Anda di halaman 1dari 10

OPEN ACCESS Akuatikisle

Vol. 1 No. 1: 1-10 Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (EISSN 2598-8298)
Mei 2017 URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/ISLE
Peer-Reviewed  DOI: https://dx.doi.org/10.29239/j.akuatikisle.1.1.1-10

Artikel Penelitian 

Pengaruh pemupukan dan padat penebaran terhadap tingkat


kelangsungan hidup dan pertumbuhan post larva udang vaname
(Litopenaues vannamei)
Effect of fertilization and density on the survival rate and growth of post-larva of shrimp
vaname (Litopenaues vannamei)
1 Ernawati, 2 Rochmady
1
Program Studi Budidaya Perairan, Sekolah Tinggi Ilmu Pertania n Wuna Raha, Sulawesi Tenggara 93600, Indonesia
2
Pusat Studi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Wuna, Raha, Sulawesi Tenggara 93600, Indonesia

 Info Artikel: ABSTRAK. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan dan kepadatan
Diterima: 1 Maret 2017 terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan mutlak post-larva udang vanname
Disetujui: 27 April 2017 (Litopenaeus vannamei). Penelitian dilaksanakan 18 Agustus sampai 5 September 2013 di
Dipublikasi: 27 Mei 2017 pertambakan Oensuli, Kecamatan Kabangka, Kabupaten Muna. Penelitian menggunakan hewan
uji udang vaname stadia PL6, pupuk Urea dan TSP. Penelitian menggunakan wadah styrofoam,
 Keyword: panjang 75 cm, lebar 37 cm, dan tinggi 27 cm. Penelitian menggunakan RAL Faktorial, yakni
fitoplankton, Litopenaeus vannamei, pemupukan dan kepadatan tiga taraf, tiga ulangan, sehingga percobaan sebanyak 27 unit.
pertumbuhan, TSP, Urea Perlakuan pemupukan terdiri atas tanpa pupuk (Kontrol), kombinasi Urea 0,5 g/TSP 0,7 g (P2),
kombinasi Urea 0,7 g/TSP 0,9 g (P3). Perlakuan kepadatan terdiri atas kepadatan 9 ind/wadah
(kontrol), kepadatan 14 ind/wadah (KP2) dan kepadatan 19 ind/wadah (KP3). Parameter yang
 Korespondensi: diamati tingkat kelangsungan hidup (SR) dan pertumbuhan mutlak (G). Analisis data
Rochmady menggunakan ANOVA (0,05) dengan IBM SPSS Statistik 22. Hasil analisis menunjukkan
Pusat Studi Pesisir dan Pulau-Pulau pemupukan dan kepadatan tebar berpengaruh sangat nyata terhadap kelangsungan hidup dan
Kecil, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian pertumbuhan post larva udang vaname. Penggunaan pupuk optimum terhadap tingkat
Wuna Raha, Jl. Letjend Gatot Subroto kelangsungan hidup adalah kombinasi Urea 0,7 g/TSP 0,9 g per wadah. Komposisi pupuk
Km.7 Lasalepa, Muna, Sulawesi optimum terhadap pertumbuhan adalah Urea 0,5 g/TSP 0,7 g per wadah. Tingkat kelangsungan
Tenggara, Indonesia 93618 hidup terbaik melalui kombinasi Urea 0.7 g/TSP 0.9 g, kepadatan 9 ind per wadah, setara Urea
Email: rochmady@stipwunaraha.ac.id 26 kg/TSP 33 kg kepadatan 333.000 ind per ha. Pertumbuhan terbaik melalui kombinasi Urea
0,5 g/TSP 0.7 g, kepadatan 9 ind per wadah atau Urea 19 kg/TSP 26 kg, kepadatan 333.000 ind
per ha.

ABSTRACT. The aim of this research is to know the effect of fertilization and density on survival
rate and the absolute growth of post-larvae of shrimp vanname (Litopenaeus vannamei). The
study was conducted from 18 August to 5 September 2013 at Oensuli ponds, Kabangka, Muna
Regency, Indonesia. The research used animal test of vaname shrimp stadium PL6, fertilizer of
Urea and TSP. The study used styrofoam container, 75 cm long, 37 cm wide, and 27 cm high.
Research using Factorial RAL, fertilization and density used three levels, three replications, so that
the experiment of 27 units. The fertilizer treatment consisted of no-fertilizer (Control),
combination Urea 0.5 g/TSP 0.7 g (P2), combination Urea 0.7 g/TSP 0.9 g (P3). The density
treatment consists of density 9 ind/container (Control), density 14 ind/container (KP2) and
density 19 ind/container (KP3). Parameters observed survival rate (SR) and absolute growth (G).
Data analysis using ANOVA (0,05) with IBM SPSS Statistic 22. The results showed that
fertilization and stocking density had a significant effect on survival and post larvae growth of
vaname shrimp. The optimum use of 0.7 g/TSP 0.9 g urea per container. The optimum fertilizer
composition of growth was Urea 0.5 g/TSP 0.7 g per container. The best survival rate through a
combination of Urea 0.7 g/TSP 0.9 g, density 9 ind per container, equivalent Urea 26 kg/TSP 33 kg
density 333.000 ind per ha. The best growth through a combination of Urea 0.5 g/TSP 0.7 g, density
9 ind per container or Urea 19 kg/TSP 26 kg, density 333.000 ind per ha.

Copyright@ Mei 2017 AKUATIKISLE: Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Under Licence a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License

1. Pendahuluan vaname memiliki nama beragam di setiap negara, whiteleg


Udang vaname (Litopenaeus vannamei, Boone) merupakan shrimp (Inggris), crevette pattes blances (Penincis) dan camaron
komoditi yang diminati petambak (Anggoro, 1992). Bahkan patiblanco (Spanyol) (Haliman & Adijaya, 2005). Udang
sejak tahun 80-an, Indonesia dikenal dunia sebagai negara vanname memiliki ciri-ciri tubuh yang dibentuk oleh dua cabang
produsen udang terbesar ±33% dari total produksi dunia. Salah (biramous), yaitu exopodite dan endopodite. Seluruh tubuhnya
satunya adalah udang vanname (Fast & Lester, 1992). Udang tertutup oleh eksoskeleton yang terbuat dari bahan kitin. Beruas-

© Pusat Studi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil


Program Studi Akuakultur, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Wuna Raha
Ernawati & Rochmady Pengaruh pemupupukan dan padat penebaran

ruas dan mempunyai aktivitas berganti kulit luar (eksoskeleton) pakan dalam jumlah dan kualitas yang tepat akan memacu
secara periodik seperti kelompok udang pada umumnya pertumbuhan udang vanname secara optimal (Wibowo et al.,
(molting). Bagian tubuhnya mengalami modifikasi, sehingga 2013). Dengan demikian produktivitas usaha budidaya udang
dapat digunakan untuk bergerak, membenamkan diri dalam bisa ditingkatkan dengan kuantitas dan kualitas pakan.
lumpur, menopang insang (Adiyodi & Adiyodi, 1970). Tubuh Pada prinsipnya, semakin padat penebaran benih udang
bagian luar terbagi atas bagian depan (cephalothorax), bagian maka berarti ketersediaan pakan alami semakin sedikit dan
belakang (abdomen), dan belakang disebut (uropod) (Mudjiman ketergantungan pada pakan buatan semakin meningkat
& Suyanto, 1989). Ciri khusus udang vaname adalah adanya (Murdjani et al., 2007; Budiardi et al., 2008; Ghazali, 2014;
pigmen karotenoid pada kulit. Kadar pigmen akan berkurang Mangampa & Suwoyo, 2016). Pakan alami diyakini berperan
seiring pertumbuhan udang, oleh karena saat mengalami penting dalam menyumbangkan nutrisi bagi pertumbuhan
molting sebagian besar pigmen pada kulit ikut terbuang. udang di tambak (Sudaryono, 2006; Purba, 2012).
Keberadaan pigmen memberikan warna putih kemerahan pada Bagaimanapun tingginya teknologi yang digunakan pada padat
tubuh udang (Adiyodi & Adiyodi, 1970; Haliman & Adijaya, tebar tinggi, keberadaan pakan alami tetap dibutuhkan (Fast &
2005). Lester, 1992). Makin tinggi kepadatan tebar udang per meter
Selain itu, udang vanname merupakan jenis organisme persegi, keberadaan pakan buatan sebagai sumber nutrisi utama
catádromo (Gambar 1), bertelur di laut lepas bersalinitas tinggi, makin besar peranannya (Muzaki, 2004). Begitu sebaliknya,
pada stadia larva akan bermigrasi ke daerah estuaria makin rendah padat tebar udang nutrisi pakan alami makin lebih
bersalinitas rendah. Udang vaname pertama kali ditemukan beperan dalam menopang pertumbuhan udang (Brito et al.,
sekitar 70 m di wilayah Pasifik lepas pentai Mexico dan Amerika 2016; Dantas et al., 2016). Padat penebaran udang vannamei
Tengah dan Selatan pada suhu air 26-28°C dan salinitas 35 ppt pada petakan pembesaran bisa mencapai sekitar 100-125
(Haliman & Adijaya, 2005). Telur udang vanname menyebar ekor/m2. Namun, banyaknya padat tebar tergantung dari sistem
dalam air dan menetas menjadi nauplius diperairan laut lepas budidaya udang yang dipakai (Murdjani et al., 2007).
(off shore) bersifat zooplankton (Brito et al., 2014; Dantas et al., Untuk menumbuhkan pakan alami pada budidaya udang
2016). Dalam peroses migrasi ke estuaria, larva udang vaname vanname diperlukan pemupukan (Sintawati, 1985; Gunarto,
mengalami beberapa kali metamorfosa, seperti pada udang 2008). Pemupukan air pada dasarnya merupakan salah satu
