Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi

Kanker rahim(uterus) atau kanker jaringan endometrium adalah kanker yang sering
terjadi di endometrium,tempat dimana janin tumbuh.kanker rahim tumbuh pada ovarium,
tuba falopii, dan saluran menuju vagina. Ca ini bukan merupakan penyakit akibat
hubungan seksual. Wanita muda maupun yang sudah tua dapat terkena penyakit ini.
Walaupun pada umumnya yang terserang wanita yang sudah tua. Tumbuhnya jaringan
endometrium di luar rahim kemungkinan disebabkan oleh darah menstruasi masuk kembali
ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim sehingga jaringan
tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim.
Ca endometrium adalah yang terjadi pada organ endometrium atau pada dinding rahim.
Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah pir sebagai tempat tertanam
dan berkembangnya janin. Ca endometrium kadang-kadang disebut Ca rahim, tetapi ada sel-
sel lain dalam rahim yang bisa menjadi Ca seperti otot atau sel miometrium. Ca endometrium
sering terdeteksi pada tahap awal karena sering menghasilkan pendarahan vagina di antara
periode menstruasi atau setelah menopause (Whoellan 2009)
Endometriosis yaitu suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi
berada di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan stroma, terdapat di dalam
endometriumnataupun di luar uterus. Bila jaringan endometrium terdapat di dalam
miometrium disebut adenomiosis, bila berada di luar uterus disebut endometriosis.
Pembagian ini sudah tidak dianut lagi, karena secara patologik, klinik, ataupun etiologic
adenomiosis berbeda dengan endometriosis. Adenomiosis secara klinis lebih banyak
persamaan dengan mioma uteri. Adenomiosis sering ditemukan pada multipara dalam masa
premenopause, sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang lebih muda dan yang
infertile (Sarwono.2007). Terdapat kurang lebih 15% wanita reproduksi dan pada 30% dari
wanita yang mengalami infertilitas. Implantasi endometriosis bisa terdapat pada ovarium,
ligamentum sakrouterina, kavum dauglasi, ligamentum latum dan ligamentum rotundum,
tuba fallopi, dan pada tempat-tempat ekstra peritoneal ( serviks, vagina, vulva, dan kelenjar-
kelenjar limfe).
B. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab Ca endometrium, tetapi beberapa
penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus bisa
menyebabkan Ca endometrium. Berikut ini beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan
munculnya Ca endometrium :
Obesitas atau kegemukan.
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi konversi androstenedion
menjadi estron. Pada obesitas konversi ini ditemukan sebanyak 25-20 kali. Obesitas
merupakan faktor resiko utama pada Ca endometrium sebanyak 2 sampai 20 kali.
Wanita dengan berat badan 10-25 Kg diatas berat badan normal menpunyai resiko 3
kali lipat dibanding dengan wanita dengan berat badan normal. Bila berat badan lebih
dari 25 Kg diatas berat badan normal maka resiko menjadi 9 kali lipat.
Haid pertama (menarche).
Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko 1,6 kali
lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai riwayat menars setelah usia lenih dari
12 tahun. Menstruation span merupakan metode numerik untuk menentukan faktor
resiko dengan usia saat menarche, usia menopause dari jumlah paritas. Menstruasion
span (MS) = usia menars (jumlah paritas x1,5). Bila MS 39 maka resiko terkena Ca
endometrium sebanyak 4,2 kali dibanding MS < 29.
Tidak pernah melahirkan.
Memiliki resiko terkena Ca endometrium lebih tinggi baik sudah menikah atau belum
dibanding wanita yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa 25%
penderita Ca endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian
lainnya juga menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih berperan
daripada jumlah melahirkan (paritas).
Penggunaan estrogen.
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan
hormon ini diikuti dengan meningkatnya resiko Ca endometrium.
Hiperplasia endometrium
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan selaput
lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang
berlebihan dan terus menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika
hiperplasia endometrium disertai sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi Ca
endometrium sebesar 23%.
Diabetes mellitus (DM).
Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml merupakan faktor resiko
keganasan endometrium. Angka kejadian diabetes melitus klinis pada penderita
karsinoma endometrium berkisar antara 3-17%, sedangkan angka kejadian TTG yang
abnormal berkisar antara 17-64%.
Hipertensi.
50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan dengan 1/3 populasi
kontrol yang menderita penyakit tersebut, kejadian hipertensi pada keganasan
endometrium menurut statistik lebih tinggi secara bermakna daripada populasi
kontrol.
Faktor lingkungan dan diet.
Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka kejadian keganasan
endometrium lenih tinggi daripada di ngara-negara yang sedang berkembang.
Kejadian keganasan endometrium di Amerika Utara dan Eropa lebih tinggi daripada
angka kejadian keganasan di Asia, Afrika dan Amerika latin. Agaknya perbedaan mil
disebabkan perbedaan menu dan jenis makan sehari-hari dan juga terbukti dengan
adanya perbedaan yang menyolok dari keganasan endometrium pada golongan kaya
dan golongan miskin. Keadaan ini tampak pada orang-orang negro yang pindah dari
daerah rural ke Amerika Utara. Hal yang sama juga terjadi pada orang-orang Asia
yang pindah ke negara industri dan merubah menu makanannya dengan cara barat
seperti misalnya di Manila dan Jepang, angka kejadian keganasan endometrium lebih
tinggi daripada di negara-negara Asia lainnya
Riwayat keluarga.
Ada kemungkinan terkena Ca endometrium, jika terdapat anggota keluarga yang
terkena Ca ini, meskipun prosentasenya sangat kecil
Tumor memproduksi estrogen.
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa, akan
meningkatkan angka kejadian Ca endometrium.
Jenis- jenis endometriosis
Berdasarkan lokasi tempat endometriosis dibagi menjadi :
a. Endometriosis Interna (adenomiosi uteri)
Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan terjadi
penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak ada. Ada dua
gejala yang khas buat adenomiosis uterus, yaitu:
Nyeri saat haid.
Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang.
b. Endometriosis Tuba.
Yang paling sering terkena adalah bagian proksimal tuba.Akibatnya adalah:
Saluran tuba tertutup,terjadi infertilitas.
Resiko terjadinya kehamilan ektopik.
Hematosalping
c. Edometriosis Ovarium
Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista coklat. Kista coklat
ini sering mengadakan perlekatan dengan organ-organ di sekitarnya dan
membentuk suatu konglomerasi.
d. Endometriosis Retroservikalis.
Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum Douglas.
Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum, akibatnya adalah:
Nyeri pada saat haid.
Nyeri pada saat senggama.
Endometriosis Ekstragenital.
Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tbuh tertentu
bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya endometriosis.
C. Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara
perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini
juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita
tersebut.Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi
sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen
dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya
dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring
dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan
mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan
makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor
pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel
abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke
ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian
pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial
ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh
lainnya. Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi
siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen
dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan.
Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang,
jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri
saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan
menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan
nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat
latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus
menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan
gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat.
D. Manifestasi klinis
Penderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul, terutama bila datang
haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri atau berdarah ketika
kencing atau pada rectum dalam masa haid. Gejala-gejala endometriosisi datangnya berkala
dan bervariasi sesuai datangnya haid tetapi bias menetap. Banyak penderita endometriosis
yang tidak bergejala, dan terdapat sedikit korelasi antara hebatnya gejala dengan beratnya
penyakit.
Adapun gambaran klinis endometriosis menurut Sarwono yaitu :
Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid
(dismenore)
Dismenorea pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu haid yang
semakin lama semakin hebat. Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui secara pasti
tetapi mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang
endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Jika kista endometriumnya besar
dan terdapat perlengketan ataupun jika lesinya melibatkan peritoneum usus, keluhan
dapat berupa nyeri abdomen bawah atau pelvis yang konstan dengan intensitas yang
berbeda-beda. (Derek Llewellyn-Jones.2002)
Dispareunia
Merupakan keadaan yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya
endometriosis di kavum douglasi.
Nyeri pada saat defekasi
Defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid disebabkan oleh karena
adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.
Gangguan Haid (Polimenorea dan hipermenorea)
Gangguan haid dan siklusnya terjadi apabila kelainan pada ovarium demikian luasnya
sehingga fungsi ovarium terganggu.Menstruasi tidak teratur terdapat pada 60%
wanita penderita. Pasien mungkin mengeluhkan bercak merah premenstruasi,
perdarahan menstruasi dalam jumlah banyak (menoragia), atau frekuensi menstruasi
yang lebih sering dan banyak mengeluarkan darah.
Infertilitas
Ada korelasi yang nyata antara endometriosis dan infertilitas. 30%-40% wanita
dengann endometriosis menderita infertilitas. Factor penting yang menyebabkan
infertilitas pada endometriosis adalah apabila mobilitas tuba terganggu karena fibrosis
dan perlekatan jaringan di sekitarnya. Pada pemeriksaaan ginekologik khususnya
pemeriksaan vagina-rekto-abdominal, ditemukan pada endometriosis ringan benda-
benda padat seperti butir beras sampai butir jagung di kavum douglas dan pada
ligamentum sakrouterinum dengan uterus dalam posisi retrofleksi dan terfiksasi.
Tanda-tanda fisik dari endometriosis yaitu rahim yang terfiksasi ke belakang, terdapat
benjolan pada ligamentum sakrouterina dan dalam kavum douglasi, massa adneksa yang
asimetris, dan nyeri pada pemeriksaan bimanual. Luka yang terlihat pada pemeriksaan
speculum adalah sangat menunjukan endometriosis, dan jika ada harus dilakukan
pemeriksaan biopsy.
E. Komplikasi
Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat dengan
kolon atau ureter
Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena
endometrioma
Calamenial seizure atau pnemotoraks karena eksisi endometriosis
F. Pemeriksaan penunjang
Adapun Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu :
1. Laparoskopi
Bila ada kecurigaan endometriosis panggul , maka untuk menegakan diagnosis
yang akurat diperlukan pemeriksaan secara langsung ke rongga abdomen per
laparoskopi. Pada lapang pandang laparoskopi tampak pulau-pulau endometriosis
yang berwarna kebiruan yang biasanya berkapsul. Pemeriksaan laparoskopi sangat
diperlukan untuk mendiagnosis pasti endometriosis, guna menyingkirkan
diagnosis banding antara radang panggul dan keganasan di daerah pelviks.
Moeloek mendiagnosis pasien dengan adneksitis pada pemeriksaam dalam,
ternyata dengan laparoskopi kekeliruan diagnosisnya 54%, sedangkan terhadap
pasien yang dicurigai endometriosis, kesesuaian dengan pemeriksaan laparoskopi
adalah 70,8%.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi
Secar pemeriksaan, USG tidak dapat membantu menentukan adanya
endometriosis, kecuali ditemukan massa kistik di daerah parametrium, maka pada
pemeriksaan USG didapatkan gambaran sonolusen dengan echo dasar kuat tanpa
gambaran yang spesifik untuk endometriosis.
G. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Pengobatan Hormonal
Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan ingkungan
hormone rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan
atrofi jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid,
yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun
jaringan endometriosis. Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang
endometriosis yang baru karena transport retrograde jaringan endometrium yang
lepas serta mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang
menimbulkan rasa nyeri karena rangsangan peritoneum.
Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi
progesterone yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan
endomeetriosis. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)
b. Pembedahan
adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak
tumbuhnya endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus dapat
menentukan apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini ,
pada wanita yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan.
Sebaliknya pada endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya
pada wanita usia lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif
sarang endometriosis diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium
yang sehat, dan perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu
pula dilakukan suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil
pembedahan untuk infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka
pada penderita dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak
dianjurkan.
c. Radiasi
pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak
dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan
2. Keperawatan
a. pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri
dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen
atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan
terjadi seperti tanda tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
b. Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup
keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian
dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit
dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan.
Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap
eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional ibu.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identitas pasien terdiri dari Nama,alamat,umur,tempat tanggal lahir,jenis
kelamin,status pasien.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri abdomen bagian bawah dan
disertai keputihanmenyerupai air.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru
pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan
vagina, siklus menstruasi yang abnormal,keputihan dan rasa nyeri ketika
berkemih dan abdomen bagian bawah.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu adanya penyakit polip endometrium, polikista
ovariumd)
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
c. Pemeriksaan fisik
Kepala
Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok.
Wajah : tidak ada oedema
Mata : konjunctiva tidak anemis
Hidung : simetris, tidak ada sputum
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran
kelenjer getah bening
Dada

Inspeksi : simetris

Perkusi : sonor seluruh lap paru

Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri

Auskultasi : vesikuler.

Abdomen
Inspeksi : acites
Palapasi : nyeri tekan- Perkusi : redup
Auskultasi : bising usus abnormalf) Genetaliaadanya pengeluaran
pervaginam (perdarahan vagina), keputihan (bau)g)
EkstremitasTidak oedema
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri (akut) b/d ulkus dan erosi pada lapisan endotel, peradangan pada epitel
serviks.
2. Resti kekurangan volume cairan b/d perdarahan.
3. Resti tinggi infeksi sekunder b/d rentan thdp perkembang biakan bakteri,ulkus.
4. Gangguan pola eliminasi uri b/d retensi urin,obstruksi.
5. Gangguan pola eliminasi alvi b/d kerja paristaltik
6. Resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan pemenuhan
nutrisi7. Intoleransi aktifitas b/d nyeri abdomen
C. Intervensi
1. Nyeri (akut) b/d ulkus dan erosi pada lapisan endotel, peradangan pada
epitel serviks.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam nyeri berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
Keluhan nyeri klien berkurang
Klien tampak rilek
Skala nyeri ringan atau sedang
Intervensi
1. Tentukansifat, lokasi dan durasi nyeri, kaji kontraksi uterus, hemiragic dan
nyeri tekan abdomen.
Rasional :
Membantu dalam mendiagnosa dan memilih tindakan, penekanan kepala pada servik
yang berlangsung lama akan menyebabkan nyeri.
2. Kaji intensitas nyeri klien dengan skala nyeri
Rasional :
Setiap individu mempunyai tingkat ambang nyeri yang berbeda, denga
skala dapatdiketahui intensitas nyeri klienc.
3. Kaji stress psikologis/ pasangan dan respon emosional terhadap kejadian
Rasional :
Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat
derajatketidaknyamanan karena sindrom ketegangan takut nyerid.
4. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aktivitas untuk mengalihkan
nyeri, Bantu kliendalam menggunakan metode relaksasi dan jelaskan prosedur
Rasional :
Teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa nyeri
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat nyeri abdomen.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selam 3x24 jam pasien dapat
beraktivitasseperti semula.
Kriteria hasil :
Pasien dapat mengidentifikasi faktor - faktor yang memperberat dan
memperingan intoleran aktivitas.
Pasien mampu beraktivitas
Klien mandiri
Intervensi :
1. Kaji respons klien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari
20 kali per menit diatas frekuensi istirahat; peningkatan TD yang nyata
selama/sesudah aktivitas; dispnea atau nyeri dada;keletihan dan kelemahan
yang berlebihan; diaphoresis; pusing atau pingsan.
Rasional :
Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi
terhadap stressaktivitas dan, bila ada merupakan indikator dari kelebihan
kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2. Instruksikan klien tentang teknik penggunaan energi.
Rasional :
Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energy, juga membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Beri lingkungan tenang dan perode istirahat tanpa gangguan, dorong
istirahat sebelum makan
Rasional :
Menghemat energi untuk aktivitas dan regenerasi seluler/ penyembuhan
jaringan.- Tingkatkan aktivitas secara bertahap
3. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat nyeri abdomen.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selam 3x24 jam pasien dapat
beraktivitasseperti semula
Kriteria hasil :
Pasien dapat mengidentifikasi faktor - faktor yang memperberat dan
memperingan intoleran aktivitas
Pasien mampu beraktivitas-Klien mandiri
Intervensi :
1. Kaji respons klien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20
kali per menit diatas frekuensi istirahat; peningkatan TD yang nyata
selama/sesudah aktivitas; dispnea atau nyeri dada;keletihan dan kelemahan
yang berlebihan; diaphoresis; pusing atau pingsan.
Rasional :
Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi
terhadap stressaktivitas dan, bila ada merupakan indikator dari kelebihan
kerja yang berkaitan dengan tingkataktivitas.
2. Instruksikan klien tentang teknik penggunaan energi.
Rasional :
Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energy, juga membantu
keseimbanganantara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Beri lingkungan tenang dan perode istirahat tanpa gangguan, dorong istirahat
sebelum makan
Rasional :
Menghemat energi untuk aktivitas dan regenerasi seluler/ penyembuhan
jaringan.
4. ingkatkan aktivitas secara bertahap
Rasional :
Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan/tingkat aktivitas.
Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-
tiba. Memberikan bantuan hanya sebataskebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan aktivitas.
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan :
setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam, diharapkan volume cairan adekuat
Kriteria Hasil :
TTV stabil (suhu 36,5-37,5) (Nadi 60-80) (TD 100-120/70-900)-Mukosa
lembab-turgor normal-nilai GDA (125-140)
Intervensi :
1. Kaji TTV
Rasional :
indikator keadekuatan volume sirkulasi, membantu mengevaluasi tingkat
cairan yangdevisit dan terapi penggantian cairan yang berkenan dengan
pengobatan
2. pertahankan masukan dan haluran
Rasional :
Merefleksikan seluruh status hidrasi dan balance cairan, mengurangi
derajat hipovolemiakibat perdarahan
3. Kolaborasi pengawasan hasil laboratorium, elektrolit dan GDA
Rasonal :
menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan terapi.
4. Kolaborasi berikan cairan parental
Rasional :
mempertahankan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan cairan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di luar
rahim. Padahal, seharusnya jaringan endometrium melapisi dinding rahim.Sampai saat ini
belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium, tetapi beberapa penelitiian
menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus bisa
menyebabkan kanker endometrium.

B. Saran
a. Mahasiswa diharapkan bisa mengetahui skrinning dan deteksi dini terhadap kanker
endometrium serta melakukan asuhan yang sesuai protap
b. setiap wanita, terutama mereka yang sudah menopause harus diberitahu mengenai
risiko dan gejala kanker endometrium
c. Wanita harus melaporkan setiap perdarahan atau bercak darah pada dokter atau
tenaga kesehatan lain.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth.(2002). Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta. EGC

Santosa, Budi.(2006).Diagnosa Keperawatan NANDA.Jakarta. EGC Baziad,Ali dkk.1993.

Endokrinologi Ginekologi. Jakarta.Media Aesculapius Jones. Derek Llewellyn.2001. Dasar-

dasar obstetric dan ginekologi.jakarta.hipokrates Moore, Hacker.2001. Esensial Obstetri dan

Ginekologi. Jakarta.Hipokrates Rayburn, F. William.2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta.

Widya medika Wiknjosastro, hanifa.2005. Ilmu Kandungan. Jakarta.yayasan bina pustaka


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker rahim atau lapisan endometrium adalah tumor ganas yang tumbuh pada
kelenjar lapisan endometrium, merupakan salah satu dari tiga macam tumor ganas pada
organ reproduksi, menempati sekitar 7% dari keseluruhan kanker pada wanita, merupakan
20% - 30%nya tumor ganas saluran reproduksi. Kanker lapisan endometrium dapat tumbuh
pada usia apapun, umur yang paling umum adalah 58 61 tahun, 50% - 70% terkena
penyakit setelah menopause. Belakangan ini kasus kanker lapisan endometrium terus
meningkat, telah mendekati bahkan melebihi kanker serviks Kemungkinan hidup 5 tahun
pasien kanker lapisan endometrium 25% - 30%, kambuh ulang kanker lapisan
endometrium adalah hal yang paling mempengaruhi kemungkinan hidup 5 tahun pasien.
Dengan adanya kejadian tersebut, maka skrinning dan deteksi dini pada kanker lapisan
endometrium sangat dibutuhkan agar masyarakat khususnya wanita lebih dini mengetahui
apakah mereka dalam keadaan sehat atau tidak.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah definisi kanker rahim
b. Apakah etiologi dari kanker rahim
c. Apakah patofisiologi kanker rahim
d. Apakah manifestasi klinis kanker rahim
e. Apakah komplikasi kanker rahim
f. Apakah Pemeriksaan penunjang kanker rahim
g. Apakah penatalaksanan kanker rahim.
Dosen : Magdalena SKM S.Kep,Ns,M.Kep
Mata Kulia: Sistem reproduksi

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER RAHIM

OLEH :

NAMA : RAHAYU SALAMA

NIM : 142063

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN ( STIKPER )

GUNUNG SARI MAKASSAR

2017

Anda mungkin juga menyukai