Anda di halaman 1dari 11

Makalah Mengenai Al Quran , Thaharah , Sholat , Aqidah , Akhlak dan Sejarah

OLEH:

Bagas Detri Reynaldi Baizuri

SMP Ar Rahman
Jakarta
2017
Pengertian Al Qur'an

1. Pengertian Al Qur'an secara etimologi (bahasa)

Ditinjau dari bahasa, Al Qur'an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata benda
(masdar) dari kata kerja qara'a - yaqra'u - qur'anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang
dibaca berulang-ulang. Konsep pemakaian kata tersebut dapat dijumpai pada salah satu surah
al Qur'an yaitu pada surat al Qiyamah ayat 17 - 18.

2. Pengertian Al Qur'an secara terminologi (istilah islam)

Secara istilah, al Qur'an diartikan sebagai kalm Allah swt, yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw sebagai mukjizat, disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah swt
sendiri dengan perantara malaikat jibril dan mambaca al Qur'an dinilai ibadah kepada Allah
swt.

Al Qur'an adalah murni wahyu dari Allah swt, bukan dari hawa nafsu perkataan Nabi
Muhammad saw. Al Qur'an memuat aturan-aturan kehidupan manusia di dunia. Al Qur'an
merupakan petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Di dalam al Qur'an
terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Al Qur'an
merupakan petunjuk yang dapat mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju jalan yang
terang

Pengertian Thaharah

Bersuci (Bahasa Arab: , transliterasi:thohara) merupakan bagian dari prosesi ibadah


umat Islam yang bermakna menyucikan diri yang mencakup secara lahir atau batin,
sedangkan menyucikan diri secara batin saja di istilahkan sebagai tazkiyatun nufus.

Kedudukan bersuci dalam hukum Islam termasuk ilmu dan amalan yang penting, terutama
karena di antara syarat-syarat salat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan mengerjakan
salat diwajibkan suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian, dan tempatnya dari najis.
Firman Allah:

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang
menyucikan diri. (Al Baqarah 2:222)

Secara bahasa thaharah artinya membersihkan kotoran, baik kotoran yang berwujud maupun
yang tak berwujud. Kemudian secara istilah, thaharah artinya menghilangkan hadats, najis,
dan kotoran (dari tubuh, yang menyebabkan tidak sahnya ibadah lainnya) menggunakan air
atau tanah yang bersih.

Perkara bersuci

Perihal bersuci meliputi beberapa perkara berikut:

Alat bersuci, seperti air, tanah, dan sebagainya

Kaifiat (cara) bersuci

Jenis najis yang perlu disucikan

Benda yang wajib disucikan

Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci

Jenis thaharah

Thaharah terbagi menjadi dua, secara batin dan lahir, keduanya termasuk di antara cabang
keimanan:

Thaharah bathiniyah: ialah menyucikan diri dari kotoran kesyirikan dan kemaksiatan
dari diri dengan cara menegakkan tauhid dan beramal saleh.

Thaharah lahiriyah: ialah menyucikan diri menghilangkan hadats dan najis.


Bentuk thaharah

Thaharah dengan air seperti wudhu dan mandi besar (junub), dan ini adalah bentuk bersuci
secara asal. Thaharah dengan tanah (debu) yakni tayamum sebagai pengganti air ketika tidak
ada air ataupun sedang berhalangan menggunakan air.[3]

MACAM-MACAM ALAT THAHARAH

Allah selalu memudahkan hambanya dalam melakukan sesuatu. Untuk bersuci


misalnya, kita tidak hanya bisa menggunakan air, tetapi kita juga bisa menggunakan tanah,
batu, kayu dan benda-benda padat lain yang suci untuk menggantikan air jika tidak
ditemukan.

Dalam bersuci menggunakan air, kita juga harus memperhatikan air yang boleh dan
tidak boleh digunakan untuk bersuci.

Macam-macam air

Air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah


Air mutlak yaitu air yang suci dan mensucikan, yaitu air :

1. Air hujan

2. Air sumur

3. Air laut

4. Air sungai

5. Air danau/ telaga

6. Air salju

7. Air embun

QS Al- Anfal ayat : 11

[8:11] (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman
daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu
dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk
menguatkan hatimu dan memperteguh denganya telapak kaki(mu).

Air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan, yaitu air yang halal untuk diminum tapi
tidak dapat digunakan untuk bersuci seperti air teh, kopi, sirup, air kelapa dll. Air
musyammas yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain emas dan perak. Air
ini makruh digunakan untuk bersuci Air mustakmal yaitu air yang telah digunakan
untuk bersuci. Air ini tidak boleh digunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah rasa, bau
maupun warnanya Air mutanajis yaitu air yang sudah terkena najis. Baik yang sudah
berubah rasa, warna dan baunya maupun yang tidak berubah dalam jumlah yang sedikit yaitu
kurang dari dua kullah (270 liter menurut ulama kontemporer)

CARA-CARA THAHARAH

Ada berbagai cara dalam bersuci yaitu bersuci dengan air seperti berwudhu dan mandi junub
atau mandi wajib. Ada juga bersuci dengan menggunakan debu, tanah yaitu dengan
bertayamum. Dan bisa juga menggunakan air,tanah,batu dan kayu (tissue atau kertas itu
masuk kategori kayu) yaitu dengan beristinja.

Cara-cara thaharah menurut pembagian najisnya

1.

Najis ringan (najis mukhafafah)

Najis mukhafafah adalah najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki yang belum makan
apapun kecuali air susu ibunya saja dan umurnya kurang dari 2 tahun. Cara membersihkan
najis ini cukup dengan memercikkan air kebagian yang terkena najis.

2. Najis sedang (najis mutawassitah)


Yang termasuk kedalam golongan najis ini adalah kotoran, air kencing dsb. Cara
membersihkannya cukup dengan membasuh atau menyiramnya dengan air sampai najis
tersebut hilang (baik rasa, bau dan warnanya

3. Najis berat (najis mughalazah)

Najis berat adalah suatu materi yang kenajisannya ditetapkan berdasarkan dalil yang pasti
(qati) . yaitu anjing dan babi. Cara membersihkannya yaitu dengan menghilangkan barang
najisnya terlebih dahulu lalu mencucinya dengan air bersih sebanyak tujuh kali dan salah
satunya dengan tanah atau batu.

Pengertian Sholat

Secara bahasa sholat bermakna doa, sedangkan secara istilah, sholat merupakan suatu ibadah
wajib yang terdiri dari ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan salam dengan rukun dan persyaratan tertentu.

Menurut hakekatnya, sholat ialah menghadapkan jiwa kepada Allah SWT, yang bisa
melahirkan rasa takut kepada Allah & bisa membangkitkan kesadaran yang dalam pada setiap
jiwa terhadap kebesaran & kekuasaan Allah SWT.

Menurut Ash Shiddieqy, sholat ialah menggambarkan rukhus shalat atau jiwa shalat; yakni
berharap kepada Allah dengan sepenuh hati dan jiwa raga, dengan segala kekhusyuan
dihadapan Allah dan ikhlas yang disertai dengan hati yang selalu berzikir, berdoa &
memujiNya.

Aqdah) dalam istilah Islam yang berarti iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan
bisa dianggap sebagai salah satu akidah. Pondasi akidah Islam didasarkan pada hadits Jibril,
yang memuat definisi Islam, rukun Islam, rukun Iman, ihsan dan peristiwa hari akhir.

Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu ( )yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (
) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu ( )yang artinya

mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah ( ) yang berarti mengikat


dengan kuat.

Sedangkan menurut istilah (terminologi), akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang
tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.

Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan
segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid[2] dan taat kepadaNya, beriman kepada para
malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan
mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin),
perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma' (konsensus)
dari salafush shalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun
secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta
ijma' salaf as-shalih.

Pengertian Akhlak

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan
secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.[1]

Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat.[2] cara membedakan akhlak, moral dan etika yaitu Dalam
etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolok ukur
akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam moral dan susila menggunakan tolok ukur norma-
norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dalam masyarakat (adat istiadat), dan
dalam akhlaq menggunakan ukuran Al Quran dan Al Hadis untuk menentukan baik-
buruknya.

Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan
bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan
perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.[3]

Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan
secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya
sewaktu-waktu saja.[4] Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya
didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran
apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan
untuk berbuat.[2] Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah
pencerminan dari akhlak.[2]

Dalam Encyclopedia Brittanica[5], akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti
sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, seharusnya
benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu,
selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.[2]

Syarat akhlah yang baik

Tolong-menolong merupakan salah satu akhlak baik terhadap sesama

Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak.[2]

Perbuatan yang baik atau buruk.

Kemampuan melakukan perbuatan.

Kesadaran akan perbuatan itu

Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk

Pengertian Sejarah Peradaban Islam

Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh, yang menurut bahasa berarti ketentuan masa.
Sedang menurut istilah berarti Keterangan yang telah terjadi di kalangannya pada masa yang
telah lampau atau pada masa yang masih ada. Sedangkan pengertian selanjutnya memberikan
makna sejarah sebagai catatan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian masa silam yang
di abadikan dalam laporan-laporan tertulis dan dalam ruang lingkup yang luas, dan pokok
dari persoalan sejarah senantiasa akan sarat dengan pengalaman-pengalaman penting yang
menyangkut perkembangan keseluruhan keadaan masyarakat. Oleh sebab itu, menurut Sayid
Quthub Sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa itu, dan
pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata, yang menjalin seluruh
bagian serta memberinya dinamisme waktu dan tempat.
Berangkat dari pengetian sejarah sebagaimana yang dikemukakan di atas, peradaban Islam
adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah al-Islamiyah. Kata Arab ini sering juga
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan Islam. Kebudayaan dalam
bahasa Arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebgaimana juga di Arab dan Barat, masih
banyak orang yang mensinonimkan dua kata kebudayaan dan peradaban. Kebudayaan
adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan
manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban.
Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi dan moral, maka
peradaban terrefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi.

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud.

Wujud Ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-
nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan lain-lain.

Wujud Kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan
berpola dari manusia dalam masyarakat.

Wujud Benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya. Sedangkan
istilah peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari
kebudayaan yang halus dan indah.

Dalam definisi peradaban yang di maksud disini yakni Islam yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad Saw yang telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak
terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju, dan cepat
mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting
artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang.

Dengan demikian jelaslah banhwa kedatangan Islam mempunyai makna kemanusiaan yang
tinggi, cita-cita dan semangat Islam adalah peneguhan kemanusiaan, memperteguh kesetiaan
manusia terhadap tugas dan kewajibannya sebagai wakil Allah di muka bumi. Menurut
H.A.R. Gibb, bahwa Islam sesungguhnya lebih dari sekedar agama, Ia adalah peradaban yang
sempurna. Karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah
agama Islam, kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban
Islam.

Jadi disini penulis menyimpulkan bahwa definisi mengenai sejarah peradaban Islam yakni
kejadian-kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa silam yang diabadikan di mana pada
saat itu Islam merupakan pokok kekuatan dan sebab timbulnya suatu kebudayaan yang
mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu
pengetahuan yang maju dan kompleks.

Sejak zaman Rasulullah Saw, kebudayaan Islam berkembang terus menerus sejalan dengan
perkembangan pemikiran dan meluasnya kekuatan politik dan daerah penganut Islam,
terbentuk bermacam-macam struktur, ide, dan lembaga-lembaga dalam politik, lapangan
ibadat, lapangan hukum, lapangan seni, lapangan ekonomi, lapangan sosial dan bermacam-
macam lapangan kebudayaan yang lain. Yang jelas benar menonjol dalam perkembangan
kebudayaan Islam yang berpusat pada al-Quran itu adalah kedinamisannya menyerbu
keluaar dari keterbelakangan kebudayaan bangsa Arab, yang hidup terpencil di gurun-gurun
pasir yang tandus, dan keluasan berfikir yang mendorongnya.

Yang sangat menarik dalam perkembangan kebudayaan Islam dari abad ketujuh sampai
ketiga belas adalah bagaimana kebudayaan dan agama yang berasal pada bangsa Arab di
gurun pasir yang miskin dan terpencil dengan pimpinan Nabi Muhammad Saw dan khalifah-
khalifah rasyidin dan khalifah raja-raja, dan yang disebut pertama kali dari kebudayaan saat
itu adalah ilmu.

Sedangkan landasan dari pembahasan ini yakni peradaban Islam adalah kebudayaan
Islam terutama wujud idealnya, sementara landasan kebudayaan Islam adalah agama
Islam. Jadi dalam Islam, tidak seperti pada masyarakat yang menganut agama-agama bumi,
agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan
merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama Islam adalah wahyu dari Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai