PSIKOLOGI PENDIDIKAN
A. Pendahuluan
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung
melalui tindakan-tindakan belajar (Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang
sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila
beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah
soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang
berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.
Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa
melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada
pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan
fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap
berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.
B. Mendorong Tindakan Belajar
Pada umumnya orang beranggapan bahwa pendidik adalah sosok yang memiliki sejumlah besar
pengetahuan tertentu, dan berkewajiban menyebarluaskannya kepada orang lain. Demikian juga, subjek
didik sering dipersepsikan sebagai sosok yang bertugas mengkonsumsi informasi-informasi dan
pengetahuan yang disampaikan pendidik. Semakin banyak informasi pengetahuan yang mereka serap atau
simpan semakin baik nilai yang mereka peroleh, dan akan semakin besar pula pengakuan yag mereka
dapatkan sebagai individu terdidik.
Anggapan-anggapan seperti ini, meskipun sudah berusia cukup tua, tidak dapat dipertahankan
lagi. Fungsi pendidik menjejalkan informasi pengetahuan sebanyak-banyakya kepada subjek didik dan
fungsi subjek didik menyerap dan mengingat-ingat keseluruhan informasi itu, semakin tidak relevan lagi
mengingat bahwa pengetahuan itu sendiri adalah sesuatu yang dinamis dan tidak terbatas. Dengan kata lain,
pengetahuan-pengetahuan (yang dalam perasaan dan pikiran manusia dapat dihimpun) hanya bersifat
sementara dan berubah-ubah, tidak mutlak (Goble, 1987 : 46). Gugus pengetahuan yang dikuasai dan
disebarluaskan saat ini, secara relatif, mungkin hanya berfungsi untuk saat ini, dan tidak untuk masa lima
hingga sepuluh tahun ke depan. Karena itu, tidak banyak artinya menjejalkan informasi pengetahuan
kepada subjek didik, apalagi bila hal itu terlepas dari konteks pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Namun demikian bukan berarti fungsi traidisional pendidik untuk menyebarkan informasi
pengetahuan harus dipupuskan sama sekali. Fungsi ini, dalam batas-batas tertentu, perlu dipertahankan,
tetapi harus dikombinasikan dengan fungsi-fungsi sosial yang lebih luas, yakni membantu subjek didik
untuk memadukan informasi-informasi yang terpecah-pecah dan tersebar ke dalam satu falsafah yang utuh.
Dengan kata lain dapat diungkapkan bahwa menjadi seorang pendidik dewasa ini berarti juga menjadi
penengah di dalam perjumpaan antara subjek didik dengan himpunan informasi faktual yang setiap hari
mengepung kehidupan mereka.
Sebagai penengah, pendidik harus mengetahui dimana letak sumber-sumber informasi
pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme perolehannya apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh
subjek didik.Dengan perolehan informasi pengetahuan tersebut, pendidik membantu subjek didik untuk
mengembangkan kemampuannya mereaksi dunia sekitarnya. Pada momentum inilah tindakan belajar
dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek didik belajar mengkaji kemampuannya
secara realistis dan menerapkannya untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya.
Dari deskripsi di atas terlihat bahwa indikator dari satu tindakan belajar yang berhasil adalah :
bila subjek didik telah mengembangkan kemampuannya sendiri. Lebih jauh lagi, bila subjek didik berhasil
menemukan dirinya sendiri ; menjadi dirinya sendiri. Faure (1972) menyebutnya sebagai learning to be.
Adalah tugas pendidik untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi berlangsungnya tindakan
belajar secara efektif. Kondisi yang kondusif itu tentu lebih dari sekedar memberikan penjelasan tentang
hal-hal yang termuat di dalam buku teks, melainkan mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motif-
motif dan membantu subjek didik dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
(Whiteherington, 1982:77). Inilah fungsi motivator, inspirator dan fasilitator dari seorang pendidik.
Agar fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator dan fasilitator dapat dilakonkan dengan baik,
maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek
didik. Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua bahagian, masing-masing faktor fisiologis dan faktor
psikologis (Depdikbud, 1985 :11).
1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material pembelajaran, faktor lingkungan, faktor
instrumental dan faktor kondisi individual subjek didik.Material pembelajaran turut menentukan
bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai subjek didik. Karena itu, penting bagi pendidik
untuk mempertimbangkan kesesuaian material pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik ;
juga melakukan gradasi material pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih
kompeks.
Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial, juga perlu mendapat
perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian
pula, belajar padapagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu,
lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondisif bagi proses dan pencapaian
hasil belajar yang optimal.
Yang tak kalah pentingnya untuk dipahami adalah faktor-faktor instrumental, baik yang
tergolong perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Perangkat keras seperti
perlangkapan belajar, alat praktikum, buku teks dan sebagainya sangat berperan sebagai sarana
pencapaian tujuan belajar. Karenanya, pendidik harus memahami dan mampu mendayagunakan faktor-
faktor instrumental ini seoptimal mungkin demi efektifitas pencapaian tujuan-tujuan belajar.
Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi
individual subjek didik sendiri. Termasuk ke dalam faktor ini adalah kesegaran jasmani dan kesehatan
indra. Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan
yang memadai untuk memulai tindakan belajar.
2. Faktor Psikologis
2.1. Perhatian
Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam
belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran
yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian
rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik
yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.
Strategi pemebelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan dari
subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak disengaja, alamiah,
yang muncul dari dorongan-dorongan instingtif untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan
untuk mengetahui apa yang terjadi di sebalik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa
hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan
yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.
2.2. Pengamatan
Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan,
pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bai
masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan penting
artinya bagi pembelajaran.
Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami
keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di antara
unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar.
Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan
kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan melalui
penglihatan dan pendengaran.
Jika demikian, para pendidik perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat peraga di
dalam penyajian material pembelajaran yang dapat merangsang optimalisasi daya penglihatan dan
pendengaran subjek didik. Alat peraga yang dapat digunakan, umpamanya ; bagan, chart, rekaman,
slide dan sebagainya.
2.3. Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni (1)
menerima kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-
fungsi inilah, istilah ingatan selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima,
menyimpan dan mereproduksi kesan.
Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan
inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.
Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di
antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai
dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik.
Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan titian ingatan juga
lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus
atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama
kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.
Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan
ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi
pada siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses
melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu
kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan
dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama.
Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog
pendidikan, subjek didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang
tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga
memungkinkan bagi subjek didik untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran
yang telah dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu
submaterial pembelajaran selesai.
Kemampuan resroduksi, yakni pengaktifan atau prosesproduksi ulang hal-hal yang telah
dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang telah
dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu subjek didik, misalnya
kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian ; atau untuk merespons tantangan-
tangan dunia sekitar.
Pendidik dapat mempertajam kemampuan subjek didik dalam hal ini melalui pemberian
tugas-tugas mengikhtisarkan material pembelajaran yang telah diberikan.
2.4. Berfikir
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep
(Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan
konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang
tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat
dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1)
pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.
Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan
normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika
demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan
ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk
memberikan penjelasan yang selengkapnya tentang satu material pembelajaran akan cendrung
melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih
memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci
yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka.
Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk
merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.
2.5. Motif
Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah
bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut
motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang
disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin
mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.
Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka
panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik
perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui
penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan
mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian,
pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang
negatif.
Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat self competition, yakni
menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik.Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat
melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan
yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk
meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.
http://andragogi.com/document/psikologi_pendidikan.htm
Slide 2
1.1 DEFINISI PSIKOLOGI Psikologi berasal dari perkataan tamaddun Greek purba
psyche dan logos. Psyche bermaksud jiwa. Logos bermaksud kajian mengenai
sesuatu (kajian mengenai pemikiran yg dapat mempengaruhi sikap dan pelakuan
organisme). Psikologi merupakan satu kajian mengenai sesuatu yg memberi kesan kpd
jiwa seseorang.
Slide 3
Definisi Psikologi (Kamus Dewan) Kajian tentang proses mental dan pemikiran,
terutamanya berhubung dengan perlakuan manusia dan haiwan; pola pemikiran dan
perlakuan seseorang atau sesuatu kumpulan tertentu; dan kebijaksanaan memahami sifat
manusia.
Slide 4
Definisi Psikologi yang lain: The scientific study of the way the human mind works and
how it influences behaviour or the influence of a particular persons character on their
behaviour. (Cambridge International Dictionary of English, p.383). Psychology may be
defined as the systematic study of behaviour and mental life. (Henry L. Roediger dan
rakan,1984).
Slide 5
Definisi Psikologi yang lain: Psikologi ialah kajian sistematik tentang tingkah laku
manusia dan pengalaman. (Kalat,1999). Psikologi sebagai satu cabang penyiasatan
saintifik untuk tingkah laku dan aktiviti. (Williams, 1960). Psikologi ialah sains tingkah
laku--kajian mengenai jiwa atau aspek rohani manusia secara saintifik.(Wittaker,1970
dlm buku Introduction To Psychology). Psikologi sebagai satu cabang penyiasatan
saintifik ke atas mental dan tingkah laku manusia dan haiwan.
Slide 6
Slide 7
sambungan..
Slide 8
Slide 9
(b) Aliran Empirisme Muncul pada abad ke 17 dan 18 di England. Tokoh-tokoh spt John
Locke(1632- 1704) dengan konsep tabula rasa, iaitu jiwa manusia kosong semasa
dilahirkan, dan George Berkeley(1685-1753).
Slide 10
Slide 11
Slide 12
(e) Aliran Behaviorisme Muncul di Amerika Utara. Di asaskan oleh J.B. Watson(1878-
1958) yg popular dgn Teori Pelaziman Klasik. Dlm Psychology as the Behaviorist
Views It Watson(1913) mengatakan psikologi ialah ilmu yg mengkaji tingkah laku yg
nyata(overt behaviour). Tokoh lain spt Pavlov, Thorndike, Skinner, Hull dll.
Slide 13
Slide 14
Slide 15
(f) Aliran Psikologi Gestalt Timbul di Jerman sebagai reaksi kpd pendapat ahli
strukturalisme. Berpendapat manusia mempersepsi dunia dlm bentuk satu
keseluruhan(unity whole), atau gestalt dari perkataan Jerman gestalten yg bermaksud
keseluruhan, pola atau terorganisasi. Diasaskan oleh tokoh spt Max Wertheimer
(1880-1943), Wolfgang Kohler(1887-1967) dan Kurt Koffka(1886-1941).
Slide 16
(g) Aliran Humanistik Diasaskan oleh Abraham Maslow(1908-1970) dan Carl
Rogers(1902-1987). Menekankan cara fikiran, pengamatan serta interpretasi tentang
sesuatu peristiwa atau kejadian. Mempercayai bahawa individu bertanggung jawab ke
atas tindakannya(berusaha kearah pencapaian matlamat hidupnya). Kuasa motivasi
individu ialah kecenderungannya untuk berkembang dan mencapai pemenuhan
kendiri(self- actualisation). Konsep ini dipelopori oleh Maslow. Individu mempunyai
keperluan untuk mengembangkan potensinya ke tahap maksima.
Slide 17
(h) Aliran Kognitivisme(Cognitivism) Dipelopori oleh tokoh spt ahli psikologi gestalt,
Piaget, Vygotsky, Gagne, Bruner dan Ausubel. Berminat mengkaji pemikiran manusia,
persepsi dan penanggapan, kognisi, metakognisi, kemahiran berfikir kritis dan kreatif,
kemahiran belajar, motivasi dll.
Slide 18
(i) Aliran Konstruktivisme (Faham Binaan) Timbul drp ahli-ahli psikologi kognitif.
Diasaskan oleh tokoh spt Von Glaserfeld, Piaget, Vygotsky, Confrey dan Seymour
Peppert. Mengambil kira bagaimana individu membina kefahaman terhadap bahan yg
dipelajari. Menekankan peranan aktif pelajar semasa proses pengajaran dan
pembelajaran. Kaedah yg sesuai untuk mengajar Matematik dan subjek Sains(fizik,
kimia, biologi).
Slide 19
Slide 20
sambungan.. Menurut pendekatan behaviorisme tingkah laku ialah satu siri gerak balas
yg berlaku dgn wujudnya ransangan. Pendekatan ini juga dikenali sebagai psikologi
ransangan gerak balas atau R-G Ahli psikologi behaviorisme spt Watson, Ivan Pavlov,
B.F. Skinner dan E.L. Thorndike.
Slide 21
Slide 23
Slide 24
Slide 25
Slide 26
Slide 27
Slide 28
sambungan.. (b) Ego Bertanggungjawab dan mengawal dorongan dan desakan primitif
id agar mengikut kehendak persekitaran (kehendak moral dan piawai etika masyarakat).
Beroperasi berpandukan prinsip realiti(mengiktiraf permintaan atau kehendak masyarakat
yg realistik).
Slide 29
Slide 30
Slide 31
Slide 32
Slide 33
sambungan.. Kanak-kanak yg melalui tahap oral, anal, falik, latensi dan genital dgn
memuaskan akan menjadi orang dewasa yg normal. Kekecewaan atau kelebihan pada
mana-mana tahap menyebabkan fixation pada tahap tersebut dan ini akan mempengaruhi
kehidupan dewasanya. Cth: Orang yg makan terlalu banyak di tahap oral mungkin
mempunyai fixation di tahap ini dan menjadi gemuk atau penagih dadah bila dewasa.
Slide 34
Slide 35
Slide 36
Slide 37
sambungan.. Ahli psikologi pendekatan humanistik spt Abraham Maslow, Rollo May,
Carl Rogers dan Gordon Allport. Abraham Maslow(1970) mengemukakan Teori Hierarki
Keperluan Maslow yg mengandaikan manusia tidak pernah berasa puas dgn apa yg
dicapai. Mengikut Maslow, kehendak manusia terbahagi kpd lima peringkat mengikut
hirarki iaitu drp keperluan peringkat rendah(keperluan asas) sehingga keperluan
peringkat tertinggi (keperluan bersifat psikologi).
Slide 38
Slide 39
Slide 40
Slide 42
Slide 43
Slide 44
Banks dan Thompson(1995), Psikologi ialah ilmu yg mengkaji tingkah laku manusia.
Pendidikan adalah profesion yg mengkaji dan membina metodologi atau pendekatan
pengajaran pembelajaran utk digunakan di sekolah. Psikologi pendidikan ialah kajian
tentang perlakuan atau tingkah laku manusia dlm proses pengajaran dan pembelajaran
dlm bilik darjah.
Slide 45
Slide 46
Tugas ahli psikologi pendidikan ialah mengaplikasi prinsip psikologi kpd pendidikan dan
di sepanjang kerjayanya, mengkaji pelajar, proses belajar dan strategi pengajaran utk
meningkatkan pembelajaran. Kesimpulannya: Psikologi pendidikan amat berguna bagi
guru utk tujuan memahami tingkah laku pelajar dan memudahkan proses pengajaran dan
pembelajaran.
Slide 47
Slide 48
Menurut Abd. Majid Mohd. Isa dan Rahil Mahyuddin(1997), matlamat ahli psikologi
tertumpu kpd empat bidang iaitu: Memerihalkan(describe), Menerangkan(explain),
Mengawal(control) dan Meramalkan(predict) sesuatu perlakuan.
Slide 49
Slide 50
sambungan.. - Membolehkan guru meramal tingkah laku dan kegemaran pelajar pada
peringkat umur tertentu, serta - merancang peneguhan yg sesuai dlm usaha mengawal
tingkah laku dan memotivasikan mereka.
Slide 51
Slide 52
sambungan.. 5. - Data dan maklumat yg diperolehi dari penyelidikan berkaitan isu dlm
pendidikan membolehkan guru membantu pelajar menyelesaikan masalah dan
meningkatkan kualiti pengajaran dan pembelajaran. 6. - Membolehkan guru memahami
personaliti dan konsep kendiri pelajar dan membantu mereka membentuk konsep kendiri
yg positif.
Slide 53
Topik 1
Latihan 1
Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi Pendidikan ialah penggabungan bidang psikologi dan pendidikan, iaitu kajian
saintifik terhadap tingkah laku murid dalam situasi pendidikan .aspek aspek psikologi
dalam kajian meliputi tingkahlaku murid terhadap segala aktiviti pengajaran
pembelajaran dalam situasi bilik darjah.
Atan Long (1976) menghuraikan psikologi pendidikan sebagai sains yang mengkaji
tingkahlaku pelajar dalam suasana pembelajaran dalam bilik darjah .Smith ( 1978)
menjelaskan psikologi pendidikan sebagai kajian saintifik terhadap tingkahlaku dalam
pendidikan, termasuk prinsip-prinsip dan kaedah pengajaran dan pembelajaran yang
digunakan untuk mrnyelesaikan masalah pendidikan.
Slavin (1991) menyatakan psikologi pendidikan ialah kajian tentang murid ,pengajaran
dan pembelajaran yang mengfokus proses proses pengetahuan kemahiran nilai dan sikap
dialihkan daripada guru kepada murid dalam bilik darjah termasuk aplikasi prinsip-
prinsip psikologi dalam pengajaran .
Ilmu psikologi merangkumi pelbagai topic yang boleh diaplikasikan didalam berbagai-
bagai bidang khasnya bidang pendidikan seperti pemikiran dan tingkahlaku manusia
terhadap pembelajaran.
Untuk membentuk teori pembelajaran pelbagai jenis penyelidikan telah dikaji dan
digunakan .Secara keseluruhannya jenis-jenis penyelidikan boleh digolongkan dalam dua
kategori yang utama
a)Penyelidikan Kuantitatif
Penggunaan data untuk menjelaskan fenomena pembelajaran.Ia merangkumi kajian
pembolehubah pembolehubah yang dikawal atau tidak dikawal
b)Penyelidikan Kualitatif
Penggunaan bahasa untuk menjerlaskan fenomena pembelajaran yang mempunyai cirri
khusus yang kompleks.Ia merangkumi teknik mpemerhatian kajian kes dan interview
Psikologi pendidikan ialah satu displin ilmu yang mengkaji tingkahlaku murid dngan aplikasi prinsip-
prinsip psikologi ke atas segala aktiviti pengajaran dan pembelajaran dalam situasi bilik darjah .
Menurut Banks dan Thompson (1995) psikologi adalah pengetahuan mengenai kajian
tingkahlaku manusia dan pendidikan adalah profesion yang mengkaji dan membina
metodologi dalam pengajaran dan pembelajaran dibilik
b)Menyedarkan guru terhadap perbezaan individu dari segi mental, fizikal, minat demi
membolehkan mengajar murid-murid mengikut kebolehan mereka dengan menggunakan
aktiviti kumpulan.
f)memberikan guru kefahaman tentang naluri dan keperluan murid akan membantu guru penggunakan
teknik motivasi yang berkesan serta mewujudkan hubungan baik diantara guru dan muridnya.
Aktiviti yang berkaitan dengan psikologi adalah seperti tabiat membaca, tabiat suka
mengira, mendengar muzik, minat bersukan , seni dan berkarya.Melalui kebolehan-
kebolehan ini, guru mestilah mengenalpasti kebolehan setiap murid-murid adalah
berlainan antara satu sama yang lain.Sekaligus guru dapat membantu sahsiah murid serta
memperkembangkan potensi murid dalam diri mereka. Sehubungan itu guru juga kan
dapat menyelesaikan masalah dalam bilik darjah dengan mudah.
http://www.scribd.com/doc/3991098/PENGERTIAN-PSIKOLOGI-PENDIDIKAN
Secara etimologis, istilah psikologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata psyche
berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu
jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Namun apabila
mengacu pada salah satu syarat ilmu yaitu adanya objek yang dipelajari maka tidaklah
tepat mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa karena jiwa bersifat abstrak. Oleh karena
itu yang sangat mungkin dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yaitu dalam wujud
perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan dasar ini maka
psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Kalau kita berbicara tentang individu yaitu manusia, maka kita akan bertemu dengan
beberapa keunikan perilaku/jiwa (psyche), dan faktor ini akan berhubungan erat bahkan
menentukan dalam keberhasilan proses belajar. Didasari pada begitu eratnya antara tugas
psikologi (jiwa) dan ilmu pendidikan, kemudian lahirlah suatu subdisiplin yaitu psikologi
pendidikan (educational psychology).
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan
yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari dua definisi ini maka jelas
fokus dari psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar.
Dalam bukunya, Drs. Alex Subor, M,si.[2] mendefinisikan bahwa Psikologi Pendidikan
adalah subdisiplin psikologi yang mempelajari tingkah laku individu dalam situasi
pendidikan, yang meliputi pula pengertian tentang proses belajar dan mengajar.
Secara garis besar, umumnya batasan pokok bahasan psikologi pendidikan dibatasi atas
tiga macam[3]:
1. Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan ciri khas perilaku
belajar peserta didik dan sebagainya.
2. Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi
dalam kegiatan belajar peserta didik dan sebagianya.
3. Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat
fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.
Sementara menurut Samuel Smith, setidaknya ada 16 topik yang perlu dibahas dalam
psikologi pendidikan, yaitu :
10. Tranfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning subject matters)
Dalam proses belajar-mengajar dapat dikatakan bahwa ini inti permasalahan psikiologis
terletak pada anak didik. Bukan berarti mengabaikan persoalan psikologi seorang
pendidik, namun dalam hal seseorang telah menjadi seorang pendidik maka ia telah
melalui proses pendidikan dan kematangan psikologis sebagai suatu kebutuhan dalam
mengajar. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu
kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah
(2003) mengatakan bahwa diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru
dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses
belajar mengajar peserta didik
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya
dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang
yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya,
sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya
dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat
membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya
diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui
proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan
pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat
menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat
belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
Penutup.
Sebagi objek sasaran dalam proses belajar mengajar adalah anak didik sebagai manusia
individu yang memiliki perilaku, karakteristik dan kemampuan yang berbeda satu sama
lain, maka dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik perlu memperhatikan faktor
psikologi karena pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang diperolah
melalui belajar mengajar, tidak dapat dipisahkan dari psikologi.
Guru sebagai pendidik/pengajar menjadi subjek yang mutlak harus memiliki pengetahuan
psikologi sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik, setidaknya dalam
meminimalisir kegagalan dalam menyampaikan mataeri pelajaran.
Secara etimologis, istilah psikologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata psyche
berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu
jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Namun apabila
mengacu pada salah satu syarat ilmu yaitu adanya objek yang dipelajari maka tidaklah
tepat mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa karena jiwa bersifat abstrak. Oleh karena
itu yang sangat mungkin dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yaitu dalam wujud
perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan dasar ini maka
psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Kalau kita berbicara tentang individu yaitu manusia, maka kita akan bertemu dengan
beberapa keunikan perilaku/jiwa (psyche), dan faktor ini akan berhubungan erat bahkan
menentukan dalam keberhasilan proses belajar. Didasari pada begitu eratnya antara tugas
psikologi (jiwa) dan ilmu pendidikan, kemudian lahirlah suatu subdisiplin yaitu psikologi
pendidikan (educational psychology).
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan
yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari dua definisi ini maka jelas
fokus dari psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar.
Dalam bukunya, Drs. Alex Subor, M,si.[2] mendefinisikan bahwa Psikologi Pendidikan
adalah subdisiplin psikologi yang mempelajari tingkah laku individu dalam situasi
pendidikan, yang meliputi pula pengertian tentang proses belajar dan mengajar.
Secara garis besar, umumnya batasan pokok bahasan psikologi pendidikan dibatasi atas
tiga macam[3]:
1. Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan ciri khas perilaku
belajar peserta didik dan sebagainya.
2. Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi
dalam kegiatan belajar peserta didik dan sebagianya.
3. Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat
fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.
Sementara menurut Samuel Smith, setidaknya ada 16 topik yang perlu dibahas dalam
psikologi pendidikan, yaitu :
1. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (The science of educational
psychology)
2. Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity)
3. Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).
4. Perkembangan siswa (growth).
5. Proses-proses tingkah laku (behavior proses).
6. Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning).
7. Faktor-faktor yang memperngaruhi belajar (factors that condition learning)
8. Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of learning).
9. Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran/
evaluasi. (measurement: basic principles and definitions).
10. Tranfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning subject matters)
Dalam proses belajar-mengajar dapat dikatakan bahwa ini inti permasalahan psikiologis
terletak pada anak didik. Bukan berarti mengabaikan persoalan psikologi seorang
pendidik, namun dalam hal seseorang telah menjadi seorang pendidik maka ia telah
melalui proses pendidikan dan kematangan psikologis sebagai suatu kebutuhan dalam
mengajar. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu
kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah
(2003) mengatakan bahwa diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru
dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses
belajar mengajar peserta didik
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya
dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang
yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya,
sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya
dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan
pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat
lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai
tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom
tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori
perkembangan individu.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat
membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya
diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui
proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan
pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat
menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat
belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
Penutup.
Sebagi objek sasaran dalam proses belajar mengajar adalah anak didik sebagai manusia
individu yang memiliki perilaku, karakteristik dan kemampuan yang berbeda satu sama
lain, maka dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik perlu memperhatikan faktor
psikologi karena pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang diperolah
melalui belajar mengajar, tidak dapat dipisahkan dari psikologi.
Guru sebagai pendidik/pengajar menjadi subjek yang mutlak harus memiliki pengetahuan
psikologi sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik, setidaknya dalam
meminimalisir kegagalan dalam menyampaikan mataeri pelajaran.
http://hutabalian72.wordpress.com/2010/02/02/peranan-psikologi-pendidikan-dalam-
proses-belajar-mengajar/
TEORI PEMBELAJARAN
Konsep Psikologi.
KAJIAN SAINTIFIK TINGKAH LAKU MANUSIA DAN PROSES MENTAL
Whittaber William (1960) = Kajian saintifik tingkah laku dan aktiviti manusia.
Baron (1989) = Kajian saintifik tingkah laku manusia dan proses mental
Cambridge International Dict. = kajian saintifik mengenai cara manusia berfikir
dan pengaruhnya terhadap tingkah laku atau pengaruh peribadi individu terhadap
tingkah lakunya.
KONSEP PENDIDIKAN
FITRAH MANUSIA
T- Mengikut tertib
Pertumbuhan.
Perkembangan
Teori PerKembangan
1. Deria Motor
2. Pra Operasi
3. Operasi Konkrit
4. Operasi Formal
Konsep Teori Piaget
Organisasi
Adaptasi
o Menyesuaikan diri dgn dua cara
r asimilorsi
\ akomodasi
Anggran
Peringkat Ciri ciri
umur
Bayi menjalankan hubungan kasih sayang dan
Kepercayaan VS 0 - 1 1/2 kepercayaan kepada pengasuh atau membentuk
ketidak percayaan tahun perasaan tidak percaya.
Kanak2 mengerah tenaganya utk perkembangan
fizikal.
Autonomi VS 1 1/2 tahun -
Boleh belajar mengawal tetapi mungkin
malu/ ragu 3 tahun
membentuk perasaan malu atau ragu jika tidak
diuruskan.
Kanak - kanak menjadi lebih mendesak tetapi
Inisiatif VS bila melampau akan menimbulkan persaan
3 - 6 thn
Perasaan Bersalah bersalah.
Mesti manghadapi pembelajaran baru atau
Ketekunan Vs 6 - 12 tahun terpaksa menghadapi perasaan rendah diri.
rendah diri
Pelaziman
ilmu yg dibina adalah berdasarkan kepada interaksi sosial, alat budaya dan aktiviti
yg membentuk pembinaaan dan pembelajaran individu.
http://ceritarasahati2.blogspot.com/2008/08/modul-13-unit-12-psikologi-pendidikan.html