Anda di halaman 1dari 16

KEBERANJAKAN DARI KONSEP KONVENSIONAL

KE DALAM PERUNDANG-UNDANGAN HUKUM


KELUARGA ISLAM
SUARDI ABBAS
Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung
Jl. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung
email: abbassuardi@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini membuktikan bahwa metode al-Maslahah al-Maqsdah adalah metode
ijtihd alternatif kontemporer (manhaj al-ijtihd al-mu`sir), karena relevansinya dengan
maqsid al-Syar`ah. al-Maslahah al-Maqsdah merupakan bentuk baru (wajhun jadd) dari
konsep konvensional beranjak pada reformulasi perundang-undangan atau bisa juga di artikan
sebagai model al-maslahah post-kontemporer. Rumusan baru itu dibuat karena model al-
maslahah konvensional dipandang tidaklah tepat, terlebih lagi klasifikasi maslahah mulghah,
sehingga perlu direformulasi. Wujud reformulasi ini adalah sebuah kontruksi baru yang
penulis sebut dengan al-Maslahah al-Maqsdah sebagai metode ijtihd alternatif
kontemporer (manhaj al-ijtihd al-mu`sir). Relevansi al-Maslahah al-Maqsdah dengan
maqsid al-Syar`ah dan HAM tersebut berwujud dalam bentuk penggunaan maqsid al-
Syar`ah dan HAM sebagai paradigma al-Maslahah al-Maqsdah dalam merumuskan hukum
(ijtihd) atau peraturan perundang-undangan. Pada satu sisi al-Maslahah al-Maqsdah
menekankan maqsid al-Syar`ah yang telah diformulasikan secara lebih luas. Adapun
metode/pendekatan yang lain, seperti teori naskh Mahmd M. Taha hanyalah menggunakan
maqsid al-Syar`ah saja dalam kerangka model religious utilitarianism, atau
menggunakan pendekatan liberal saja, misalnya hermeneutika, atau HAM Internasional,
seperti Nazariyyat al-Hudd (Teori Batas) Muhammad Syahrr, dan Teori the Double
Movement (Gerak Ganda) Fazlur Rahman, dalam kerangka model religious liberalisme.
Kata kunci; Konvensional, al-Maslahah al-Maqsdah, Reformulasi

A. Pendahuluan
Hukum keluarga mempunyai posisi perceraian, dan waris.1 Pada dasarnya
yang penting dalam Islam. Hukum keluarga sesuatu itu tidak akan terbentuk karena
dianggap sebagai inti syariah. Hal ini tidak adanya sesuatu hal yang
berkaitan dengan asumsi umat Islam yang mendasarinya, seperti halnya hukum
memandang hukum keluarga sebagai pintu keluarga Islam tidak akan pernah ada tanpa
gerbang untuk masuk lebih jauh ke dalam adanya sesuatu yang melatar belakanginya.
agama Islam karena hukum keluarga Sebagaimana dalam ajaran agama
diposisikan sebagai bagian dari muamalah Islam, telah mengatur atau membentuk
yang mengatur hubungan manusia dengan hukum keluarga bagi penganutnya.
manusia lainnya yang bersifat syakhsiyyatan
(keluarga) yakni dalam hal perkawinan, 1 Zuhaili (al), Wahbah, Fiqh Al-Islam Wa

Adillatuhu, Juz 1, (Bairut: Dar al-Fikr, t.t ), h. 56.


27
Walaupun pada saat itu, aturannya masih Berdasarkan latar belakang di atas kiranya
sebatas pandangan keagamaan ulama dan penulis tertarik meneliti lebih jauh dalam
belum menjadi legal formal seperti masa bentuk karya ilmiah berkenaan dengan
modern saat ini.2 Namun sebagaimana yang keberanjakan konsep konvensional dalam
terlihat kini, hukum keluarga di dunia Islam legislasi perundang-undangan hukum keluarga
kontemporer telah terwujud sebagai Islam, sehingga dalam hal ini penulis
legislasi formal yang mana segala aturan merumuskan permasalahan sebagai berikut;
yang berkaitan dengan keluarga mengalami Bagaimanakah konsepsi hukum keluarga
banyak bentuk perubahan hukum seperti Islam?, Apa saja metode pembaharuan
perkawinan, perceraian, dan lain sebagainya hukum keluarga Islam?, Bagaimana
yang tidak bisa disamakan dengan yang aplikasi hukum keluarga Islam
beragama non muslim, sehingga masyarakat konvensional dalam peraturan perundang-
menginginkan adanya hukum keluarga undangan hukum keluarga Islam?
Islam yang berlaku khusus..
Berkaitan dengan perkembangan B. Pembahasan
legislasi dan pembaharuan materi hukum 1. Konsepsi Hukum Keluarga
keluarga di beberapa Negara Islam Hukum keluarga dalam pengertian sempit
kontemporer seperti Aljazair, Mesir, Tunisia yakni hukum perkawinan dan perceraian,
dan Indonesia, sebenarnya sudah berlaku jauh terdapat dalam berbagai kitab fiqhi di suatu
pada masa Abbasiyah tetapi belum negara. Pada umumnya kitab-kitab itu adalah
terealisasi sampai akhir masa dinasti Turki hasil ijtihad pada mujhid dari berbagai
Utsmani.3 tingkatan untuk memenuhi kebutuhan
Adanya tuntutan legislasi syariat hukum masyarakat muslim pada masanya.
dengan berbagai macam hal yang Hukum keluarga yang demikian dapat
melatarbelakangi kembali munculnya ditelusuri dalam kitab-kitab fikhi berbagai
tuntutan legislasi setelah peradaban Barat mazhab, seperti empat mazhab dalam sunni
berhasil melakukan penetrasi ke seluruh (Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali) dan tiga
negara Islam. Akan tetapi, para ulama pada syiah (Itsna Asyari, Ismaili dan
belum memiliki kesiapan untuk menjadikan Zaidi).5
syariat dari lembaran-lembaran kitab fikih Hukum keluarga secara garis besar
menjadi rancangan hukum positif.4 dapat dimaknai hukum mengatur tentang
Indonesia lahirnya Undang-Undang pertalian kekeluargaan. Pertalian kekeluargaan
No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan ini dapat terjadi karena pertalian darah,
KHI (Kompilasi Hukum Islam) sebagai ataupun terjadi karena adanya sebuah
legalisasi hukum keluarga Islam dan perkawinan. Kekeluargaan ditinjau dari
jawaban dari keresahan, ketidakpastian serta hubungan darah atau bisa disebut dengan
tuntutan masyarakat muslim untuk menjadi kekeluargaan sedarah ialah pertalian
pedoman, dan rujukan dalam mengatasi keluarga yang terdapat antara beberapa
permasalahan seputar hukum keluarga orang yang mempunyai leluhur yang sama.
Islam di Indonesia. Kekeluargaan karena perkawinan ialah
pertalian keluarga yang terjadi karena sebab
perkawinan antara seseorang dengan
2
keluarga yang tidak sedarah dari istri
Thonthowi, Hukum Keluarga Islam di dunia
Islam Kontemporer, Jurnal Studi Islam (suaminya).
Mukaaddimah No. 19 (Yogyakarta: PTAIS DIY, Adapun sumber hukum keluarga Islam
2005), h. 345. adalah al-Quran dan al-Hadits. Kedua
3 John J. Donohue @ John L, Islam dan

Pembaharuan, Ensiklopedi Masalah-masalah, Terj.


Machnun Husein (Jakarta: Raja Grafindo persada, 5 Muhammad Daud Ali, Hukum Islam dan

1995), h. 364. Peradilan Agama. (Jakarta: P.T. Raja Grafindo,


4 Thonthowi, Op.cit. h. 359
1997), h. 90-91
28
sumber tersebut kemudian digali yang diterjemahkan menjadi kitab undang-undang
hasilnya dapat berupa fiqh, fatwa dan hukum perdata, hukum acara perdata
bahkan peraturan perundang-undangan (reglemen Indonesia yang diperbarui) warisan
(qnun). Tidak diragukan lagi bahwa banyak Belanda, dan hukum-hukum lain,
fiqh yang ditulis para ulama terkait dengan berdasarkan asas konkordansi, adanya
hukum keluarga Islam. Fiqh yang berkaitan pengaruh hukum Barat yang tidak bisa
dengan perkawinan dengan segala akibat dinaifkan begitu saja. Seperti halnya bidang
hukumnya banyak terkondifikasi dalam fiqh pencatatan dalam perkawinan, kewarisan,
munkahat. Sedangkan fiqh yang terkait perwakafan, wasiat dan sebagainya. Upaya
dengan pewarisan terkondifikasi dalam fiqh akomodasi ataupun rekonsiliasi hukum
mawarits. Meskipun tidak berlaku secara keluarga Islam agar sesuai dengan
yuridis formal, kedua produk hukum perkembangan zaman demi menciptakan
tersebut dapat dikategorikan sebagai hukum ketertiban masyarakat menjadi salah satu
yang tertulis. Karena itu agar berlaku secara bukti dari keunikan tersebut.7
formal, produk hukum Islam (fiqh maupun Turki penerapan hukum Islam dalam
fatwa) harus diadopsi menjadi peraturan terma kenegaraan secara serius dan
perundang-undangan. sistematis dimulai pada masa Umar bin
Indonesia merupakan negara yang Abdul Aziz. Kumpulan hukum (fiqh) yang
jumlah mayoritas penduduknya beragama mengatur hal-hal pokok dilaksanakan
Islam, namun konstitusi negaranya tidak secara seragam, namun berkaitan dengan
menyatakan diri sebagai negara Islam hal-hal yang detail banyak terjadi perbedaan
melainkan sebagai negara yang mengakui karena praktek-praktek setempat dan variasi-
otoritas agama dalam membangun karakter variasi yang berbeda sebagai hasil ijtihad
bangsa. Indonesia mengakomodir hukum- para ulama.8
hukum agama sebagai sumber legislasi Pembaruan hukum keluarga dalam
nasional, selain hukum adat dan hukum format perundang-undangan hukum
barat. Kondisi demikian menyebabkan keluarga dimulai pada tahun 1917 dengan
hukum Islam sebagai salah satu sistem disahkannya The Ottoman Law of Family
hukum di dunia ini seperti lenyap di Rights (Undang-undang tentang hak-hak
permukaan kecuali hukum keluarga.6 keluarga) oleh Pemerintah Turki.
Pembaharuan hukum Islam, Indonesia Pembaruan hukum keluarga di Turki
cendrung menempuh jalan kompromi antara merupakan tonggak sejarah pembaruan hukum
syariah dan hukum sekuler. Hukum keluarga di dunia Islam dan mempunyai
keluarga di Indonesia dalam upaya pengaruh yang besar terhadap
perumusannya selain mengacu pada kitab- perkembangan hukum keluarga di negara-
kitab fikih klasik, fikih modern, himpunan negara lain.
fatwa, keputusan pengadilan (yurisprudensi), Pembaruan hukum keluarga Turki telah
juga ditempuh wawancara kepada seluruh dimulai pada tahun 1876. Pada tahu
ulama Indonesia. Pengambilan terhadap tersebut Turki telah mempersiapkan sebuah
hukum barat sekuler memang tidak secara undang-undang civil yang didasarkan pada
langsung dapat dibuktikan, tetapi karena di mazhab Hanafi, yaitu yang disebut
Indonesia berjalan cukup lama hukum dengan Majallat al-Ahkam al-Ardliyyah,
perdata (Burgelijk Wetbook) yang

6 Mohammad Daud Ali, Hukum Keluarga


dalam Masyarakat Kontemporer , Makalah, 7 Abdullah Saeed, Pemikiran Islam: Sebuah
disajikan pada seminar nasional Pengadilan Agama Pengantar. (Yogyakarta: Baitul Hikmah.2014), h.
sebagai Peradilan Keluarga dalam Masyarakat 103
8 Fazlur Rahman, Islam, alih bahasa Ahsin
Modern, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas
Indonesia dan Pusat Ikatan Hakim Peradilan Agama, Mohammad, cet. ke-4 (Bandung: Pustaka, 2000), h.
1993) 108.
29
tetapi di dalamnya belum ada aturan d. Menafsirkan kembali teks nas untuk
perkawinan dan warisan.9 menyesuaikan dengan kebutuhan
Mesir mengkodifikasi hukum Islam dan tuntutan modern.
yang sesungguhnya baru terlaksana pada
tahun 1293 H/1876 M oleh Kerajaan Turki 3. Kontektualiasi Hukum Keluarga Islam
Usmani (Ottoman) dengan menerbitkan di Negara-negara Muslim
kitab yang berjudul Majallat al-Ahkam al- Berbicara kontektualisasi hukum
Ardliyyah yang diberlakukan di seluruh keluarga Islam di Negara-negara Muslim
wilayah kekuasaan Turki Usmani ketika itu kali ini hanya sebagian kecil saja dari
sampai dasawarsa ketiga abad ke-20. beberapa negara muslim yang telah
Kodifikasi hukum yang dihimpun ulama melakukan pembaharuan hukum keluarga
fiqh di zaman Turki Usmani ini hanya Islam. Dalam hal ini Negara-negara yang
mencakup bidang muamalah dan hanya dimaksud adalah Indonesia, Turki, dan
bersumber dari Mazhab Hanafi. Mesir dan Mesir. dianggap sebagai pelopor dalam
Suriah, yang tidak tunduk sepenuhnya pembaharuan hukum keluarga Islam di dunia,
kepada kerajaan Turki Usmani, tidak menerima karena memang Turki dan Mesir adalah
kodifikasi hukum fiqh tersebut karena Negara yang telah melakukan
mayoritas umat Islam di kedua tempat itu pembaharuan hukum keluarga Islam
bermazhab Syafi'i.10 pertama kali. Adapun Indonesia, sebagai
negara dengan jumlah penduduk muslim
2. Metode pembaharuan Hukum terbesar di dunia dianggap sebagai negara
Keluarga Islam yang relatif terlambat dalam melakukan
Secara garis besar metode pembaharuan di bidang hukum keluarga
pembaharuan hukum keluarga Islam yang Islam. Karena itu ketiga negara tersebut,
digunakan dalam melakukan pembaharuan menurut penulis sangat menarik untuk
bisa dikelompokkan menjadi empat diuraikan lebih lanjut.
kelompok besar, yakni :11
a. Menggunakan metode talfiq, yakni a. Positivisasi Hukum Keluarga
dengan mengabungkan pendapat Islam di Indonesia
dua atau lebih mazhab dalam fiqih, Ketika zaman Kolonial Hindia Belanda
baik pandangan yang digabungkan berkepentingan untuk mengukuhkan pengaruh
antar mazhab popular maupun salah dan kekuasaannya atas warga jajahan
satu diantaranya dari pandangan dengan cara mengatur mereka melalui
pribadi tokoh. serangkaian produk undang-undang,
b. Menggunakan metode takhayyur termasuk di dalamnya hukum perkawinan,
yakni dengan memilih salah satu yang merupakan rekomendasi dari hasil
pandangan imam mazhab yang lebih kongres Perempuan ke-2. Melalui
sesuai dengan kebutuhan. pengaturan inilah tata kependudukan negara
c. Menggunakan siyasah syariyyah jajahan diatur. Pada masa itu pembuatan
(demi kepentingan umum) dan pembahasan RUU Perkawinan
(Ordonansi) dari pemerintah penjajah tidak
sepenuhnya sesuai dengan harapan warga
9 Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata (Keluarga)
bangsa, bahkan terkesan setengah hati, karena
Islam Indonesia dan Perbandingan Hukum
Perkawinan Di Dunia Muslim, cet. ke-1
isinya disamping berlaku untuk seluruh
(Yogyakarta: Acamedia dan Tazzafa, 2009), h. 166. penduduk bumi putra tanpa membedakan
10 Husni Syams, Urgensi Kodifikasi Hukum agama dan suku bangsa, juga sangat banyak
Keluarga,http://www.husnisyams.co.cc/ 2010/02/ko bertentangan dengan hukum Islam, sehingga
difikasi-hukum-keluarga-pada-masa.html, akses oleh organisasi-orgaisasi Islam rancangan
tanggal 5 November 2016.
11 M.Atho Mudzhar, Hukum Keluarga di Dunia ordonansi itu ditolak, dan akhirnya urung
Islam Modern,Jakarta: Ciputat Press, 2003, h. 3.
30
dibicarakan dalam Dewan Rakyat Haluan Negara (GBHN) dijelaskan bahwa
(Volksraad) saat itu.12 posisi Agama tidak dapat secara etis
Jauh sebelum kemerdekaan, Raden dibandingkan dengan hukum-hukum yang
Ajeng Kartini (1879-1904) di Jawa Tengah berlaku dalam Negara. Hukum Islam
dan Rohana Kudus di Minangkabau adalah merupakan syariat yang mengikat kepada
tokoh yang telah lama mengkritik keburukan- pemeluknya semata, dan norma-norma
keburukan yang diakibatkan oleh yang ada merupakan nilai yang sifatnya
perkawinan di bawah umur, perkawinan pribadi dan menyangkut hubungan manusia
paksa, poligami dan talak. Khusus pada sebagai makhluk dengan Tuhan-Nya sebagai
kasus poligami, Puteri Indonesia bekerja pencipta.16
sama Persaudaraan Isteri, Perrsatuan
Isteri dan Wanita Sejat pada tanggal 13 1). Latar Belakang Lahirnya
Oktober 1929 membuat kesepakatan Undang-Undang Nomor 1
tentang larangan poligami. Sejalan dengan Tahun 1974
itu, pada bulan Juli 1931 kongres Isteri Sedar Lahirnya UU Nomor 1 Tahun 1974
memperkuat larangan poligami yang Tentang Perkawinan merupakan hasil
kemudian ditetapkan pada tanggal 13 kompromi anggota-anggota Parlemen, yang
Oktober 1929.13 sebelumnya telah dilalui dengan perjuangan
Begitu juga di awal kemerdekaan, orde dan perdebatan panjang yang melelahkan.
lama menggunakan pengaturan bidang Perjuangan dan Perdebatan panjang yang
perkawinan (UU No. 22 Tahun 1946) dimaksud karena sebelum UU Nomor 1
sebagai kompromi dengan kepentingan tahun 1974 disahkan oleh DPR (2 Januari
berbagai kelompok yang menghendaki 1974), telah ada dua RUU perkawinan yang
kesatuan antara hukum negara dan agama masuk dan dibahas di Parlemen, yakni
dalam kehidupan umum, artinya RUU tentang perkawinan Umat Islam (22
pembentukan perundang-undangan tentang Mei 1967) dan RUU tentang Ketentuan-
perkawinan harus berbentuk unifikasi, dan Ketentuan Pokok Perkawinan (7 September
berlaku bagi seluruh penduduk 1968). Namun kedua RUU tersebut tidak
14
Indonesia. Di sini perempuan lebih parah bisa diselesaikan sebagaimana yang
nasibnya, karena dalam perkembangannya diharapkan karena tidak ada kata sepakat di
di kemudian hari banyak terjadi perceraian antara anggota Parlemen ketika itu sehingga
yang sewenang-wenang dan perkawinan Presiden menarik kembali kedua RUU
perempuan di bawah umur.15 tersebut pada tanggal 31 Juli 1973. 17
Sementara pada masa Orde Baru, Sebagai respon atas kegagalan
pemerintah menggunakan pengaturan diundangkannya dua RUU perkawinan di atas,
perkawinan sebagai sarana pendukung strategi muncul berbagai tuntutan kepada
pembangunan, meskipun harus berkompromi pemerintah untuk segera membuat UU
dengan kepentingan kelompok dominan Islam, perkawinan dan memberlakukannya kepada
sehingga sempat menghasilkan RUU seluruh warga Indonesia. Tuntutan itu di
Perkawinan khusus untuk umat Islam antaranya datang dari ISWI (Ikatan Sarjana
walaupun akhirnya gagal diundangkan. Wanita Indonesia) dan badan Musyawarah
Penegasan serupa kembali dikumandangkan Organisasi-organisasi Wanita Islam Indonesia).
pemerintah dalam sidang MPR hasil pemilu 18

1971, dimana dalam Garis-Garis Besar


16 Samsul Wahidin dan Abdurrahman,
12 Moh. Zahid, Dua Puluh Lima Tahun Perkembangan Ringkas Hukum Islam di Indonesia
Pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan.(Badan (Jakarta: Akademika Pressindo, 1984), h. 99.
Litbang Departemen Agama RI. 2003), h. 12. 17 Pernyataan tersebut dimuat dalam pengantar
13 Ibid., h. 33.
rancangan UU tentang perkawinan.
14 Ibid., h. 15 18 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum
15 Khoiruddin Op. cit, h. 30. Perdata Islam Indonesia, cet. ke-1 (Jakarta:
31
Pada tanggal 22 Desember 1973, nasional, sehingga dapat
Pemerintah mengajukan kembali RUU menimbulkan putusan yang berbeda
perkawinan yang baru. Setelah dibahas di di antara pengadilan agama yang
DPR kurang lebih selama tiga bulan dan satu dengan yang lain walaupun
mengalami beberapa perubahan, akhirnya dalam kasus yang serupa,
pada sidang paripurna (tanggal 2 Januari disamping itu juga membuat
1974) RUU tersebut disahkan dan kehadiran PA sebagai salah satu
diundangkan sebagai UU Nomor 1 Tahun kekuasaan kehakiman menjadi tidak
1974 Tentang Perkawinan, Lembaran terpenuhi persyaratannya.
Negara (LN) Nomor 1 Tahun 1974, Menyikapi dan juga
Tambahan LN Nomor Tahun 3019/1974.19 memperhatikan kondisi
Dari uraian di atas, kelihatan sekali tersebut, serta dikaitkan dengan
bahwa secara historis ada beberapa faktor kebutuhan yang sangat mendesak
yang menyebabkan munculnya UU Nomor di sisi lain, maka dicapai
1 Tahun 1974 antara lain: kesepakatan antara Menteri
a). Kebutuhan Bersama Agama dengan Ketua Mahkamah
b). Semangat Nasionalisme Agung saat itu untuk mencarikan
(menjaga ke-behinnekaan) solusi dengan menempuh jalur
c). Pelaksanaan pasal 29 ayat (2) singkat dalam bentuk Kompilasi,
UUD 1945 maka kemudian lahirlah Surat
d). Perbedaan Pendapat Di Keputusan Bersama (SKB)
kalangan Umat Islam aantara Ketua mahkamah Agung
dan Menteri Agama tanggal 21
2). Latar Belakang Lahirnya Maret 1985 No.07/KMA/1985 dan
Kompilasi Hukum Islam No.25 tahun 1985 yang
a). Latar Belakang Penyusunan menugaskan penyusunan hukum
KHI positif Perdata Islam dalam Kitab
Kompilasi Hukum Islam (Inpres Hukum Kompilasi kepada
Nomor 1 Tahun 1991) hanyalah Panitia, dengan ketentuan harus
merupakan jalan pintas yang bersifat menggali dan mengkaji sedalam
sementara, dengan harapan suatu dan seluas mungkin sumber-sumber
saat nanti akan lahir Kitab hukum Islam yang terdapat dalam
Undang-Undang Pertada Islam al-Quran dan Sunnah, disamping
yang lebih permanen. Dikatakan kitab-kitab fiqh Imam Mazhab
sebagai jalan pintas karena yang kemudian dijadikan
memang sangat mendesak dan orientasi, bahkan juga sempat
dibutuhkan, dimana lembaga melakukan studi banding ke
Peradilan Agama (PA) yang berbagai negara-negara yang
dinyatakan sah berdiri sejajar berbasis Islam.20
dengan badan peradilan lainnya Untuk melegalkan, maka
melalui UU Nomor 14 Tahun direkayasalah Kompilasi tersebut
1970 tentang Pokok-Pokok dalam bentuk Intruksi Presiden
Kekuasaan Kehakiman, dan pada tanggal 10 Juni 1991. Dan
kemudian dipertegas melalui UU pernyataan berlakunya dikukuhkan
Nomor 7 tahun 1989, ternyata dengan Keputusan Menteri
tidak memiliki hukum materiil Agama Nomor 154 tahun 1991,
yang seragam (unifikatif) secara tanggal 22 Juli 1991. Dengan
demikian sejak itu pula Kitab
Kencana, 2006), h. 4.
19 Ibid., h. 5-6. 20 Khoiruddin Nasution, Op.cit. h. 57-59.
32
Kompilasi Hukum Islam (KHI) masyarakat setempat. Ia
resmi berlaku sebagai hukum mengarah kepada unifikasi
yang dipergunakan dan mazhab dalam hukum Islam.
diterapkan oleh instansi Oleh karena itu, di dalam sistem
Pemerintah dan masyarakat yang hukum di Indonesia ini
memerlukannya dalam penyelesaian merupakan bentuk terdekat
masalah-masalah yang berkenaan dengan kodifikasi hukum yang
dengan perkawinan, hibah, wakaf menjadi arah pembangunan
dan kewarisan. hukum nasional di Indonesia.22
b). Landasan Yuridis Uraian di atas telah menunjukan
Landasan yuridis mengenai benang merah sebagai gambaran
perlunya hakim memperhatikan bahwa yang menjadi faktor
kesadaran penyebab lahirnya KHI tersebut
hukummasyarakat adalah antara lain:
Undang-Undang No. 4 Tahun a). Kekosongan Hukum
2004 Pasal 28 ayat 1 yang b). Amanat Undang-Undang
berbunyi: Hakim wajib Nomor 1 Tahun 1974
menggali, mengikuti, dan c). Banyaknya Mazhab Fiqh yang
memahami nilai-nilai hukum dan dianut di Indonesia serta tidak
rasa keadilan yang hidup dalam adanya persamaan persepsi
masyarakat. Selain itu, Fikih dalam mendefinisikan hukum
Islam mengungkapkan kaidah: Islam, antara syariat dengan
Hukum Islam dapat berubah karena fiqh
perubahan waktu, tempat, dan
keadaan. Keadaan masyarakat itu b. Pembaharuan Hukum Keluarga
selalu berkembang, karenanya Islam di Turki
pelaksanaan hukum menggunakan Pada tahun 1915, kerajaan Turki
metode yang sangat mengeluarkan dua dekrit yang mereformasi
memperhatikan rasa keadilan hukum matrimonial (yang berhubungan dengan
masyarakat. Diantara metode itu perkawinan) dalam mazhab Hanafi yang secara
ialah maslahat mursalah, lokal terkait dengan hak-hak perempuan
istihsan, istishab, dan urf.21 terhadap perceraian. Dalam dekrit tersebut
c). Landasan fungsional. digunakan prinsip takhayyur (eklektik)
Kompilasi Hukum Islam adalah dengan mengambil sumber dari mazhab
fikih Indonesia karena ia disusun Hanbali dan Hanafi. Dinyatakan dalam dua
dengan memperhatikan kondisi dekrit tersebut bahwa perempuan
kebutuhan hukum umat Islam diperbolehkan mengupayakan perceraian atas
Indonesia. Fikih Indonesia dimaksud dasar ditinggalkan suami atau karena
adalah fikih yang telah penyakit yang di deritanya.23
dicetuskan oleh Hazairin dan Dua tahun kemudian, Imperium
T.M. Hasbi Ash-Shiddiqi. Fikih mengeluarkan undang-undang tentang
sebelumnya mempunyai tipe fikih hukum matrimonial. UU tersebut terdiri
lokal semacam fikih Hijazy, fikih dari 156 pasal yang berisi tentang hak-hak
Mishry, fikih Hindy, fikih lain-lain dalam keluarga (minus pasal mengenai
yang sangat mempehatikan
kebutuhan dan kesadaran hukum 22 Ibid, h. 101
23 Isroqunnajah, Hukum Keluarga Islam Di Republik
Turki, dalam Atho Muzdhar dan Khoiruddin
21 Zainuddin Ali, Hukum Islam : Pengantar Nasution (ed), Hukum Keluarga Di Dunia Islam
Ilmu Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, Modern, cet. ke-1 (Jakarta: Ciputat Press, 2003), h.
2006), h. 100 39.
33
waris). UU inilah yang kemudian diberi dipahami bahwa hukum keluarga di Turki
nama Qanun Qarar al-Huquq al-Ailah al- telah mengalami beberapa kali perubahan.
Uthmaniyyah (the Ottoman Law of Family Hukum tentang hak-hak keluarga tahun
Rights) Tahun 1917. Penetapan UU ini 1917 (The Ottoman Law of Family Rights)
didorong semangat takhayyur, proses diperbarui dengan Hukum Perdata Turki
legilslasi yang mulai menjadi ternd pada era Tahun 1926 (Turkish Civil Code, 1926),
itu dan kemudian diperkenalkan ke seluruh kemudian diamandemen dua kali, tahapan
dunia muslim sebagai cita-cita umum tahun 1933-1956 dan tahun 1988-1992.
kodifikasi dan reformasi hukum keluarga.24
Pasca konferensi Perdamaian Laussane c. Pembaharuan Hukum Keluarga
tahun 1923, pemerintah Turki membentuk Islam di Mesir
komisi hukum untuk mempersiapkan Setelah perang dunia ke-2,
hukum perdata baru. Komisi tersebut bermunculan kodifikasi hukum di berbagai
berusaha menempatkan hukum tentang hak- negara Arab, yang diawali oleh Mesir pada
hak keluarga tahun 1917 Majallat al-Ahkam tahun 1875 dan diikuti pula oleh kodifikasi
al-Ardliyyah tahun 1876 dan hukum tahun 1883. Kodifikasi Mesir ini
tradisional yang tidak tertulis ke dalam merupakan campuran antara hukum Islam
hukum baru yang menyeluruh. Namun akibat dan hukum Barat (Eropa). Setelah itu, pada
dari perbedaan pendapat yang tajam di tahun 1920, Muhammad Qudri Pasya,
kalangan modernis dan tradisional berakibat seorang pakar hukum Mesir, membuat
pada komite hukum kacau dan kodifikasi hukum Mesir bidang perdata
dibubarkan. 25
yang diambil secara murni dari hukum
Guna mengisi kekosongan hukum Islam (fiqh). Lebih lanjut, kodifikasi di
pasca kegagalan komisi hukum tersebut, Mesir mengalami beberapa kali perubahan,
Pemerintah Turki mengadopsi hukum antara lain pada tahun 1920, 1929, dan
perdata Swiss tahun 1912 (The Civil Code 1952.27
of Switzerland, 1912) dengan beberapa Kajian tersendiri terhadap masalah
perubahan yang disesuaikan dengan kondisi hukum keluarga baru dimulai sekitar paruh
Turki dan diundangkan dalam hukum kedua abad ke-19. Sebelumnya hukum
perdata Turki tahun 1926 (The Turkish Civil perseorangan dan keluarga itu tersebar
Code of 1926). Dalam beberapa hal dalam berbagai bab fiqh. Orang yang
ketentuan dalam hukum perdata Turki pertama memisahkannya dalam suatu kajian
tahun 1926 sangat menyimpang dari hukum tersendiri adalah Muhammad Qudri Pasya,
Islam tradisonal, seperti ketentuan waris ahli hukum Islam di Mesir. Dialah orang
dan wasiat yang mengacu pada hukum pertama yang mengkodifikasikan al-Ahwal as-
perdata Swiss tahun 1912. Materi yang Syakhsiyyah dalam suatu buku yang
menonjol dalam hukum perdata Turki tahun berjudul al-Ahkamas-Syar'iyyah fi al-Ahwal
1926 adalah ketentuan-ketentuan tentang as-Syakhsiyyah (hukum syari'at atau agama
pertunangan (terutama masalah taklik talak), dalam hal keluarga).28
batas usia minimal untuk kawin, larangan Secara historis, pembaharuan hukum
menikah, poligami, pencatatan perkawinan, keluarga di Mesir dimulai sekitar tahun
pembatalan perkawinan, perceraian, dan 1920. Pada tahun ini, seri pertama
lain-lain.26 Dari uraian di atas dapat rancangan undang-undang hukum keluarga
resmi diundangkan. Pada tahun 1929
24Ibid., h. 40. dilakukan amandemen kedua terhadap
25 Ahsan Dawi, Pembaruan Hukum Keluarga beberapa pasal pada undang-undang
di Turki (Studi Atas Perundang-Undangan
Perkawinan),
www.badilag.net/.../Pembaruan%20Hukum%20Kelu 26 Ibid.
arga%20Di%20Turki.pdf, akses tanggal 1 27 Ibid.
November 2010. 28 Ibid.

34
sebelumnya. Setelah itu, tercatat dua kali
amandemen terhadap hukum keluarga 4. Aplikasi Konsep Fiqh Konvensional
Mesir yaitu pada tahun 1979 dan 1985. Ke Positivisasi/Perundang-
Reformasi hukum keluarga Mesir antara Undangan
lain terkait dengan masalah poligami, Berbicara tentang hukum keluarga,
wasiat wajibah, warisan, dan pengasuhan tentunya tidak terlepas dari pembicaraan
anak.29 mengenai fiqih karena secara tidak
Hukum Islam dalam bentuk peraturan langsung hampir setiap produk hukum
perundang-undangan di Mesir antara lain muncul dari fikih itu sendiri. Terdapat
dapat dilihat dalam: (1) Perundang- kurang lebih 13 hal yang mengalami
undangan tentang Status Personal dan pembaharuan dalam hukum keluarga
Pemeliharaan(The Laws on Maintenance muslim modern apabila dibandingkan
and Personal Status) yang mengalami dengan konsep fiqih, yakni :32
perubahan-perubahan dalam rentang tahun a. Pembatasan umur minimal untuk
1920-1929, (2) Undang-undang tentang menikah bagi laki-laki dan
Pemeliharaan, Wasiat, dan Wakaf (The perempuan dan perbedaan umur
Laws on In-heritance, Wills, and antara pasangan yang hendak kawin.
Endowment) dalam rentang tahun 1943- b. Peranan wali dalam nikah.
1952, (3) Kitab Undang-undang Hukum c. Pendaftaran dan pencatatan
Perdata dan Undang-undang tentang perkawinan.
Peradilan(Civil Codes and Laws on d. Keuangan perkawinan seperti mas
Courts) dalam rentang 1931-1955, (4) kawin dan biaya perkawinan.
Pembentukan Lembaga Pengawas hukum e. Poligami dan hak-hak istri dalam
personal (Executory Legislation Relating to poligami.
Personal Law) dalam rentang 1955-1976, f. Masalah nafkah istri dan keluarga serta
(5) Amandemen Hukum Status Personal rumah tinggal.
(Personal Status (Amandment Law) tahun g. Talak dan cerai di muka pengadilan.
1985.30 h. Hak-hak wanita yang dicerai
Kodifikasi hukum keluarga itu meliputi suaminya.
hukum perkawinan, perceraian, wasiat, ahliyyah i. Masa hamil dan akibat hukumnya.
(kecakapan bertindak hukum), harta j. Hak dan tanggung jawab pemeliharaan
warisan, dan hibah. Yang dijadikan sebagai anak-anak setelah terjadi perceraian.
bahan rujukan oleh para hakim dalam k. Hak waris bagi anak laki-laki dan
memutuskan berbagai masalah pribadi dan wanita termasuk bagi anak dari anak
keluarga di pengadilan.31 yang terlebih dahulu meninggal (hak
waris keluarga dekat).
29 Pokja Pengarusutamaan Gender Departemen i. Wasiat bagi ahli waris.
Agama RI, Menuju Kompilasi Hukum Islam (KHI) m. Keabsahan dan pengelolaan wakaf
Indonesia Yang Adil Gender, http:// www.fahmina.or.id/
pemikiran-fahmina/fiqh-perempuan/703-menuju- keluarga.
kompilasi- hukum-islam-khi-indonesia-yang-adil- Dari 13 persoalan yang mengalami
gender.html. pembaharuan dalam hukum keluarga muslim
30 Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata, h.
modern, menurut penulis sangat menarik
168. Lihat juga Atho Muzdhar,Hukum Keluarga, h. untuk diuraikan lebih lanjut meskipun
13. Keterangan serupa juga dapat dibaca
pada Ahmad Tholabi Kharlie,Legislasi Hukum Islam Di dalam kesempatan ini tidak semuanya penulis
Dunia Muslim uraikan satu persatu sebagai berikut;
Modern, http://jurnalalrisalah.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=93:legislasi- a. Batasan Umur
hukum-islam-di-dunia-muslim-modern& catid=41:- 1). Perspektif Fikih
al-risalah-volume-9-nomor-1juni-2009&Itemid=57,
akses 1 Novemmber 2010
31 Husni Syams, Op. cit. 32 M.Atho Mudzhar, Op. cit. h. 8.
35
Dalam fikih tidak ditemukan 3
penjelasan secara langsung tentang batasan 6
minimal usia untuk melangsungkan
perkawinan, bahkan Nabi sendiri
mengawini Siti Aisyah pada saat umurnya
baru 6 tahun dan menggaulinya setelah
berumur 9 tahun.33
Meskipun secara terang-terangan
tidak ada petunjuk al- Quran atau hadits
Nabi tentang batas usia perkawinan, namun
ada ayat al-Quran dan begitu pula ada
hadits Nabi yang secara tidak langsung
mengisyaratkan batas usia tertentu.
Adapun al-Quran dalam firman Allah
dalam surat an-Nisa ayat 6 yang artinya:




34
Artinya:
Dan ujilah anak yatim itu
sampai mereka cukup umur untuk kawin.
Dalam ayat di atas dapat dipahami
bahwa nikah itu mempunyai batas umur dan
batas umur itu adalah baligh.
Adapun hadits Nabi adalah hadits dari
Abdullah ibn Masud muttafaq alaih yang
artinya:
Artinya: Wahai para pemuda siapa
diantaramu telah mempunyai
kemampuan dalam persiapan
perkawinan, maka kawinlah.
2) Perspektif Hukum Keluarga di
Mesir
Hukum keluarga Islam di Mesir
menjelaskan bahwa perkawinan hanya dapat
di izinkan jika laki-laki berusia 18 tahun
dan wanita berusia 16 tahun. Dalam ayat 5
pasal 99 Undang-undang susunan
Pengadilan agama tahun 1931, menjelaskan
bahwa tidak didengar gugatan perkara
keluarga apabila usia istri kurang dari 16
tahun atau usia suami kurang dari 18 tahun
kecuali dengan satu ketetapan kami .
Walaupun demikian , di Mesir perkawinan

33 Amir, syarifuddin. Hukum Perkawinan Islam


di indonesia.(jakarta: Kencana) h. 67
34 Departemen Agama RI, Al-Qur aan dan

Terjemahnya, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara


Penterjemah / Pentafsir al-Qur an, 1971),
yang dilakukan oleh orang yang belum
mencapai batas umur terendah itu sah, tapi
tidak boleh didaftarkan.35
3). Perspektif Hukum Keluarga di
Indonesia
Di Indonesia batas usia dewasa diatur
dalam Undangundang Perkawinan No. 1
tahun 1974 pada pasal 7 sebagai berikut:
a). Perkawinan hanya diizinkan jika
pihak pria sudah mencapai umur
19 (Sembilan belas tahun) dan
pihak wanita mencapai umur 16
tahun (enam belas tahun).
b). Dalam hal penyimpangan terhadap
ayat (1) pasal ini dapat meminta
dispensasi kepada Pengadilan
atau Pejabat lain, yang ditunjuk
oleh kedua orang pria maupun
pihak wanita.
KHI mempertegas persyaratan yang
terdapat dalam Undang-undang
Perkawinan dengan rumusan sebagai
berikut: Untuk kemaslahatan keluarga dan
rumah tangga, perkawinan hanya boleh
dilakukan calon mempelai yang telah
mencapai umur yang telah ditetapkan pada
Pasal 7 Undang-undang No.1 Tahun 1974,
yakni calon suami sekurang-kurangnya
berumur 19 tahun dan calon istri sekurang-
kurangnya berumur 16 tahun.36

b. Pencatatan Perkawinan
1). Perspektif fikih
Persoalan pencatatan dalam fikih
klasik bukan menjadi sesuatu yang
signifikan bila dibandingkan dengan tolok
ukur kehidupan modern saat ini, akan tetapi
secara tersirat pada dasarnya di dalam al-
Quran memerintahkan perlunya sistem
administrasi yang rapi dalam urusan hutang
piutang maupun transaksi perjanjian,
kemudian di qiyaskan pada perbuatan hukum
seseorang seperti perkawinan, kewarisan,
perwakafan yang mempunyai akibat hukum
lebih kompleks, pencatatan mempunyai peran
yang lebih penting.

35 Syamsul Anwar,Islam, Negara, dan Hukum

.(Jakarta; INIS) h. 106-107


36 Amir, syarifuddin.Op. cit., h. 68
Ada beberapa analisis yang dapat oleh pengadilan setelah meninggalnya salah
dikemukakan mengapa pencatatan perkawinan satu pihak apabila tidak dibuktikan dengan
tidak diberi perhatian yang serius oleh fikih adanya suatu dokumen yang bebas dari
walaupun ada ayat al-Quran yang dugaan pemalsuan. Tampak bahwa pasal
menganjurkan untuk mencatat segala bentuk ini mengandung persyaratan adanya
transaksi muamalah. Pertama, larangan dokumen yang diduga tidak palsu agar
untuk menulis sesuatu selain al-Quran. dapat dijadikan dasar keputusan. Demikian
Akibatnya kultur tulis tidak begitu pula Ordonasi tahun 1921 mengandung
berkembang dibandingkan dengan kultur ketentuan bahwa dokumen itu harus bersifat
hafalan. Kedua, kelanjutan dari yang resmi, dibuat oleh pegawai berwenang yang
pertama, maka mereka sangat ditugaskan untuk itu.38
mengandalkan hafalan. Agaknya mengingat 3). Perspektif Hukum keluarga di
sebuah peristiwa perkawinan bukanlah Indonesia
sebuah hal yang sulit untuk dilakukan. a). Undang-undang No. 1 tahun 1974
Ketiga, tradisi Walimah al-Urusy walaupun Tentang Perkawinan
dengan seekor kambing merupakan saksi di Pencatatan perkawinan di Indonesia
samping saksi syari tentang sebuah diatur dalam Undang-undang Nomor 1
perkawinan. Keempat, ada kesan tahun 1974 Pasal 2 ayat (2), bahwa: tiap-tiap
perkawiann yang berlangsung pada masa perkawinan dicatat menurut peraturan
awal Islam belum terjadi antar wilayah perundang-undangan yang berlaku.
Negara yang berbeda. Biasanya perkawinan Di dalam PP No.9 tahun 1975
pada masa itu berlangsung dimana calon tentang pelaksanaan Undang-undang
suami dan calon istri berada dalam suatu Perkawinan pasal 3 ada dinyatakan:39
wilayah yang sama. Sehingga alat bukti 1. Setiap orang yang akan
kawin selain saksi belum dibutuhkan.37 melangsungkan perkawinan
Dengan alasan-alasan yang telah memberitahukan kehendaknya kepada
disebut di atas, dapatlah dikatakan bahwa pegawai pencatat di tempat
pencatatan perkawinan belum dipandang perkawinan akan dilangsungkan.
sebagai sesuatu yang sangat penting 2. Pemberitahuan tersebut dalam
sekaligus belum dijadikan alat bukti autentik ayat (1) di lakukan sekurang-
terhadap sebuah perkawinan. kurangnya 10 hari kerja sebelum
2). Perspektif Hukum Keluarga Mesir perkawinan dilangsungkan.
Usaha untuk menetapkan pencatatan 3. Pengecualian terhadap jangka
perkawinan di Mesir di mulai dengan waktu tersebut dalam ayat 2
terbitnya Ordonasi 1880 yang berisi disebabkan sesuatu alasan yang
ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan penting, di berikan oleh camat.
pegawai-pegawai pencatat nikah dan dasar b). Perspektif KHI
dasar pemilihan dan pengangkatan mereka KHI memuat masalah pencatatan
serta menyerahkan pelaksananan pencatatan perkawinan ini pada pasal 5 sebagai
nikah kepada kemauan para pihak yang berikut:
berakad dan pertimbangan kepentingan 1. agar terjaminya ketertiban perkawinan
mereka. Ordonasi tahun1880 itu diikuti bagi masyarakat Islam, setiap
dengan lahirnya ordonasi tahun 1897 yang perkawinan harus di catat.
pasal 31-nya menyatakan bahwa gugatan 2. Pencatatan perkawinan tersebut
perkara nikah atau pengakuan adanya pada ayat (1) dilakukan oleh pegawai
hubungan perkawiann tidak akan didengar pencatat nikah sebagaimana yang

37 Amiur, Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan. 38Syamsul Anwar, Op. cit, h. 108
39 PP No.9 tahun 1975 tentang pelaksanaan
Hukum Perdata Islam di Indonesia.( Jakarta;
kencana) h. 121 Undang-undang Perkawinan
37
diatur dalam UU No.22 tahun Kedatangan Islam dengan ayat-ayat
1946jo. UU No. 32 tahun 1954. poligaminya, kendatipun tidak menghapus
Selanjutnya pada pasal 6 dijelaskan : praktik ini, namun Islam membatasi kebolehan
(1). Untuk memenuhi ketentuan poligami hanya sampai empat orang istri
dalam pasal 5, setiap perkawinan dengan syarat-syarat yang ketat pula seperi
harus dilangsungkan di hadapan dan keharusan berlaku adil di antara para istri.
dibawah pengawasan pegawai Syarat-syarat ini ditemukan di dalam dua
pencatat nikah. ayat poligami yaitu surah an-Nisa:3 dan
(2). Perkawinan yang dilakukakan surah an-Nisa:129.41
diluar pengawasan pegawai Berbeda dalam pandangan fikih,
pencatat nikah tidak mempunyai poligami yang di dalam kitab-kitab fikih
kekuatan hukum. disebut dengan taaddud al-zaujat,
sebenarnya tidak lagi menjadi persoalan.
c. Poligami Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan,
Poligami merupakan salah satu bahwa para ulama sepakat tentang
persoalan dalam perkawinan yang paling kebolehan poligami, kendatipun dengan
banyak dibicarakan sekaligus kontroversial. persyaratan yang bermacam-macam.
Satu sisi poligami di tolak dengan berbagai Menurut para ahli fiqh seperti As-sarakhsi,
macam argumentassi baik yang bersifat al-Kasani maupun As-SyafiI menyatakan
normatif, psikologis bahkan selalu lelaki yang berpoligami wajib berlaku adil
dikaitkan dengan ketidakadilan gender. terhadap istri-istrinya baik meyangkut
Bahkan para penulis barat sering urusan fisik semisal mengunjungi istri di
mengklaim bahwa poligami adalah bukti malam atau di siang hari.42
bahwa ajaran Islam dalam bidang 2). Perspektif Hukum Keluarga di
perkawinan sangat diskriminatif terhadap Mesir
perempuan. Pada sisi lain, poligami Setelah beberapa waktu sesudah
dianggap sebagai salah satu alternatif dibukanya perdebatan mengenai masalah
menyelesaikan persoalan perselingkuhan poligami, pemikiran fikih di Mesir sampai
dan prodtitusi yang memiliki sandaran pada suatu ketegasan bahwa:
normatif yang tegas. a). Keadilan yang dituntut untuk
1). Perspektif fikih dibolehkannya poligami dalam al-
Poligami memiliki akar sejarah yang Quran adalah suatu syarat moral
cukup panjang sepanjang sejarah peradaban yang pelaksanaanya lebih tepat
manusia itu sendiri. Sebelum Islam datang diserahkan kepada suami dan tidak
ke Jazirah Arab, poligami merupakan seyogyanya dianggap sebagai
sesuatu yang telah mentradisi bagi suatu syarat hukum, karena
masyarakat Arab. Poligami masa itu dapat sukarnya pengadilan mengukur
disebut poligami tak terbatas. Lebih dari itu keadilan itu.
tidak ada gagasan keadilan di antara para b). Kenyataan-kenyataan angka
istri. Suamilah yang menentukan statistik yang riil belum sampai
sepenuhnya siapa yang paling ia sukai dan menunjukkan bahwa poligami telah
siapa yang ia pilih untuk dimiliki secara menjadi problem sosial, sebab
tidak terbaras para istri harus menerima belum mencapai angka tiga per
takdir mereka tanpa ada usaha untuk seribu.
memperoleh keadilan.40

40Ahmad Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan. 42 Pendapat ulama ini telah dirangkum cukup
Hukum Perdata islam di Indonesia, Jakarta ; baik oleh khairudin nasution, dalam, status wanita di
Kencana. 2006. asia tenggara;
38
c). Pemecahan hukum yang dibenarkan wasiat, talaq, dan lain. Walaupun pada saat
bagi wanita yang suaminya kawin itu, aturannya masih sebatas pandangan
lagi adalah memberinya hak keagamaan ulama dalam kitab-kitab fikih
meminta pemutusan hubungan abad pertengahan atau kitab klasik
perkawinan dengan syarat ia dapat (konvensional) meskipun belum menjadi
membuktikan adanya kesakitan legal formal seperti masa modern saat ini.
yang menimpanya karena tidak Namun sebagaimana yang terlihat kini,
mendapatkan nafkah, perlakuan hukum keluarga di dunia Islam
kejam, tidak ditiduri atau semacam kontemporer telah terwujud sebagai
itu. legislasi formal yang mana segala aturan
3. Perspektif Hukum Keluarga di yang berkaitan dengan keluarga mengalami
Indonesia banyak bentuk perubahan hukum atau
Kendatipun Undang-undang Perkawinan positivisasi dalam bentuk peraturan
di Indonesia menganut asas monogami perundang-undangan sebagai legislasi formal,
seperti yang terdapat di dalam pasal 3 yang sehingga apa yang menjadi harapan dan
menyatakan Seorang pria hanya boleh menginginkan masyarakat akan adanya
mempunyai seorang istri dan seorang hukum keluarga Islam yang berlaku khusus
wanita hanya boleh mempunyai seorang dapat terlaksana.
suami , namun pada bagian yang lain Table di bawah ini memberikan
dinyatakan bahwa dalam keadaan tertentu gambaran terhadap pembaharuan hukum
poligami dibenarkan. Seorang suami yang keluarga Islam dari fiqh konvensional/klasik
ingin beristri lebih dari seorang dapat menuju positivisasi di Negara Mesir dan
dibolehkan bila dikehendaki oleh pihak- Indonesia sebagai berikut;
pihak yang bersangkutan dan Pengadilan Masalah Fikih Mesir Indonesia
Agama telah mengizinkan (Pasal 3 ayat (2) Batas Di dalam Dala Dalam
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974). umur fikih m Undang-
Dasar pemberian izin poligami oleh dalam tidak ayat 5 undang
Pengadilan Agama diatur dalam Pasal 4 perkawin dijelaska pasal No.7
ayat (2) Undang-undang Perkawinan seperti an n secara 99 tahun
diungkapkan sebagai berikut : langsung Unda 1974
Pengadilan Agama memberikan izin , akan ng- menjelask
kepada seorang suami yang akan beristri tetapi undan an bahwa
lebih dari seorang dengan syarat : dalam g batas usia
a). Istri tidak menjalankan surat an- penga dalam
kewajibannya sebagai istri ; Nisa dilan perkawina
b). Istri mendapat cacat badan atau ayat 6 Agam n adalah
penyakit yang tidak dapat dipahami a untuk
disembuhkan bahwa tahun laki-laki
c). Istri tidak dapat melahirkan batas 1931, 19 tahun
keturunan. umur batas dan
Poligami ditempatkan pada status perkawin usia perempua
hukum darurat (emergency law), atau dalam an laki- n 16
keadaan yang luar biasa (extra ordinary seseoran laki tahun.
circumstance). g adalah 18
baligh. tahun
C. Kesimpulan dan
Pada dasarnya hkum keluarga Islam perem
telah mengatur atau membentuk hukum puan
yang mengatur persoalan keluarga seperti 16
perkawinan, perceraian, warisan, hibah,
39
tahun akiti syarat-
. istri, syarat
Pencatat Di dalam Huku Di apabil tertentu,
an fikih m Indonesia a ada poligami
Perkawin tidak keluar pencatatan unsur ditempatk
an dijelaska ga di perkawina meny an pada
n tentang Mesir, n akiti status
adanya sesuai merupaka maka hukum
pencatata denga n sesuatu sang darurat.
n n hal yang istri
perkawin Ordon sangat boleh
an, tapi asi penting, memi
ada ayat 1897 setiap nta
al-Quran Pasal perkara pemut
yang 31 bisa usan
menganj yang diproses hubun
urkan meny gugatanny gan
mencatat atakan a kalau perka
setiap bahwa ada bukti winan
transaksi , suatu autentik .
muamala perkar (dokumen
h. a nya). Daftar Pustaka
tidak
akan Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata
diteri Islam Indonesia, cet. ke-1 (Jakarta:
ma Kencana, 2006)
gugat
annya Abdullah Saeed, Pemikiran Islam: Sebuah
a Pengantar. (Yogyakarta: Baitul
apabil Hikmah. 2014)
a Ahmad Nurudin dan Azhari Akmal
tidak Tarigan. Hukum Perdata islam di
ada Indonesia.. (Jakarta ; Kencana,2006)
pencat
atan Ahsan Dawi, Pembaruan Hukum Keluarga
dalam di Turki (Studi Atas Perundang-
doku Undangan
men Perkawinan), www.badilag.net/.../Pe
resmi. mbaruan%20Hukum%20Keluarga%2
Poligami Ulama Poliga Poligami 0Di%20 Turki.pdf, akses tanggal 5
sepakat mi dibolehka November 2016
membole dibole n, akan
hkan hkan, tetapi Amir, syarifuddin. Hukum Perkawinan
poligami. denga harus Islam di indonesia.(jakarta: Kencana)
Dengan n dapat izin
batasan syarat dari Amiur, Nuruddin dan Azhari Akmal
empat adil Pengadila Tarigan. Hukum Perdata Islam di
orang dan n Agama. Indonesia.( (Jakarta; kencana, tt)
istri. tidak Dan
meny dengan
40
Fazlur Rahman, Islam, alih bahasa Ahsin
Mohammad, cet. ke-4 (Bandung: Muhammad Daud Ali, Hukum Islam dan
Pustaka, 2000) Peradilan Agama. (Jakarta: P.T. Raja
Grafindo, 1997)
Husni Syams, Urgensi Kodifikasi Hukum
Keluarga,http://www.husnisyams.co. Mohammad Daud Ali, Hukum Keluarga
cc/ 2010/02/kodifikasi-hukum- dalam Masyarakat Kontemporer ,
keluarga-pada-masa.html, akses tanggal Makalah, disajikan pada seminar
5 November 2016. nasional Pengadilan Agama sebagai
Peradilan Keluarga dalam Masyarakat
Isroqunnajah, Hukum Keluarga Islam Di Modern, (Jakarta: Fakultas Hukum
Republik Turki, dalam Atho Muzdhar Universitas Indonesia dan Pusat
dan Khoiruddin Nasution Ikatan Hakim Peradilan Agama,
(ed), Hukum Keluarga Di Dunia 1993)
Islam Modern, cet. ke-1 (Jakarta:
Ciputat Press, 2003) Moh. Zahid, Dua Puluh Lima Tahun
Pelaksanaan Undang-Undang
John J. Donohue @ John L, Islam dan Perkawinan. (Badan Litbang Departemen
Pembaharuan, Ensiklopedi Masalah- Agama RI. 2003)
masalah, Terj. Machnun Husein (Jakarta:
Raja Grafindo persada, 1995) Samsul Wahidin dan Abdurrahman,
Perkembangan Ringkas Hukum Islam
Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata di Indonesia (Jakarta: Akademika
(Keluarga) Islam Indonesia dan Pressindo, 1984) Zuhaili (al),
Perbandingan Hukum Perkawinan Di Wahbah, Fiqh Al-Islam Wa
Dunia Muslim, cet. ke-1 (Yogyakarta: Adillatuhu, Juz 1, (Bairut: Dar al-
Acamedia dan Tazzafa, 2009) Fikr, t.t ),

----------, Hukum Perdata, h. 168. Lihat Syamsul Anwar,Islam, Negara, dan


juga Atho Muzdhar,Hukum Hukum. (Jakarta; INIS)
Keluarga, h. 13. Keterangan serupa
juga dapat dibaca pada Ahmad Thonthowi, Hukum Keluarga Islam di
Tholabi Kharlie, Legislasi Hukum dunia Islam Kontemporer, Jurnal
Islam Di Dunia Studi Islam Mukaaddimah No. 19
MuslimModern, http://jurnalalrisalah. (Yogyakarta: PTAIS DIY, 2005), h.
com/index.php?option=com_content 345.
&view=article&id=93:legislasi-
hukum-islam-di-dunia-muslim- Pokja Pengarusutamaan Gender
modern& catid=41:-al-risalah- Departemen Agama RI, Menuju
volume-9-nomor-1juni- Kompilasi Hukum Islam (KHI)
2009&Itemid=57, akses 5 Indonesia Yang Adil
Novemmber 2016 Gender, http://www.fahmina.or.id/pe
mikiran-fahmina/fiqh-
M.Atho Mudzhar, Hukum Keluarga di perempuan/703-menuju-kompilasi-
Dunia Islam Modern,Jakarta: Ciputat hukum-islam-khi-indonesia-yang-
Press, 2003. adil-gender.html.

41

Anda mungkin juga menyukai