Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PADA SISTEM PERKEMIHAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS INFEKSI SALURAN KEMIH


PADA NY. K DI RUANGAN RINRA I DI RS HAJI
MAKASSAR

OLEH
NAMA : NURRAHMAH
NIM: 142067

CI LAHAN CI INSTITUS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN STIKPER


GUNUNG SARI MAKASSAR
2017
LAPORAN PENDAHULUAN ISK
A. Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat terbentuknya
koloni kuman di saluran kemih. Kuman mencapai saluran kemih melalui cara
Hematogen dan Asending. ISK adalah berkembangbiaknya mikroorganisme di
dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri,
virus atau mikroorganisme lain. Tanpa terbukti adanya mikroorganisme tidak
mungkin diagnosis pasti ditegakkan, karena gejala dan tanda klinis bukan
merupakan hal yang mutlak.ISK merupakan gangguan pada saluran kemih
yang disebabkan adanya sumbatan. Biasanya, yang menyumbat itu adalah
batu berbentuk kristal yang menghambat keluarnya air seni melalui saluran
kemih, sehingga jika sedang buang air kecil terasa sulit dan sakit. Tapi, bila
saat buang air seni disertai dengan darah, itu petanda saluran kemih anda
sudah terinfeksi.

B. Etiologi
Penyebab terbanyak ISK adalah Gram-negatif termasuk bakteri yang
biasanya menghuni usus yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari
gram negatif ternyata E. Coli menduduki tempat teratas, yang kemudian
diikuti oleh Proteus, Klebsiela, Enterobacter, dan Pseudomonas. Jenis Coccus
Gram-positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococcus dan
Stapilococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran
kemih, lelaki usia lanjut dengan hipertrophi prostat atau pada pasien yang
menggunakan kateter. Bila ditemukan S. aureus dalam urin harus dicurigai
adanya infeksi hematogen dari ginjal. Demikian juga dengan pseudomonas
aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih dari jalur hematogan dan pada
kira-kira 25% pasien dengan tipoid dapat diisolasi salmonilla pada urin.
Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui jalan hematogen ialah
brusela, nokardia, aktinormises, dan mycobacterium tuberkolosae.
Virus sering juga ditemukan dalam urin tanpa gejala ISK akut.
Adenovirua tipe 11 dan 12 diduga sebagai penyebab sistitis hemoragik. Sistitis
hemoragik dapat juga disebabkan oleh Scistosoma hematobium yang termasuk
golongan cacing pipih. Kandida merupakan jamur yang paling sering
menyebabkan ISK terutama pada pasien dengan kateter, pasien DM atau yang
mendapat pengobatan dengan antibiotik spktrum luas.
Factor-faktor yang mempermudah erjadinya infeksi saluran kemih
yaitu:
1. Bendungan aliran urine
a. Anatomi konginetal
b. Batu saluran kemih
c. Refluks vesiko ureter
2. Urine sisa dalam buli-buli, dapat terjadi karena:
a. Neurogenik blader
b. Striktur urethra
c. Hipertropi prostat
3. Gangguan metabolic
a. Hiperkalsemia (kalsium)
b. Hipokalemia (kalium)
c. Agammaglobulinemia
4. Instrumentasi
a. Dilatasi urethra sistoskopi
5. Kehamilan
a. Factor statis dan bendungan
b. pH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman

C. Patofisiologis
Secara normal, air kencing atau urine adalah steril alias bebas kuman.
Infeksi terjadi bila bakteri atau kuman yang berasal dari saluran cerna jalan
jalan ke urethra atau ujung saluran kencing untuk kemudian berkembang biak
disana. Maka dari itu kuman yang paling sering menyebabkan ISK adalah
E.coli yang umum terdapat dalam saluran pencernaan bagian bawah.
Pertama tama, bakteri akan menginap di urethra dan berkembang biak
disana. Akibatnya, urethra akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan
nama urethritis. Jika kemudian bakteri naik ke atas menuju saluran kemih dan
berkembang biak disana maka saluran kemih akan terinfeksi yang kemudian
disebut dengan istilah cystitis. Jika infeksi ini tidak diobati maka bakteri akan
naik lagi ke atas menuju ginjal dan menginfeksi ginjal yang dikenal dengan
istilah pyelonephritis.
Mikroorganisme seperti klamidia dan mikoplasma juga dapat
menyebabkan ISK namun infeksi yang diakibatkan hanya terbatas pada
urethra dan sistem reproduksi. Tidak seperti E. coli, kedua kuman ini
menginfeksi orang melalui perantara hubungan seksual.
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang mengatur
keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dalam tubuh, dan sebagai pengatur
volume dan komposisi kimia darah dengan mengeksresikan air yang
dikeluarkan dalam bentuk urine apabila berlebih. Diteruskan dengan ureter
yang menyalurkan urine ke kandung kemih. Sejauh ini diketahui bahwa
saluran kemih atau urine bebas dari mikroorganisme atau steril.
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme
patogenik dalam traktus urinarius. Masuknya mikroorganisme kedalam
saluran kemih dapat melalui :
1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat
(ascending) yaitu :
a. Masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih, antara lain :
factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih
pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih
tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat kedalam traktus urinarius (pemasangan kateter),
adanya dekubitus yang terinfeksi
b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal
dari flora normal usus. Dan hidup secara komensal di dalam
introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar
anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra
prostate vas deferens testis (pada pria) buli-buli ureter, dan
sampai ke ginjal
Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih, (1)
Kolonisasi kuman di sekitar uretra, (2) masuknya kuman melalui uretra ke
buli-buli, (3) penempelan kuman pada dinding buli-buli, (4) masuknya kuman
melalui ureter ke ginjal.

2. Hematogen
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal
yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah
penyebaran hematogen, yaitu adanya : bendungan total urine yang dapat
mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut.
3. Limfogen
Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi
bakteri piala ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau
kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih melalui uretra dan naik ke
ginjal meskipun ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang
mencapai ginjal melalui aliran darah ; kasus penyebaran secara
hematogen kurang dari 3 %. Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat
infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi
melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua
ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan
biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau
refluks vesikoureter.
D. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan gejala isk pada bagian bawah adalah :
a. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
b. Spasme pada area kandung kemih
c. Hematuria
d. Nyeri punggung dapat terjadi
2. Tanda dan gejala isk bagian atas adalah
a. Demam
b. Menggigil
c. Nyeri punggung dan pinggang
d. Malaise
e. Pusing
f. Mual muntah
E. Pemeriksaan diagnostic
1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria
Merupakan salah satu petunjuk penting adanya isk. Leukosuria positif
bila terdapat lebih dari 5 leukosit/ lapang pandang besar (LPB),
sedimen air kemih
b. Hematuria
hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/ LPB sedimen air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa 3.
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni
Hitung koloni sekitar 100.000 koloni per mililiter urin dari urin tampung,
aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai kriteria
utama badanya infeksi
5. Metode test
a. Test dipstick multistrip untuk wbc ( test estroseleukosit )dan nitrit (test
griess untuk pengurangan nitrat ).
b. Test penyakit menular seksual (pms)
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (MIS: klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplex)
c. Test-test tambahan :
Urogram intravena(iv), pielografi(IVP), sistografi dan ulrtasonografi
juga dapat digunakan atau dilakukan untuk menentukan apakan infeksi
akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, masa renal atau
abses, hodronerasis atau hiperplasia prostate, urogram IV atau evaluasi
ultasonik, sistoskopi dan prosedururodinamik dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebeb kambuhnya resisten infeksi.

F. Komplikasi
Pielonefritis berulang dapat mengakibatkan hipertensi, parut ginjal,
dan gagal ginjal kronik (Pielonefritis berulang timbul karena adanya faktor
predisposisi).
G. Penatalaksanaan
Pengelolaan ISK bertujun untuk membebaskan saluran kemih dari
bakteri dan mencegah atau mengendalikan infeksi berulang, sehingga
morbiditasnya dihindarkan atau dikurangi.

Dengan demikian tujuan dapat berupa:


1. mencegah atau menghilangkan gejala, bakteriema, dan kematian akibat
ISK
2. mencegah dan mengurangi progesi kearah gagal ginjal terminal akibat ISK
sendiri atau komplikasi manipulasi saluran kemih
3. mencegah timbulnya ISK nyata (bergejala) pada semester akhir kehamilan
Ada beberapa cara metode pengobatan ISK yang ladzim dipakai yang
disesuaikan dengan keadaan atau jenis ISK, yaitu:
1. pengobatan dosis tunggal, obat diberikan satu kali
2. pengobatan jangka pendek, obat diberikan dalam waktu 1-2 minggu
3. pengobatan jangka panjang, obat diberikan dalam waktu 3-4 minggu
4. pengobatan profilaktik, yaitu dengan dosis rendah satu kali sehari
sebelum tidur dalam waktu 3-6 bulan atau lebih

Dalam pendekatan klinis pengobatan ISK ini pemilihan antibiotic


penting, untuk mendapatkan hasil yang optimal, dengan berdasarkan:
1. jenis ISK, misalnya ISK atas atau bawah sederhana atau
berkomplikasi, infeksi RS atau luar RS, penyakit penyerta, dsb
2. pola resistensi kuman penyebab ISK, oleh karena diperlukan waktu
dan terapi menjelang diagnosis tepat etiologi ISK sesuai hasil biakan
3. keadaan fungsi ginjal yang akan menentukan ekskresi dan efek obat
dan kemungkinan terjadinya akumulasi atau efek samping / toksik obat

H. Prognosis
ISK tanpa kelainan anatomis menpunyai prognosis lebih baik bila
dilakukan pengobatan pada fase akut yang andekuat dan disertai pengawasan
terhadap kemungkinan infeksi berulang. Pognosis jangka panjang pada
sebagian besar penderita dengan kelainan anatomis umumnya kurang
memuaskan meskipun telah diberikan pengobatan yang andekuat dan
dilakukan koreksi bedah, hal ini terjadi terutama pada penderita dengan
nefropati refluks. Deteksi dini terhadap adanya kelainan anatomis, pengobatan
yang segera pada fase akut, kerjasama yang baik antara dokter, ahli bedah
urologi dan orang tua penderita sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya
perburukan yang mengarah ke fase gagal ginjal kronis.
BAB 3. PATHWAY

Mikroorganisme gram (-)

uretra

uretritis

Saluran kemih

cytitis

Mikroorganisme menetap
dan berkrmbang biak

striktor

Perubahan pola
Air kemih
eliminasi BAK

nyeri hidronefrosis

ginjal

pylonefritis

uremia

Anoreksia/ Gangguan nutrisi


mual muntah kurang dari
kebutuhan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

Nama ,umur, Jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pekerjaan,

pendidikan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit,

nomor rekam medik.

2. Keluhan utama

Biasanya klien merasakanrasa tidak enak pada uretra kemudian di ikuti

nyeri ketika berkemihatau nyeri saat kencing.

3. Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa

nyeri, daerah mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala

nyeri, dan kapan keluhan dirasakan.

4. Riwayat penyakit dulu

Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya

5. Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan apakah keluarga klien ada yang menderita penyaki yang

sama dengan klien

Kebutuhan Dasar Manusia

1. Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan


Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan pasien

menangani penyakitnya.

2. Aktifitas dan latihan

Biasanya pasien mengalami penurunan aktifitas berhubungan dengan

kelemahan tubuh yang dialami. Aktivitas klien akan terganggu karena

harus tirah baring total agar tidak terjadi komplikasi maka segala

kebutuhan klien dibantu.

3. Istirahat dan tidur

istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena nyeri yang dialami

4. Nutrisi metabolic

Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami penurunan

akibat nafsu makan yang kurang karena mual, muntah saat makan

sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.

5. Eliminasi

Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah

baring lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan karena ada

organisme yang masuk sehingga urine tidak lancar.

6. Kognitif Perseptual.

Daya ingat pasien ISK kebanyakan dijumpai tidak mengalami gangguan.

7. Konsep Diri

Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan pasien

tidak mengalami gangguan konsep diri.

8. Pola Koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah

dengan meminta pertolongan orang lain.

9. Pola seksual reproduksi

Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai dengan jenis

kelamin. Kebanyakan pasien tidak melakukan hubungan seksual karena

kelemahan tubuh

10. Pola peran Hubungan

Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan

kapasitas fisik untuk melakukan peran.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum; didapatkan klien tampak lemah

2. Tingkat Kesadaran : Normal GCS 4-5-6

3. Sistem Respirasi : pernafasan normal yaitu 16-20x/i

4. Sistem Kardiovaskuler

Terjadi penurunan tekanan darah

5. Sistem Integumen

Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.

6. Sistem Gastrointestinal

Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lida kotor

7. Sistem Muskuloskeletal.

Klien lemmah,terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya klainan

8. Sistem Abdomen
Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya

peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang

mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra.

B. Diagnosa
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan
infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan
gastrointestinal : uremia, anoreksia, mual muntah.

