Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah
lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2%
dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006 usia harapan
hidup meningkat menjadi 66,2 tahun dan jumlah lansia menjadi 19 juta orang, dan
diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 jutaorang atau 11,4%. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu.

Semakin tingginya usia harapan hidup, maka semakin tinggi pula faktor resiko
terjadinya berbagai masalah kesehatan. Masalah umum yang dialami para lansia adalah
rentannya kondisi fisik para lansia terhadap berbagai penyakit karena berkurangnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar serta menurunnya efisiensi
mekanisme homeostatis, oleh karena hal tersebut lansia mudah terserang berbagai
penyakit. Menurut Jubaidi (2008) ada beberapa perubahan fisik pada lansia yang dapat
menjadi suatu kondisi lansia terserang penyakit, seperti perubahan kardiovaskuler.
Terdapat beberapa macam penyakit yang biasa menimpa para lansia antara lain
hipertensi, diabetes mellitus, jatung koroner, stroke, katarak, dan lain sebagainya.
Macam-macam masalah kesehatan tersebut yang sering menimpa lansia yaitu hipertensi
yang bisa menjadi awitan dari berbagai masalah kardiovaskuler lainnya yang lebih
gawat.

Prevalensi kejadian hipertensi sangat tinggi pada lansia, yaitu 60%-80% pada usia
diatas 65 tahun. Tidak sedikit orang yang menganggap penyakit hipertensi pada lansia
adalah hal biasa. Sehingga mayoritas masyarakat menganggap remeh penyakit ini.
Hipertensi dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain gagal jantung dan
stroke (Muhammad, 2010). Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa latihan dan olah
raga pada usia lanjut dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional, bahkan
latihan yang teratur dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh
penyakit kardiovaskuler. Penelitian yang telah dilakukan di Jepang memberikan salah
satu bukti bahwa olahraga yang teratur sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah
(Williams & Wilkins, 2001). Salah satu olahraga yang mudah dilakukan adalah senam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep lansia ?
2. Bagaimana konsep tekanan darah ?
3. Bagaimana kosep dasar hipertensi ?
4. Bagaimana konsep tentang senam lansia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep tentang lansia;
2. Untuk mengetahui konsep tentang tekanan darah;
3. Untuk mengetahui konsep tentang hipertensi;
4. Untuk mengetahui konsep tentang senam lansia.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR LANSIA

1. Pengertian Lansia

Lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang
dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana diketahui, ketika
manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak.
Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan mengalami penurunan tugas dan fungsi ini dan
memasuki tahap lanjut, kemudian meninggal.

Pengertian Lansia menurut UU No. 4 tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai
umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari
dan menerima nafkah dari orang lian (Wahyudi,2000). Sedangkan menurut UU No. 12 tahun
1998 tentang kesejahteraan Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun
(Depos,1999). Pada Lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-
lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap suatu penyakit (Constantinides,1994).

Secara biologis, penduduk Lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin
rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, dan sistem organ.Secara
ekonomi, penduduk Lansia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya.
Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak
manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negative sebagai beban keluarga dan masyarakat.

Dari aspek sosial, penduduk Lansia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di
Negara barat, penduduk Lansia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat
dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan
keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi, di Indonesia
penduduk Lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda.
2. Klasifikasi Lansia

Menurut WHO, Lansia di golongkan menjadi 4, yaitu :

1) Usia pertengahan 45-59 tahun

2) Lanjut Usia 60-74 tahun

3) Lanjut Usia Tua 75-90 tahun

4) Lansia sangat tua >90 tahun

3. Perubahan Fisik Lansia

Ada perubahan yang terjadi pada fisik yang dialami oleh lansia akibat proses
menua. Menurut Nugroho (2008) adalah sebagai berikut:

Perubahan fisik dan fungsi


Penurunan fisik dan fungsi pada lansia berkaitan dengan penurunan fungsi sel,
sistem syaraf,sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem
pengaturan suhu tubuh, sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem reproduksi,
sistem endokrin, dll.
Perubahan mental
Terjadi perubahan yang dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah
curiga, bertambah pelit bila memiliki sesuatu. Sikap yang semakin umum ditemukan
pada lansia adalah mengharapkan tetapi diberi peran dalam masyarakat, ingin
mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa. Faktor yang
mempengaruhi perubahan mental pada lansia diantaranya :
1. Perubahan anatomi
2. Perubahan fisiologi
3. Kesehatan umum
4. Tingkat pendidikan
5. Keturunan
6. Lingkungan
Perubahan mental pada lansia juga terjadi pada ketenangan dan juga Intelegensi
Quotion (IQ).

Perubahan Psikososial
Nilai seseorang sering diukur dari produktivitasnya dan identitasnya dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia yang mengalami kehilangan antara lain:
1. Kehilangan fungsional
Pada umumnya setelah seseorang memasuki Lansia maka ia akan
mengalami penurunan fungsi kognitif meliputi belajar, persepsi, pengertian,
pemahaman,dll. Sehingga dapat mengakibatkan reaksi dan perilaku lansia
menjadi lambat. Sementara fungsi psikomotor meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan gerak.
Kehilangan yang berkaitan dengan pekerjaan. Perubahan dapat diawali
dengan masa pension. Meskipun tujuan ideal pension adalah agar para lansia
menikmati hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebagai
kehilangan penghasilan, jabatan, peran, kegiatan, dll.
Perubahan dalam peran sosial di masyarakat. Berkurangnya fungsi
indera, gerak fisik, dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional pada
lansia.Tindakan untuk mengurangi fungsional pada lansia sebaiknya di cegah
dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa dipisahkan.

2.2 KONSEP TEKANAN DARAH

1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan
sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung. Istilah ini secara khusus
digunakan untuk meujuk pada tekanan arterial maksimum saat terjadi kontraksi arterial
maksimum saat terjadi kontraksi pada lobus ventricular kiri dari jantung. Rentang waktu
terjadi kontraksi disebut systole. Tekanan diastole adalah tekanan darah pada saat jantung
tidak sedang berkontraksi atau beristirahat. Pada kurva denyut jantung tekanan diastole
adalah tekanan darah yang digambarkan pada rentang diantara grafik denyut jantung.
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari sistem sirkulasi
atau sistem vaskuler terhadap dinding pembuluh darah (James,2008).Tekanan darah biasanya
digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik. Sebagai contoh,
tekanan darah pada angka 120/80 menunjukan tekanan systole pada nilai 120 mmHg, dan
tekanan diastole pada nilai 80 mmHg. Nilai tekanan darah pada orang dewasa pada
normalnya berkisar antara 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya
120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara
alami. Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat
melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Bila tekanan darah diketahui lebih
tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah
tinggi.

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Pada metode langsung, kateter arteri dimasukan kedalam arteri. Walaupun hasilnya sangat
tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah
kesehatan lain (Smeltzer & Bare, 2001). Bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan
kateter arteri yaitu yeri inflamasi pada lokasi penusukan, bekuan darah karena tertekuknya
kateter, perdarahan ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis. Sedangkan pengukuran
tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop.
sphygmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur
tekanan yang berhubungan dengan ringga dalam manset.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Tekanan darah manusia tidak konstan, namun dipengaruhi banyak faktor secara
kontinu sepanjang hari. Fakto-faktor yang mempengaruhi tekanan adarah menurut Perry
& Potter yaitu :

1) Usia
Tekanan darah akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal
tersebut berhubungan dengan berukuran elastisitas pembuluh darah arteri. Dinding
arteri akan semakin kaku, sehingga pertahanan pada arteri akan semakin besar dan
meningkatkan tekanan darah. Kemampuan jantung memompa darah keseluruh tubuh
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volume kehilangan elastisitas pembuluh darah karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigen.
2) Stress
Stress akan merangsang saraf simpatik dalam tubuh yang mengakibatkan
meningkatnya frekuensi darah.
3) Jenis Kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah yang
terdapat pada laki-laki dan tekanan darah yang ada perempuan. Pada masa pubertas,
laki-laki cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tekanan darah perempuan. Pada wanita setelah menopause cenderung memiliki
tekanan darah yang lebih tinggi dari pada laku-laki pada usia tersebut.

3. Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa


Kategori systolic, mmHg diastolic, mmHg
Hypotensi < 90 atau < 60
Normal 90 119 Dan 60 79
Prahipertensi 120 139 atau 80 89
Tahap 1 hipertensi 140 159 Atau 90 99
Tahap 2 hipertensi 160 or 100

Tabel diatas menunjukan klasifikasi tekanan darah yang berlaku bagi orang dewasa
berusia >18 tahun. Kategori tekanan darah sistole dan diastole

Normal : 120 mmHg 130 mmHg 85 mmHg 95 mmHg

Untuk lansia tekanan diastole 140 mmHg masih dianggap normal.

- Tingkat Hipertensi pada manusia


Stadium 1 (Hipertensi ringan) : 90-99 mmHg dan 140-159 mmHg
Stadium 2 (Hipertensi sedang) : 100-109 mmHg dan 160-179 mmHg
Stadium 3 (Hipertensi berat) : 110-119 mmHg dan 180-209 mmHg
Stadium 4 (Hipertensi maligna) : >120 mmHg atau >210 mmHg
- Klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan diastilik,yaitu:

Hipertensi derajat I : Jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg


Hipertensi derajat II : Jika tekanan diastoliknya 110-119 mmHg
Hipertensi derajat III : Jika tekanan diastolic >120 mmHg

4. Mengukur Tekanan Darah

Mengukur tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan sfigmanometer dan


stetoskop yang dilakukan pada arteri brikialis yang diletakan disiku. Bunyi detak jantung
dapat di dengar pada arteri briakialis, tempat bunyi pertama sebagai tekanan sistole dan
diastole pada darah.

2.4 KONSEP DASAR HIPERTENSI

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
di atas normal yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yangdibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.

Berdasarkan JNC VII seorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik > 140
mmHg dan diastolik > 90 mmHg. Menurut Rohaendi (2008), Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.

2. Etiologi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada
kebanyakan pasien, etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (hipertensi essensial atau
hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.
Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyaipenyebab yang khusus,
dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun
eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-
pasien ini dapat disembuhkan secara potensial.
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun;


b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku;
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya;
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi;
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

3. Klasifikasi Hipertensi

Menurut Shep (2005), Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi


dua, yaitu :

Hipertensi primer

Hipertensi primer disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik adalah suatu peningkatan
persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol
homeostatik normal. Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup 90 % dari
kasus hipertensi.

Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain
hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui sebagai akibat dari penyakit lain
dan menyangkut 10 % dari kasus hipertensi.
Gejala Klinis Hipertensi
Gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak
nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
c. Faktor-Faktor Penyebab Hipertensi
d. Faktor yang tidak dapat diubah

Faktor-faktor yang tidak dapat diubah, yaitu:

1) Faktor genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orang tua yang menderita hipertensi
mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Anggraini, Waren, Situmorang, Asputra, &
Siahaan, 2003).

2) Faktor jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan tetapi wanita
pramenopause (sebelum menopause) prevalensinya lebih terlindung daripada pria pada usia
yang sama. Wanita yang belum menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang merupakan faktor
pelindung dalam mencegah terjadinya proses terosklerosis yang dapat menyebabkan
hipertensi (Price & Wilson, 2006).
Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang
selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Hipertensi lebih banyak terjadi pada
pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur
55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan
perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).

4) Faktor usia

Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas
umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur
lima puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko
hipertensi.

Faktor yang dapat diubah

1. Obesitas
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga
mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu
sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.
Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti
artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008
2. Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang
akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi). Kurangnya aktivitas fisik
menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk
menjadi gemuk.
3. Kebiasaan Merokok
Menurut Bowman (2007) dalam Anggraeni (2009) dalam Resiko merokok
berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap perhari, bukan pada lama
merokok. Seseorang yang merokok lebih dari satu pak rokok perhari menjadi
dua kali lebih rentan daripada mereka yang tidak merokok yang diduga
penyebabnya adalah pengaruh nikotin terhadap pelepasan katekolamin oleh
sistem saraf otonom.
4. Mengkonsumsi garam berlebih
WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi
risiko terjadinya hipertensi. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).
5. Minum alcohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan
organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol
berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).
6. Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung
75 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi
meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
7. Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten
(tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan
darah menetap tinggi.

2.4 KONSEP SENAM LANSIA

1. Pengertian Senam

Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang
dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan
fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam bahasa Inggris terdapat istilah
exercise atau aerobic yang merupakan suatu aktifitas fisik yang dapat memacu jantung dan
peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama
sehingga menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh. Senam berasal dari bahasa
yunani yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti telanjang, dimana pada zaman tersebut orang
yang melakukan senam harus telanjang, dengan maksud agar keleluasaan gerak dan
pertumbuhan badan yang dilatih dapat terpantau (Suroto,2004).

Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk


mendapatkan kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keseimbangan gerak,
daya tahan, kesegaran jasmani dan stamina. Dalam latihan senam semua anggota tubuh (otot-
otot) mendapat suatu perlakuan. Otot-otot tersebut adalah gross muscle (otot untuk
melakukan tugas berat) dan fine muscle (otot untuk melakukan tugas ringan). Senam lansia
yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (MENPORA) merupakan upaya
peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin bertambah. Senam
lansia sekarang sudah diberdayakan diberbagai tempat seperti di panti wredha, posyandu,
klinik kesehatan, dan puskesmas. (Suroto, 2004).

Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang
diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan
tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan
membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi senam lansia
adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh
orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga
untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Manfaat Senam

Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk
menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang
memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas).Orang melakukan senam
secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur
kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness
dan neuromuscular fitness.

Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan meningkatkan
jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi proses
indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa
sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam
lansia efek minimalnya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur
lebih nyenyak, pikiran tetap segar.

Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ
tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan
teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu
istirahat yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan
denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun. Manfaat senam lainnya yaitu terjadi
keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast. Apabila senam terhenti maka pembentukan
osteoblast berkurang sehingga pembentukan tulang berkurang dan dapat berakibat pada
pengeroposan tulang. Senam yang diiringi dengan latihan stretching dapat memberi efek otot
yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada impuls saraf yang dinamakan
muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle spindle akan bertahan atau mengatur
sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadi kenyal. Orang yang melakukan
stretching akan menambah cairan sinoval sehingga persendian akan licin dan mencegah
cedera (Suroto, 2004).

Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha yang akan memberikan
perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan metabolic yang dikalkulasi
termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzim fosforilase (proses masuknya gugus
fosfat kedalam senyawa organik), bertambahnya aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya
sel-sel otot yang mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya enzim-enzim
untuk proses oksigenasi jaringan (Kusmana, 2006). Sedangkan menurut Depkes (2003)
olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah
kekuatan otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat
membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran pembuangan bahan sisa,
meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran
mental, membantu mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan
kesegaran jasmani.

3. Gerakan Senam Lansia

Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap latihan,
meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan (pendinginan) (Sumintarsih, 2006).
1. Pemanasan

Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan menyiapkan


fungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat pada saat
latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan antara lain
detak jantung telah mencapai 60% detak jantung maksimal, suhu tubuh naik 1C
2C dan badan berkeringat. Pemanasan yang dilakukan dengan benar akan
mengurangi cidera atau kelelahan.

2. Kondisioning
Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan inti
yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai dengan
tujuan program latihan.
3. Penenangan
Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap ini
bertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan melakukan
serangkaian gerakan berupa stretching. Tahapan ini ditandai dengan menurunnya
frekuensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh, dan semakin berkurangnya keringat.
Tahap ini juga bertujuan mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi
sehingga mencegah genangan darah diotot kaki dan tangan.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan latihan


olahraga secara teratur dapat meningkatkan fungsi tubuh terutama fungsi jantung. Jantung
yang merupakan salah satu organ vital tubuh sudah seharusnya dijaga kesehatannya.
Kerusakan pada jantung akan mempengaruhi semua sistem tubuh. Sebagai contoh penyakit
hipertensi, berawal dari hipertensi jika tidak tertangani secara baik akan berakibat fatal salah
satunya dapat menyebabkan penyakit stroke yang dapat berakhir dengan kematian. Salah satu
cara untuk menjaga kesehatan jantung adalah dengan olahraga yang teratur. Olahraga ringan
yang mudah dilakukan adalah senam. Senam memiliki banyak manfaat diantaranya adalah
melancarkan peredaran darah dan meningkatkan jumlah volume darah. Sehingga dengan
melakukan senam secara teratur dapat meminimalkan terjadinya penyakit jantung terutama
hipertensi pada oang lansia.

3.2 SARAN

Untuk mencapai tekanan darah normal, selain melakukan olahraga senam secara rutin,
beberapa hal di bawah ini juga perlu mendapat perhatian, yaitu:

Jika kelebihan bobot badan, kurangilah


Kurangi asupan natrium (sodium)
Usahakan cukup asupan kalium (potasium)
DAFTAR PUSTAKA

Gallo, Joseph J. ( 1998 ). Buku Saku Gerontology, alih bahasa : James Veldman, Ed.2.
Jakarta : EGC.

Kirsdten L Easton. ( 1999 ). Gerontologycal Rehabilitation Nursing. WB.Saunders.


Philadelphia.

Nugroho, Wahjudi. ( 2000 ). Keperawatan Gerontik, Ed 2, Jakarta : ECG

Setiabudhi, Tony & Hardywinoto. ( 1999 ). Panduan Gerontology Tinjauan Dari Berbagai
Aspek, Jakarta : Gramedia.

Soejono C.H. ( 2000 ) Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri. Bagian Penyakit
Dalam FKUI.

Watson, Roger. ( 2003 ). Perawatan pada lansia, alih bahasa : Musri, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai