Anda di halaman 1dari 16

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mahalnya harga pupuk buatan saat ini, menyebabkan petani harus berfikir
dan mencari alternatif pupuk alami sebagai pengganti pupuk buatan tersebut. Hal
ini dilakukan untuk mengurangi biaya produksi dalam melakukan usaha tani.
Pupuk organik yang umum digunakan untuk tanaman adalah dari kotoran sapi,
domba dan ayam, namun ketersediaannya semakin sulit diperoleh. Pemanfaatan
kotoran kelinci merupakan salah satu alternatif untuk pemenuhan kebutuhan
pupuk organik. Limbah kotoran ternak kelinci berpotensi sebagai bahan pupuk
organik karena memiliki kandungan hara makro yang lebih tinggi dibanding
kotoran ternak yang lain yaitu dengan nilai N 2,62%; P 2,46%; K 1,86%
(Karama, 1991 dalam Sajimin, 2005).
Pupuk kandang memiliki sejumlah kelebihan seperti jenis pupuk organik
lainnya, seperti kemampuannya untuk merangsang aktivitas biologi tanah dan
memperbaiki sifat fisik tanah. Hanya saja kelemahannya adalah bentuknya yang
lembek dan tidak steril, bisa mengandung biji-bijian gulma dan berbagai bibit
penyakit atau parasit tanaman. Klaus (1985) menyatakan bahwa feses sapi
mengandung N 0,40%; P 0,20%; K 0,10% sedangkan feses kelinci mengandung
N 2,71%; P 1,10%; K 0,50%. Hal tersebut menunjukkan bahwa feses kelinci
memiliki kandungan yang lebih baik dibandingkan dengan feses sapi sehingga
diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman rumput kolonjono. Kotoran
kelinci merupakan salah satu alternatif sebagai pupuk organik. Selain itu kotoran
kelinci merupakan sumber pupuk kandang yang baik karena mengandung unsur
hara N, P dan K yang cukup baik dan kandungan proteinnya tinggi (18% dari
berat kering) sehingga kotoran kelinci masih dapat diolah menjadi pakan ternak
(Suradi, 2005).

1
2

Pupuk urea memiliki keunggulan seperti banyak mengandung unsur hara


nitrogen yang dibutuhkan untuk membuat tanaman lebih hijau, dapat
mempercepat pertumbuhan, dan dapat menambah kandungan protein hasil panen.
Sedangkan kelemahan pupuk urea yaitu pemakaian pupuk urea yang berlebih
akan merusak kesuburan tanah karena tanah akan menjadi masam sehingga
menghambat penyerapan unsur hara tertentu, jika terlalu banyak unsur kimia
dalam tanah maka dapat merusak atau mengancam kelangsungan hidup
mikroorganisme dalam tanah, dan pemupukan yang berlebih dapat membuat
tanaman menjadi sukulen sehingga tidak resisten terhadap hama atau penyakit.
Hijauan merupakan pakan utama bagi ruminansia. Ketersediaan pakan
hijauan perlu diperhatikan baik secara kualitas maupun kuantitasnya untuk
meningkatkan produktivitas ternak khususnya ruminansia. Salah satu jenis
hijauan yang dipergunakan sebagai pakan bagi ruminansia adalah rumput
kolonjono (Brachiaria mutica). Rumput kolonjono memiliki beberapa
keunggulan diantaranya produktivitasnya yang tinggi, kandungan nutrien yang
cukup dan disukai ternak (palatable). Akan tetapi produktivitas dari rumput
kolonjono sangat diengaruhi oleh musim, yaitu pada musim penghujan
produktivitas melimpah sedangkan pada musim kemarau peroduktivitasnya
menurun.
Rumput kolonjono tumbuh baik di daerah yang mempunyai ketinggian
tidak lebih dari 1200 m dpl dengan curah hujan tahunan 1000 mm. Rumput
kolonjono sering tumbuh di sepanjang aliran sungai. Peternak biasanya menanam
rumput kolonjono di pinggiran ladang atau sawah. Peternakan dengan skala besar
biasanya menanam rumput ini pada lahan penanaman yang luas dan dibuat rotasi.
Maksudnya berotasi adalah penanaman dan pemotongan di setiap petak lahan
dilakukan bergantian agar ketersedian rumput dapat secara terus menerus.
Penanamannya bisa dengan stek kemudian ditanam dalam lokasi yang sudah
digemburkan dengan pacul. Setelah ditanam, bila kebetulan musim penghujan
3

maka tinggal memupuk dengan pupuk kandang atau pupuk urea dan menyiangi
dari gulma. Untuk saat musim kemarau tanaman ini harus disiram. Setelah
berumur sekitar 2 bulan rumput siap dipotong. Pemotongan dilakukan sekitar 5
cm dari tanah apabila terlalu panjang maka pertumbuhan rumput ini jelek dan
akan menyusahkan pemotongan berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk menggunakan pupuk
urea yang berfungsi sebagai sumber N bagi tanaman rumput kolonjono dan
menggunakan pupuk kelinci yang berfungsi memperbaiki struktur tanah.
Sehingga diharapkan penggunaan pupuk kelinci bersamaan dengan pupuk urea
dapat meningkatkan produktifitas rumput kolonjono.

B. Rumusan Masalah
Penggunaan pupuk urea yang berlebihan akan merusak kesuburan tanah
karena tanah akan menjadi asam sehingga menghambat penyerapan unsur hara
tertentu, jika terlalu banyak unsur kimia dalam tanah maka dapat merusak atau
mengancam kelangsungan hidup mikroorganisme dalam tanah, dan pemupukan
yang berlebih dapat membuat tanaman menjadi sukulen sehingga tidak resisten
terhadap hama atau penyakit. Untuk menanggulangi hal tersebut maka
penggunaan pupuk urea dikombinasikan dengan pupuk feses kelinci. Pupuk
organik (pupuk kandang) berfungsi memperbaiki struktur tanah, melindungi
kehidupan mikroorganisme dan tanah dari erosi, dan sebagai unsur hara bagi
tanaman.
Salah satu pupuk organik yang potensial dan belum banyak diketahui oleh
masyarakat adalah pupuk feses kelinci. Kandungan unsur hara pupuk feses
kelinci yaitu 2,62% nitrogen, 2,46% fosfor, 0,39 sulfur, 1,86% kalsium dan 0,4%
magnesium. Nilai kandungan unsur hara tersebut sebenarnya tidak berbeda jauh
dari kandungan unsur hara pupuk feses sapi, namun karena masih jarang yang
menggunakan pupuk feses kelinci maka peneliti ingin memanfaatkan potensi
pupuk feses kelinci. Oleh karena itu kombinasi pupuk feses kelinci dengan
4

pupuk urea diharapkan dapat meningkatkan produktifitas rumput gajah dan


meminimalisir efek residu bagi tanaman dan lingkungan.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi pupuk feses kelinci dengan pupuk
urea terhadap produksi rumput kolonjono.
2. Untuk mengetahui dosis yang paling tepat pada kombinasi pupuk feses
kelinci dengan pupuk urea yang dapat meningkatkan produksi rumput
kolonjono pada titik maksimal.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pupuk Feses Kelinci


Ternak kelinci merupakan salah satu aset petani yang sangat berharga.
Disamping sebagai tabungan, kelinci juga sebagai penghasil daging yang
tinggi kandungan protein dan rendah kolesterol dan trigeliserida dan dapat
dibuat dalam bentuk produk olahan, seperti abon, dendeng, sosis, burger, dan
bentuk cepat saji seperti sate. Selain itu sebagai penghasil kulit bulu (fur),
juga menghasilkan wool, sebagai hewan coba dalam dunia kedokteran dan
farmasi, menjadi hewan kesayangan (fancy) dengan harga jual relatif tinggi,
kotoran dan urine sebagai pupuk organik yang bermutu tinggi untuk tanaman
sayuran dan bunga (Budiraharjo dkk, 2009).
Farel dan Raharjo (1994) mengatakan bahwa kelinci sapihan dapat
menghasilkan kotoran sebanyak 28 gram kotoran lunak atau setara dengan 3
gram protein/hari/ekor. Penggunaan kotoran kelinci dengan tambahan
probiotik (kompos) berguna untuk kesuburan tanah dan tanaman dan telah
dilakukan percobaan skala penelitian. Satu ekor kelinci yang berusia dua
bulan lebih, atau yang beratnya sudah mencapai 1 kg akan menghasilkan 28,0
g kotoran lunak per hari dan mengandung 3 g protein serta 0,35 g nitrogen
dari bakteri atau setara 1,3 g protein (Spreadbury, 1978).
Pada Tabel berikut ini terlihat nitrogen dan fosfor pupuk kandang dari
kotoran kelinci lebih tinggi dibandingkan ternak ruminansia, namun masih
lebih rendah dibandingkan dengan kotoran unggas dan guano. Lebih
rendahnya ini disebabkan faktor makanan, ternak unggas maupun burung
penghasil guano dengan makanan utama biji-bijian dan serangga yang
memiliki kandungan protein lebih tinggi daripada serat kasarnya.

5
6

Tabel 1. Komposisi kimia pupuk kelinci dan beberapa jenis ternak (% total)

Jenis Pupuk N P K Ca Mg S
Domba 2,0 1,5 3,0 5,0 2,0 1,5
Sapi 2,0 1,5 2,0 4,0 1,0 0,5
Unggas 5,0 3,0 1,5 4,0 1,0 2,0
Kerbau/Sapi 2,0 1,5 2,0 4,0 1,0 0,5
Guano 8,5 5,0 1,5 7,5 0,5 2,0
Kuda 2,0 1,5 1,5 1,5 1,0 0,5
Kelinci 2,62 2,46 1,86 2,08 0,49 0,36
Sumber : Karama et al. (1991)

B. Pupuk Urea
Salah satu unsur hara yang penting dan harus tersedia bagi tanaman
adalah Nitrogen (N). Kebutuhan tanaman akan unsur hara N lebih tinggi
dibandingkan dengan unsur hara lainnya. Unsur N diserap tanaman dalam
bentuk amonium dan nitrat (Pirngadi et al., 2007). Pupuk urea merupakan
pupuk buatan dengan kandungan nitrogen sebesar 45%, dan pupuk ini
tergolong dalam pupuk yang higroskopis, yaitu pada kelembaban nisbih 73%
sudah mulai menarik air dari udara. Fedrial (2005) menyatakan, pemberian
dosis pupuk N (urea) 200 kg/ha, P (SP-36) 150 kg/ha, dan K (KCl) 100 kg/ha
dapat meningkatkan produksi dan kandungan gizi dari rumput.
Nurhajati et al. (1986) menyatakan bahwa N merupakan unsur hara
yang paling banyak diperhatikan. Hal ini di sebabkan karena jumlah N yang
terdapat di dalam tanah sedikit, sedangkan yang diangkut tanaman berupa
panen setiap musim cukup banyak. Tanaman yang sehat dan bermutu tinggi
dapat dihasilkan jika unsur hara yang dibutuhkan tersedia dengan cukup.
Pemupukan yang berimbang sangat diperlukan, dimana jenis dan dosis pupuk
harus sesuai dengan kebutuhan tanaman dan jumlah zat hara yang tersedia
dalam tanah (tingkat kesuburan tanah). Akan tetapi pupuk anorganik tidak
mempunyai sifat yang dapat memperbaiki sifat dan fungsi fisik tanah serta
fungsi biologi tanah secara langsung.
7

C. Rumput Kolonjono (Brachiaria mutica)


Rumput kolonjono memiliki nama lain Brachiaria mutica, Panicum
muticum, Para grass, dan Buffalo grass. Rumput ini kaku, merayap,
parennial/tahunan, berakar pada tiap nodus batang yang menyinggung tanah,
tingginya dapat mencapai 2,5 m. Rumput kolonjono berasal dari Afrika dan
Amerika Selatan (tropis), sekarang rumput ini tersebar sebagai makanan
ternak di daerah tropik basah dan sub tropik. Rumput ini tumbuh paling baik
pada tanah yang basah dan tahan terhadap genangan air, tetapi tumbuhnya
terhambat pada musim kemarau. Pemotongan (panen) dilakukan setiap 6 - 9
minggu sekali, dengan tinggi pemotongan dari permukaan tanah 7 - 20 cm.
Produksi bahan kering (BK) hijauan 20 ton/Ha/tahun (Hasnudi et al., 2004).
Rumput kolonjono biasanya dipergunakan sebagai rumput potongan
untuk makanan ternak, hay atau disenggut ternak, dan penggembalaan harus
dilakukan secara rotasi, karena tidak tahan penggembalaan berat. Dengan
irigasi yang baik atau cukup air dan pemupukan yang baik, rumput akan
menghasilkan hijauan 100 ton per area dan dapat dipotong dengan interval
satu bulan. Bila tidak dikelola dengan baik dapat menjadi rumput pengganggu
tanaman pertanian terutama di daerah-daerah dengan irigasi baik atau tanah
yang basah (Reksohadiprojo, 1985).
Rumput kolonjono berkembangbiak secara vegetative. Setiap ruas
dapat mengeluarkan tanaman baru dan dapat menutupi areal yang luas dalam
jangka waktu yang relatif singkat. Nilai gizi rumput ini cukup tinggi dan
diakui para peternakan sebagai makanan ternak yang baik, bilamana masih
muda dan remah. Batangnya yang masih muda dapat dijadikan rumput kering
atau silase (Rismunandar, 1986). Kandungan nutrisi rumput kolonjono yaitu
BK 8,59%, PK 1,31%, LK 43,41%, SK 12,80%, BETN 33,89%
(Lubis, 1992).
8

HIPOTESIS

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Aplikasi pupuk urea pada dosis tertentu berpengaruh meningkatkan produksi
rumput kolonjono (Brachiaria mutica).
2. Aplikasi pupuk kandang kelinci pada dosis tertentu berpengaruh
meningkatkan produksi rumput kolonjono (Brachiaria mutica).
3. Kombinasi pupuk urea dan pupuk kandang kelinci pada dosis tertentu
berpengaruh meningkatkan produksi rumput kolonjono (Brachiaria mutica).
9

III. MATERI DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan
Mei 2017 di Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan, Desa
Jatisari, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Analisis bahan
kering akan dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Makanan Ternak,
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Materi Penelitian
1. Tanaman
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman
rumput kolonjono (Brachiaria mutica) yang berupa stek. Stek rumput
diambil dari batang yang sehat, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua,
yang minimal mengandung 2 ruas atau 3 buku, stek dipotong dengan posisi
potongan miring sekitar 45o sehingga mudah ditanam.
2. Pupuk
Pupuk yang digunakan yaitu pupuk urea dan pupuk feses kelinci siap
pakai dan pupuk urea. Syarat mutu pupuk urea adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Syarat Mutu Pupuk Urea

No. Uraian Persyaratan


1 Bentuk Butiran
1.1 Kadar nitrogen Min 46%
1.2 Kadar air Maks. 0.5%
1.3 Kadar biuret Maks. 1%
No. Uraian Persyaratan
2 Bentuk Glitiran
2.1 Kadar nitrogen Min 46%
2.2 Kadar air Maks. 0.5%
2.3 Kadar biuret Maks. 2%
Sumber : SNI-02-2801, 1992

9
10

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Spreadbury (1978), Satu ekor
kelinci dewasa dengan usia lebih dari 60 hari dan berat badan sekitar 1 kg
dapat menghasilkan kotoran sebanyak 28 gram sehari. Setiap 28 gram
kotoran kelinci sehat mengandung 3 gram protein, 0,35 gram nitrogen.
Sebuah majalah tentang kelinci di Amerika Serikat pada tahun 1990
mengeluarkan sebuah jurnal mengenai kandungan dari kotoran kelinci dan
menemukan 2,20% Nitrogen, 87% Fosfor, 2,30% Potassium, 36% Sulfur,
1,26% Kalsium, dan 40% Magnesium pada kotoran kelinci.

C. Persiapan Penelitian
1. Penyiapan Lahan
Lahan seluas 84 m2 (7 m 12 m) dibersihkan dari tumbuhan liar
khususnya semak-semak lalu digemburkan. Setelah tanah rata selanjutnya
dibuat lubang tanam dengan jarak dalam baris 80 cm dan dengan jarak antar
baris 100 cm, dengan kedalamannya sekitar 20 - 25 cm. Setelah lubang
tanam siap, masukkan pupuk kandang ke dalam lubang, campur dengan
tanah sehingga lubang tanam terisi penuh.
2. Penyiapan Stek Rumput
Stek rumput kolonjono diambil dari batang yang sehat, tidak terlalu
muda dan tidak terlalu tua, yang minimal mengandung 2 ruas atau 3 buku,
stek dipotong dengan posisi potongan miring sekitar 45o sehingga mudah
ditanam.
3. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan jarak tanam antar lubang 0,8 m. Stek
ditanam dengan posisi miring sekitar 45o ke arah timur, dengan kedalaman
kurang lebih 15 cm dari permukaan tanah atau 2 buku dibenamkan dalam
tanah dan 1 buku di atas permukaan tanah.
11

4. Pemupukan
Pemupukan pertama: pemberian pupuk feses kelinci dilakukan saat
penanaman stek, sedangkan pemberian pupuk urea dilakukan 14 hari setelah
penanaman. Hal ini dilakukan berdasarkan waktu pemupukan bagi pupuk
yang bekerjanya cepat dan mudah larut seperti pupuk N sebaiknya diberikan
setelah tanaman tumbuh aktif (Kanisius, 1983).
Pemupukan kedua: pemberian pupuk feses kelinci dilakukan setelah
pemotongan (panen) pertama, yaitu 45 hari setelah penanaman, sedangkan
pemberian pupuk urea dilakukan 14 hari setelah panen tersebut. Pupuk
dibenamkan dalam tanah dengan membentuk lingkaran pada setiap rumpun
rumput kolonjono. Kebutuhan pupuk per tanaman dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
LL (m2)
KPT = x DPR (kg/ha)/JT
10.000 m2
KPT : kebutuhan pupuk per tanaman
LL : luas lahan
DPR : dosis pupuk rekomendasi
JT : jumlah tanaman
5. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan meliputi kegiatan penyiraman yang
dilakukan setiap pagi dan sore, kecuali pada saat hujan. Penyulaman
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati
atau pertumbuhannya kurang baik dalam 2 minggu setelah penanaman.
Kegiatan lain yang perlu dilakukan adalah penyiangan, yaitu pembersihan
tanaman dari gulma.
6. Panen
Kegiatan ini dilakukan pada hari ke- 45 setelah tanam, yaitu sebelum
tanaman berbunga dan pada hari ke- 80 setelah tanam, yaitu setelah tanaman
berbunga dengan jarak pemotongan 10 - 15 cm dari permukaan tanah.
12

Kemudian rumput ditimbang per rumpun dalam setiap petak perlakuan


sebagai nilai produksi bahan segar dan kandungan nutrien rumput
kolonjono.
7. Analisis Sampel
Analisis kandungan bahan kering (BK) digunakan sampel sebanyak
200 g. Kandungan BK rumput kolonjono dianalisis berdasarkan prosedur
yang dikemukakan oleh Haris (1970).
D. Design Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama adalah umur
pemotongan, terdiri dari 2 aras, yaitu : D1 dan D2 masing-masing umur
pemotongan 45 dan 80 hari. Faktor kedua adalah dosis kombinasi pupuk
urea dengan pupuk feses kelinci terdiri dari 6 aras yaitu P0, P1, P2, P3, P4
dan P5 dengan masing-masing perlakuan dilakukan 10 kali ulangan, dan
masing-masing ulangan berisi 2 tanaman, sehingga terdapat 120 satuan
percobaan.
Rumput merupakan tanaman pakan ternak yang sangat responsif
terhadap pemupukan berat yaitu pada dosis 40 ton pupuk kandang/ha/tahun,
800 kg/urea/ha/tahun, 200 kg KCl/ha/tahun dan 200 kg TSP/ha/tahun.
Berdasarkan hal tersebut maka susunan perlakuan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. P0 = Kontrol (tanpa pupuk)
2. P1 = 100% urea = 10 g urea/lubang
3. P2 = 75% urea : 25% PFK = 7,5 g urea/ lubang : 111 g PFK/ lubang
4. P3 = 50% urea : 50% PFK = 5 g urea/ lubang : 277 g PFK/ lubang
5. P4 = 25% urea : 75% PFK = 2,5 g urea/ lubang : 416 g PFK/ lubang
6. P5 = 100% PFK = 555 g PFK/ lubang
13

Gambar 1. Sketsa Tata Letak Tanaman D1

Gambar 2. Sketsa Tata Letak Tanaman D2


14

2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu tahap penanaman,
perlakuan dan pengambilan data. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam
antar lubang tanam yaitu 0,8 m. Stek ditanam dengan posisi miring sekitar
45o ke arah timur, dengan kedalaman kurang lebih 15 cm dari permukaan
tanah atau 2 buku dibenamkan dalam tanah dan 1 buku di atas permukaan
tanah. Bibit stek tidak boleh terlalu muda maupun terlalu tua. Karena jika
bibit stek terlalu muda, bibit stek akan mudah kering dan mati. Dan jika
bibit stek yang digunakan terlalu tua, bibit stek tidak cepat menghasilkan
akar yang sempurna. Rumput kolonjono ditanam di setiap lubang yang telah
disiapkan, jarak dalam baris 80 cm begitupun dengan jarak antar baris 100
cm.
Pemupukan dilakukan sesuai dosis perlakuan pada umur dua minggu
setelah penanaman. Pupuk dibenamkan dalam tanah dengan membentuk
lingkaran pada setiap rumpun rumput kolonjono. Kegiatan pemeliharaan
meliputi kegiatan penyiraman yang dilakukan setiap pagi dan sore, kecuali
pada saat hujan. Penyulaman merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengganti tanaman yang mati atau pertumbuhannya kurang baik dalam 2
minggu setelah penanaman. Kegiatan lain yang perlu dilakukan adalah
penyiangan, yaitu pembersihan tanaman dari gulma.
Kegiatan panen dilakukan pada hari ke- 45 setelah tanam, yaitu
sebelum tanaman berbunga dan pada hari ke- 80 setelah tanam, yaitu setelah
tanaman berbunga dengan jarak pemotongan 10 - 15 cm dari permukaan
tanah. Kemudian rumput ditimbang per rumpun dalam setiap petak
perlakuan sebagai nilai produksi bahan segar dan kandungan nutrien rumput
kolonjono.
15

3. Peubah Penelitian
a. Produksi Bahan Segar
Produksi bahan segar dapat diketahui dengan cara merata-rata
ulangan hasil timbangan rumput kolonjono segar yang sudah dipotong.
Produksi bahan segar dinyatakan dengan kg/m2.
b. Kandungan Nutrien Rumput Kolonjono
Kandungan nutrien rumput kolonjono diperoleh dari hasil
analisis proksimat kadar nutrien rumput kolonjono seperti kadar air, PK,
SK, abu, dan BETN.
c. Jumlah Anakan
Jumlah anakan merupakan salah satu bagian yang menunjukkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada fase vegetative
(Salisbury, 1995). Jumlah anakan dapat digunakan untuk menduga
tinggi rendahnya bobot hijauan yang dihasilkan. Anakan yang dimaksud
adalah semua individu yang masih muda yang muncul dari permukaan
tanah pada suatu rumpun tanaman.
d. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diketahui dengan cara mengukur tinggi tanaman
sampel dari pangkal batang sampai titik tumbuh batang utama.
Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali saat tanaman berumur 14
hari setelah tanam sampai awal pembentukan bunga pada tanaman.
Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel tanaman pada
masing-masing perlakuan. Data sampel tersebut dirata-ratakan. Data
tinggi tidak dianalisis statistik, hanya dibuat kurva pertumbuhan saja.

E. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan
analisis variansi untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan terhadap peubah
yang diamati. Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut:
16

Yij = + i + ij

Keterangan :
Yij = Angka pengamatan dari pengamatan ke i dan ulangan ke j
= Rata-rata umum
i = Pengaruh perlakuan ke i
ij = Pengaruh galat yang timbul pada perlakuan ke i dan
ulangan ke j

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis variansi dari


Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial, yang dilanjutkan dengan uji
Duncans Multiple Range Test (DMRT).

F. Rencana Jadwal Penelitian

Bulan ke-
Kegiatan
I II III IV V VI VII VII IX
Pengajuan judul x
Pengajuan X
proposal
Seminar proposal x
Persiapan xxx
penelitian
Penelitian xxx xxxx xxxx xx
Pengumpulan data xxxx xxxx xx xx
Analisis data xx xx xxx
Penulisan laporan xx xxxx
Seminar hasil
Ujian skripsi

Anda mungkin juga menyukai