Anda di halaman 1dari 11

JURNAL INOVASI PENDIDIKAN IPA

Volume 1 Nomor 2, Oktober 2015, (237 - 247)


Available online at JIPI website: http://journal.uny.ac.id/index.php/jipi

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MALCOLMS MODELING


UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Syarifah 1), Yosaphat Sumardi 2)


NEUTRON Yogyakarta 1), Universitas Negeri Yogyakarta 2)
syifaayeayo@gmail.com 1), syosapat@yahoo.com 2)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghasilkan model pembelajaran fisika berbasis Malcoms
Modeling Method yang layak digunakan di sekolah, dan (2) mengetahui apakah model pembelajaran
fisika berbasis Malcoms Modeling Method dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan
motivasi belajar siswa. Penelitian ini termasuk dalam ranah penelitian dan pengembangan (R&D).
Prosedur pengembangan mengadaptasi dari prosedur pengembangan yang dikembangkan oleh Borg &
Gall dengan langkah-langkah meliputi (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3)
pengembangan bentuk awal produk, (4) uji coba lapangan awal, (5) revisi hasil uji coba lapangan
awal, (6) uji coba lapangan, (7) revisi hasil uji coba lapangan dan (8) diseminasi. Subjek uji coba
lapangan awal terdiri atas 36 siswa kelas X MIA 6 di SMA N 7 Yogyakarta. Subjek uji coba lapangan
pada kelas ekperimen terdiri atas 36 orang siswa kelas X MIA 1 dan pada kelas kontrol terdiri atas 34
orang siswa kelas X MIA 5 di SMA N 7 Yogyakarta. Instrumen pengumpulan data menggunakan soal
untuk mengukur keterampilan berpikir kritis, angket untuk mengukur motivasi belajar, angket respon
siswa dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Teknik analisis data menggunakan uji MA-
NOVA dengan taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Malcoms Modeling
Method ditinjau dari sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung dan dampak instruksional
dan pengiring layak digunakan di sekolah dengan kategori sangat baik. Hasil uji MANOVA menun-
jukkan model Malcoms Modeling Method dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan
motivasi belajar siswa pada taraf signifikansi 5 %.
Kata Kunci: Malcoms Modeling Method, keterampilan berpikir kritis, motivasi belajar.

DEVELOPING A PHYSICS INSTRUCTION MODEL BASED ON MALCOLMS MODELING


TO IMPROVE CRITICAL THINKING SKILLS AND LEARNING MOTIVATION

Abstract
This research aims to (1) develop a physics instruction model based on Malcolms modeling
method, which is eligible for school and (2) reveal if the physics instruction model based on
Malcolms modeling method can develop the critical thinking skills and learning motivation of
students. This research is research and development (R& D) adapting the developmental procedure of
Borg and Gall consisting, of (1) research and information collecting, (2) planning, (3) developing
preliminary form of product, (4) preliminary field testing, (5) main product revision, (6) main field
testing, (7) operasional product revision, and (8) disseminating. The subjects of the preliminary field
testing were 36 students of class X MIA 6, SMA N 7 Yogyakarta. The subjects of main field testing
were 36 students of class X MIA1 as the experiment class and 34 students of class X MIA 5 as the
control class in SMA N 7 Yogyakarta. The data were collected using a test to measure the critical
thinking, questionnaires to measure the learning motivation of the students, student response
questionnaires and observation sheet. The data were analyzed using MANOVA with the significance
level of 5%.The result of this research shows that the physics instruction model based on Malcolms
modeling method in terms of syntax, social system, principles of reaction, support system, instructio-
nal and nurturant effect is eligible for the school which is in a very good category according to the
validator. The result of MANOVA shows that the model can be used to develop critical thinking skills
and learning motivation
Keywords: Malcolms Modeling Method, critical thinking skills and learning motivation.

Copyright 2015, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1 (2), Oktober 2015 - 238
Syarifah, Yosaphat Sumardi

PENDAHULUAN langkah kerja dan menganalisis data. Oleh ka-


rena itu, keaktifan dan keterlibatan siswa kurang
Tantangan Abad ke-21 berupa pemenuhan
sehingga tidak dapat melatih siswa dalam meng-
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas
gunakan keterampilan berpikirnya secara opti-
dapat dilakukan melalui jalur pendidikan. Kuali-
mal. Selain itu, eksperimen verifikasi kurang
fikasi SDM berkualitas yang dibutuhkan untuk
menantang dan tidak menarik bagi siswa sehing-
mengahadapi abad ke 21 salahj satunya adalah
ga menyebabkan rendahnya motivasi belajar
memiliki keterampilan berpikir kritis. Pembel-
fisika.
ajaran di sekolah memiliki peran yang sangat
Berdasarkan uraian tersebut, perlu dite-
penting atas keberhasilan pembentukan SDM
rapkan model pembelajaran yang melibatkan ke-
berkualitas. Oleh karena itu, pemilihan model
aktifan dan seluruh potensi yang ada pada siswa
pembelajaran yang tepat merupakan suatu
selama kegiatan pembelajaran untuk menemu-
keharusan agar tujuan yang diinginkan dapat
kan konsep-konsep fisika. Model pembelajaran
terwujud.
dengan pendekatan konstruktivisme dapat
Keterampilan berpikir kritis adalah kete-
dijadikan sebagai solusi. Pendekatan konstrukti-
rampilan berpikir berupa hasil pemikiran yang
visme memandang bahwa pengetahuan tidak
reflektif untuk fokus terhadap apa yang diper-
dapat ditransfer secara langsung dari pendidik
caya dan dilakukan jika dihadapkan pada suatu
kepada siswa, namun siswa diberi kesempatan
masalah (Ennis, 2011, p.1). Keterampilan berpi-
untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan
kir kritis sangat penting untuk dilatih dan dikem-
dengan bantuan pendidik dan pengetahuan awal
bangkan pada siswa. Siswa yang memiliki kete-
yang telah dimiliki oleh siswa. Salah satu me-
rampilan berpikir kritis akan mampu membuat
tode pembelajaran yang mencirikan pendekatan
keputusan dan menyelesaikan suatu masalah,
konstruktivisme adalah Malcolms modeling
baik di sekolah, kehidupan pribadi, maupun di
method (metode pemodelan Malcolm).
lingkungan kerja nantinya. Para pemikir kritis
Kajian terkait keefektifan penerapan me-
ini, diharapkan sebagai agen perubahan dan
tode pemodelan pada pembelajaran fisika di
jawaban atas tantangan abad ke-21 yang mampu
Indonesia masih jarang dan belum pernah
membawa negara ini ke arah masa depan yang
diterapkan di SMA N 7 Yogyakarta. Penelitian
lebih baik.
yang pernah dilakukan terkait metode pemodel-
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan
an dilakukan oleh Sujarwanto. Penelitian yang
oleh Trends in International Mathematics and
dilakukan mengaitkan antara metode pemodelan
Science Study (TIMSS) tahun 2011 dan Prog- dengan keterampilan pemecahan masalah siswa
ramme for International Student Assesment SMA (Sekolah Menengah Atas). Hasil peneliti-
(PISA) tahun 2012, kemampuan siswa Indonesia
an menunjukkan kemampuan pemecahan masa-
berada jauh di bawah rata-rata internasional lah siswa yang belajar menggunakan metode
(TIMSS & PIRLS, 2011, p.4; OECD, 2012, pemodelan lebih baik dibandingkan kelas
p.5). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan tradisional (Sujarwanto, 2014, p.75). Penelitian
siswa Indonesia masih berada pada level kog-
yang mengaitkan Malcolms modeling method
nitif rendah dan belum memiliki keterampilan
dengan keterampilan berpikir kritis belum
berpikir tingkat tinggi salah satunya adalah pernah dilakukan.
keterampilan berpikir kritis. Malcolms modeling method terdiri atas
Fisika sebagai ilmu yang mempelajari dua tahap utama yakni model development
tentang fenomena alam dapat digunakan sebagai
(konstruksi model) dan model deployment (pe-
sarana untuk melatih keterampilan berpikir kritis
nerapan model). Pengertian model dalam
melalui penerapan metode ilmiah. Akan tetapi, konteks ini adalah representasi konseptual dari
berdasarkan hasil observasi di sekolah, pembel- sistem dan proses fisika yang dapat diwujudkan
ajaran fisika masih bersifat verifikasi atau pem- dalam bentuk matematis maupun non matematis
buktian konsep. Konsep yang akan ditemukan (Meltzer & Shaffer, 2011, p.28). Pada tahap
oleh siswa sudah diketahui sebelumnya. Siswa konstruksi model, siswa secara aktif terlibat
disajikan permasalahan, landasan teori dan lang- dalam keseluruhan tahap metode ilmiah meliputi
kah-langkah percobaan yang lengkap dan sis- merumuskan hipotesis, merancang langkah ker-
tematis dan tabel data hasil percobaan. Siswa ja, menganalisis data dan menyimpulkan. Pada
tidak melaksanakan tahap dari metode ilmiah tahap penerapan model, siswa mengaplikasikan
secara keseluruhan yakni pada tahap identifikasi model yang telah diperoleh untuk menjelaskan
masalah, merumuskan hipotesis, merancang fenomena dan menyelesaikan persoalan fisika.

Copyright 2015, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1 (2), Oktober 2015 - 239
Syarifah, Yosaphat Sumardi

Pada tahap ini, siswa dapat mengetahui manfaat Malcolms modeling method (MPF-BM3) yang
dari apa yang telah dipelajari. Penyajian manfaat bertujuan untuk meningkatkan keterampilan ber-
dari materi yang sedang dipelajari oleh siswa pikir kritis dan motivasi belajar siswa. Keber-
dapat mengembangkan motivasi belajar siswa hasilan model pembelajaran fisika berbasis
(Schunk et al, 2010, p.65). Oleh karena itu, Malcolms modeling method dalam mencapai
Malcolms modeling method memungkinkan tujuan yang diinginkan sangat ditentukan oleh
untuk mengembangkan keterampilan berpikir kesiapan pendidik sebagai pelaksana pembel-
kritis dan motivasi belajar siswa. ajaran di kelas. Oleh karena itu, model pem-
Keutamaan dari pembelajaran modeling belajaran itu dapat dituangkan dalam bentuk
atau modeling method dibandingkan pembelajar- buku panduan model yang berfungsi sebagai
an tradisional adalah dapat digunakan untuk panduan pendidik dalam melaksanakan pembel-
meningkatkan pemahaman konsep fisika (Liang ajaran dengan model pembelajaran fisika berba-
et al, 2012, p.114) dan hasil belajar siswa (Dye sis Malcolms modeling method dan di dalam-
et al, 2013, p.1; Jackson, 2008, p.16). Selain itu, nya memuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
pembelajaran modeling dapat digunakan untuk (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKPD).
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Sebuah model pembelajaran dikembang-
fisika siswa (Sujarwanto, 2013, p.65). kan berdasarkan teori belajar tertentu dan terdiri
Malcolms modeling method dalam pelak- atas unsur sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi,
sanaannya melibatkan siswa secara mandiri da- sistem pendukung serta dampak instruksional
lam seluruh tahap pembelajaran dan memerlu- dan pengiring (Rusman, 2011, p.136, Eggen &
kan waktu yang cukup lama karena seluruh Kauchak, 2012, p.7). MPF-BM3 sebagai sebuah
kegiatan dilaksanakan secara berkelompok di model pembelajaran dikembangkan berdasarkan
sekolah (Wells et al, 1995, p.24). Oleh karena teori belajar teori belajar Jean Piaget, teori
itu, Malcolms modeling method dapat dimodifi- belajar Vygotsky dan teori belajar bermakna
kasi menjadi sebuah model pembelajaran de- David Ausubel. Sintaks MPF-BM3 memodifi-
ngan langkah-langkah yang prosedural dan kasi sintaks dari Malcoms modeling menjadi
sistematis yang disesuaikan dengan karakteristik lebih terbimbing yang ditujukan untuk siswa
siswa yang belum terbiasa melaksanakan pem- yang belum terbiasa melaksanakan pembelajar-
belajaran konstruktivisme dan alokasi waktu an konstruktivisme. Perbedaan sintaks dari
yang tersedia di sekolah. Malcoms modeling dan MPF-BM3 disajikan
Berdasarkan uraian tersebut, perlu dikem- pada Tabel 1.
bangkan model pembelajaran fisika berbasis
Tabel 1. Komparasi Modeling Method dan MPF-BM3
Modeling Method MPF-BM3
Aktivitas Aktivitas
Sintaks Sintaks
Guru Siswa Guru Siswa
Orientasi model
Model development Konstruksi model
Diskusi penemuan model
Penerapan model
Model Deployment
Diskusi penerapan

Tahap orientasi model merupakan Tahap konstruksi model dan diskusi pene-
pengembangan sintaks dari Malcolms modeling muan model merupakan pengembangan tahap
method. Pada tahap ini, siswa disajikan sebuah model deployment dari Malcolms modeling
permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan method. Tahap konstruksi model dari MPF-
sehari-hari sebagai sarana bagi siswa untuk BM3, siswa merancang eksperimen dengan
bertanya dan merumuskan hipotesis. Tahap ini melengkapi langkah kerja yang telah disediakan
dilandasi oleh teori belajar bermakna yang oleh guru. Sedangkan tahap model development
membantu siswa mengaitkan antara pengetahu- dari Malcolms modeling method siswa meran-
an yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru cang langkah kerja secara mandiri tanpa bantuan
yang akan dipelajari melalui penyajian feno- guru dan mempresentasikan rancangan yang
mena atau masalah yang berkaitan dengan telah dibuat. Modifikasi ini ditujukan untuk sis-
kehidupan sehari-hari. wa yang belum terbiasa melaksanakan pembel-

Copyright 2015, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1 (2), Oktober 2015 - 240
Syarifah, Yosaphat Sumardi

ajaran konstruktivisme. Modifikasi ini dilandasi pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya mem-
oleh teori belajar Jean Piaget dan Vygotsky bimbing dan mengarahkan saat pertanyaan siswa
yakni pembentukan pengetahuan melalui proses berkaitan dengan penemuan model, (2) pendidik
asimilasi dan akomodasi (Pritchard, 2014, p.21) memberikan apresiasi saat siswa menjawab per-
membutuhkan peran interaksi sosial yang turut tanyaan yang diajukan dengan tepat, (3) pendi-
menentukan keberhasilan pembelajaran melalui dik memberikan apresiasi saat jawaban siswa
bimbingan orang yang lebih kompeten keliru dan meluruskan jawaban siswa, dan (4)
(McGregor, 2007, p.58). Tahap diskusi penemu- pendidik harus bisa menguasai kondisi di dalam
an model merupakan bentuk evaluasi dari kegi- kelas dengan baik sehingga pembelajaran yang
atan yang telah dilakukan pada tahap sebelum- kondusif dapat terlaksana.
nya. Sistem pendukung MPF-BM3 adalah
Tahap penerapan model dan diskusi pene- fenomena fisika yang mengandung masalah
rapan model merupakan bentuk pengembangan menarik sehingga mendorong rasa ingin tahu
tahap model deployment dari Malcolms model- siswa. Fenomena yang disajikan harus dapat
ing method. Tahap penerapan model dari MPF- menghubungkan antara apa yang telah diketahui
BM3, siswa melaksanakan penerapan model dan akan dipelajari oleh siswa. Ketepatan feno-
secara berkelompok di sekolah dan secara mena yang disajikan akan sangat menentukan
individual di rumah dalam bentuk penugasan. keberhasilan penerapan MPF-BM3. Sistem pen-
Sedangkan tahap model deployment dari dukung lainnya adalah materi ajar, Rencana
Malcolms modeling method, siswa melaksana- Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar
kan penerapan model secara keseluruhan di Kegiatan Siswa (LKPD), kit percobaan dan alat
sekolah. Modifikasi ini didasarkan pada alokasi evaluasi. RPP merupakan pedoman pendidik da-
waktu pembelajaran yang tersedia di sekolah lam melaksanakan MPF-BM3. LKPD merupa-
dan dilandasi oleh teori belajar Vygotsky yakni kan pedoman siswa yang berisi bimbingan dan
scaffolding, dimana penugasan secara individu arahan tertulis saat melaksankan tahap kons-
merefleksikan siswa sebagai pembelajar mandiri truksi model. Kit percobaan adalah alat dan
setelah memperoleh bimbingan di sekolah. Ta- bahan yang diperlukan untuk menguji hipotesis
hap diskusi penerapan model merupakan bentuk berdasar pada masalah yang diajukan. Alat
evaluasi dari kegaiatan pembelajaran yang evaluasi digunakan untuk mengetahui hasil
dilaksanakan pada tahap sebelumnya. belajar siswa menggunakan MPF-BM3.
Sistem sosial yang digunakan pada MPF- Dampak instruksional yang ingin dicapai
BM3 adalah interaksi dua arah. Setiap tahap dari menggunakan MPF-BM3 adalah peningkatan
MPF-BM3 menunjukkan adanya interaksi antara keterampilan berpikir kritis (KBK) dan motivasi
pendidik dan siswa serta antara siswa dengan belajar siswa. Dampak pengiring MPF-BM3
siswa. Interaksi pendidik dan siswa terjadi pada adalah keterampilan pemecahan masalah
seluruh tahap MPF-BM3. Tahap orientasi mo- (problem solving), kemampuan berkomunikasi,
del, pendidik memberikan kesempatan kepada rasa ingin tahu, kemandirian dan kerjasama.
siswa untuk bertanya saat disajikan sebuah Keterampilan berpikir kritis sebagai salah
fenomena. Interaksi pendidik dan siswa pada satu keterampilan yang ingin ditingkatkan
tahap konstruksi model terjadi saat siswa me- menggunakan MPF-BM3 merupakan pemikiran
nemukan kesulitan selama kegiatan pembelajar- yang masuk akal dan reflektif yang berfokus
an dan pendidik berkewajiban membimbing dan untuk memutuskan apa yang dipercaya dan
mengarahkan siswa agar tidak frustasi. Peran dilakukan (Ennis, 2011, p.1). Oleh karena itu,
pendidik hanya bersifat sebagai fasilitator dalam berpikir kritis merupakan pemikiran yang fokus
setiap tahap pembelajaran. Pada tahap penerap- pada pengambilan suatu keputusan
an model, pendidik memberikan kesempatan Aktivitas berpikir termasuk berpikir kritis
kepada siswa untuk bertanya jika terdapat hal dirangsang oleh adanya suatu stimulus. Stimulus
yang belum dimengerti. Pada tahap diskusi pe- tersebut berupa suatu permasalahan yang harus
nemuan model dan diskusi penerapan model, diselesaikan. Cotrell (2005, p.3) dan Starkey
pendidik bertugas membenarkan dan melurus- (2010, p.vii) menjelaskan bahwa berpikir kritis
kan jawaban siswa yang keliru. berhubungan dengan reasoning atau berpikir
Prinsip reaksi dari MPF-BM3 meliputi (1) rasional yakni penyelesaian suatu masalah
pendidik harus merespon dengan baik pertanya- berdasarkan alasan-alasan yang logis. Pemikir
an siswa. Respon tersebut dapat berupa jawaban kritis berusaha untuk mengajukan pertanyaan
langsung atau jawaban tidak langsung berupa dan mencari solusi dari permasalahan yang

