Anda di halaman 1dari 6

A.

Sejarah Perkembangan Pariwisata di Bali


Abad 6 : Jaman dahulu Bali sudah dituju sebagai tempat untuk melakukan pencarian
dan perjalanan oleh para penekun spiritual. Rsi Markandeya tercatat sebagai tokoh
spiritual dari Jawa yang pertama kali menjejakkan kaki di Bali. Perjalanan untuk
melakukan pencarian kesucian batin dan keseimbangan alam lalu menempatkan
tonggak tatanan agama Hindu di lereng selatan Gunung Agung yang kini dikenal
sebagai Pura Besakih.
Abad 11 : Kemudian datanglah Empu Kuturan yang mengembangkan konsep Tri Murti
di Bali
Abad 16 : Dang Hyang Nirartha (Pedanda Sakti Wawu Rawuh) ke Bali dengan misi
keagamaan dengan titik berat pada konsep Upacara
1597 : Perjalanan wisata internasional di Bali dimulai saat orang Belanda dengan
ekspedisi yang dipimpin Cornellis de Houtman dalam perjalanannya mengelilingi
dunia untuk mencari rempah-rempah, masuk ke Indonesia. Dari Pulau Jawa misi
tersebut berlayar menuju ke Timur dan dari kejauhan terlihatlah sebuah pulau yang
merimbun. Mereka tidak menemukan rempah-rempah, hanya sebuah kehidupan dengan
kebudayaannya yang unik, alamnya sangat indah dan mempunyai daya tarik tersendiri
berbeda dengan daerah lain. Pulau ini oleh penduduknya dinamakan Bali.
Abad 20 : Berbarengan dengan Indonesia yang dikenal sebagai penghasil rempah-
rempah, Bali mulai dikenal dunia dari sisi budaya. Penguasaan Belanda terhadap
Indonesia pun pada sekitar abad 17 dan 18, tidak banyak memberi pengaruh pada
kehidupan agama dan budaya di Bali.
1906 : Militer Belanda tiba di Pantai Sanur dan dengan pasukan berbaris menuju istana
kerajaan Puri di Denpasar. Dengan tujuan untuk bertemu dengan raja Puri Agung
Denpasar di istananya karena telah menolak memberikan Ganti Rugi tuntutan dan
fitnah yang dituduhkan. Dengan berpakaian ritual putih, Raja, keluarga beserta
pengikut setia lainnya mengadakan pertempuran melawan Belanda dengan senjata keris
dan tombak. Melawan pantang menyerah, berperang sampai titik darah penghabisan
untuk membela kebenaran yang luhur. Ritual Puputan ini terulang sore itu di Puri
Pemecutan dan dua hari kemudian di pelataran Raja Tabanan. Saat itulah dikenal
dengan nama Puputan Badung. 7000 orang Bali tewas dalam Sejarah Perang Puputan
Badung pada 20 September 1906 ini.
1908 : Puputan Klungkung terjadi di Gelgel. Belanda memborbardir istana Smarapura,
Gelgel, dan Satria dengan tembakan meriam selama enam hari berturut-turut. 28 April
1908, Raja Klungkung Dewa Agung Jambe bersama kerabat, putra mahkota, pasukan
dan rakyat yang setia gugur membela kedaulatan kerajaan dan rakyat Klungkung
menunaikan dharmaning ksatria, kewajiban tertinggi seorang ksatria sejati.
1914 : Setelah Bali dianggap cukup damai, pemerintah Hindia Belanda menggantikan
peran tentara kependudukan dengan petugas sipil. Pada waktu Bali sudah bisa dapat

1
dicapai dari Surabaya dengan kapal. Begitu tiba di Bali pengunjung menyewa kuda atau
kereta kuda untuk perjalanannya. Mereka dapat memakai pesanggrahan-pesanggarahan
yang kosong yang disediakan untuk pejabat kolonial pada waktu mereka inspeksi
keliling.
1917 : Dibangun jaringan jalan yang menghubungkan desa Pengastulan ke Tejakula
melalui Pabean, Buleleng dan Sangsit. Begitu juga sejumlah jembatan seperti di atas
sungai menghubungkan jalan dari Singaraja ke Celukan Bawang. Pada tahun
berikutnya sebuah jembatan yang melengkapi jalan dari Singaraja melalui Pupuan dan
Tabanan ke Kota Denpasar. Singaraja sebagai pusat pemerintahan Pulau Bali memiliki
tiga jalur jaringan lalu lintas. Pertama : menuju Kubutambahan dan Kintamani menuju
Denpasar sepanjang 118 Km. Kedua : jalur Singaraja, Bubunan dan Pupuan sepanjang
113 km. Ketiga : melalui Danau Bratan hanya 78 km.
1920 : Wisatawan Eropa mulai datang ke Bali, mereka adalah sastrawan, fotographer,
seniman, dan lainnya. Mereka datang bersama kapal dagang Belanda yaitu KPM
(Koninklijke Paketcart Maatsckapy) dan wisatawan itu memperkenalkan Bali di Eropa
sebagai `the Island of God`. Dr Gregor Krause adalah orang Jerman yang dikirim ke
Wetherisnds East Idies (Indonesia) bertugas di Bali yang ditugaskan untuk membuat
tulisan-tulisan dan foto-foto mengenai tata kehidupan masyarakat Bali.
1924 : Wisatawan secara khusus datang ke Bali setelah dibuka pelayaran mingguan
antara Singapura, Batavia, Semarang, Surabaya singgah di Buleleng (Pelabuhan
Singaraja) baru kemudian ke Makassar. Perwakilan KPM di Singaraja diangkat sebagai
wakil resmi Nederlandche Indische Touristen Bureau di Bali. Tahun ini tercatat 213
pelancong yang datang ke Bali.
1926 : Majalah Tourism in Netherlands East Indies edisi 8 Februari 1927 mencatat
sebanyak 480 wisatawan mengunjungi Bali. Majalah ini menawarkan paket wisata
termasuk akomodasi bagi mereka yang ingin menyaksikan upacara Ngaben di
Karangasem Bali pada Mei 1927. Disebutkan peminat akan diangkut dengan kapal
Swartbandt yang bertolak dari Surabaya. Sesampainya di Bali para wisatawan
disediakan mobil dan menginap di pesanggarahan milik pemerintah.
1927 : Di antara para pelancong yang terkemuka antara lain Brigadir Jendral L.C.Koe
dari Angkatan perang Inggris yang datang bersama istrinya ke Bali Januari 1927.
1928 : KPM membuka Bali Hotel sebagai pengganti pesanggrahan di Denpasar (the
Leading House in Bali). Selain itu terdapat pesanggrahan Kintamani untuk melihat
obyek wisata Danau Batur. Referensi utama wisatawan berdasarkan hasil pengamatan
dari Walter Spies seorang pelukis dan musikus berkebangsaan Jerman yang menetap di
Bali pada 1927 dan hingga waktu Perang Dunia ke II. Dia menjadi pemandu bagi para
seniman, pelukis dan tokoh yang berkunjung ke Bali. Wisatawan singgah di rumahnya
di Ubud. Walter Spies memperkenalkan kepada dunia tentang kekayaan dan
keanekaragaman budaya Bali, disamping kecantikan wanita Bali. Rumah Spies di Ubud

2
kerap kedatangan seniman dan intelektual Eropa. Antropolog Margaret Mead (asal
Amerika), pelukis Miguel Covarrubias (Meksiko) bukunya the Island of Bali tahun
1930, aktor Charlie Chaplin (Amerika), Andrian Vickers dalam bukunya Bali Paradise
Creatid, Vicki Baum seorang Novelis Bahasa Inggris dengan bukunya Love and Death
in Bali, hingga seksolog Magnus Hirschfeld (Jerman) pernah menjadi tamunya. Spies
dan Beryl de Zoete menulis Dance & Drama in Bali, salah satu catatan paling awal
tentang tari dan drama di luar budaya Barat. Dia juga terlibat dalam pembuatan film
`The Island of Demons` bersama Baron Viktor van Plessen. Spies mendanai pembuatan
film itu dari uang warisan pemberian Friederich Murnau yang meninggal pada 1931.
Film itu punya pengaruh besar pada persepsi dunia tentang Bali.
Pada 1936 Spies mendirikan kelompok seniman Pita Maha bersama Rudolf Bonnet
(pendiri Museum Ratna Warta, Gusti Nyoman Lempad, dan Tjokorda Gde Agung
Sukawati. Mereka melestarikan seni rupa Bali yang mulai berubah menjadi seni
pesanan demi memenuhi permintaan turis. Pita Maha membuka cakrawala bagi para
pelukis Bali dalam hal tema, pewarnaan, hingga perspektif dan permainan cahaya.
Disamping itu terdapat wisatawan lain dari golongan sastrawan dan seniman yang
memberi pengaruh banyak terhadap sejarah perkembangan pariwsata Pulau Bali,
mempopulerkan Bali dengan karya-karya mereka yang spekatuler di dunia antara lain
adalah musisian Collin Mc Phee dan penulis antropoligist Jane Bello (Canada),
sastrawan Dr Roelof Goris (Belanda) dengan bukunya Prasasti Bali `Chartes de Bali`
di Bali tahun 1928, novelis Louis Marie-Anne Couperus (Belanda).
Sastrawan dan pejuang Muriel Pearson (Amerika) dengan sebutan nama lain selama di
Indonesia adalah Miss Walker, Miss Tenchery, Mrs Muriel Pearson, Mrs Manx, Miss
Daventry, Surabaya Sue, K'tut Tantri, Ni Ketut Tantri, Miss Oestermann, Sally van de
As dengan buku terkenalnya `Revolt In Paradise`
Pelukis Le Mayeur (Belgia) beristrikan gadis Bali, menetap di Sanur Bali Museum Le
Mayeur. Pelukis Antonio Blanco (Spanyol) beristrikan orang Bali Ni Ronji kemudian
menetap di Ubud Museum Antonio Blanco. Pelukis terkenal Adrianus Wilhelmus
(Arie) Smit karyanya dapat anda lihat di Museum Neka.
1933 : Dibukanya jalur penerbangan Surabaya dan Bali
1934 : Dibukanya pelayaran bolak-balik Gilimanuk dan Banyuwangi. Kebanyakan
pelancong ini hanya tinggal selama tiga hari di Bali. Mereka tiba di Buleleng hari
Jumat pagi berangkat dan pulang dengan kapal yang sama pada Minggu malam.
Kecuali mereka yang suka petualang menginap di Bali selama sepuluh hari sambil
menanti kapal berikutnya. Setelah mendarat di Buelleng pada hari Jumat menjelang
matahari terbit, wisatawan menyewa mobil berikut pemandu wisata dengan bantuan
biro pariwisata.Para wisatawan menelusuri jalan pantai menuju Bubunan di barat, lalu
membelok ke pesanggarahan Munduk, tempat mereka dapat melanjutkan kunjungan ke
daerah sekitar dengan berkuda ke Danau Tamblingan dan Buyan.

3
Pada sore hari meeka turun ke Denpasar melalui Tabanan dan menginap di Bali Hotel.
Seusia makan malam mereka disajikan acara kesenian berupa tarian pribumi. Museum
Bali, Bedulu Goa Gajah, Tampak Siring, Pejeng, Gia lawah adalah obyek wisata yang
dikunjungi saat itu. Pada Minggu pagi wisatawan berkunjung ke Bangli melihat Pura
Kehen sebelum menuju Penelokan Kintamani. Biasanya mereka makan siang di
Pesanggarahan Kintamani, lalu kembali ke Singaraja untuk naik Kapal KPM.
1936 : Sepasang suami istri dari Amerika Bob, berprofesi sebagai fotografer dan Louise
Koke, pelukis tiba di Bali, dari Singaraja dengan kapal ke Denpasar. Dalam buku `Our
Hotel in Bali` yang ditulisnya, digambarkan bahwa hotel di Bali pada waktu itu sudah
mempunyai kamar mandi modern dengan air panas. Dan buku ini banyak terpengaruh
eksotisme yang banyak mengumbar foto sensualitas perempuan Bali dengan pakaian
dada terbuka sebagai hal aneh bagi orang-orang Barat saat itu.
1942 : Perang Dunia ke II, sejumlah orang Jerman dan Belanda termasuk Walter Spies
ditangkap. Dia bersama tawanan Jerman dikirim ke luar Bali. Namun di tengah jalan
kapal itu ditenggelamkan oleh armada Jepang. Walter Spies termasuk yang terbunuh.
Pada 19 Februari 1942 tentara Angkatan Darat Jepang mendarat di Pantai Sanur tanpa
perlawanan dari serdadu Hindia Belanda.
1946 : Setelah proklamasi kemerdekaan Mr. I Gusti Ketut Pudja tiba dari Jakarta untuk
menjadi Gubernur Sunda Kecil. Seperti banyak daerah lain Bali juga mengadakan
perlawanan terhadap kedatangan kembali tentara Belanda di Bali. Seperti yang
dilakukan I Gusti Ngurah Rai yang dikenal dengan Puputan Margarana pada 20
November 1946.
1950 : Bali pelan-pelan pulih sebagai suatu tempat tujuan wisata. Pulau Bali dikabarkan
aman bagi wisatawan yang menginap di hotel. Dunia hiburan mulai menggeliat,
Denpasar pada 1950-an sudah mempunyai tiga buah bioskop dan singaraja tiga buah.
Saat itu sudah tidak ada lagi perempuan yang tidak memakai baju. Wisatawan yang
datang sudah mulai ditangani dengan baik oleh masyarakat dan raja saat itu.
1953 : A.A.Panji Tisna mulai membangun tempat istirahat di tepi pantai Kampung
Baru, desa Tukad Cebol (sekarang desa Kaliasem). Selain dibangun restoran juga
dibangun 3 kamar tamu. Dan tiga tahun kemudian dunia pariwisata Bali mencatat
sejarah baru, ketika Ida Bagus Kompiang dan Anak Agung Mirah Astuti menjadi
pengusaha pribumi yang membangun hotel pertama di kawasan Sanur, Denpasar, yang
diberi nama Hotel Segara Beach.
1955 : Perhatian pemerintah juga mulai terasa sesudah tahun 1950-an, ketika Presiden
Soekarno membawa tamu-tamu Negara ke Bali. Kisaran 1952-1965, Soekarno banyak
mengirim misi kesenian ke luar negeri. Misinya mengenalkan Republik Indonesia ke
seluruh dunia. Ratusan penari rentang tahun itu dikerahkan. Mereka dikirim tak hanya
ke negara-negara Asia, seperti Bangladesh, Cina, Jepang, dan Korea Utara, tapi juga

4
Rusia dan Eropa Timur (Ceko, Hungaria, dan Polandia), Eropa Barat (Belanda dan
Paris), Afrika (Tanzania), serta Amerika (New York)
1956 : Kepariwisataan dan infrastruktur pembangungan di Bali dibenahi kembali. Pada
tahun 1963 didirikan Hotel Bali Beach (the Grand Bali Beach sekarang) dan diresmikan
pada bulan November 1966. Hotel Bali Beach (Grand Bali Beach) mempunyai sejarah
tersendiri dimana merupakan satu-satunya hotel berlantai 10 (sepuluh) tingginya lebih
dari 15 meter. Hotel ini dibangun sebelum ada ketentuan bahwa bangunan di Bali
maksimal tingginya 15 meter, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kdh. Tingkat
I Bali tanggal 22 November 1971 Nomor : 13/Perbang.1614/II/a/1971. Isinya antara
lain bahwa bangunan di Provinsi Bali tingginya maksimal setinggi pohon kelapa atau
15 meter.
1969 : Tepatnya di bulan Agustus diresmikan Pelabuhan Udara Ngurah Rai sebagai
Bandar Udara Internasional. Hingga kini daerah tujuan wisata di Bali dan akses serta
sarana penunjang lainnya untuk mendukung kepariwisataan di Bali sudah dilakukan
perbaikannya. Dan wisatawan yang datang ke Bali saat ini tidak hanya dari benua
Eropa, juga benua Asia, Australia, Amerika, Afrika dan lainnya.
2002 : Serangan teroris telah terjadi pada 12 Oktober 2002, berupa serangan Bom Bali
2002 (Bom Bali 1) di kawasan pariwisata Pantai Kuta, menyebabkan sebanyak 202
orang tewas dan 209 orang lainnya cedera. Serangan Bom Bali 2005 (Bom Bali 2) juga
terjadi tiga tahun kemudian di Kuta dan pantai Jimbaran. Kejadian-kejadian tersebut
mendapat liputan internasional yang luas karena sebagian besar korbannya adalah
wisatawan asing dan menyebabkan industri pariwisata Bali menghadapi tantangan
berat. Hingga pelaku serangan Bom Bali sudah ditangkap dan dihukum berat.
2010-sekarang : Untuk menampung para wisatawan domestik dan juga mancanegara
serta terwujudnya sarana dan infrastruktur penunjang pariwisata yang baik di Bali
setidaknya ada dua proyek besar yang dilakukan oleh pemerintah yaitu pembangunan
Tol Bali Mandara yang dibangun di atas laut menghubungkan segi tiga emas di teluk
Benoa yang menghubungkan Bandara Ngurah Rai, Pelabuhan Benoa dan kawasan
Nusa Dua. Yang kedua adalah perluasan dan renovasi Bandara Internasional Ngurah
Rai dimana dulunya Bandara ini hanya mampu melayani 8.5 juta penumpang pertahun
kini Bandara megah ini dapat menampung sampai 25 juta per tahun.
B. Pengaruh Pariwisata terhadap Ekonomi
1. Pengaruh Positifnya
a. Membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal di bidang pariwisata seperti : tour
guide, waiter, bell boy, dan lain-lain.
b. Dibangunnya fasilitas dan infrastruktur yang lebih baik demi kenyamanan para
wisatawan yang juga secara langsung dan tidak langsung bisa dipergunakan oleh
penduduk lokal pula. Seperti : tempat rekreasi, mall, dan lain-lain.

5
c. Mendapatkan devisa (national balance payment) melalui pertukaran mata uang
asing (foreign exchange).
d. Mendorong seseorang untuk berwiraswasta / wirausaha, contoh : pedagang
kerajinan, penyewaan papan selancar, pemasok bahan makanan dan bunga ke
hotel,dan lain-lain.
e. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga pendapatan pemerintah.
f. Memberikan keuntungan ekonomi kepada hotel dan restaurant. Contohnya,
wisatawan yang pergi berwisata bersama keluarganya memerlukan kamar yang
besar dan makanan yang lebih banyak. Dampak ekonomi tidak langsung dapat
dirasakan oleh pedagang-pedagang di pasar karena permintaan terhadap
barang/bahan makanan akan bertambah.
2. Pengaruh negatifnya
a. Bahaya ketergantungan yang sangat mendalam terhadap pariwisata.
b. Meningkatkan inflasi dan harga jual tanah menjadi mahal.
c. Meningkatkan impor barang dari luar negri, terutama alat-alat teknologi modern
yang digunakan untuk memberikan pelayanan bermutu pada wisatawan dan juga
biaya-biaya pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang ada.
d. Produksi yang bersifat musiman menyebabkan rendahnya tingkat pengembalian
modal awal.
e. Terjadi ketimpangan daerah dan memburuknya kesenjangan pendapatan antara
beberapa kelompok masyarakat.
f. Hilangnya kontrol masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi.
g. Munculnya neo kolonialisme dan neo imperialisme.

Anda mungkin juga menyukai