4.1. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri Tujuan umum: a. Catat lokasi, a. Membantu
berhubunga Setelah dilakukan lamanya mengevaluasi
n dengan tindakan intensitas skala tempat obstruksi
inflamasi keperawatan selama (1-10) nyeri. dan penyebab
dan infeksi 3x 24 jam pasien nyeri
uretra, merasa nyaman dan b.Berikan tindakan b.Meningkatkan
kandung nyerinya berkurang nyaman, seperti relaksasi,
kemih dan Kriteria Hasil: pijatan. menurunkan
struktur a. Pasien tegangan otot.
traktus mengatakan/tida c. Berikan c. Untuk mencegah
urinarius k ada keluhan perawatan kontaminasi uretra
lain. nyeri pada saat perineal
berkemih. d. Alihkan d.Relaksasi,
b.Kandung kemih perhatian pada menghindari
tidak tegang hal yang terlalu merasakan
c. Pasien nampak menyenangkan nyeri
tenang e. Berikan obat e. Analgetik
d.Ekspresi wajah analgetik sesuai memblok lintasan
tenang dengan program nyeri
terapi.
2. Perubahan Tujuan Umum: a. Awasi a. memberikan
pola Setelah dilakukan pemasukan dan informasi tentang
eliminasi tindakan pengeluaran fungsi ginjal dan
berhubunga keperawatan selama karakteristi urin adanya
n dengan 3 x 24 jam klien komplikasi
obstruksi dapat b. Dorong b. peningkatan
mekanik mempertahankan meningkatkan hidrasi membilas
pada pola eliminasi pemasukan bakteri.
kandung secara adekuat. cairan
kemih Kriteria Hasil: c. Anjurkan untuk c. Untuk mencegah
ataupun a. Klien dapat berkemih setiap 2 terjadinya
struktur berkemih setiap 3 jam penumpukan
traktus 3 jam urine dalam
urinarius b. Klien tidak vesika urinaria
lain kesulitan pada d. Kaji keluhan d. retensi urin dapat
saat berkemih pada kandung terjadi
c. Klien dapat bak kemih menyebabkan
dengan berkemih e. Bantu klien ke distensi jaringan
kamar kecil, (kandung
memakai kemih/ginjal)
pispot/urinal e. Untuk
f. Bantu klien memudahkan
mendapatkan klien di dalam
posisi berkemih berkemih
yang nyaman f. Supaya klien
g. Observasi tidak sukar untuk
perubahan berkemih
tingkat kesadaran g. akumulasi sisa
h. Kolaborasi: uremik dan
Awasi ketidakseimbang
pemeriksaan an elektrolit
laboratorium; dapat menjadi
elektrolit, toksik pada
BUN, kreatinin susunan saraf
Lakukan pusat.
tindakan untuk h. Kolaborasi:
memelihara pengawasan
asam urin: terhadap
tingkatkan disfungsi ginjal
masukan sari asam urin
buah berri dan menghalangi
berikan obat- tumbuhnya
obat untuk kuman.
meningkatkan Peningkatan
aam urin. masukan sari
buah dapt
berpengaruh
dalm
pengobatan
infeksi saluran
kemih.
3 Gangguan pasien akan a. Kaji status a. memberikan
nutrisi menunjukkan BB nutrisi secara kesempatan
kurang dari stabil / peningkatan kontinu, selama untuk
kebutuhan mencapai tujuan perawatan setiap mengobservasi
tubuh b.d dengan normalisasi hari, perhatikan penyimpangan
gangguan nilai laboratorium tingkat energi: dari normal/
gastrointesti dan bebas dari kondisi kulit, dasar pasien dan
nal : tanda malnutrisi. kuku, rambut, mempengaruhi
uremia, rongga mulut, pilihan
anoreksia, keinginan untuk intervensi.
mual makan / b. membuat data
muntah. anoreksia dasar, membantu
b. Timbang BB dalam memantau
setiap hari dan keefektifan
bandingkan aturan terapeutik,
dengan BB saat dan
penerimaan menyadarkan
c. Dokumentasikan perawat terhadap
masukan oral ketidaktepatan
selama 24 jam, kecenderungan
riwayat dalam
makanan, jumlah penurunan/
kalori dengan penambahan BB.
tepat. c. mengidentifikasi
Ras = ketidakseimbang
an antara
perkiraan
kebutuhan nutrisi
dan masukan
aktual.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I
Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses


penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih
Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai