumor primer

- Tis: Karsinoma in situ


12

- T1: Tumor dengan garis tengah terbesar tidak melebihi 3 cm , dikelilingi

oleh jaringan paru atau pleura viseral dan secara bronkoskopik invasi tidak

lebih proksimal dari bronkus lobus ( belum sampai ke bronkus utama).

Tumor superfisial sembarang ukuran dengan komponen invasif terbatas

pada dinding bronkus yang meluas ke proksimal bronkus utama Tumor

dengan ukuran tidak lebih dari 2 cm Tumor dengan ukuran lebih dari 2 cm

tetapi tidak melebihi 3 cm

- T1a: Tumor dengan ukuran tidak lebih dari 2 cm

- T1b: Tumor dengan ukuran lebih dari 2 cm tetapi tidak melebihi 3 cm

- T2: Setiap tumor dengan ukuran lebih dari 3 cm tetapi tidak lebih dari 7

cm atau tumor dengan gambaran ( tumor T2 dengan gambaran seperti

yang klasifikasikan pada T2a jika ukuran tidak melebihi 5cm) : Garis

tengah terbesar lebih dari 3 cm- Mengenai bronkus utama, 2 cm atau lebih

distal dari karina.

- T2a: Tumor dengan ukuran lebih dari 3 cm tetapi tidak melebihi 5 cm.

- T2b: Tumor dengan ukuran lebih dari 5 cm tetapi tidak melebihi 7 cm

- T3: Tumor dengan ukuran lebih dari 7 cm atau dengan perluasan langsung

pada: Pleura parietal (PL3), dinding dada (Termasuk tumor sulkus

superior), diafragma, nervus frenikus, pleura mediastinum atau

pericardium parietal. Tumor dalam bronkus utama yang jaraknya kurang

dari 2 cm sebelah distal karina atau tanpa melibatkan karina, tumor yang

berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif seluruh paru

atau tumor nodul terpisah pada lobus yang sama.


13

- T4 : Tumor sembarang ukuran yang mengenai mediastinum atau jantung,

pembuluh besar, trakhea, esofagus, nervus laringeal rekuren, korpus

vertebra, karina, tumor yang disertai dengan efusi pleura ganas atau satelit

tumor nodul ipsilateral pada lobus yang sama dengan tumor primer.

Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N) / Sistem Klasifikasi TNM

- Nx: Kelenjar getah bening tak dapat dinilai

- N0: Tak terdapat metastase ke kelenjar getah bening

- N1: Metastasis pada kelenjar getah bening peribronkhial dan atau hilus

ipsilateral dan nodus intrapulmoner, termasuk perluasan tumor secara

langsung

- N2: Metastasis pada kelenjar getah bening mediastinum ipsilateral dan

atau KGB sub karina

- N3: Metastasis pada hilus atau mediastinum kontralateral atau KGB

skalenus/ supra klavikula ipsilateral/ kontralateral.

Metastasis Jauh (M) / Sistem Klasifikasi TNM

- M0: Tidak ditemukan anak sebar jauh

- M1: Ditemukan anak sebar jauh

- M1a: Metastase tumor nodul pada lobus kontralateral atau tumor dengan

nodus pleura atau efusi pleura/perikardium maligna

- M1b: Metastase jauh

2.7 Prosedur diagnostik


14

Gambaran Klinik

a. Anamnesis

Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari

penyakit paru lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari

anamnesis akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor

faktor lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama

dapat berupa :

o Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)

o Batuk darah

o Sesak napas

o Suara serak

o Sakit dada

o Sulit/sakit menelan

o Benjolan dipangkal leher

o Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan

rasa nyeri yang hebat.5

Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat

metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di

otak, pembesaran hepar atau patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak

khas seperti : Berat badan berkurang, nafsu makan hilang, demam hilang timbul

Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary osteoartheopathy",

trombosis vena perifer dan neuropatia.5


15

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan jasmani harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti. Hasil

yang didapat sangat bergantung pada kelainan saat pemeriksaan dilakukan. Tumor

paru ukuran kecil dan terletak di perifer dapat memberikan gambaran normal pada

pemeriksaan. Tumor dengan ukuran besar, terlebih bila disertai atelektasis sebagai

akibat kompresi bronkus, efusi pleura atau penekanan vena kava akan

memberikan hasil yang lebih informatif. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan

data untuk penentuan stage penyakit, seperti pembesaran KGB atau tumor diluar

paru. Metastasis ke organ lain juga dapat dideteksi dengan perabaan hepar,

pemeriksaan funduskopi untuk mendeteksi peninggian tekanan intrakranial dan

terjadinya fraktur sebagai akibat metastasis ke tulang.5

c. Pemeriksaan radiologis

Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang

yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis,

serta penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem TNM. Pemeriksaan

radiologi paru yaitu Foto toraks PA/lateral, bila mungkin CT-scan toraks, bone

scan, Bone survey, USG abdomen dan Brain-CT dibutuhkan untuk menentukan

letak kelainan, ukuran tumor dan metastasis.5

d. Pemeriksaan khusus5

Bronkoskopi

Biopsi aspirasi jarum

Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)


16

Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)

Biopsi Transtoraksal

Toraksoskopi medic

Sitologi sputum

2.8 Manifestasi klinis

Gejala Klinis Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan

gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium

lanjut.

Gejala-gejala dapat bersifat :

Lokal (tumor tumbuh setempat) :

Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis

Hemoptisis

Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas

Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

Ateletaksis

Invasi lokal :

Nyeri dada

Dispnea karena efusi pleura

Invasi ke perikardium :

terjadi tamponade atau aritmia

Sindrom vena cava superior

Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)

Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent


17

Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakhialis dan saraf

simpatis servikalis

Gejala Penyakit Metastasis :

Pada otak, tulang, hati, adrenal

Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis).7

2.9 Penatalaksanaan

2.9.1 Pembedahan

Pembedahan pada kanker paru bertujuan untuk mengangkat tumor secara

total berikut kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini biasanya dilakukan pada

kanker paru yang tumbuh terbatas pada paru yaitu stadium I (T1 N0 M0 atau T2

N0 M0), kecuali pada kanker paru jenis SCLC. Luas reseksi atau pembedahan

tergantung pada luasnya pertumbuhan tumor di paru. Pembedahan dapat juga

dilakukan pada stadium lanjut, akan tetapi lebih bersifat paliatif. Pembedahan

paliatif mereduksi tumor agar radioterapi dan kemoterapi lebih efektif, dengan

demikian kualitas hidup penderita kanker paru dapat menjadi lebih baik.7

Hal terpenting sebelum melakukan tindakan bedah adalah mengetahui

toleransi penderita terhadap jenis tindakan bedah yang akan dilakukan. Toleransi
18

penderita yang akan dibedah dapat diukur dengan nilai uji faal paru dan jika tidak

memungkinkan dapat dinilai dari hasil analisi gas darah (AGD).5

Syarat untuk reseksi paru :

- Risiko ringan untuk pneumonektomi, bila KVP paru kontralateral baik dan

VEP1>60%

- Risiko sedang untuk pneumonektomi, bila KVP paru kontralateral > 35%

dan VEP1 > 60%.

Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan cara :

1. Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang berisi

tumor, bersamaan dengan margin jaringan normal.

2. Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.

3. Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini

dilakukan jika diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas dengan

satu paru.

2.9.2 Radioterapi

Radioterapi pada kanker paru dapat bersifat paliatif dan kuratif.

Radioterapi dapat dilakukan pada NCLC stadium awal atau karena kondisi

tertentu tidak dapat dilakukan pembedahan, misalnya tumor terletak pada bronkus

utama sehingga teknik pembedahan sulit dilakukan dan keadaan umum pasien

tidak mendukung untuk dilakukan pembedahan. Terapi radiasi dilakukan dengan


19

menggunakan sinar X untuk membunuh sel kanker. Pada beberapa kasus, radiasi

diberikan dari luar tubuh (eksternal).

Tetapi ada juga radiasi yang diberikan secara internal dengan cara

meletakkan senyawa radioaktif di dalam jarum, dengan menggunakan kateter

dimasukkan ke dalam atau dekat paru-paru. Terapi radiasi banyak dipergunakan

sebagai kombinasi dengan pembedahan atau kemoterapi.

Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah :

1. Hb > 10 mg/dl

2. Trombosit > 100.000 mg/dl

3. Leukosit > 3000 mg/dl

Radiasi paliatif diberikan pada unfavourable group, yakni :

a. tampilan < 70%

b. penurunan BB > 5% dalam 2 bulan

c. fungsi paru buruk

2.9.3 Kemoterapi

Kemoterapi pada kanker paru merupakan terapi yang paling umum

diberikan pada SCLC atau pada kanker paru stadium lanjut yang telah

bermetastasis ke luar paru seperti otak, ginjal, dan hati. Kemoterapi dapat

digunakan untuk memperkecil sel kanker, memperlambat pertumbuhan, dan

mencegah penyebaran sel kanker ke organ lain. Kadang-kadang kemoterapi

diberikan sebagai kombinasi pada terapi pembedahan atau radioterapi.

