Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTTAKA
hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin. Hal ini terkait dengan kelainan
kerusakan jaringan dan organ, seperti mata, ginjal, syaraf, dan system vaskular
(Cavallerano, 2009).
2.1.1 Etiologi
merupakan akibat suplai insulin atau respon jaringan terhadap insulin yang tidak
bermacam-macam. Meskipun berbagai lesi dan jenis yang berbeda akhirnya akan
peranan penting pada mayoritas penderita DM. Manifestasi klinis DM terjadi jika
lebih dari 90% sel-sel beta telah rusak. Pada DM yang lebih berat, sel-sel beta
bagian yaitu:
a. Diabetes tipe 1
produksi insulin sel-sel beta pankreas, sehingga penurun insulin sangat cepat
sampai akhirnya tidak ada lagi yang disekresi. Oleh karena itu dalam
tergantung insulin).
b. Diabetes tipe 2
terjadi pada usia di atas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini di kalangan remaja dan
pada DM tipe 2 terutama penderita DM tipe 2 pada tahap awal umumnya dapat
dideteksi jumlah insulin yang cukup di dalam darahnya, disamping kadar glukosa
yang juga tinggi. DM tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,
tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespons insulin
c. Diabetes gestational
DM ini adalah intoleransi glukosa yang mulai timbul atau mulai diketahui
selama pasien hamil. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon disertai
keadaan diabetogenik.
d. Diabetes spesifik
poliuria, polidispia, lemas dan berat badan menurun. Gejala lain yang mungkin
dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensia pada
pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan dan gejala khas,
ditemukan pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Umumnya hasil pemeriksaan satu kali saja glukosa
darah sewaktu abnormal belum cukup kuat untuk diagnosis klinis DM (Perkeni,
akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu :
a. Komplikasi akut
b. Komplikasi kronis
stress.
2.1.4 Penatalaksanaan
gizi, umur, stres akut, dan kegiatan fisik yang pada dasarnya
pankreas.
Sejak ditemukannya insulin pada tahun 1921 oleh Banting dan Best, angka
kematian DM dapat ditekan secara bermakna. Meski pun waktu paruh insulin
(Tabel 2.1).
semua tipe diabetes adalah pengukuran HbA1c. Hemoglobin pada keadaan normal
tidak mengandung glukosa ketika pertama kali keluar dari sumsum tulang (Price,
2002). Pada orang normal, sebagian kecil fraksi hemoglobin akan mengalami
glikosilasi. Artinya glukosa terikat pada hemoglobin melalui proses enzimatik dan
proporsional dengan kadar rerata glukosa darah selama 2-3 bulan sebelumnya.
selama 2-3 bulan terakhir, maka hasil tes HbA1c akan menujukkan nilai normal.
Pemeriksaan HbA1c adalah pemeriksaan tunggal yang sangat akurat untuk menilai
lambat, nilai hemoglobin yang tinggi menunjukkan bahwa kadar glukosa darah
tinggi selama 4-8 minggu. Nilai normal glikat hemoglobin bergantung pada
2.2). Pemeriksaan HbA1c sebagai pemeriksaan tunggal yang sangat akurat untuk
a. Antidiabetik oral
darah dan mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi dengan menghilangkan gejala,
tipe 1 penggunaan insulin adalah terapi utama. Indikasi antidiabetik oral terutama
ditujukan untuk penanganan pasien DM tipe 2 ringan sampai sedang yang gagal
Obat golongan ini ditambahkan bila setelah 4-8 minggu upaya diet dan olah raga
dilakukan, kadar gula darah tetap di atas 200 mg% dan HbA1c di atas 8%. Jadi
obat antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes.
satu jenis obat atau kombinasi. Pemilihan dan penentuan regimen antidiabetik oral
komplikasi yang ada (Anonim, 2005). Dalam hal ini obat hipoglikemik oral
insulin sensitizing.
b. Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada manusia.
Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai yang
rantai tersebut (Katjung, 2002). Untuk pasien yang tidak terkontrol dengan diet
atau pemberian hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa
2. 2 Farmakoekonomi
berbeda untuk pengobatan pada kondisi yang sama selain itu juga
pasien secara individual, kebijakan pengobatan dan alokasi dana (Muhlis, 2007).
2005).
efikasi. Adanya tiga syarat penting yang mesti dipenuhi, sebelum melakukan
analisis biaya, yaitu struktur organisasi rumah sakit yang baik, sistem akuntansi
yang tepat, informasi statistik yang cukup baik. Penerapan analisis biaya di rumah
sakit selalunya mengacu pada penggolongan biaya yang terdiri dari 8 macam,
yaitu :
ii. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak melibatkan
iii. Biaya non material (intangible cost) merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk hal-hal yang tak teraba, sehingga sukar diukur. Biaya ini bersifat
efek samping.
perubahan keluar (output). Untuk biaya ini tidak berubah meski pun ada
Contohnya adalah gaji Pegawai Negeri Sipil, sewa ruangan, dan ongkos
peralatan.
v. Biaya tidak tetap (variable cost) merupakan biaya yang dipengaruhi oleh
perubahan volume keluaran. Jadi, biaya ini akan berubah apabila terjadi
vi. Biaya rerata (average cost) merupakan biaya konsumsi sumber per unit
output. Jadi, hasil pembagian dari biaya total dengan volume atau
kuantitas output. Biaya rerata adalah total biaya dibagi jumlah kuantitas
output.
vii. Marginal cost merupakan perubahan total biaya hasil dari pertambahan
viii. Opportunity cost merupakan besarnya biaya sumber pada saat nilai
dengan asumsi besarnya manfaat yang diperoleh sama. Analisis ini digunakan
untuk menguji biaya relatif terkait dengan intervensi yang sama dalam bentuk
digunakan untuk prosedur hasil pengobatan yang sama. Contoh terapi dengan
pemilihan obat difokuskan pada obat yang biaya per harinya yang lebih murah.
untuk memilih dan menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa
program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Kriteria
penilaian program mana yang akan dipilih didasarkan pada discounted unit cost
discounted unit cost terendahlah yang akan dipilih oleh para analisis atau
perkiraan dari kematian dan kasus yang bisa dicegah. Analisis cost
effectiveness mengkonversi cost dan benefit (efikasi) ke dalam rasio pada obat
Apabila suatu intervensi memiliki ACER paling rendah per unit efektivitas,
CUA adalah tipe analisis yang mengukur manfaat dalam utilitas beban
nilai spesifik kesehatan dalam bentuk pilihan setiap individu atau masyarakat.
(quality adjusted life years, QALYs) dan hasilnya ditunjukkan dengan biaya
per penyesuaian kualitas hidup. Data kualitas dan kuantitas hidup dapat
dari analisis ini dapat ditujukan untuk mengetahui kualitas hidup. Kekurangan
analisis ini bergantung pada penentuan QALYs pada status tingkat kesehatan
CBA adalah tipe analisis yang mengukur biaya dan manfaat suatu
manfaat dan biaya karena mudah dikonversi ke dalam bentuk rupiah. Analisis
ini mengukur biaya dan manfaat suatu intervensi dengan beberapa ukuran
Menurut Cipolle et.al.,(1997) ada tiga kegiatan dan tanggungjawab dalam proses
dipilihkan.
gizi, dan tinjauan sistem), dan data obat (obat saat ini, penggunaan
mengatur semua pekerjaan yang telah disepakati oleh praktisi dan pasien
tindak lanjut adalah untuk menentukan hasil optimal terapi obat untuk
lanjut. Evaluasi tindak lanjut adalah langkah dalam proses ketika dokter
melihat obat dan dosis yang paling efektif atau kegagalan. Pada evaluasi
tindak lanjut juga dinilai respon pasien terhadap terapi obat dalam hal
penyakit.
berkesinambunngan.
jarang mengundang salah pengertian profesi kesehatan lain. Oleh sebab itu perlu
untuk menggantikan profesi dokter atau profesi lain, namun lebih pada
lain:
informasinya.
d. implementasi RPK