1244 2329 1 PB
1244 2329 1 PB
Abstrak
Penelitian ini membuktikan bahwa metode al-Maslahah al-Maqsdah adalah metode
ijtihd alternatif kontemporer (manhaj al-ijtihd al-mu`sir), karena relevansinya dengan
maqsid al-Syar`ah. al-Maslahah al-Maqsdah merupakan bentuk baru (wajhun jadd) dari
konsep konvensional beranjak pada reformulasi perundang-undangan atau bisa juga di artikan
sebagai model al-maslahah post-kontemporer. Rumusan baru itu dibuat karena model al-
maslahah konvensional dipandang tidaklah tepat, terlebih lagi klasifikasi maslahah mulghah,
sehingga perlu direformulasi. Wujud reformulasi ini adalah sebuah kontruksi baru yang
penulis sebut dengan al-Maslahah al-Maqsdah sebagai metode ijtihd alternatif
kontemporer (manhaj al-ijtihd al-mu`sir). Relevansi al-Maslahah al-Maqsdah dengan
maqsid al-Syar`ah dan HAM tersebut berwujud dalam bentuk penggunaan maqsid al-
Syar`ah dan HAM sebagai paradigma al-Maslahah al-Maqsdah dalam merumuskan hukum
(ijtihd) atau peraturan perundang-undangan. Pada satu sisi al-Maslahah al-Maqsdah
menekankan maqsid al-Syar`ah yang telah diformulasikan secara lebih luas. Adapun
metode/pendekatan yang lain, seperti teori naskh Mahmd M. Taha hanyalah menggunakan
maqsid al-Syar`ah saja dalam kerangka model religious utilitarianism, atau
menggunakan pendekatan liberal saja, misalnya hermeneutika, atau HAM Internasional,
seperti Nazariyyat al-Hudd (Teori Batas) Muhammad Syahrr, dan Teori the Double
Movement (Gerak Ganda) Fazlur Rahman, dalam kerangka model religious liberalisme.
Kata kunci; Konvensional, al-Maslahah al-Maqsdah, Reformulasi
A. Pendahuluan
Hukum keluarga mempunyai posisi perceraian, dan waris.1 Pada dasarnya
yang penting dalam Islam. Hukum keluarga sesuatu itu tidak akan terbentuk karena
dianggap sebagai inti syariah. Hal ini tidak adanya sesuatu hal yang
berkaitan dengan asumsi umat Islam yang mendasarinya, seperti halnya hukum
memandang hukum keluarga sebagai pintu keluarga Islam tidak akan pernah ada tanpa
gerbang untuk masuk lebih jauh ke dalam adanya sesuatu yang melatar belakanginya.
agama Islam karena hukum keluarga Sebagaimana dalam ajaran agama
diposisikan sebagai bagian dari muamalah Islam, telah mengatur atau membentuk
yang mengatur hubungan manusia dengan hukum keluarga bagi penganutnya.
manusia lainnya yang bersifat syakhsiyyatan
(keluarga) yakni dalam hal perkawinan, 1 Zuhaili (al), Wahbah, Fiqh Al-Islam Wa
34
sebelumnya. Setelah itu, tercatat dua kali
amandemen terhadap hukum keluarga 4. Aplikasi Konsep Fiqh Konvensional
Mesir yaitu pada tahun 1979 dan 1985. Ke Positivisasi/Perundang-
Reformasi hukum keluarga Mesir antara Undangan
lain terkait dengan masalah poligami, Berbicara tentang hukum keluarga,
wasiat wajibah, warisan, dan pengasuhan tentunya tidak terlepas dari pembicaraan
anak.29 mengenai fiqih karena secara tidak
Hukum Islam dalam bentuk peraturan langsung hampir setiap produk hukum
perundang-undangan di Mesir antara lain muncul dari fikih itu sendiri. Terdapat
dapat dilihat dalam: (1) Perundang- kurang lebih 13 hal yang mengalami
undangan tentang Status Personal dan pembaharuan dalam hukum keluarga
Pemeliharaan(The Laws on Maintenance muslim modern apabila dibandingkan
and Personal Status) yang mengalami dengan konsep fiqih, yakni :32
perubahan-perubahan dalam rentang tahun a. Pembatasan umur minimal untuk
1920-1929, (2) Undang-undang tentang menikah bagi laki-laki dan
Pemeliharaan, Wasiat, dan Wakaf (The perempuan dan perbedaan umur
Laws on In-heritance, Wills, and antara pasangan yang hendak kawin.
Endowment) dalam rentang tahun 1943- b. Peranan wali dalam nikah.
1952, (3) Kitab Undang-undang Hukum c. Pendaftaran dan pencatatan
Perdata dan Undang-undang tentang perkawinan.
Peradilan(Civil Codes and Laws on d. Keuangan perkawinan seperti mas
Courts) dalam rentang 1931-1955, (4) kawin dan biaya perkawinan.
Pembentukan Lembaga Pengawas hukum e. Poligami dan hak-hak istri dalam
personal (Executory Legislation Relating to poligami.
Personal Law) dalam rentang 1955-1976, f. Masalah nafkah istri dan keluarga serta
(5) Amandemen Hukum Status Personal rumah tinggal.
(Personal Status (Amandment Law) tahun g. Talak dan cerai di muka pengadilan.
1985.30 h. Hak-hak wanita yang dicerai
Kodifikasi hukum keluarga itu meliputi suaminya.
hukum perkawinan, perceraian, wasiat, ahliyyah i. Masa hamil dan akibat hukumnya.
(kecakapan bertindak hukum), harta j. Hak dan tanggung jawab pemeliharaan
warisan, dan hibah. Yang dijadikan sebagai anak-anak setelah terjadi perceraian.
bahan rujukan oleh para hakim dalam k. Hak waris bagi anak laki-laki dan
memutuskan berbagai masalah pribadi dan wanita termasuk bagi anak dari anak
keluarga di pengadilan.31 yang terlebih dahulu meninggal (hak
waris keluarga dekat).
29 Pokja Pengarusutamaan Gender Departemen i. Wasiat bagi ahli waris.
Agama RI, Menuju Kompilasi Hukum Islam (KHI) m. Keabsahan dan pengelolaan wakaf
Indonesia Yang Adil Gender, http:// www.fahmina.or.id/
pemikiran-fahmina/fiqh-perempuan/703-menuju- keluarga.
kompilasi- hukum-islam-khi-indonesia-yang-adil- Dari 13 persoalan yang mengalami
gender.html. pembaharuan dalam hukum keluarga muslim
30 Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata, h.
modern, menurut penulis sangat menarik
168. Lihat juga Atho Muzdhar,Hukum Keluarga, h. untuk diuraikan lebih lanjut meskipun
13. Keterangan serupa juga dapat dibaca
pada Ahmad Tholabi Kharlie,Legislasi Hukum Islam Di dalam kesempatan ini tidak semuanya penulis
Dunia Muslim uraikan satu persatu sebagai berikut;
Modern, http://jurnalalrisalah.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=93:legislasi- a. Batasan Umur
hukum-islam-di-dunia-muslim-modern& catid=41:- 1). Perspektif Fikih
al-risalah-volume-9-nomor-1juni-2009&Itemid=57,
akses 1 Novemmber 2010
31 Husni Syams, Op. cit. 32 M.Atho Mudzhar, Op. cit. h. 8.
35
Dalam fikih tidak ditemukan 3
penjelasan secara langsung tentang batasan 6
minimal usia untuk melangsungkan
perkawinan, bahkan Nabi sendiri
mengawini Siti Aisyah pada saat umurnya
baru 6 tahun dan menggaulinya setelah
berumur 9 tahun.33
Meskipun secara terang-terangan
tidak ada petunjuk al- Quran atau hadits
Nabi tentang batas usia perkawinan, namun
ada ayat al-Quran dan begitu pula ada
hadits Nabi yang secara tidak langsung
mengisyaratkan batas usia tertentu.
Adapun al-Quran dalam firman Allah
dalam surat an-Nisa ayat 6 yang artinya:
34
Artinya:
Dan ujilah anak yatim itu
sampai mereka cukup umur untuk kawin.
Dalam ayat di atas dapat dipahami
bahwa nikah itu mempunyai batas umur dan
batas umur itu adalah baligh.
Adapun hadits Nabi adalah hadits dari
Abdullah ibn Masud muttafaq alaih yang
artinya:
Artinya: Wahai para pemuda siapa
diantaramu telah mempunyai
kemampuan dalam persiapan
perkawinan, maka kawinlah.
2) Perspektif Hukum Keluarga di
Mesir
Hukum keluarga Islam di Mesir
menjelaskan bahwa perkawinan hanya dapat
di izinkan jika laki-laki berusia 18 tahun
dan wanita berusia 16 tahun. Dalam ayat 5
pasal 99 Undang-undang susunan
Pengadilan agama tahun 1931, menjelaskan
bahwa tidak didengar gugatan perkara
keluarga apabila usia istri kurang dari 16
tahun atau usia suami kurang dari 18 tahun
kecuali dengan satu ketetapan kami .
Walaupun demikian , di Mesir perkawinan
b. Pencatatan Perkawinan
1). Perspektif fikih
Persoalan pencatatan dalam fikih
klasik bukan menjadi sesuatu yang
signifikan bila dibandingkan dengan tolok
ukur kehidupan modern saat ini, akan tetapi
secara tersirat pada dasarnya di dalam al-
Quran memerintahkan perlunya sistem
administrasi yang rapi dalam urusan hutang
piutang maupun transaksi perjanjian,
kemudian di qiyaskan pada perbuatan hukum
seseorang seperti perkawinan, kewarisan,
perwakafan yang mempunyai akibat hukum
lebih kompleks, pencatatan mempunyai peran
yang lebih penting.
37 Amiur, Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan. 38Syamsul Anwar, Op. cit, h. 108
39 PP No.9 tahun 1975 tentang pelaksanaan
Hukum Perdata Islam di Indonesia.( Jakarta;
kencana) h. 121 Undang-undang Perkawinan
37
diatur dalam UU No.22 tahun Kedatangan Islam dengan ayat-ayat
1946jo. UU No. 32 tahun 1954. poligaminya, kendatipun tidak menghapus
Selanjutnya pada pasal 6 dijelaskan : praktik ini, namun Islam membatasi kebolehan
(1). Untuk memenuhi ketentuan poligami hanya sampai empat orang istri
dalam pasal 5, setiap perkawinan dengan syarat-syarat yang ketat pula seperi
harus dilangsungkan di hadapan dan keharusan berlaku adil di antara para istri.
dibawah pengawasan pegawai Syarat-syarat ini ditemukan di dalam dua
pencatat nikah. ayat poligami yaitu surah an-Nisa:3 dan
(2). Perkawinan yang dilakukakan surah an-Nisa:129.41
diluar pengawasan pegawai Berbeda dalam pandangan fikih,
pencatat nikah tidak mempunyai poligami yang di dalam kitab-kitab fikih
kekuatan hukum. disebut dengan taaddud al-zaujat,
sebenarnya tidak lagi menjadi persoalan.
c. Poligami Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan,
Poligami merupakan salah satu bahwa para ulama sepakat tentang
persoalan dalam perkawinan yang paling kebolehan poligami, kendatipun dengan
banyak dibicarakan sekaligus kontroversial. persyaratan yang bermacam-macam.
Satu sisi poligami di tolak dengan berbagai Menurut para ahli fiqh seperti As-sarakhsi,
macam argumentassi baik yang bersifat al-Kasani maupun As-SyafiI menyatakan
normatif, psikologis bahkan selalu lelaki yang berpoligami wajib berlaku adil
dikaitkan dengan ketidakadilan gender. terhadap istri-istrinya baik meyangkut
Bahkan para penulis barat sering urusan fisik semisal mengunjungi istri di
mengklaim bahwa poligami adalah bukti malam atau di siang hari.42
bahwa ajaran Islam dalam bidang 2). Perspektif Hukum Keluarga di
perkawinan sangat diskriminatif terhadap Mesir
perempuan. Pada sisi lain, poligami Setelah beberapa waktu sesudah
dianggap sebagai salah satu alternatif dibukanya perdebatan mengenai masalah
menyelesaikan persoalan perselingkuhan poligami, pemikiran fikih di Mesir sampai
dan prodtitusi yang memiliki sandaran pada suatu ketegasan bahwa:
normatif yang tegas. a). Keadilan yang dituntut untuk
1). Perspektif fikih dibolehkannya poligami dalam al-
Poligami memiliki akar sejarah yang Quran adalah suatu syarat moral
cukup panjang sepanjang sejarah peradaban yang pelaksanaanya lebih tepat
manusia itu sendiri. Sebelum Islam datang diserahkan kepada suami dan tidak
ke Jazirah Arab, poligami merupakan seyogyanya dianggap sebagai
sesuatu yang telah mentradisi bagi suatu syarat hukum, karena
masyarakat Arab. Poligami masa itu dapat sukarnya pengadilan mengukur
disebut poligami tak terbatas. Lebih dari itu keadilan itu.
tidak ada gagasan keadilan di antara para b). Kenyataan-kenyataan angka
istri. Suamilah yang menentukan statistik yang riil belum sampai
sepenuhnya siapa yang paling ia sukai dan menunjukkan bahwa poligami telah
siapa yang ia pilih untuk dimiliki secara menjadi problem sosial, sebab
tidak terbaras para istri harus menerima belum mencapai angka tiga per
takdir mereka tanpa ada usaha untuk seribu.
memperoleh keadilan.40
40Ahmad Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan. 42 Pendapat ulama ini telah dirangkum cukup
Hukum Perdata islam di Indonesia, Jakarta ; baik oleh khairudin nasution, dalam, status wanita di
Kencana. 2006. asia tenggara;
38
c). Pemecahan hukum yang dibenarkan wasiat, talaq, dan lain. Walaupun pada saat
bagi wanita yang suaminya kawin itu, aturannya masih sebatas pandangan
lagi adalah memberinya hak keagamaan ulama dalam kitab-kitab fikih
meminta pemutusan hubungan abad pertengahan atau kitab klasik
perkawinan dengan syarat ia dapat (konvensional) meskipun belum menjadi
membuktikan adanya kesakitan legal formal seperti masa modern saat ini.
yang menimpanya karena tidak Namun sebagaimana yang terlihat kini,
mendapatkan nafkah, perlakuan hukum keluarga di dunia Islam
kejam, tidak ditiduri atau semacam kontemporer telah terwujud sebagai
itu. legislasi formal yang mana segala aturan
3. Perspektif Hukum Keluarga di yang berkaitan dengan keluarga mengalami
Indonesia banyak bentuk perubahan hukum atau
Kendatipun Undang-undang Perkawinan positivisasi dalam bentuk peraturan
di Indonesia menganut asas monogami perundang-undangan sebagai legislasi formal,
seperti yang terdapat di dalam pasal 3 yang sehingga apa yang menjadi harapan dan
menyatakan Seorang pria hanya boleh menginginkan masyarakat akan adanya
mempunyai seorang istri dan seorang hukum keluarga Islam yang berlaku khusus
wanita hanya boleh mempunyai seorang dapat terlaksana.
suami , namun pada bagian yang lain Table di bawah ini memberikan
dinyatakan bahwa dalam keadaan tertentu gambaran terhadap pembaharuan hukum
poligami dibenarkan. Seorang suami yang keluarga Islam dari fiqh konvensional/klasik
ingin beristri lebih dari seorang dapat menuju positivisasi di Negara Mesir dan
dibolehkan bila dikehendaki oleh pihak- Indonesia sebagai berikut;
pihak yang bersangkutan dan Pengadilan Masalah Fikih Mesir Indonesia
Agama telah mengizinkan (Pasal 3 ayat (2) Batas Di dalam Dala Dalam
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974). umur fikih m Undang-
Dasar pemberian izin poligami oleh dalam tidak ayat 5 undang
Pengadilan Agama diatur dalam Pasal 4 perkawin dijelaska pasal No.7
ayat (2) Undang-undang Perkawinan seperti an n secara 99 tahun
diungkapkan sebagai berikut : langsung Unda 1974
Pengadilan Agama memberikan izin , akan ng- menjelask
kepada seorang suami yang akan beristri tetapi undan an bahwa
lebih dari seorang dengan syarat : dalam g batas usia
a). Istri tidak menjalankan surat an- penga dalam
kewajibannya sebagai istri ; Nisa dilan perkawina
b). Istri mendapat cacat badan atau ayat 6 Agam n adalah
penyakit yang tidak dapat dipahami a untuk
disembuhkan bahwa tahun laki-laki
c). Istri tidak dapat melahirkan batas 1931, 19 tahun
keturunan. umur batas dan
Poligami ditempatkan pada status perkawin usia perempua
hukum darurat (emergency law), atau dalam an laki- n 16
keadaan yang luar biasa (extra ordinary seseoran laki tahun.
circumstance). g adalah 18
baligh. tahun
C. Kesimpulan dan
Pada dasarnya hkum keluarga Islam perem
telah mengatur atau membentuk hukum puan
yang mengatur persoalan keluarga seperti 16
perkawinan, perceraian, warisan, hibah,
39
tahun akiti syarat-
. istri, syarat
Pencatat Di dalam Huku Di apabil tertentu,
an fikih m Indonesia a ada poligami
Perkawin tidak keluar pencatatan unsur ditempatk
an dijelaska ga di perkawina meny an pada
n tentang Mesir, n akiti status
adanya sesuai merupaka maka hukum
pencatata denga n sesuatu sang darurat.
n n hal yang istri
perkawin Ordon sangat boleh
an, tapi asi penting, memi
ada ayat 1897 setiap nta
al-Quran Pasal perkara pemut
yang 31 bisa usan
menganj yang diproses hubun
urkan meny gugatanny gan
mencatat atakan a kalau perka
setiap bahwa ada bukti winan
transaksi , suatu autentik .
muamala perkar (dokumen
h. a nya). Daftar Pustaka
tidak
akan Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata
diteri Islam Indonesia, cet. ke-1 (Jakarta:
ma Kencana, 2006)
gugat
annya Abdullah Saeed, Pemikiran Islam: Sebuah
a Pengantar. (Yogyakarta: Baitul
apabil Hikmah. 2014)
a Ahmad Nurudin dan Azhari Akmal
tidak Tarigan. Hukum Perdata islam di
ada Indonesia.. (Jakarta ; Kencana,2006)
pencat
atan Ahsan Dawi, Pembaruan Hukum Keluarga
dalam di Turki (Studi Atas Perundang-
doku Undangan
men Perkawinan), www.badilag.net/.../Pe
resmi. mbaruan%20Hukum%20Keluarga%2
Poligami Ulama Poliga Poligami 0Di%20 Turki.pdf, akses tanggal 5
sepakat mi dibolehka November 2016
membole dibole n, akan
hkan hkan, tetapi Amir, syarifuddin. Hukum Perkawinan
poligami. denga harus Islam di indonesia.(jakarta: Kencana)
Dengan n dapat izin
batasan syarat dari Amiur, Nuruddin dan Azhari Akmal
empat adil Pengadila Tarigan. Hukum Perdata Islam di
orang dan n Agama. Indonesia.( (Jakarta; kencana, tt)
istri. tidak Dan
meny dengan
40
Fazlur Rahman, Islam, alih bahasa Ahsin
Mohammad, cet. ke-4 (Bandung: Muhammad Daud Ali, Hukum Islam dan
Pustaka, 2000) Peradilan Agama. (Jakarta: P.T. Raja
Grafindo, 1997)
Husni Syams, Urgensi Kodifikasi Hukum
Keluarga,http://www.husnisyams.co. Mohammad Daud Ali, Hukum Keluarga
cc/ 2010/02/kodifikasi-hukum- dalam Masyarakat Kontemporer ,
keluarga-pada-masa.html, akses tanggal Makalah, disajikan pada seminar
5 November 2016. nasional Pengadilan Agama sebagai
Peradilan Keluarga dalam Masyarakat
Isroqunnajah, Hukum Keluarga Islam Di Modern, (Jakarta: Fakultas Hukum
Republik Turki, dalam Atho Muzdhar Universitas Indonesia dan Pusat
dan Khoiruddin Nasution Ikatan Hakim Peradilan Agama,
(ed), Hukum Keluarga Di Dunia 1993)
Islam Modern, cet. ke-1 (Jakarta:
Ciputat Press, 2003) Moh. Zahid, Dua Puluh Lima Tahun
Pelaksanaan Undang-Undang
John J. Donohue @ John L, Islam dan Perkawinan. (Badan Litbang Departemen
Pembaharuan, Ensiklopedi Masalah- Agama RI. 2003)
masalah, Terj. Machnun Husein (Jakarta:
Raja Grafindo persada, 1995) Samsul Wahidin dan Abdurrahman,
Perkembangan Ringkas Hukum Islam
Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata di Indonesia (Jakarta: Akademika
(Keluarga) Islam Indonesia dan Pressindo, 1984) Zuhaili (al),
Perbandingan Hukum Perkawinan Di Wahbah, Fiqh Al-Islam Wa
Dunia Muslim, cet. ke-1 (Yogyakarta: Adillatuhu, Juz 1, (Bairut: Dar al-
Acamedia dan Tazzafa, 2009) Fikr, t.t ),
41