Penatalaksanaan ini menggunakan obat-obatan (sitostatika) untuk membunuh sel

kanker. Kombinasi pengobatan ini biasanya diberikan dalam satu seri pengobatan,
20

dalam periode yang memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan agar

kondisi tubuh penderita dapat pulih.5

Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi :

- Tampilan lebih dari 70-80 atau kurang dari 2 skala WHO. Bila tampilan

kurang 70 atau usia lanjut, dapat diberikan obat antikanker dengan

regimen tertentu atau jadwal tertentu

- Hb > 10 mg/dl, pada penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut,

meski Hb < 10 mg/dl tidak perlu transfusi darah segera, cukup diberi

terapi sesuai dengan penyebab anemia

- Trombosit > 100.000 mg/dl

- Fungsi hati baik

- Fungsi ginjal baik ( creatinin clearance lebih dari 70 ml/menit )

2.10 Pengobatan Paliatif dan Rehabilitatif

2.10.1 Pengobatan Paliatif

Hal yang perlu ditekankan dalam terapi paliatif adalah tujuannya untuk

meningkatkan kualitas hidup penderita sebaik mungkin. Gejala dan tanda

karsinoma bronkogenik dapat dikelompokkan pada gejala bronkopulmoner,

ekstrapulmoner intratorasik, ekstratoraksik non metastasis dan ekstratorasik

metastasis. Sedangkan keluhan yang sering dijumpai adalah batuk, batuk darah,

sesak napas dan nyeri dada. Pengobatan paliatif untuk kanker paru meliputi

radioterapi, kemoterapi, medikamentosa, fisioterapi, dan psikososial. Pada

beberapa keadaan intervensi bedah, pemasangan stent dan cryotherapy dapat

dilakukan.7
21

2.10.2 Rehabilitasi Medik

Pada penderita kanker paru dapat terjadi gangguan muskuloskeletal

terutama akibat metastasis ke tulang. Manifestasinya dapat berupa inviltrasi ke

vetebra atau pendesakan syaraf. Gejala yang tirnbul berupa kesemutan, baal, nyeri

dan bahkan dapat terjadi paresis sampai paralisis otot, dengan akibat akhir

terjadinya gangguan mobilisasi/ambulasi. Upaya rehabilitasi medik tergantung

pada kasus, apakah operabel atau tidak. Bila operabel tindakan rehabilitasi medik

adalah preventif dan restoratif. Bila non-operabel tindakan rehabilitasi medik

adalah suportif dan paliatif.

Untuk penderita kanker paru yang akan dibedah perlu dilakukan

rehabilitasi medik prabedah dan pascabedah, yang bertujuan membantu

memperoleh hasil optimal tindakan bedah, terutama untuk mencegah komplikasi

pascabedah (misalnya: retensi sputum, paru tidak mengembang) dan mempercepat

mobilisasi. Tujuan program rehabilitasi medik untuk kasus yang nonoperabel

adalah untuk memperbaiki dan mempertahankan kemampuan fungsional

penderita yang dinilai berdasarkan skala Karnofsky. Upaya ini juga termasuk

penanganan paliatif penderita kanker paru dan layanan hospis (dirumah sakit atau

dirumah).7

2.11 Prognosis

Yang terpenting pada prognosis kanker paru adalah menentukan stadium

penyakit. Pada kasus kanker paru jenis NSCLC yang dilakukan tindakan

pembedahan, kemungkinan hidup 5 tahun adalah 30%. Pada karsinoma in situ,

kemampuan hidup setelah dilakukan pembedahan adalah 70%, pada stadium I,


22

sebesar 35-40% pada stadium II, sebesar 10-15% pada stadium III, dan kurang

dari 10% pada stadium IV. Kemungkinan hidup rata-rata tumor metastasis

bervariasi dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun.7

Hal ini tergantung pada status penderita dan luasnya tumor. Sedangkan

untuk kasus SCLC, kemungkinan hidup rata-rata adalah 1-2 tahun pasca

pengobatan. Sedangkan ketahanan hidup SCLC tanpa terapi hanya 3-5 bulan.

Angka harapan hidup 1 tahun untuk kanker paru sedikit meningkat dari 35 % pada

tahun 1975-1979 menjadi 41% di tahun 2000-2003. Walaupun begitu, angka

harapan hidup 5 tahun untuk semua stadium hanya 15%. Angka ketahanan sebesar

49% untuk kasus yang dideteksi ketika penyakit masih bersifat lokal, tetapi hanya

16% kanker paru yang didiagnosis pada stadium dini.7

BAB III

LAPORAN KASUS

Nama pasien : Tn. I

Alamat : Jl. Pemala gg cermin, Pekanbaru

Umur : 47 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Pekerjaan : wiraswasta

MRS : 24 Februari 2017

Tanggal pemeriksaan : 27 Februari 2017


23

ANAMNESIS: Autoanamnesa

Keluhan utama :

Sesak nafas sejak 3 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :

o Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak 10 hari SMRS, sesak nafas tidak

dipengaruhi oleh aktivitas dan cuaca.

o Pasien juga mengeluhkan batuk, batuk tidak berdahak. Pasien sebelumnya

pernah mengeluhkan batuk berdarah, tetapi pasien tidak ingat kapan

keluhannya terjadi.

o Pasien juga mengeluhkan mengeluhkan nyeri di tulang rusuk sebelah

kanan sejak 3 hari SMRS, nyeri dirasakan terus-menerus, nyeri semakin

terasa saat pasien batuk dan berkurang saat pasien istirahat.

o Riwayat demam, berkeringat malam hari, benjolan pada leher atau ketiak,

disangkal.

o Keluhan BAB dan BAK tidak ada.

Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat menderita TB dan meminum obat 6 bulan sebelumnya tidak ada.

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat asma (+) , terkontrol

Riwayat DM (-)

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita tumor atau kanker


24

Riwayat TB, atau batuk lama, dan menjalani pengobatan selama 6 bulan

tidak ada

DM (-)

Hipertensi (-)

Riwayat asma (+) , ibu pasien

Riwayat pekerjaan, kebiasaan, dan sosial ekonomi

Pasien bekerja sebagai kuli bangunan

Pasien merokok sejak usia 20 tahun hingga usia 47 tahun, merokok

sebanyak 4 bungkus perhari. IB = 48 x 27 = 1296 (Perokok berat)

Rumah tidak dekat dengan lokasi pabrik maupun dengan tempat udara

tersemar lainnya.

Ventilasi dan pencahayaan rumah pasien cukup

Riwayat minum alkohol (-)

Pemeriksaan fisik:

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Kesadaran: kompos mentis

Tanda-tanda vital

TD : 140/90 mmHg

HR : 91x/menit

RR : 22x/menit

T : 36,60C

Kulit dan wajah : tidak sembab


25

Mata kiri dan kanan

Mata tidak cekung

Konjungtiva : tidak anemis

Sklera : tidak ikterik

Pupil : bulat, isokor diameter 3mm/3mm, refleks cahaya

+/+

Telinga : tidak ada kelainan

Hidung : tidak ada kelainan

Lidah : sianosis (-), tidak kotor

Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB,tidak ada peningkatan JVP

Thoraks:

Paru-paru

Inspeksi : gerakan dinding dada simetris, otot bantu nafas tambahan

tidak ada

Palpasi : vokal fremitus melemah di lateral paru medial kanan

Perkusi : Bunyi pekak di lateral paru medial kanan

Auskultasi: suara napas vesikular melemah di lateral paru medial

kanan, ronkhi(-), wheezing (-).

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : pulsasi ictus cordis tidak teraba


26

Perkusi : batas jantung kanan linea parasternalis dekstra ICS V

batas jantung kiri linea midklavikularis anterior sinistra

ICS V

Auskultasi: bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : bentuk perut normal, pelebaran vena (-)

Auskultasi: bising usus (+) normal

Perkusi : timpani, shifting dullness (-)

Palpasi : supel, nyeri tekan (-)

Ekstremitas : atas oedem (), pitting oedem -/-

bawah oedem (-)

akral hangat, capillary refill time < 2 detik, sianosis (-)

Pemeriksaan laboratorium

Tanggal : 24/02/2017

Darah rutin

Hb : 10,9 mg/dL

Ht : 33,4 %

Leukosit : 9,16 x 103 /L

RBC : 3,67 x 106/L

Kimia darah
27

Glukosa : 92 mg/dL Creatinin : 0,98 mg/dL

AST : 19 U/L ALT : 20 U/L

Albumin : 3,1 g/dL Ureum : 42 mg/dL

Foto toraks

Tidak dilakukan pada saat ini. Dilakukan foto toraks pada tanggal 17 Februari

2017.
28

Identitas sesuai

Foto PA

Marker R

Kekerasan cukup

Trakea berada ditengah

Cor: CTR >50%

Sudut kosto frenikus sebelah kiri dan kanan lancip

Diafragma licin

kesan: tampak perselubungan homogen pada lateral paru medial kanan


29

CT-Scan

Dilakukan tanggal 23 Februari 2017


30

Kesan :

Massa di segment lateral lobus inferior pulmo dextra

Diagnosis:

Tumor paru kanan jenis (?) T3N0M0 stadium IIb ps karnofsky 70

Penatalaksanaan :

Non farmakologi:

1. Istirahat/bed rest

2. 02 nasal kanul 3 L

3. Nutrisi: diet makanan dianjurkan asupan makanan dengan jumlah sedikit

dan sering, makanan dengan energy yang tinggi

4. Hentikan merokok

Farmakologi:

1. IVFD NaCl 0,9% 20 tpm

2. Ambroxol 3x1 tab

3. Amlodipin 1x10 tab

Rencana pemeriksaan

Pemeriksaan bronkoskopi
31

BAB III

PEMBAHASAN

Pada pasien ini ditemukan beberapa gejala yang mengarah pada kanker paru.

Pasien merupakan golongan resiko tinggi yaitu laki-laki usia >40 tahun, perokok,

terdapat gejala sesak nafas, nyeri dada dan batuk berdarah. Pada CT-Scan thoraks

didapatkan massa di segment lateral lobus inferior pulmo dextra. Terdapat gejala

sesak nafas dan nyeri dada bisa saja disebabkan oleh masa intra thorakal yang

menekan pleura parietal kanan. Batuk berdarah yang dialami pasien terjadi akibat
32

pecahnya kapiler pembuluh darah pada tumor, dimana dinding vaskuler tersebut

lebih rapuh dibanding dinding vaskuler normal. pada pemeriksaan fisik juga

didapatkan perkusi pekak pada lateral paru medial kanan dan auskultasi terdengar

suara vesikuler melemah pada lateral paru medial kanan yang memungkinkan

adanya massa. Pada pemeriksaan foto toraks AP didapatkan gambaran

perselubungan homogen pada lateral paru medial kanan. Hal ini menunjukkan

adanya massa pada paru kanan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Oemiati R, Rahajeng E, Kristanto AY. Prevalensi tumor dan beberapa faktor

yang mempengaruhinya di indonesia. Badan penelitian dan pengembangan

kesehatan: Review: 21-10-2011 revisi : 21-11-2011.

2. Susanto AD, Prasenohadi, Yunus F. The Year of Lung. Jakarta: Departemen

Pulmonolgi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Indonesia-


33

RSUP Persahabatan Jakarta; 2010. tersedia di

http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Jan10/Lung%20of%20the%20year-2.pdf.

3. Cancer. Geneva, World Health Organization. 2015. [cited 2015 aug 6].

Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs297/en/

4. Freddie Bray , Melissa M, Jacques Ferlay, Elizabeth Ward, David Forman.

Global Cancer Statistics Ahmedin Jemal. CA CANCER J CLIN 2011;61:69

90.

5. Pedoman nasional pelayanan kedokteran kanker paru. Jakarta: Komite

Penanggulangan Kanker Paru Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia;2015

6. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan kanker paru di Indonesia. Jakarta:

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia;2011.

7. National Cancer Institute. Non-small cell lung cancer treatment: Cellular

classification of non-small cell lung cancer. available from: URL:

http://www.cancer.gov

8. Molina JR, Yang P, Cassivi SD, Schild SE, Adjei AA. Non small cell lung

cancer: Epidemiology, risk factors, treatment, and survioship. Mayo Clin

Proc 2008; 83: 584-94.

9. Porta RR, Crowley JJ, Goldstraw P. The revised TNM staging system for

lung cancer.Ann Thorac Cardiovasc Surg; 2009; 15: 4-9.

Anda mungkin juga menyukai