I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahalnya harga pupuk buatan saat ini, menyebabkan petani harus berfikir
dan mencari alternatif pupuk alami sebagai pengganti pupuk buatan tersebut. Hal
ini dilakukan untuk mengurangi biaya produksi dalam melakukan usaha tani.
Pupuk organik yang umum digunakan untuk tanaman adalah dari kotoran sapi,
domba dan ayam, namun ketersediaannya semakin sulit diperoleh. Pemanfaatan
kotoran kelinci merupakan salah satu alternatif untuk pemenuhan kebutuhan
pupuk organik. Limbah kotoran ternak kelinci berpotensi sebagai bahan pupuk
organik karena memiliki kandungan hara makro yang lebih tinggi dibanding
kotoran ternak yang lain yaitu dengan nilai N 2,62%; P 2,46%; K 1,86%
(Karama, 1991 dalam Sajimin, 2005).
Pupuk kandang memiliki sejumlah kelebihan seperti jenis pupuk organik
lainnya, seperti kemampuannya untuk merangsang aktivitas biologi tanah dan
memperbaiki sifat fisik tanah. Hanya saja kelemahannya adalah bentuknya yang
lembek dan tidak steril, bisa mengandung biji-bijian gulma dan berbagai bibit
penyakit atau parasit tanaman. Klaus (1985) menyatakan bahwa feses sapi
mengandung N 0,40%; P 0,20%; K 0,10% sedangkan feses kelinci mengandung
N 2,71%; P 1,10%; K 0,50%. Hal tersebut menunjukkan bahwa feses kelinci
memiliki kandungan yang lebih baik dibandingkan dengan feses sapi sehingga
diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman rumput kolonjono. Kotoran
kelinci merupakan salah satu alternatif sebagai pupuk organik. Selain itu kotoran
kelinci merupakan sumber pupuk kandang yang baik karena mengandung unsur
hara N, P dan K yang cukup baik dan kandungan proteinnya tinggi (18% dari
berat kering) sehingga kotoran kelinci masih dapat diolah menjadi pakan ternak
(Suradi, 2005).
1
2
maka tinggal memupuk dengan pupuk kandang atau pupuk urea dan menyiangi
dari gulma. Untuk saat musim kemarau tanaman ini harus disiram. Setelah
berumur sekitar 2 bulan rumput siap dipotong. Pemotongan dilakukan sekitar 5
cm dari tanah apabila terlalu panjang maka pertumbuhan rumput ini jelek dan
akan menyusahkan pemotongan berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk menggunakan pupuk
urea yang berfungsi sebagai sumber N bagi tanaman rumput kolonjono dan
menggunakan pupuk kelinci yang berfungsi memperbaiki struktur tanah.
Sehingga diharapkan penggunaan pupuk kelinci bersamaan dengan pupuk urea
dapat meningkatkan produktifitas rumput kolonjono.
B. Rumusan Masalah
Penggunaan pupuk urea yang berlebihan akan merusak kesuburan tanah
karena tanah akan menjadi asam sehingga menghambat penyerapan unsur hara
tertentu, jika terlalu banyak unsur kimia dalam tanah maka dapat merusak atau
mengancam kelangsungan hidup mikroorganisme dalam tanah, dan pemupukan
yang berlebih dapat membuat tanaman menjadi sukulen sehingga tidak resisten
terhadap hama atau penyakit. Untuk menanggulangi hal tersebut maka
penggunaan pupuk urea dikombinasikan dengan pupuk feses kelinci. Pupuk
organik (pupuk kandang) berfungsi memperbaiki struktur tanah, melindungi
kehidupan mikroorganisme dan tanah dari erosi, dan sebagai unsur hara bagi
tanaman.
Salah satu pupuk organik yang potensial dan belum banyak diketahui oleh
masyarakat adalah pupuk feses kelinci. Kandungan unsur hara pupuk feses
kelinci yaitu 2,62% nitrogen, 2,46% fosfor, 0,39 sulfur, 1,86% kalsium dan 0,4%
magnesium. Nilai kandungan unsur hara tersebut sebenarnya tidak berbeda jauh
dari kandungan unsur hara pupuk feses sapi, namun karena masih jarang yang
menggunakan pupuk feses kelinci maka peneliti ingin memanfaatkan potensi
pupuk feses kelinci. Oleh karena itu kombinasi pupuk feses kelinci dengan
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi pupuk feses kelinci dengan pupuk
urea terhadap produksi rumput kolonjono.
2. Untuk mengetahui dosis yang paling tepat pada kombinasi pupuk feses
kelinci dengan pupuk urea yang dapat meningkatkan produksi rumput
kolonjono pada titik maksimal.
5
5
6
Tabel 1. Komposisi kimia pupuk kelinci dan beberapa jenis ternak (% total)
Jenis Pupuk N P K Ca Mg S
Domba 2,0 1,5 3,0 5,0 2,0 1,5
Sapi 2,0 1,5 2,0 4,0 1,0 0,5
Unggas 5,0 3,0 1,5 4,0 1,0 2,0
Kerbau/Sapi 2,0 1,5 2,0 4,0 1,0 0,5
Guano 8,5 5,0 1,5 7,5 0,5 2,0
Kuda 2,0 1,5 1,5 1,5 1,0 0,5
Kelinci 2,62 2,46 1,86 2,08 0,49 0,36
Sumber : Karama et al. (1991)
B. Pupuk Urea
Salah satu unsur hara yang penting dan harus tersedia bagi tanaman
adalah Nitrogen (N). Kebutuhan tanaman akan unsur hara N lebih tinggi
dibandingkan dengan unsur hara lainnya. Unsur N diserap tanaman dalam
bentuk amonium dan nitrat (Pirngadi et al., 2007). Pupuk urea merupakan
pupuk buatan dengan kandungan nitrogen sebesar 45%, dan pupuk ini
tergolong dalam pupuk yang higroskopis, yaitu pada kelembaban nisbih 73%
sudah mulai menarik air dari udara. Fedrial (2005) menyatakan, pemberian
dosis pupuk N (urea) 200 kg/ha, P (SP-36) 150 kg/ha, dan K (KCl) 100 kg/ha
dapat meningkatkan produksi dan kandungan gizi dari rumput.
Nurhajati et al. (1986) menyatakan bahwa N merupakan unsur hara
yang paling banyak diperhatikan. Hal ini di sebabkan karena jumlah N yang
terdapat di dalam tanah sedikit, sedangkan yang diangkut tanaman berupa
panen setiap musim cukup banyak. Tanaman yang sehat dan bermutu tinggi
dapat dihasilkan jika unsur hara yang dibutuhkan tersedia dengan cukup.
Pemupukan yang berimbang sangat diperlukan, dimana jenis dan dosis pupuk
harus sesuai dengan kebutuhan tanaman dan jumlah zat hara yang tersedia
dalam tanah (tingkat kesuburan tanah). Akan tetapi pupuk anorganik tidak
mempunyai sifat yang dapat memperbaiki sifat dan fungsi fisik tanah serta
fungsi biologi tanah secara langsung.
7
HIPOTESIS
B. Materi Penelitian
1. Tanaman
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman
rumput kolonjono (Brachiaria mutica) yang berupa stek. Stek rumput
diambil dari batang yang sehat, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua,
yang minimal mengandung 2 ruas atau 3 buku, stek dipotong dengan posisi
potongan miring sekitar 45o sehingga mudah ditanam.
2. Pupuk
Pupuk yang digunakan yaitu pupuk urea dan pupuk feses kelinci siap
pakai dan pupuk urea. Syarat mutu pupuk urea adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Syarat Mutu Pupuk Urea
9
10
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Spreadbury (1978), Satu ekor
kelinci dewasa dengan usia lebih dari 60 hari dan berat badan sekitar 1 kg
dapat menghasilkan kotoran sebanyak 28 gram sehari. Setiap 28 gram
kotoran kelinci sehat mengandung 3 gram protein, 0,35 gram nitrogen.
Sebuah majalah tentang kelinci di Amerika Serikat pada tahun 1990
mengeluarkan sebuah jurnal mengenai kandungan dari kotoran kelinci dan
menemukan 2,20% Nitrogen, 87% Fosfor, 2,30% Potassium, 36% Sulfur,
1,26% Kalsium, dan 40% Magnesium pada kotoran kelinci.
C. Persiapan Penelitian
1. Penyiapan Lahan
Lahan seluas 84 m2 (7 m 12 m) dibersihkan dari tumbuhan liar
khususnya semak-semak lalu digemburkan. Setelah tanah rata selanjutnya
dibuat lubang tanam dengan jarak dalam baris 80 cm dan dengan jarak antar
baris 100 cm, dengan kedalamannya sekitar 20 - 25 cm. Setelah lubang
tanam siap, masukkan pupuk kandang ke dalam lubang, campur dengan
tanah sehingga lubang tanam terisi penuh.
2. Penyiapan Stek Rumput
Stek rumput kolonjono diambil dari batang yang sehat, tidak terlalu
muda dan tidak terlalu tua, yang minimal mengandung 2 ruas atau 3 buku,
stek dipotong dengan posisi potongan miring sekitar 45o sehingga mudah
ditanam.
3. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan jarak tanam antar lubang 0,8 m. Stek
ditanam dengan posisi miring sekitar 45o ke arah timur, dengan kedalaman
kurang lebih 15 cm dari permukaan tanah atau 2 buku dibenamkan dalam
tanah dan 1 buku di atas permukaan tanah.
11
4. Pemupukan
Pemupukan pertama: pemberian pupuk feses kelinci dilakukan saat
penanaman stek, sedangkan pemberian pupuk urea dilakukan 14 hari setelah
penanaman. Hal ini dilakukan berdasarkan waktu pemupukan bagi pupuk
yang bekerjanya cepat dan mudah larut seperti pupuk N sebaiknya diberikan
setelah tanaman tumbuh aktif (Kanisius, 1983).
Pemupukan kedua: pemberian pupuk feses kelinci dilakukan setelah
pemotongan (panen) pertama, yaitu 45 hari setelah penanaman, sedangkan
pemberian pupuk urea dilakukan 14 hari setelah panen tersebut. Pupuk
dibenamkan dalam tanah dengan membentuk lingkaran pada setiap rumpun
rumput kolonjono. Kebutuhan pupuk per tanaman dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
LL (m2)
KPT = x DPR (kg/ha)/JT
10.000 m2
KPT : kebutuhan pupuk per tanaman
LL : luas lahan
DPR : dosis pupuk rekomendasi
JT : jumlah tanaman
5. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan meliputi kegiatan penyiraman yang
dilakukan setiap pagi dan sore, kecuali pada saat hujan. Penyulaman
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati
atau pertumbuhannya kurang baik dalam 2 minggu setelah penanaman.
Kegiatan lain yang perlu dilakukan adalah penyiangan, yaitu pembersihan
tanaman dari gulma.
6. Panen
Kegiatan ini dilakukan pada hari ke- 45 setelah tanam, yaitu sebelum
tanaman berbunga dan pada hari ke- 80 setelah tanam, yaitu setelah tanaman
berbunga dengan jarak pemotongan 10 - 15 cm dari permukaan tanah.
12
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu tahap penanaman,
perlakuan dan pengambilan data. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam
antar lubang tanam yaitu 0,8 m. Stek ditanam dengan posisi miring sekitar
45o ke arah timur, dengan kedalaman kurang lebih 15 cm dari permukaan
tanah atau 2 buku dibenamkan dalam tanah dan 1 buku di atas permukaan
tanah. Bibit stek tidak boleh terlalu muda maupun terlalu tua. Karena jika
bibit stek terlalu muda, bibit stek akan mudah kering dan mati. Dan jika
bibit stek yang digunakan terlalu tua, bibit stek tidak cepat menghasilkan
akar yang sempurna. Rumput kolonjono ditanam di setiap lubang yang telah
disiapkan, jarak dalam baris 80 cm begitupun dengan jarak antar baris 100
cm.
Pemupukan dilakukan sesuai dosis perlakuan pada umur dua minggu
setelah penanaman. Pupuk dibenamkan dalam tanah dengan membentuk
lingkaran pada setiap rumpun rumput kolonjono. Kegiatan pemeliharaan
meliputi kegiatan penyiraman yang dilakukan setiap pagi dan sore, kecuali
pada saat hujan. Penyulaman merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengganti tanaman yang mati atau pertumbuhannya kurang baik dalam 2
minggu setelah penanaman. Kegiatan lain yang perlu dilakukan adalah
penyiangan, yaitu pembersihan tanaman dari gulma.
Kegiatan panen dilakukan pada hari ke- 45 setelah tanam, yaitu
sebelum tanaman berbunga dan pada hari ke- 80 setelah tanam, yaitu setelah
tanaman berbunga dengan jarak pemotongan 10 - 15 cm dari permukaan
tanah. Kemudian rumput ditimbang per rumpun dalam setiap petak
perlakuan sebagai nilai produksi bahan segar dan kandungan nutrien rumput
kolonjono.
15
3. Peubah Penelitian
a. Produksi Bahan Segar
Produksi bahan segar dapat diketahui dengan cara merata-rata
ulangan hasil timbangan rumput kolonjono segar yang sudah dipotong.
Produksi bahan segar dinyatakan dengan kg/m2.
b. Kandungan Nutrien Rumput Kolonjono
Kandungan nutrien rumput kolonjono diperoleh dari hasil
analisis proksimat kadar nutrien rumput kolonjono seperti kadar air, PK,
SK, abu, dan BETN.
c. Jumlah Anakan
Jumlah anakan merupakan salah satu bagian yang menunjukkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada fase vegetative
(Salisbury, 1995). Jumlah anakan dapat digunakan untuk menduga
tinggi rendahnya bobot hijauan yang dihasilkan. Anakan yang dimaksud
adalah semua individu yang masih muda yang muncul dari permukaan
tanah pada suatu rumpun tanaman.
d. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diketahui dengan cara mengukur tinggi tanaman
sampel dari pangkal batang sampai titik tumbuh batang utama.
Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali saat tanaman berumur 14
hari setelah tanam sampai awal pembentukan bunga pada tanaman.
Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel tanaman pada
masing-masing perlakuan. Data sampel tersebut dirata-ratakan. Data
tinggi tidak dianalisis statistik, hanya dibuat kurva pertumbuhan saja.
E. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan
analisis variansi untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan terhadap peubah
yang diamati. Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut:
16
Yij = + i + ij
Keterangan :
Yij = Angka pengamatan dari pengamatan ke i dan ulangan ke j
= Rata-rata umum
i = Pengaruh perlakuan ke i
ij = Pengaruh galat yang timbul pada perlakuan ke i dan
ulangan ke j
Bulan ke-
Kegiatan
I II III IV V VI VII VII IX
Pengajuan judul x
Pengajuan X
proposal
Seminar proposal x
Persiapan xxx
penelitian
Penelitian xxx xxxx xxxx xx
Pengumpulan data xxxx xxxx xx xx
Analisis data xx xx xxx
Penulisan laporan xx xxxx
Seminar hasil
Ujian skripsi