Oleh :
K1A1 11 020
Pembimbing :
Fakultas Kedokteran
Kendari
2017
1
MALARIA PADA KEHAMILAN
A. Pendahuluan
Infeksi malaria sampai saat ini masih menjadi masalah klinis di negara-
dapat menyerang semua masyarakat dari segala golongan.1 Infeksi pada wanita
hamil oleh parasit malaria ini sangat mudah terjadi, oleh karena adanya perubahan
sistem imunitas ibu selama kehamilan, baik imunitas seluler maupun imunitas
volume darah, retensi air, perubahan keseimbangan asam basa dan perubahan
metabolisme karbohidrat.2
mortalitas ibu hamil yang menderita malaria tinggi, terutama pada primigravida,
akan menimbulkan anemia dan mortalitas perinatal yang tinggi. Infeksi akan lebih
2
Oleh karena itu, maka perlu dimengerti bahwa wanita hamil memerlukan
perhatian yang ketat apabila terjadi infeksi malaria selama periode kehamilan,
persalinan maupun nifas. Pada ibu hamil, malaria dapat mengakibatkan timbulnya
demam, anemia, hipoglikemia, udema paru akut, gagal ginjal bahkan dapat
menyebabkan kematian. Pada janin yang dikandung oleh ibu penderita malaria
dapat terjadi abortus, lahir mati, persalinan prematur, berat badan lahir rendah,
dan kematian janin. Keadaan patologi yang ditimbulkan ini sangat tergantung
berat. Laporan dari berbagai negara menunjukan insidens malaria pada wanita
hamil umumnya cukup tinggi, dari El vador 55,75% yaitu 63 kasus dari 113
wanita hamil: dari berbagai tempat bervariasi antara 2-76%. Berdasarkan hal-hal
khusus.4
B. Definisi
menggigil, anemia dan splenomegali. Malaria dapat berlangsung akut dan kronik.5
3
C. Epidemiologi
Indonesia seperti Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan
Sulawesi Utara.1
terjadi serentak dan menimbulkan 584.000 kematian pada tahun 2013. Ini
menunjukkan bahwa adanya penurunan jumlah kasus malaria sebesar 30% dan
anemia 3- 15%, berat badan lahir rendah 13-70% dan kematian neonatal 3-8%.5
D. Etiologi
yang masuk ke dalam tubuh manusia, ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina
adalah:
yang muda (retikulosit) kira-kira 43% dari kasus malaria di seluruh dunia
4
3. Plasmodium ovale. Prediksinya dalam sel-sel darah merah mirip dengan
terjadi lagi infeksi campuran oleh tiga species sekaligus. Infeksi campuran
E. Patofisiologi
lain TNF (Tumor Nekrosis Factor) dan IL-6 (Interleukin-6). TNF dan IL-6 akan
dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh
P. ovale 48 jam, dan P. malariae 72 jam. Demam pada P. falciparum dapat terjadi
setiap hari, P. vivax/ P. ovale selang waktu satu hari dan P. malariae demam
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun
yang tidak terinfeksi. P. vivax dan P. ovale hanya menginfeksi sel darah muda
yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan P.
5
malariae menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah
sel darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh P. vivax, P. ovale dan P.
menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga anemia dapat terjadi pada
Selain itu pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob yang
berisi berbagai antigen P. falciparum. Sitokin (TNF, IL-6 dan lain-lain) yang
terekspresinya reseptor endotel kapiler. Pada saat knob tersebut berikatan dengan
reseptor sel endotel kapiler terjadilah proses sitoadherensi. Akibat dari proses ini
oleh proses terbentuknya rosette, yaitu bergerombolnya sel darah merah yang
berparasit dengan sel darah merah lainnya. Pada proses sitoadherensi ini juga
6
sitokin (TNF, IL-6 dan lain-lain), dimana mediator tersebut mempunyai peranan
F. Gejala Klinis
ialah demam periodik, anemi dan splenomegali. Sering terdapat gejala prodromal
seperti malaise,sakit kepala, nyeri pada tulang/otot, anoreksi dan diare ringan.2
Gambaran klinis malaria pada wanita non imun (di daerah non-endemik
atau wanita hamil yang datang ke daerah endemik) bervariasi dari malaria ringan
berat (complicated malaria) dengan risiko tinggi pada ibu dan janin (maternal
mortality rate 20-50% dan sering fatal bagi janin). Sedangkan gambaran klinis
G. Diagnosis
di dalam :
Darah maternal
7
Gambaran klinik malaria pada wanita non-imun (di daerah non-endemik)
bervariasi dari :
tinggi, sampai Malaria berat (complicated malaria) dengan risiko tinggi pada
ibu dan janin (maternal mortality rate 20-50 % dan sering fatal bagi janin).
1. Diagnosis Klinis
Pada anamnesis :
Harus dicurigai malaria pada seseorang yang berasal dari daerah endemis
gejala lain
terakhir
8
Dapat ditemukan anemia
Gejala klasik malaria khas terdiri dari 3 stadium yang berurutan, yaitu
imunitas terhadap malaria, gejala klasik di atas tidak timbul berurutan, bahkan
tidak semua gejala tersebut dapat ditemukan. Selain gejala klasik di atas,
dapat juga disertai gejala lain/gejala khas setempat, seperti lemas, sakit
segera dan intensif. Oleh karena itu pengenalan tanda-tanda dan gejala-gejala
malaria berat sangat penting bagi unit pelayanan kesehatan untuk menurunkan
berat adalah meningitis, ensefalitis, septikemi, demam tifoid, infeksi viral, dll.
9
Hipoglikemi (kadar gula darah < 40 mg%)
Udem paru
Asidosis metabolik
Hemoglobinuri
Hiperparasitemi
2. Diagnosis Laboratorium
tepat sekaligus juga dapat menghitung jumlah parasit sehingga derajat parasitemi
dapat diketahui.
10
Pemeriksaan Fluoresensi Quantitative Buffy Coat (QBC) .
parasit dan mengetahui kepadatan parasit (terutama penderita rawat inap) pada
sediaan darah. Metode diagnostik yang lain adalah deteksi antigen HRP II dari
parasit dengan metode Dipstick test, selain itu dapat pula dilakukan uji
adalah dengan mendeteksi DNA parasit, dalam hal ini urutan nukleotida parasit
yaitu kekebalan alamiah yang sudah ada sejak lahir dan terjadi tanpa kontak
dengan parasit malaria sebelumnya dan kekebalan didapat yang diperoleh setelah
kontak dengan parasit malaria, yang bersifat humoral ataupun seluler. Kekebalan
seluler dihasilkan oleh limfosit T yang cara kerjanya sebagai helper, sel limfosit
11
B dalam memproduksi zat anti atau melalui makrofag yang dapat membunuh
sel-sel pertahanan tubuh yang disebut sitokin. Sitokin dihasilkan oleh makrofag
atau monosit dan limfosit T. Sitokin yang dihasilkan oleh makrofag adalah TNF,
IL-1 dan IL-6 sedangkan limfosit T menghasilkan TNF-, IFN-, IL-4, IL-8, IL-
10 dan IL-12. Sitokin yang diduga banyak berperan pada mekanisme patologi dari
Pada saat seseorang terekspos dengan malaria, maka sel limfosit B akan
sehingga hanya sebagian saja yang dapat diatasi dan pasien dapat rentan
mengalami infeksi berulang. Untuk mengatasi hal ini diperlukan antibodi dalam
jumlah yang banyak. Sedangkan cara kerja limfosit T yakni dengan mengaktivasi
respon dari sel T CD8 pada fase hepatosit, namun tingkat CD8 rendah sehingga
Para wanita hamil yang tinggal di daerah yang banyak terdapat malaria
berada dalam risiko tinggi dan risiko tersebut bahkan semakin besar dalam dua
bulan setelah mereka melahirkan. Di masa lalu, kita sering menduga bahwa
peningkatan kepekaan terhadap malaria pada para wanita hamil akan berakhir
12
sebelum mereka hamil, para wanita dalam penelitian ini memiliki kemungkinan
sekitar 4 kali lebih besar untuk terjangkit malaria dalam 60 hari setelah
melahirkan.7
Oleh karena itu para peneliti menyarankan agar para wanita terus
wanita hamil setidaknya sampai dua bulan setelah kelahiran. Peningkatan risiko
bagi malaria selama kehamilan diperkirakan disebabkan oleh dua faktor. Pertama,
plasenta. Sebagai tambahan, selama kehamilan, sistem kekebalan tubuh sang ibu
berada dalam tingkat respon yang kurang dari normal. Para peneliti berpendapat,
Insiden serangan malaria yang tinggi selama beberapa bulan pertama setelah
(kekebalan tubuh yang tertekan) merupakan faktor kunci yang terlibat pada para
wanita hamil yang terserang malaria. Para peneliti juga menemukan sebuah
saluran serba guna yang berada di dalam membran atau lapisan luar dari sel-sel
darah merah yang terinfeksi, yang memiliki peran untuk menyuplai nutrisi-nutrisi
tersebut bagi parasit ini. Dan mereka berharap bahwa penyaringan kumpulan
saluran ini akan mengubahkan obat-obatan baru untuk melawan parasit malaria
13
H. Pengaruh Malaria selama Kehamilan
1. Pada Ibu
pada tingkat kekebalan seseorang terhadap infeksi parasit malaria dan paritas.
Ibu hamil dari daerah endemis yang tidak mempunyai kekebalan, dapat
endemisitas tinggi, malaria berat dan kematian ibu hamil jarang dilaporkan.
Gejala klinis malaria dan densitas parasitemia dipengaruhi paritas, sehingga akan
Pada ibu hamil dengan malaria, gejala klinis yang penting diperhatikan ialah
demam, anemia, hipoglikemia, edema paru akut dan, malaria berat lainnya.9
a. Demam
pada ibu hamil dengan kekebalan rendah atau tanpa kekebalan, terutama
b. Anemia
14
peningkatan paritas. Van Dongen (1983) melaporkan bahwa di Zambia,
Anemia pada malaria terjadi karena lisis sel darah merah yang
oleh Brabin (1990) yang melakukan penelitian pada wanita hamil di Papua
New Guinea, dan menyatakan bahwa makin besar ukuran limpa makin
hubungan BBLR (berat badan lahir rendah) dan anemia berat pada
a. Diagnosis dan pengobatan malaria ringan dan anemia ringan sampai moderat
b. Kemoprofilaksis
15
d. Pendidikan kesehatan dan kunjungan yang teratur untuk ante natal care
prematuritas, kematian janin dalam rahim, dll) pada kehamilan di semua lini
pemakaian kelambu.
i. Pada daerah resisten klorokuin semua ibu hamil baik non imun maupun semi
16
Penatalaksanaan Umum
Pemberian cairan adalah faktor yang sangat penting dalam penanganan malaria berat.
Bila berlebihan akan menyebabkan edema paru, sebaliknya bila kurang akan menye-
tekanan darah, suhu, dan nadi setiap 30 menit (selalu dicatat untuk mengetahui
perkembangannya), kontraksi uterus dan bunyi jantung janin juga harus dipantau.
Jaga jalan nafas untuk menghindari terjadinya asfiksi, bila perlu beri oksigen.
dan dapat dilakukan kompres. Jika kejang, beri antikonvulsan : diazepam 5-10 mg iv.
(secara perlahan selama 2 menit) ulang 15 menit kemudian jika masih kejang;
I. Pencegahan Malaria
- Untuk pengobatan anemia moderat (Hb 7-10 g/dl) diberikan dosis besi 2x lipat.
17
untuk pengobatan dalam kehamilan, sedangkan kinin untuk pengobatan malaria
alternatif yaitu :
- Garam Kina 10 mg/kg.bb per oral 3 kali selama 7 hari (minimun 3 hari + SP 3
- Meflokuin dapat dipakai jika sudah resisten dengan Kina atau SP, namun
data penggunaannya pada trimester I masih terbatas. Jika terjadi resistensi ganda
- Garam Kina 10 mg/kg.bb per oral 3 kali selama 7 hari DITAMBAH Klindamisin
300 mg 4 kali sehari selama 5 hari. (dapat dipakai di daerah resisten kina).
mg/kg.bb oral dosis tunggal selama 6 hari. (dapat dipakai pada trimester II dan III,
dan jika tidak ada alternatif lain). 5,9,10,14 Untuk daerah Minahasa/Sulawesi Utara
klorokuin masih sangat efektif, demikian juga P.vivax umumnya masih sensitif
terhadap klorokuin.
18
- Pemakaian obat nyamuk (baik semprot, bakar dan obat nyamuk listrik)
J. Komplikasi
1. Anemia
2. Malaria serebral
3. Hipoglikemia
4. Edema Paru
5. Infeksi plasenta
3. Malaria kongenital
K. Prognosis
perbaikan dalam waktu 48 jam mulai pengobatan dan bebas demam setelah 96
tingkat kematian yang tinggi jika tidak diobati. Namun, jika infeksi ini di
19
DAFTAR PUSTAKA
20
8. Brown J. Joko; Lalangan H Wasuperuma; Whinston AS; Margaret Pinder.
(2) : 151-157.
10.1136/adc.2005.085274.
10. Ukaga CN; Nowke; Anosike. Placental malaria in Owerri, Imo State, south-
eastern Nigeria. Sciarra JJ, Eschenbach DA, Depp R, eds. In: Gynecology
21