1; Maret 2012
ISSN 1411 0660 : 39 - 43
Faqih1)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan unjuk kerja sistem DVB-T akibat pengaruh dari kanal fading
lintasan jamak, rugi-rugi lintasan dan noise Additive white Gaussian Noise (AWGN). Metode simulasi yang diterapkan
menggunakan metode Monte Carlo, simulasi sistem DVB-T terdiri dari data integer acak, pengkode Reed-Solomon,
interlever konvolusi, interleaver DVB-T, pemancar OFDM, dan kanal yang terdiri dari noise AWGN, multipath fading
dan free space path loss. Dari hasil simulasi dapat diketahui bahwa unjuk kerja sistem pada kanal AWGN, dengan SNR
yang rendah < 10 dB mengakibatkan rusaknya ampitudo sinyal, pada kanal free space pathloss mengakibatkan penurunan
level amplitudo sinyal terima, sedangkan pada kanal multpath fading mengakibatkan naik turunnya level amplitudo sinyal
terima. Perbandingan unjuk kerja sistem pada kanal AWGN, free space loss dan multipath fading, diketahui bahwa nilai
BER pada kanal AWGN mempunyai nilai terbaik jika dibandingkan dengan nilai BER pada kanal lainnya. Pada kanal
AWGN, free space pathloss dan multipath fading nilai BER tidak bergerak turun yaitu berkisar antara harga 0,4 sampai 0,5
hal ini disebabkan karena adanya respon impuls dan frekuensi dari kanal multipath.
40
PENGARUH KANAL..BROADCASTING TERRESTRIAL [FAQIH]
sistem ini, bandwidth yang digunakan (sekitar 6 hingga 8 kerjanya didapatkan dari perbandingan antara jumlah bit
MHz) dapat menjadi efisien sehingga memungkinkan yang dikirim terhadap jumlah bit yang diterima dan deteksi
pemakaian satu kanal untuk beberapa konten [6]. dengan benar, banyaknya kesalahan bit hasil deteksi
Berdasarkan ETSI 300 744, DVB-T merupakan disebut dengan laju kesalahan bit / bit error rate (BER).
sistem yang mengadopsi sinyal TV baseband dengan input Blok diagram simulasi sistem DVB-T terdiri dari 3 bagian,
berupa MPEG-2 yang dikirim melalui kanal terestrial. yaitu : pemancar, kanal dan penerima. Bagian pemancar
Komponen proses dari DVB-T antara lain : pengkode terdiri pembangkit data integer acak, pengkode Reed-
kanal Reed Solomon, outer interleving convolutional, Solomon, interlever konvolusi, interlever DVB-T dan
inner coding menggunakan punctured convolutional, pemancar OFDM. Bagian kanal terdiri dari noise AWGN,
modulasi QPSK atau QAM, dan pemancar berupa OFDM kanal multipath fading dan free space path loss, sedangkan
[7]. pada bagian penerima terdiri dari penerima OFDM,
demapper QAM, deinteleaver DVB-T, dekoder Viterbi,
4. Multipath Rayleigh Fading dekoder konvolusi dan dekoder Reed-Solomon.
Fading merupakan karakterisktik utama dalam
propagasi radio bergerak. Fading dapat didefinisikan Informasi dikirim dalam bentuk codeword N
sebagai perubahan fase, polarisasi dan atau level dari suatu sepanjang 204 integer dengan panjang pesan K sebanyak
sinyal terhadap waktu. Definisi dasar dari fading yang 188 data integer. Codeword dihasilkan dari pengkode reed
paling umum adalah yang berkaitan dengan mekanisme solomon. Unjuk kerja sistem DVB-T ini dievaluasi
propagasi yang melibatkan refraksi, refleksi, difraksi, berdasarkan banyaknya bit yang salah dari jumlah bit yang
hamburan dan redaman dari gelombang radio. Pada sistem dikirimkan. Parameter ini dinyatakan sebagai bit error rate
komunikasi bergerak terdapat dua macam fading yaitu (BER) sebagai fungsi signal to noise ratio (SNR). Nilai
short term fading dan long term fading. Short term fading BER ini sangat dipengaruhi oleh kondisi kanal, yaitu kanal
sebagian besar disebabkan oleh pantulan multipath suatu AWGN, multipath fading dan free space pathloss (FSL).
gelombang transmisi oleh penghambur lokal seperti Karena sistem DVB-T menggunakan modulasi OFDM dan
rumah-rumah, gedung-gedung dan bangunan lain atau oleh 64 QAM, maka sinyal yang dikirim merupakan sinyal yang
halangan lain seperti hutan (pepohonan) yang mengelilingi termodulasi 64 QAM dan dibentuk menjadi simbol-simbol
suatu unit bergerak tetapi tidak oleh gunung atau bukit OFDM, yaitu beberapa sinyal yang saling orthogonal.
yang terletak diantara lokasi pemancar dan penerima.
Berikut beberapa kondisi yang memberikan gambaran Untuk kanal multipath fading parameter yang diatur
mengenai fenomena short term fading tersebut [9]. adalah maximum dopler shift sebesar 40 Hz, type spectrum
Dalam sistem komunikasi bergerak, perambatan menggunakan model Jakes, vektor delay lintasan diskrit
sinyal antara pemancar dan penerima melalui berbagai pada 0 dan 2.10-6 dan gain semua dinormalisasi pada 0 Db.
lintasan yang berbeda. Lintasan yang berbeda-beda
tersebut mengakibatkan kuat sinyal penerimaan menjadi HASIL DAN PEMBAHASAN
bervariasi. Adanya multipath ini memungkinkan sinyal Hasil simulasi sebagaiman ditunjukkan pada beberapa
yang dikirim dapat diterima meskipun lintasan terhalang, gambar berikut merupakan nilai BER sebagai fungsi dari
tetapi disamping itu dengan adanya multipath kondisi SNR pada kanal AWGN, FSL dan multipath fading.
lingkungan akan selalu berubah-ubah, hal ini sangat Gambar 2. merupakan grafik yang menunjukkkan kinerja
mempengaruhi pada penerimaan sinyal pada penerima BER pada kanal AWGN. Dari grafik tersebut terlihat
ditambah dengan posisi penerima yang bergerak. Masalah bahwa pada sistem pada kanal AWGN akan mengalami
yang dapat ditimbulkan karena adanya multipath antara penurunan BER setelah SNR di atas 12 dB.
lain multipath fading, delay spread, Doppler shift dan
intersymbol interference.
Unjuk Kerja DVB-T Pada Kanal AWGN
0
Sinyal yang diterima oleh penerima merupakan 10
10
menyebabkan fluktuasi yang cepat pada penjumlahan
sinyal-sinyal multipath menurut distribusi statistik yang
disebut distribusi Rayleigh yang dikenal dengan Rayleigh
Fading. Fading yang terjadi secara lambat akibat pengaruh
efek bayangan dari berbagai halangan disebut fading
lambat (shadowing). Fading ini mengakibatkan fluktuasi -2
10
0 5 10 15
level daya yang diterima selama MS bergerak. SNR (dB)
METODE SIMULASI
Metode simulasi yang diterapkan menggunakan
metode Monte Carlo, yaitu metode simulasi yang unjuk Gambar 2. Unjuk kerja sistem pada kanal AWGN
41
WIDYA TEKNIKA Vol.20 No.1; MARET 2012: 39 43
Pada gambar 3. menunjukkan unjuk kerja sistem Gambar 5 . menunjukkan perbandingan unjuk kerja
pada kanal AWGN dan FSL dengan besar loss sebesar 1 sistem pada kanal AWGN, FSL dan multipath fading. Dari
dan 2 dB. Pada FSL dengan loss sebesar 1 dB, terlihat gambar tersebut dapat dilihat bahwa nilai BER pada kanal
bahwa unjuk kerja BER masih baik, mengalami penurunan AWGN mempunyai nilai terbaik jika dibandinkan dengan
yang signifikan pada SNR 12 dB. Sedangkan pada FSL kanal lainnya
dengan loss sebesar 2 dB, unjuk kerja tidak mampu
meningkat, terlihat datar pada tingkat 0,4. Perbandingan
0
Unjuk Kerja DVB-T Pada Kanal AWGN, FSL dan Multipath Fading
10
Unjuk Kerja DVB-T Pada Kanal AWGN dan Free Space Pathloss
0
10
Free Space Pathlos 1dB
Free Space Pathloss 2dB
-1
BER
10
-1
BER
10
AWGN
FSL 1 dB
AWGN+Multipath+FSL 1dB
-2
10
0 5 10 15 20 25
SNR (dB)
-2
10 (a)
0 5 10 15 20 25
SNR (dB) Perbandingan Unjuk Kerja DVB-T Pada Kanal AWGN, FSL dan Multipath Fading
0
10
10
AWGN
tersebut dapat dilihat bahwa nilai BER mengalami naik FSL 2 dB
turun pada level 0.49 sampai 0.5. Nilai BER pada SNR 3 AWGN+Multipath+FSL 2dB
42
PENGARUH KANAL..BROADCASTING TERRESTRIAL [FAQIH]
setelah SNR di atas 12 dB. Sedangkan pada FSL [9] Charan Langton, 2002, Orthogonal Frequency
dengan loss sebesar 2 dB, unjuk kerja tidak mampu Division Multiplexing Tutorial,
meningkat, terlihat datar pada tingkat 0,4 www.complextoreal.com.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Wu, Y., 1999, Performance comparison of ATSC 8-
VSB and DVB-T COFDM transmission systems for
digital television terrestrial broadcasting,
Consumer Electronics, ICCE. Page(s):196 197
[2] Kyu-Man Lee, Dong-Seong Han; Ki-Bum Kim, Aug
1998, Performance of the Viterbi Decoder for
DVB-T in Rayleigh Fading Channels, Consumer
Electronics, IEEE Transactions on Volume 44,
Issue 3, Page(s):994
[3] Prieto, Alberto., 2005, Simulation and Evaluation of
a DVB System Using Simulink, Departement of
Elektronic System, Linkoping Institute of
Technology, Thesis.
[4] Anis Q., Faqih, 2009, Analisis Performansi Sistem
DVB-T, Jurnal Widyateknika, Vol. 17 N0.01.
[5] Sigit Puspito W.J., Januari 1999, Mengenal Teknologi
Orthogonal Frequency Division Multiplexing
(OFDM) pada Komunikasi Wireless, Elektro
Indonesia, Nomor 24, Tahun V.
[6] Riemers, U., 2001, Digital Video Broadcasting, The
International for Digital Television, Springer
New York.
[7] ETSI EN 300 744, Jan 1999, Digital Video
Broadcasting (DVB) Framing Structure, Channel
Coding And Modulation For Digital Terrestrial
Television, v.1.2.1.
[8] Proakis, John G., 2001, Digital Communication, 4th
edition, Prentice Hall, USA.
43