Copyright 2015, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1 (2), Oktober 2015 - 241
Syarifah, Yosaphat Sumardi

dihadapi. Dengan kata lain, berpikir kritis meli- Valdez et al, 2015, p.139). Pembelajaran aktif
batkan kemampuan pemecahan masalah. yang melibatkan siswa dalam mendesain ekspe-
Trilling & Fadel mendefinisikan kete- rimen, menguji prediksi, membuat hipotesis,
rampilan bepikir kritis sebagai kemampuan mengontrol variabel akan meningkatkan kete-
menganalisis, menginterpretasikan, mengeva- rampilan berpikir kritis meliputi menginterpre-
luasi dan mensintesis informasi. Hasil sintesis tasikan, menganalisis, menginferensi dan men-
informasi selanjutnya digunakan untuk menyele- jelaskan (Chancaichaovivat, 2009, p.424). Pem-
saikan masalah (Trilling & Fadel, 2009, pp.51- belajaran aktif tersebut akan melatih keteram-
52). Siswa yang bepikir kritis mampu menge- pilan berpikir siswa dalam setiap tahap pembel-
mukakan alasan dengan tepat, menganalisis ajaran (Kalelioglu & Gulbahar, 2014, p.257).
bagaimana bagian dari suatu sistem berinteraksi Motivasi belajar sebagai dampak kedua
dan terkait satu sama lain dan mampu membuat yang ingin ditingkatkan menggunakan MPF-
keputusan. Berdasarkan uraian tersebut, kete- BM3 didefinisikan sebagai dorongan yang terda-
rampilan berpikir kritis adalah keterampilan pat dalam diri individu untuk berusaha meng-
berpikir tingkat tinggi, berupa hasil pemikiran adakan perubahan tingkah laku yang lebih baik
yang reflektif dan logis yang diwujudkan dalam dalam memenuhi kebutuhannya (Uno, 2014,
bentuk pengambilan keputusan dan tindakan p.3). Motivasi berasal dari kata motif yang
yang tepat. Pengambilan keputusan melibatkan digunakan untuk menjelaskan alasan seseorang
kemampuan mendefinisikan masalah, mengum- melakukan kegiatan (Brophy, 2010, p.3). Moti-
pulkan informasi/data, menganalisis dan men- vasi adalah proses dimana aktivitas berorientasi
sintesis. Penentuan tindakan diwujudkan dalam tujuan di pertahankan dan dilaksanakan secara
bentuk kemampuan mencari solusi sebuah masa- konsisten (Schunk, Pintrinch & Meece, 2010,
lah dan memutuskan hal-hal yang akan dilaku- p.4).
kan. Oleh karen itu, indikator keterampilan Motivasi sebagai suatu dorongan untuk
berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini berbuat sesuatu sangat menentukan keberhasilan
adalah keterampilan menganalisis, menggeneral- seseorang. Keberhasilan tersebut bagi siswa ada-
isasi, mencari solusi sebuah masalah dan lah berupa hasil belajar yang baik, prestasi dan
memutuskan hal-hal yang dilakukan. lain-lain. Hasil belajar yang baik akan dicapai
Keterampilan berpikir kritis dapat dilatih jika siswa memiliki dorongan yang kuat untuk
dan dikembangkan melalui pembelajaran di belajar atau memiliki motivasi belajar. Motivasi
sekolah dimana pendidik memiliki peran utama belajar adalah dorongan internal dan eksternal
(Fahim & Nazari, 2012, pp.84). Keterampilan pada siswa yang sedang belajar untuk mengada-
berpikir kritis tersebut selanjutnya sangat berpe- kan perubahan tingkah laku (Uno, 2014, p.23).
ngaruh terhadap prestasi belajar peserta didik Komponen motivasi belajar yang diukur
(Lunnenburg, 2011, pp.1). Oleh karena itu, pada penelitian ini dibatasi pada motivasi belajar
pemahaman mengenai indikator keterampilan komponen nilai dan pengharapan. Komponen
berpikir kritis penting untuk dapat menerapkan motivasi nilai mendeskripsikan keterlibatan se-
model, strategi dan taktik yang tepat dalam ke- seorang dalam kegiatan belajar atau mampu
giatan pembelajaran. Indikator keterampilan merasakan manfaat dari apa yang dipelajari.
berpikir kritis meliputi menganalisis, mensin- Komponen motivasi pengharapan mendeskripsi-
tesis, mengevaluasi dan mengemukakan alasan kan kepercayaan dalam menyelesaikan suatu
dapat ditingkatkan melalui latihan mengeva- tugas belajar.
luasi, menganalisis, mensintesis dan mengemu- Terdapat berbagai pendekatan dan strategi
kakan alasan secara individual (Thomas, 2011, pembelajaran yang dapat diterapkan untuk me-
pp.26). Selain itu, merefleksikan pentingnya ningkatkan motivasi belajar siswa yakni (1)
materi ajar yang dipelajari dan menghubungkan pembelajaran aktif (Soltanzadeh, 2013, p.127),
materi yang dipelajari dengan aplikasi dalam (2) pembelajaran yang membantu siswa meng-
kehidupan nyata dapat dijadikan sebagai strategi aitkan antara informasi baru dengan pengetahu-
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis an yang sudah dimiliki pada struktur kognitif
(Alexander et al, 2010: 409). (Shihusa & Keraro, 2009, p.419), (3) pembel-
Keterampilan berpikir kritis dapat dilatih ajaran yang menghubungkan materi pembelajar-
dan dikembangkan melalui pembelajaran yang an dengan kehidupan siswa, menyajikan kesem-
melibatkan siswa secara aktif dan lebih meng- patan berhasil, mengapresiasi usaha siswa dan
utamakan proses daripada produk (Snyder & mengutamakan interaksi sosial dalam pembel-
Snyder, 2008, p.90; Thompson, 2011, p.1; ajaran di kelas (Blazer, 2010, p.9), (4) pembel-

Copyright 2015, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1 (2), Oktober 2015 - 242
Syarifah, Yosaphat Sumardi

ajaran dengan banyak latihan tugas dan menye- menggunakan tes berbentuk soal uraian , dan (3)
diakan berbagai strategi untuk menyelesaikan data motivasi belajar yang diukur menggunakan
tugas tersebut (Liu &Lin, 2010, p.221), dan (5) angket.
mengajar berpikir (Eggen & Kauchak, 2012,
Teknik Analisis Data
p.118).
Penggunaan ICT yang diintegrasikan Data Angket Validasi
dengan berbagai model pembelajaran meliputi Produk berupa model pembelajaran ber-
penggunaan komputer (Odera, 2011, pp.283; basis Malcolms modeling method yang dituang-
Moos & Honkomp, 2011, pp.231), sistem pen- kan dalam buku panduan model berserta RPP
carian informasi berbasis web (Hung et al, 2012, dan LKPD dinilai kelayakannya oleh expert
pp.368) dan pembelajaran berbasis game (Park, judgement yang terdiri atas dosen, guru dan
2012, pp.101) juga dapat digunakan untuk mahasiswa. Hasil penilaian produk yakni rata-
meningkatkan motivasi. Penggunaan ICT rata skor masing-masing aspek penilaian selan-
memungkinkan untuk meningkatkan motivasi jutnya dikonversi menjadi nilai. Produk dikata-
intrinsik. kan layak jika memperoleh nilai minimal C
METODE dengan kategori cukup layak. Acuan pengubah-
an skor menjadi skala nilai disajikan pada Tabel
Jenis Penelitian
2.
Penelitian ini termasuk dalam ranah pene-
Tabel 2. Konversi Skor
litian dan pengembangan (R&D). Produk yang
Menjadi Nilai Skala Lima
akan dikembangkan adalah model pembelajaran
fisika berbasis Malcolms Modeling Method Interval Skor Nilai Kategori
(MPF-BM3). A Sangat Baik
B Baik
Waktu dan Tempat Penelitian C Cukup
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 7 D Kurang
E Sangat Kurang
Yogyakarta pada semester Genap Tahun Ajaran
2014/2015. Keterangan:
Target/Subjek Penelitian = Rerata ideal.
Subjek penelitian pada tahap uji coba = (jumlah skor maksimal dari tiap aspek
penilaian + jumlah skor minimal tiap aspek
lapangan awal terdiri atas 36 siswa kelas X MIA penilaian).
5 SMA Negeri 7 Yogyakarta. Subjek uji coba = simpangan baku.
lapangan terdiri atas 36 siswa kelas X MIA 1 = 1/6 (jumlah skor maksimal dari tiap aspek
sebagai kelas eksperimen dan 34 siswa kelas X penilaian-jumlah skor minimal tiap aspek
MIA 5 SMA Negeri 7 Yogyakarta sebagai kelas penilaian).
kontrol.Tahap uji coba lapangan termasuk dalam = Jumlah penilai.
ranah penelitian eksperimen dimana teknik X = Skor ideal.
pengambilan sampel yang digunakan adalah Data Berpikir Kritis dan Motivasi Belajar
cluster random sampling.
Untuk mengetahui pengaruh dari peng-
Prosedur gunaan model pembelajaran fisika berbasis
Prosedur penelitian meliputi (1) penelitian Malcolms modeling method terhadap pening-
dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) katan keterampilan berpikir kritis dan motivasi
pengembangan bentuk awal produk, (4) uji coba belajar siswa digunakan uji statistik data multi-
lapangan awal, (5) revisi hasil uji coba lapangan variat yakni MANOVA yang termasuk dalam
awal, (6) uji coba lapangan, (7) revisi hasil uji uji statistika parametris.
coba lapangan dan (8) diseminasi. Data yang diuji adalah gain keterampilan
berpikir kritis dan motivasi belajar ekstrinsik
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan siswa. Perhitungan gain dilakukan menggunakan
Data rumus gain ternormalisasi.
Data yang dikumpulkan pada penelitian
ini meliputi (1) data penilaian produk yang (Wiyanto, 2006)
dikumpulkan menggunakan angket validasi, (2)
data keterampilan berpikir kritis yang diukur

Copyright 2015, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1 (2), Oktober 2015 - 243
Syarifah, Yosaphat Sumardi

Jenis uji Manova yang digunakan adalah HASIL DAN PEMBAHASAN


Hotelling's T2 karena hanya terdiri atas dua
Penelitian ini bertujuan untuk mengem-
kelompok yakni kelompok eksperimen dan
bangkan produk berupa model pembelajaran
kelompok kontrol. Hipotesis penelitian dapat
fisika berbasis Malcolms Modeling Method
dinyatakan sebagai berikut.
(MPF-BM3). Model pembelajaran yang dikem-
Ho: tidak terdapat perbedaan peningkatan bangkan bertujuan untuk meningkatkan kete-
keterampilan berpikir kritis dan motivasi rampilan berpikir kritis dan motivasi belajar.
belajar ekstrinsik siswa antara kelas Model pembelajaran yang dikembangkan ditu-
eksperimen dan kelas control. angkan dalam bentuk buku panduan model
Ha: Kelas eksperimen memberikan peningkatan disertai dengan perangkat pembelajaran berupa
keterampilan berpikir kritis dan motivasi RPP dan LKPD.
belajar ekstrinsik yang lebih baik Hasil validasi bagian isi dari buku pan-
dibandingkan dengan kelas kontrol. duan model memuat model pembelajaran yang
dikembangkan yang terdiri atas unsur sintaks,
Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan
sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung
dengan bantuan software SPSS 20. Kriteria
dan dampak instruksional serta pengiring
keputusan dilihat dari nilai sig pada taraf signi-
disajikan pada Tabel 3.
fikansi 5%. Jika nilai sig<, maka H0 ditolak.
Tabel 3. Hasil Validasi Buku Model
Total skor
No Aspek penilaian Tiap Aspek Pengamatan Skor Rata-Rata Nilai
P1 P2 P3
1 Sintaks 9 7 9 8,33 A
2 Sistem sosial 15 13 15 14,33 A
3 Prinsip reaksi 9 6 9 8 A
4 Sistem pendukung 9 6 9 8 A
5 Dampak instruksional 6 6 5 5,67 A

Skor rata-rata aspek tiap unsur model kung berupa RPP dan LKPD yang sesuai dengan
pembelajaran adalah 8,33 dari skor rata-rata model, relevan dengan instrumen penilaian yang
maksimum 9 untuk aspek sintaks, 14,33 dari digunakan dan kemudahan sistem pendukung
skor maksimum 15 untuk aspek sistem sosial, 8 yang digunakan untuk diadakan. MPF-BM3 me-
dari skor maksimum 9 untuk aspek prinsip miliki cakupan jenis-jenis dampak instruksional
reaksi dan sistem pendukung serta 5,67 dari skor dan pengiring yang relevan dengan model yang
rata-rata maksimum 6 untuk aspek dampak ins- dikembangkan. Oleh karena itu, dapat disimpul-
truksional dan pengiring.Skor rata-rata masing- kan bahwa model pembelajaran berbasis
masing unsur model ini dikonversikan dalam Malcolms modeling yang dikembangkan dalam
bentuk nilai menggunakan tabel konversi skor penelitian ini sangat layak digunakan dalam
menjadi nilai skala lima memperoleh nilai A pembelajaran fisika di sekolah.
dengan kategori sangat baik. Model pembelajaran fisika berbasis
Hasil validasi menunjukkan bahwa MPF- Malcolms Modeling Method (MPF-BM3) yang
BM3 memiliki kemudahan langkah-langkah berhasil dikembangkan dalam penelitian ini
pembelajaran untuk dilaksanakan secara opera- terdiri atas lima tahap pembelajaran meliputi (1)
sional, kejelasan aktivitas siswa dan pendidik orientasi model, (2) konstruksi model, (3) dis-
pada tiap tahap pembelajaran dan keterkaitan kusi penemuan model, (4) penerapan model, dan
antara aktivitas siswa dan pendidik pada tiap (5) diskusi penerapan model. Model yang di-
tahap ditinjau dari aspek sintaks. MPF-BM3 maksud dalam konteks tersebut adalah represen-
secara umum memiliki kejelasan pola hubungan tasi konseptual dari sistem dan proses fisika
antara siswa dan pendidik ditinjau dari aspek yang dapat diwujudkan dalam bentuk matematis
sistem sosial. MPF-BM3 secara umum memiliki maupun non-matematis. Produk akhir dari
kesesuaian antara peran pendidik dan siswa model pembelajaran fisika yang dikembangkan
dengan pendekatan konstruktivistik dan teori disajikan dalam Buku Panduan Model Pembel-
belajar Jean Piaget, teori belajar Vygotsky dan ajaran Fisika berbasis Malcolms Modeling
teori belajar bermakna ditinjau dari aspek prin- Method (MPF-BM3).
sip reaksi. MPF-BM3 memiliki sistem pendu-

Copyright 2015, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1 (2), Oktober 2015 - 244
Syarifah, Yosaphat Sumardi

MPF-BM3 dapat dijadikan sebagai alter- gain rata-rata 0,005. Hal ini menunjukkan
natif model pembelajaran yang dapat diterapkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan keteram-
dalam pembelajaran fisika di sekolah untuk pilan motivasi belajar antara kelas eksperimen
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan dan kelas kontrol dimana kelas eksperimen me-
motivasi belajar siswa berdasarkan hasil uji coba miliki peningkatan motivasi belajar yang lebih
lapangan pada penelitian ini. Data hasil kete- baik.
rampilan berpikir kritis kelas eksperimen yang Uji manova digunakan untuk mengetahui
melaksanakan pembelajaran dengan model yang apakah perbedaan peningkatan keterampilan
dikembangkan dan kelas konstrol yang menggu- berikir kritis dan motivasi belajar antara kelas
nakan metode eksperimen verifikasi disajikan eksperimen dan kelas kontrol termasuk dalam
pada Tabel 4. kategori signifikan. Hasil uji pada taraf signi-
fikansi 5% disajikan pada Tabel 6.
Tabel 4. Deskripsi Data
Keterampilan Berpikir Kritis Tabel 6. Hasil Uji Manova
Grup sig Hasil
Variabel Minimum Maksimum Mean Variabel sig Ket.
kelas uji Uji
KE 7,69 33,85 17,80 Gain keterampilan
Pretest Ho
KK 9,23 40,00 19,70 berpikir kritis dan 0,00 0,05 Sig<0,05
ditolak
KE 24,62 70,77 44,56 motivasi belajar
Posttest
KK 9,23 49,23 33,02
KE 0,08 0,57 0,33 Hasil uji menunjukkan hipotesis nol dito-
Gain lak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
KK 0,00 0,34 0,17
perbedaan peningkatan keterampilan berpikir
Berdasarkan Tabel 4, masing-masing grup kritis dan motivasi belajar yang signifikan antara
kelas yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol kelas eksperimen dan kelas kontrol. kelas ekspe-
mengalami peningkatan keterampilan berpikir rimen yang melaksanakan pembelajaran dengan
kritis dilihat dari nilai rata-rata nilai posttest MPF-BM3 memiliki peningkatan keterampilan
yang lebih tinggi yakni setelah pembelajaran di- berpikir kritis dan motivasi belajar yang lebih
bandingkan dengan nilai pretest yakni sebelum baik dibandingkan kelas kontrol. oleh karena itu,
pembelajaran. Kelas eksperimen memperoleh model yang dikembangkan dalam penelitian ini
nilai gain rata-rata 0,33 sedangkan kelas kontrol sangat layak diterapkan dalam pembelajaran
memperoleh nilai gain rata-rata 0,17. Hal ini fisika di sekolah untuk meningkatkan keteram-
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pening- pilan berpikir kritis dan motivasi belajar berda-
katan keterampilan berpikir kritis antara kelas sarkan hasil validasi ahli dan kemampuan model
eksperimen dan kelas kontrol dimana kelas dalam meningktkan keterampilan berpikir kritis
eksperimen memiliki peningkatan keterampilan dan motivasi belajar secara simultan.
berpikir kritis yang lebih baik. Keterkaitan antara MPF-BM3 dengan
Tabel 5. Deskripsi Data Motivasi Belajar keterampilan berpikir kritis dan motivasi belajar
yakni tahap MPF-BM3 yakni orientasi model,
Grup
Variabel Minimum Maksimum Mean siswa mengajukan pertanyaan berdasarkan feno-
Kelas
Motivasi KE 63,41 84,65 73,26 mena menarik yang disajikan. Tahap ini melatih
awal KK 50,68 87,44 73,21 keterampilan berpikir kritis yakni bertanya dan
Motivasi KE 64,44 85,76 74,30 membantu mengembangkan motivasi belajar
akhir KK 58,96 87,44 74,14 ekstrinsik siswa karena adanya kegiatan yang
KE -0,16 0,38 0,03 menarik.
Gain
KK -0,49 0,36 0,005 Tahap konstruksi model, siswa secara
aktif terlibat dalam keseluruhan tahap metode
Deskripsi data motivasi belajar disajikan
pada Tabel 5. Masing-masing kelas yakni kelas ilmiah meliputi merumuskan hipotesis, meran-
eksperimen dan kelas kontrol mengalami pe- cang langkah kerja, menganalisis data dan me-
ningkatan motivasi belajar dilihat dari nilai rata- nyimpulkan. Oleh karena itu, tahap konstruksi
rata nilai posttest yang lebih tinggi yakni setelah model dapat digunakan untuk melatih keteram-
pilan berpikir kritis meliputi menganalisis,
pembelajaran dibandingkan dengan nilai pretest
menginduksi dan mempertimbangkan hasil in-
yakni sebelum pembelajaran. Kelas eksperimen
duksi serta merancang strategi dan taktik. Selain
memperoleh nilai gain rata-rata motivasi belajar
0,03 sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai itu, pada tahap ini, siswa terlibat dalam tugas
yang menantang karena pendidik tidak menyaji-

Copyright 2015, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1 (2), Oktober 2015 - 245
Syarifah, Yosaphat Sumardi

kan tujuan percobaan, dasar teori dan langkah- ma kegiatan pembelajaran agar siswa dapat
langkah percobaan. Kegiatan yang menantang melaksanakan seluruh tugas yang diberikan
dapat membuat siswa termotivasi dan dapat sehingga keseluruhan sintaks model dapat
belajar sesuatu yang baru (Schunk, Pintrich, terlaksana, (4) pendidik mengarahkan dan
Meece, 2010, p.56). Keberhasilan siswa nanti- memantau siswa untuk menyelesaikan setiap
nya pada tahap ini akan meningkatkan ekspek- tahapan pada LKPD secara berurutan, (5) pen-
tasi berupa kepercayaan akan kemampuan yang didik sebaiknya membagi setiap kelompok
dimiliki oleh siswa untuk dapat menyelesaikan dibmana dalam tiap kelompok terdapat siswa
tugas dengan sukses. dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
Tahap diskusi penemuan model, pendidik dan (6) pendidik dapat memberikan penugasan
memberikan apresiasi atas keberhasilan pendi- mengenai aplikasi dari model yang telah
dik dalam menyelesaikan seluruh kegiatan pada diperoleh siswa untuk dikerjakan di rumah.
tahap konstruksi model. Pemberian apresiasi ini
SIMPULAN DAN SARAN
akan meningkatkan kepercayaan siswa terhadap
kemampuan yang dimiliki sehingga siswa akan Simpulan
termotivasi untuk belajar fisika (Schunk, Simpulan dari penelitian dan pengem-
Pintrich, Meece, 2010, p.55). bangan ini adalah (1) Model pembelajaran fisika
Tahap penerapan model, siswa mengapli- berbasis Malcolms Modeling Method (MPF-
kasikan model yang telah diperoleh untuk BM3) sangat layak digunakan sebagai model
menjelaskan fenomena dan menyelesaikan per- pembelajaran fisika di sekolah. Kelayakan pro-
soalan fisika. Pada tahap ini, siswa dapat menge- duk ditinjau dari aspek sintaks, sistem sosial,
tahui manfaat dari apa yang telah dipelajari. prinsip reaksi, sistem pendukung dan dampak
Penyajian manfaat dari materi yang sedang instruksional dan pengiring termasuk dalam
dipelajari oleh siswa dapat mengembangkan kategori sangat baik berdasarkan hasil validasi
motivasi belajar ekstrinsik siswa (Schunk, buku panduan model dan (2) Model pembel-
Pintrich, Meece, 2010, p.65). ajaran fisika berbasis Malcolms Modeling
Tahap diskusi penerapan model, pendidik Method (MPF-BM3) dapat digunakan untuk
memberikan apresiasi atas keberhasilan siswa meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan
pada tahap penerapan model. Pemberian apre- motivasi belajar siswa.
siasi ini akan meningkatkan kepercayaan siswa
terhadap kemampuan yang dimiliki sehingga Saran
siswa akan termotivasi untuk belajar fisika. Sis- Saran pemanfaatan produk bagi sekolah
wa yang percaya akan kemampuan yang dimi- adalah produk berupa model pembelajaran
liki dalam menyelesaikan atau melaksanakan MPF-BM3 dapat diterapkan di sekolah untuk
suatu tugas akan terus terlibat dalam kegiatan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan
tersebut. motivasi belajar ekstrinsik siswa. bagi pendidik
Berdasarkan uraian tersebut, tahapan dari adalah (1) Pemahaman mengenai model pembel-
model pembelajaran yang dikembangkan dalam ajaran yang dikembangkan sangat diperlukan
penelitian ini memiliki kesesuaian dengan kete- agar tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat
rampilan berpikir kritis dan motivasi belajar tercapai. Oleh karena itu, bagi pelaksana pendi-
ekstrinsik. Oleh karena itu, penerapan model dikan perlu membaca secara keseluruhan model
pembelajaran fisika berbasis Malcolms yang dimaksud pada buku panduan model, (2)
modeling method (MPF-BM3) dapat digunakan perlu diperhatikan pengelolaan kelas dan peng-
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis organisasian waktu yang baik sehingga model
dan motivasi belajar siswa. dapat terlaksana seluruhnya, dan (3) perlu diper-
Beberapa hal yang perlu diperhatikan siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan pada eksperimen yakni pada tahap konstruksi
MPF-BM3 agar berjalan dengan lancar dan model dengan baik.
dapat mencapai tujuan yang diinginkan meliputi
(1) mempersiapkan masalah yang menarik dan DAFTAR PUSTAKA
relevan dengan konsep yang akan ditemukan Alexander, M.E., Commander, N., & Greenberg,
oleh siswa, (2) mempersiapkan alat dan bahan D. (2010). Using the four question
yang akan digunakan baik pada tahap orientasi technique to enhance critical thinking in
model atau konstruksi model sebelum pembel- online discussion. Journal of Online
ajaran dimulai, (3) mengkondisikan siswa sela- Learning and Teaching, 6, pp.409-413.

Copyright 2015, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1 (2), Oktober 2015 - 246
Syarifah, Yosaphat Sumardi

Blazer, C. (2010). Twenty strategies to increase dispositions in online discussion.


student motivation. Research Service, Educational Technology & Society, 17
0907, pp.1-13. (1), pp.248258
Brophy, J.(2010). Motivating student to learn. Liang, L.L., Fulmer,G.W., & Majerich, D.M., et
New York. Routledge. al. (2012). The effects of a model-
based physics curriculum program
Chanchaichaovivat, A., Panijpan, B., &
with a physics first approach: a
Ruenwongsa, P. (2009). Enhancing
causal-comparative study. [versi
conceptual understanding and critical
elektronik] Journal of Science and
thinking with experiential learning: a
Education Technology, 21,pp.114-
case study with biological control. As. J.
124.
Food Ag-Ind. 2009, Special Issue,
pp.424-443. Liu, E.Z.F.,& Lin, C.H.(2010). Learning
questionnaire (MMLSQ) for grade 10
Cotrell, S. (2005). Critical thinking skills
12 taiwanese students. The Turkish
developing effective analysis and
Online Journal of Educational
argument. New York: Palgrave
Technology, 9 (2), pp.221-233.
Macmillan.
Lunnenberg, .C. (2011). critical thinking and
Dye, J., Cheatham, T., Rowell, G.H., et al.
constructivism techniques for improving
(2013). The impact of modeling
students achievement. National Forum
instruction within the inverted
of Teacher Education Journal, 21(3),
curriculum on student achievement in
pp.1-9.
science. Electronics Journal of Science
Education ,17,pp.1-19. McGregor, D. (2007). Developing thinking
developing learning. New York : Open
Eggen, P., & Kauchak, D.(2012). Strategi dan
University Press.
model pembelajaran: mengajar konten
dan keterampilan berpikir. (Terjemahan Meltzer, D.E,. & Shaffer, P.S. (2011) Teacher
Satrio Wahono). Boston: Pearson. education in physics:research,
(Buku asli diterbitkan tahun 2012) curriclum & practice.USA: American
Physical Society.
Ennis, R. H. (2011). The nature of critical
thinking: an outline of critical thinking Moos, D.C., & Honkomp, B.(2011). Adventure
disposition and abilities. Makalah learning: motivating students in a
disajikan pada Konferensi Internasional minnesota middle school. JRTE ,43(3),
Berpikir ke-6, di MIT USA. pp.231254.
Fahim, M., & Nazari, O. (2012). Practicing Odera, F,Y.(2011). Motivation: The most
action research for enhancing critical ignored factor in classroom instruction
thinking. Journal of Science (JOS), 2, in kenyan secondary schools.
pp.84-89. International Journal of Science and
Technology , 1(6), pp.283-288.
Hung, C.-M., Hwang, G.J., & Huang, I. (2012).
A project-based digital storytelling OECD. (2012). PISA 2012 in result. Diakses
approach for improving students' pada tanggal 30 Agustus 2014 dari
learning motivation, problem-solving http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pi
competence and learning achievement. sa-2012-results-overview.pdf
Educational Technology & Society, 15
Park, H. (2012). Relationship between
(4), pp.368379.
motivation and students activity on
Jackson, J., Dukerich, L., & Hestenes, D. educational game. International Journal
(2008). Modeling instruction: an of Grid and Distributed Computing,
effective model for science education. 5(1), pp.101-107.
Spring, 17, pp.10-17.
Prince,M., & Felder, R. (2007. The many faces
Kaleliolu, F., & Glbahar, Y. (2014). The of inductive teaching and learning.
effect of instructional techniques on Journal of College Science Teaching,
critical thinking and critical thinking 36, pp.14-21

Copyright 2015, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1 (2), Oktober 2015 - 247
Syarifah, Yosaphat Sumardi

Pritchard, A. (2014). Ways of learning. New Thomas, T. (2011). Developing first year
York: Routledge. students critical thinking skills. Asian
Social Science,7, pp.26-35.
Rusman (2011). Model-model pembelajaran:
mengembangkan profesionalisme Thompson, C. (2011). Critical thinking across
pendidik. Jakarta: PT RajaGrafindo the curriculum: process over output.
Persada. International Journal of Humanities and
Social Science, 1(9), pp.1-7.
Schunk, D.H., Pintrinch, P.R., & Meece, J.L.
(2010). Motivation in education: theory, TIMSS & PIRLS. (2011). Overview TIMSS &
research and applications. New PIRLS. Diakses pada tanggal 30
Jersey:Pearson Education. Agustus 2014 dari
http://timssandpirls.bc.edu/data-release-
Shihusa, H., & Keraro, F.N.(2009). Using
2011/pdf/Overview-TIMSS-and-PIRLS-
advance organizer to enhance students
2011-Achievement.pdf.
motivation in learning biology. Eurasia
Journal of Mathematics, Science & Trilling, B., & Fadel, C.(2009). 21st century
Technology Education, 5(4), pp.413- skills. USA: Jossey Bass.
420.
Uno, H.B.(2014). Teori Motivasi &
Snyder, L.G., & Snyder, M.J.(2008). Teaching Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
critical thinking and problem solving
Valdez, A.A., Lomoljo, A., & Dumrang, A.P.,
skills. The Delta Pi Epsilon Journal
et.al., (2015) developing critical
Volume, L(2), pp.90-99.
thinking through activity based and
Soltanzadeh, L., Hashemi, S.R.N., & Shahi, S. cooperative learning approach in
(2013). The effect of active learning on teaching high school chemistry.
academic achievement motivation in International Journal of Social Science
high schools students. Archives of and Humanity, 5, pp.139-150.
Applied Science Research, 6, pp.127-
Wells, M., Hestenes, D., & Swackhamer, G
131
(1995). A modeling method. American
Starkey, L. (2010).Critical thinking skills Journal of Physics 63(7), pp.606-609.
success in 20 minutes a day. New York:
Wiyanto. (2006). Pengembangan kemampuan
Learning Express.
merancang kegiatan laboratorium fisika
Sujarwanto. (2014). Kemampuan pemecahan berbasis inkuiri bagi mahasiswa calon
masalah fisika pada modeling guru. Jurnal Pendidikan dan
instruction pada peserta didik SMA Pengajaran, 39, pp.422-436.
kelas XI. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia, 3(1), pp.65-78.

Copyright 2015, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820

Anda mungkin juga menyukai