windu (Fast & Lester, 1992). Di wilayah estuaria yang subur perlakuan teknis budidaya untuk mensuplai zat-zat yang
dengan pakan alami, larva udang vanname berkembang cepat dibutuhkan phytoplankton (Gunarto et al., 2012; Xu et al., 2012,
sampai menjadi juwana. 2016). Untuk mendorong pertumbuhan pakan alami, yakni
klekap, lumut, plankton dan binatang renik di dasar tambak
pemupukan dilakukan pada saat tambak masih kering, untuk
menumbuhkan plankton pemupukan dilakukan setelah tambak
terisi air (Murdjani et al., 2007). Lebih lanjut dikatakan bahwa
jenis pupuk yang bisa digunakan adalah Urea dan TSP dengan
dosis masing-masing 75 dan 100 kg/ha. Pemupukan air tambak
juga bertujuan untuk; (1) Mengatur dan mengontrol tingkat
kecerahan air tambak agar sesuai dengan tingkat kebutuhan
udang, (2) Mengatur dan mengontrol kestabilan plankton di
dalam tambak agar sesuai dengan tingkat kebutuhan udang, dan
(3) Memacu pertumbuhan plankton pada perairan yang sedang
diperbaiki kualitasnya (Sintawati, 1985; Gunarto, 2008). Selain
ketersediaan pakan alami, padat penebaran dilaporkan ikut
berpengaruh pada tingkat kelangsungan hidup dan
Gambar 1. Siklus hidup udang vaname (Fast & Lester, 1992). pertumbuhan udang vaname (Sintawati, 1985; Muzaki, 2004;
Supriyono et al., 2007; Ratnawati, 2008; Mangampa & Suwoyo,
2016).
Kehadiran varietas udang vaname tidak hanya menambah Udang vanname yang diproduksi di wilayah tropis secara
pilihan bagi petambak tetapi telah menopang kebangkitan usaha masal dilakukan melalui penerapan skala teknologi sederhana
pertambakan udang di Indonesia (Putranto, 1989; Muzaki, 2004; hingga super intensif (Akiyama et al., 1992; Fast & Lester, 1992).
Gunarto et al., 2012). Udang vaname memiliki keunggulan Namun demikian, budidaya udang vanname di Kabupaten Muna
antara lain lebih tahan penyakit (Schock et al., 2013; Umiliana et dilakukan dengan penggunaan teknologi super intensif dengan
al., 2016), pertumbuhan lebih cepat (Purba, 2012), tahan kepadatan 100-125 ekor/m2. Sementara keadatan pada tambak
terhadap gangguan lingkungan (Fast & Lester, 1992), waktu intensif dan super intensif hanya berkisar 50-100 ekor/m2
pemeliharaan lebih pendek (90-100 hari) (Brito et al., 2014), (Tahe & Suwoyo, 2011; Hendradjat & Mangampa, 2016; Safar &
survival ratenya (SR) tergolong tinggi (>80 %) (Madenjian, Saparuddin, 2016).
1990), menempati semua kolom air, dan hemat pakan (Hadie & Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna, Sulawesi
Supriatna, 1988; Fast & Lester, 1992; Muzaki, 2004; Umiliana et Tenggara dalam rencana strategis tahun 2014 melaporkan
al., 2016), tingkat kelangsungan hidup tinggi (Supriyono et al., Kabupaten Muna memiliki potensi lahan budidaya tambak
2007). Selain itu komposisi daging udang vaname (66-68%) udang sebesar ±20.000 ha. Sementara tambak yang diolah baru
lebih tinggi dibandingkan udang windu (62%) (Purba, 2012). mencapai 500 ha atau sekitar 2,5% dari total potensi lahan yang
Hal ini disinyalir menjadi faktor pendorong berkembangnya dimiliki. Salah satu kendala yang dihadapi adalah pemeliharaan
budidaya udang vaname di Indonesia (Taqwa, 2008). postlarva, oleh karena benur yang dipelihara masih didatangkan
Dalam usaha budidaya udang, salah satu faktor penting dari luar daerah yakni Kendari, Makassar, dan beberapa daerah
adalah ketersediaan pakan (Fast & Lester, 1992; Yamamoto et lainnya. Untuk mendorong peningkatan produksi perlu
al., 2003; Budiardi et al., 2008; Wibowo et al., 2013; Regals, dilakukan penelitian pemupukan dan kepadatan berbeda
2014). Namun demikian, dalam biaya operasional produksi terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan post larva
justru pakan menyerap biaya yang cukup besar (60-70%) dari udang vanname dalam upaya mencari dosis kombinasi jenis
total biaya operasional (Sandifer & Smith, 1978; Suwoyo & pupuk dan padat tebar ideal bagi kelangsungan hidup dan
Mangampa, 2010; Mangampa & Suwoyo, 2016). Pemberian pertumbuhan post larva udang vaname di tambak.

2 https://scofci.stipwunaraha.ac.id/
Vol. 1 No. 1: 1-10, Mei 2017 Akuatikisle

2. Bahan dan Metode masing-masing sesuai perlakuan. Setelah itu, wadah dibiarkan
selama beberapa hari untuk menumbuhkan plankton (5 hari),
ditandai dengan perubuhan warna pada air media, dan volume
2.1. Waktu dan Tempat air menurun. Selanjutnya wadah kembali ditambahkan air
Penelitian dilaksanakan pada I8 Agu sampai 5 Sep 2013 secara berangsur-angsur hingga mencapai ketinggian 10 cm.
bertempat di pertambakan Oensuli Kecamatan Kabangka,
Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Analisis data 2.3.5. Penebaran benih
dilakukan pada Laboratorium Budidaya Perairan, Sekolah Sebelum dilakukan penebaran, kantong plastik berisi
Tinggi Ilmu Pertanian Wuna Raha, Indonesia. benur ditimbang terlebih dahulu sebagai data awal bobot udang.
Kemudian dilanjutkan dengan penebaran dengan cara
mengambil kantong plastik berisi benur udang vanname, lalu
2.2. Alat dan Bahan dimasukkan ke dalam wadah. Kantong plastik berisi benur
Peralatan yang digunakan adalah termometer digital
direndam selama 15-30 menit, agar terjadi aklimatisasi benur
untuk mengukur suhu air media, refraktometer untuk mengukur
dalam air media wadah dan air media plastik (suhu 20-32OC).
salinitas air media, pH meter digital untuk mengukur pH air
Selanjutnya membuka kantong benur dan memasukan air
media, DO meter digital untuk mengukur kadar oksigen air
wadah sekitar 20% lalu didiamkan selama 10 menit untuk
media, timbangan digital untuk mengukur bobot hewan uji,
aklimatisasi salinitas. Kemudian membiarkan kantong terisi air
gabus sintetis sebagai wadah penelitian, perlengkapan aerasi
wadah sedikit demi sedikt sampai benur dalam kantong keluar
terdiri dari pompa, slang, keran, batu aerasi, dan timah
sendiri secara alami. Padat penebaran sesuai perlakuan yang
pemberat untuk mensuplai oksigen air media, seser PL untuk
diujikan.
menangkap hewan uji, meteran untuk mengukur ketebalan
Benur udang vaname yang ditebar dalam kondisi sehat
tanah dasar wadah, bak penampungan air media dan kamera
yang dapat diketahui melalui pengujian visual, serta memiliki
digital untuk mendokumentasi kegiatan penelitian.
ketahanan. Pengujian visual dilakukan melalui pengamatan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah air laut
warna, ukuran panjang dan bobot sesuai umur post larva, kulit
sebagai air media pemeliharaan, larva udang vaname stadia PL
dan tubuh bersih dari organisme parasit dan patogen, tidak
6 ukuran 6 mm, pupuk Urea dan TSP, dan tanah tambak.
cacat, tubuh tidak pucat, gesit, merespon cahaya, bergerak aktif
dan menyebar di dalam wadah sebagaimana disarankan
2.3. Prosedur Penelitian (Murdjani et al., 2007; Kassam et al., 2011).
2.3.1. Persiapan wadah dan aerasi
Wadah yang digunakan adalah gabus sintetis berbentuk 2.4. Rancangan Penelitian
persegi panjang, ukuran panjang 75 cm, lebar 37 cm, dan tinggi Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
27 cm. Sebelum digunakan, wadah disterilisasi dengan cara Faktorial dengan dua faktor yaitu faktor pupuk (P) dan padat
dicuci menggunakan kaporit dan deterjen kemudian dibilas tebar (KP). Masing-masing faktor dibuat sebanyak tiga taraf.
menggunakan air tawar. Wadah yang telah dicuci lalu dikering Rincian faktor dan taraf rancangan peneletian diuraikan sebagai
anginkan. Selanjutnya wadah disusun sesuai tata letak wadah berikut:
penelitian dan diberi alas papan.
Perlengkapan aerasi yakni slang, keran, batu aerasi, dan 1. Faktor Pemupukan (P);
timah pemberat diklorinasi dengan cara direndam dalam P1 = Tanpa pupuk (kontrol)
larutan klorin 100 ppm selama 24 jam. Setelah itu dicuci P2 = Urea 0,5 g + TSP 0,7 g
menggunakan larutan deterjen kemudian dibilas menggunakan P3 = Urea 0,7 g + TSP 0,9 g
air hingga tidak ada lagi sisa kaporit. Setelah proses pencucian
wadah dan perlengkapan, dilanjutkan pemasangan perleng- 2. Faktor Padat Tebar (KP);
kapan aerasi dan memberi label wadah penelitian sesuai KP1 = 9 ind/wadah (kontrol)
perlakuan. KP2 = 14 ind/wadah
2.3.2. Persiapan tanah dasar wadah KP3 = 19 ind/wadah
Tanah dasar wadah diperoleh dari areal pertambakan
setempat. Tanah tambak diambil beberapa karung plastik lalu Masing-masing taraf dilakukan pengulangan sebanyak tiga
dibawa ke lokasi penelitian. Tanah tambak kemudian dijemur kali. Desain penelitian dibuat kombinasi antar faktor sebanyak
selama dua hari hingga kering dan pecah-pecah. Kemudian sembilan perlakuan. Dengan demikian, satuan percobaan
tanah digemburkan dan dicampur dengan kapur sampai merata. sebanyak 27 unit percobaan. Peletakan wadah penelitian
Tanah kemudian ditebar secara merata ke dalam wadah dilakukan secara acak menggunakan angka acak dengan
penelitian dengan ketebalan 5 cm. bantuan software Microsoft Excel 2013. Denah rancangan
penelitian setelah pengacakan dapat disajikan pada Gambar 2.
2.3.3. Persiapan air media
Air media yang digunakan air bersih, jernih, dan tidak
mengandung bahan beracun berasal dari air laut sekitar lokasi 2.5. Variabel Uji
penelitian. Air media diperoleh dengan cara dipompa. Sebelum 1.1.1. Tingkat kelangsungan hidup
dimasukan kedalam wadah penampungan, air terlebih dahulu Tingkat kelangsungan hidup dihitung dengan rumus
disaring menggunakan sand filter dan filter bag. Selama dalam Effendie (1997) sebagai berikut:
wadah penampungan air media terus menerus diberi aerasi
untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut. 𝑁𝑡
𝑆𝑅 = 𝑥100%
2.3.4. Pemupukan 𝑁0
Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea dan TSP (triple
super phosphate). Untuk pemupukan, pertama-tama wadah yang Keterangan: SR: tingkat kelangsungan hidup (%), N0: jumlah
telah terisi tanah kemudian diberi air media hingga ketinggian 5 seluruh udang pada waktu tebar (ekor), dan Nt: jumlah udang
cm. Wadah kemudian dibiarkan tergenang dan menguap kering. hidup pada waktu t (ekor).
Selanjutnya wadah yang telah kering diberi air hingga
ketinggian 10 cm dari dasar tanah wadah, kemudian dilakukan
penebaran pupuk Urea dan TSP secara merata dengan dosis

https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/ISLE 3
Ernawati & Rochmady Pengaruh pemupupukan dan padat penebaran

Ulangan I Ulangan 2 Ulangan 3

5 3 6 2 4 9 6 2 3
P2KP2 P1KP3 P2KP3 P1KP2 P2KP1 P2KP3 P2KP3 P1KP2 P1KP3

1 7 8 8 1 6 8 4 5
P1KP1 P3KP1 P3KP2 P3KP2 P1KP1 P2KP3 P3KP2 P2KP1 P2KP2

9 2 4 3 5 7 1 7 9
P3KP3 P1KP2 P2KP1 P1KP3 P2KP2 P3KP1 P1KP1 P3KP1 P3KP3

Gambar 2. Tata letak penempatan wadah percobaan setelah pengacakan. Angka 1-9 menunjukkan ulangan satuan percobaan
berdasarkan taraf yang diujikan. P1-3 merupakan perlakuan kombinasi pupuk 1-3, KP1-3 merupakan perlakuan padat tebar 1-3 (lihat
bagian 2.4. Rancangan penelitian).

1.1.2. Pertumbuhan mutlak 3. Hasil dan Pembahasan


Pertumbuhan mutlak dihitung berdasarkan rumus
pertumbuhan menurut Effendie (1997), sebagai berikut: 3.1. Tingkat kelangsungan hidup
Untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup post larva
𝑃𝑀 = 𝑊𝑡 − 𝑊0 udang vaname dilakukan pengamatan selama 19 hari
percobaan. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan tanpa
Keterangan: PM: pertumbuhan mutlak (mg), W0: bobot rata- pupuk (Kontrol/P1), tingkat kelangsungan hidup udang vaname
rata awal (mg), dan Wt: bobot rata-rata akhir (mg). sebesar 61,19% (SD. 11,34). Sementara perlakuan dosis pupuk
0,5g Urea/0,7g TSP (P2) tingkat kelangsungan hidup udang
2.6. Kualitas Air vaname sebesar 77,93% (SD. 6,58), dan dosis pupuk 0,7g
Pengukuran kualitas air dilakukan pada pagi dan sore hari. Urea/0,9g TSP (P3) sebesar 84,10% (SD. 4,22) (Gambar 3).
Data kualitas air yang diukur adalah suhu, pH, salinitas, dan Berdasarkan Gambar 3, diketahui tingkat kelangsungan
oksigen terlarut (DO). Data hasil pengukuran kualitas air hidup rata-rata post larva udang vanname sampai pada akhir
dibandingkan dengan hasil penelitian lain yang relevan sebagai percobaan secara berturut-turut pada perlakuan kepadatan
standar kualitas air bagi pemeliharaan udang vanname. Hasil berbeda diketahui kepadatan 14 ind per wadah (Perlakuan 2)
pengukuran kualitas air kemudian dianalisis secara deskriptif. sebesar 78,57% (SD. 4,12), kepadatan 19 ind per wadah
(Perlakuan 3) sebesar 74,27% (SD. 14,18), dan kepadatan 9 ind
per wadah (Kontrol) sebesar 70,37% (SD. 18,52). Tingkat
2.7. Analisis Data kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada kepadatan 14 ind
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap tingkat per wadah sebesar 78,57%. Tingginya tingkat kelangsungan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan mutlak post larva udang hidup pada padat tebar 14 ind per wadah (KP2) ditengarai
vanname dianalisis menggunakan ANOVA pada taraf sebagai kepadatan optimal, sehingga tidak terjadi persaingan
kepercayaan 95% (0,05). Data dianalisis dengan bantuan ruang gerak dan makanan yang memicu munculnya sifat
software IBM SPSS Statistik 22. Jika Fhit>Ftabel dilanjutkan dengan kanibalisme antar individu udang. Berdasarkan hasil analisis
uji LSD pada taraf kepercayaan 95% dengan persamaan sebagai ragam perlakuan padat tebar terhadap tingkat kelangsungan
berikut: hidup post larva udang vanname menunjukkan Fhit>Ftab (Fhit
Yij =  + Ti + Ɛij 845,005, 0,05), hal ini berarti kepadatan berpengaruh sangat
nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup post larva udang
Keterangan: π: nilai tengah populasi, Ti: pengaruh aditif dari vaname.
perlakuan ke-i, Ɛij: Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada Tingginya tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan
pengamatan ke-j, i: Jumlah perlakuan (i = 1, 2, 3, .. .t), j: Jumlah pupuk (Perlakuan 3) mengindikasikan dosis pupuk Urea 0,7
ulangan dalam perlakuan ke-i ( j = 1, 2, 3, .. ri). g/TSP 0,9 g ditengarai dapat menyediakan makanan bagi post
larva udang vanname dalam jumlah cukup. Perlakuan dengan

100 Pupuk Kepadatan


Tingkat kelangsungan hidup (%)

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Kontrol Kombinasi 2 Kombinasi 3
Perlakuan pupuk dan kepadatan

Gambar 3. Tingkat kelangsungan hidup udang vanname menurut faktor pupuk dan kepadatan pada masing-masing perlakuan.

4 https://scofci.stipwunaraha.ac.id/
Vol. 1 No. 1: 1-10, Mei 2017 Akuatikisle

dosis pupuk Urea dan TSP berbeda menyebabkan pertumbuhan Rochmady & Susiana, 2014; Suita et al., 2015; Rochmady et al.,
plankton pada setiap perlakuan menjadi relatif berbeda 2016). Hal ini senada telah dikemukakan Sandifer & Smith
(Christiani, 2012). Ketersediaan plankton dalam jumlah cukup (1978) bahwa udang lemah (terutama pada saat ganti kulit) dan
dapat menjamin pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang ukuran relatif kecil akan kalah dalam persaingan.
postlarva udang vaname yang dipelihara (Amin & Mansyur, Tingkat kelangsungan hidup merupakan perbandingan
2012). Pertumbuhan plankton yang berlebihan diduga antara jumlah organisme yang hidup di akhir dengan jumlah
disebabkan oleh dari dosis pupuk yang berlebihan. Hal ini dapat organisme yang hidup awal pemeliharaan pemeliharaan (Taqwa
mengakibatkan kualitas air media dan tanah dasar wadah et al., 2008). Dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya,
menurun. Penumpukan plankton pada dasar wadah berpontensi tingkat kelangsungan hidup udang vaname mencapai 85,83%
mengubah tanah menjadi asam (Madenjian, 1990; Taqwa, 2008; dengan padat tebar 40 ekor/m2 selama 30 hari dalam wadah
Christiani, 2012; Xu & Pan, 2013). akuarium (60x30x35 cm) (Widagdo & Wahjuningrum, 2014),
Dalam budidaya udang, kepadatan tinggi mengakibatkan penelitian ini perlu dilakukan kajian lebih mendalam oleh
terjadinya persaingan terhadap ruang dan makanan (Cokrowati karena dengan kepadatan 125 ind/m2 udang vanname memiliki
et al., 2012; Syafaat et al., 2012; Brito et al., 2014; Ghazali, 2014). tingkat kelangsungan hidup >80%. Ditengarai faktor lingkungan
Perbedaan kepadatan udang vaname berkaitan erat dengan sifat dan kualitas pakan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup
kanibalisme dan kualitas air yang berimplikasi pada tingkat larva udang vaname. Kualitas air yang baik pada media
kelangsungan hidup udang. Udang akan bersifat kanibal dalam pemeliharaan akan mendukung proses metabolisme dalam
kolam berkepadatan tinggi (Hadie & Supriatna, 1988). proses fisiologi (Sudaryono, 2006; Murdjani et al., 2007; Taqwa
Tingkat kelangsungan hidup postlarva udang vaname pada et al., 2008; Purba, 2012). Jika salinitas diturunkan ternyata
perlakuan tanpa pupuk (Kontrol) dengan nilai rendah dari udang vaname masih tetap dapat hidup, tetapi dihadapkan pada
perlakuan lainnya diduga perlakuan tersebut jumlah plankton tingkat kelangsungan hidup yang rendah (47%) selama
yang tumbuh sangat sedikit. Hal yang sama ditemukan oleh pemeliharaan 125 hari pada salinitas 2-5 ppt (Taqwa et al.,
Sintawati (1985) pada tingkat kelangsungan hidup udang windu 2008). Faktor kedua adalah kandungan nutrisi dari pakan. Tidak
(Penaeus monodon Fabr.) pada pemupukan TSP/Urea 110 kg/ha tersedianya pakan pada stadia awal dari larva udang akan
sebesar 48,66% lebih rendah dari pemupukan 150 kg/ha mengakibatkan kematian. Hal ini disebabkan oleh semakin
sebesar 53,63%. Selanjutnya dikatakan bahwa pada tingkat besarnya stadia dan pertumbuhan udang sehingga kebutuhan
pemupukan Urea/TSP diatas 150 kg/ha, kandungan NH3 sudah akan pakan semakin tinggi. Kandungan nutrisi dari pakan sangat
mengganggu kehidupan benur. mempengaruhi tingkat kelulushidupan (Kaligis et al., 2009;
Tingkat kelangsungan hidup udang vaname selama Nengsih, 2015).
penelitian menunjukkan persentase pada masing-masing
perlakuan berbeda-beda (Gambar 5). Tingkat kelangsungan 3.2. Pertumbuhan Mutlak
hidup dari tertinggi ke terendah secara berturut-turut pada Pengukuran pertumbuhan mutlak post larva udang
perlakuan kombinasi P3KPI sebesar 88,89% (SD 0,00), vaname dilakukan selama 19 hari pengamatan (Gambar 4).
perlakukan kombinasi P2KP3 dan P3KP3 sebesar 82,46% (SD Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemupukan air media
3,04), perlakuan kombinasi P2KP2 dan P3KP2 sebesar 80.95% dengan kombinasi pupuk Urea 0.5g/TSP 0,7g (Perlakuan 2/P2)
(SD 4,12), perlakuan kombinasi P1KP2 sebesar 73,81% (SD diperoleh pertumbuhan rata-rata post larva udang tertinggi dari
4,12), perlakuan kombinasi P2KPI sebesar 70,37% (SD 6,41), semua perlakuan. Secara berturut-turut pertumbuhan mutlak
perlakuan kombinasi P1KP3 sebesar 57,89% (SD 5,27), dan post larva udang vaname pada dosis pupuk adalah perlakuan
perlakuan kombinasi P1KPI sebesar 51.85% (SD 6,42). Hasil dosis pupuk Urea 0,5g/TSP 0,7g (Perlakuan 2) sebesar 65,79 (SD
analisis ragam diketahui kombinasi faktor pupuk dan kepadatan 14,07) mg per wadah, perlakuan dosis pupuk Urea 0,7g/TSP
dimana Fhit>Ftab (Fhit=2560,819, 0,05), yang berarti bahwa 0,9g (Perlakuan 3) sebesar 64.80 (SD 7,88) mg per wadah, dan
pupuk dan kepadatan berpengaruh sangat nyata terhadap Kontrol sebesar 45,63 (SD 8,55) mg per wadah. Berdasarkan
tingkat kelangsungan hidup post larva udang vanname. hasil analisis ragam menunjukkan Fhit>Ftab untuk faktor pupuk
Kombinasi perlakuan tertinggi pada perlakuan kombinasi (Fhit=6487.7302, 0,05). Hal ini berarti bahwa perlakuan pupuk
pupuk Urea 0,7g Urea/0,9g TSP kepadatan 9 ekor/wadah berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan mutlak post
(P3KP1), ditengarai disebabkan oleh ketersediaan makanan larva udang vaname. Pertumbuhan post larva udang vaname
yang memadai dengan kepadatan optimal sehingga tidak terjadi terbaik pada perlakuan kombinasi pupuk Urea 0,5 g/TSP 0,7 g
persaingan ruang gerak dan makanan. Dengan demikian pada (P2), kemudian diikuti perlakuan P3 dan kontrol.
perlakuan ini tidak memicu terjadinya sifat kanibalisme udang Untuk pertumbuhan mutlak post larva udang vanname
(Muzaki, 2004; Budiardi et al., 2008; Gunarto, 2008; Panjaitan et berdasarkan kepadatan diketahui yang tertinggi adalah
al., 2012; Brito et al., 2014; Kilawati & Maimunah, 2014; perlakuan kepadatan 9 ind per wadah sebesar 69,07 (SD 14,64)

100 Pupuk Kepadatan


90
Pertumbuhan mutlak (mg)

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Kontrol Perlakuan 2 Perlakuan 3
Perlakuan pupuk dan kepadatan

Gambar 4. Pertumbuhan mutlak udang vanname menurut faktor pupuk dan kepadatan masing-masing perlakuan.

https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/ISLE 5
Ernawati & Rochmady Pengaruh pemupupukan dan padat penebaran

mg per wadah. Secara keseluruhan pertumbuhan mutlak rata- kepadatan 19 ind per wadah (P3) diduga karena kepadatan
rata post larva udang vaname dari yang tertinggi ke terendah individu post larva udang melebihi kapasitas ruang
secara berturut-turut adalah perlakuan kepadatan 9 ind per kehidupannya, bukan disebebkan oleh konsentrasi oksigen
wadah (Kontrol) sebesar 69,07 (SD 14,64) mg per wadah, terlarut dalam media pemeliharaan. Oleh karena kepadatan
perlakuan kepadatan 14 ind per wadah (P2) sebesar 58,03 (SD tinggi, maka ditengarai terjadi berbagai persaingan diantaranya
8,76) mg per wadah, perlakuan kepadatan 19 ind per wadah persaingan makanan, ruang dan gerak dan oksigen yang lebih
(P3) sebesar 49,12 (SD 11,40) mg per wadah (Gambar 4). tinggi dibanding pada Kontrol dan perlakuan P2. Selain itu dapat
Rendahnya pertumbuhan mutlak post larva udang disebabkan adanya penggunaan zat kimia (hormon) yang di
vanname pada kepadatan 19 ind per wadah (49,12 mg) diduga eksresikan oleh udang kepada udang lain dengan tujuan untuk
disebabkan adanya persaingan untuk mendapatkan ruang gerak mempengaruhi atau menghambat pertumbuhan (Afrianto et al.,
dan beraktifitas, dan penurunan kualitas air media. Hal ini 1996).
sejalan dengan pendapat Hadie & Supriatna (1988) bahwa luas Berdasarkan hasil analisis ragam diperoleh Fhit kepadatan
habitat yang tidak sesuai dengan jumlah individu organisme sebesar 5016,428 (Fhit>Ftab, 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
budidaya menyebabkan terjadinya persaingan ruang gerak dan dalam budidaya, kepadatan berpengaruh sangat nyata terhadap
kebiasaan lainnya. Diketahui salah satu sumber pakan bagi post pertumbuhan mutlak post larva udang vaname. Hal ini sejalan
larva udang vanname berasal dari pakan alami. Pakal alami dengan hasil penelitian Supriyono et al., (2007) bahwa produksi
merupakan sumber energi bagi pertumbuhan post larva udang tokolan udang vanamei dalam hapa dengan perlakuan
(Budiardi et al., 2008; Gunarto, 2008; Panjaitan et al., 2012; Brito kepadatan berbeda, yaitu 500 ekor/m2, 1.000 ekor/m2, 1.500
et al., 2014, 2016; Kilawati & Maimunah, 2014; Regals, 2014; ekor/m2, 2.000 ekor/m2, tidak mempengaruhi kelangsungan
Suita et al., 2015; Fakriah, 2017). Dengan demikian, pemupukan hidup dan koefisien keragaman. Diketahui perlakuan hanya
media pemeliharaan post larva udang vanname dimaksudkan mempengaruhi pertumbuhan, dimana kepadatan 500 ekor/m2
untuk meningkatkan kesuburan makanan alami agar dapat menghasilkan pertumbuhan terbaik. Hasil temuan lain
tumbuh. Pakan alami dapat berupa klekap dan lumut yang menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot akhir rata-rata udang
tumbuh pada pelataran tambak maupun sebagai plankton vaname selama masa 90 hari pemeliharaan menggunakan udang
(Murdjani et al., 2007; Kassam et al., 2011). vaname PL30 dengan bobot awal 1,32 g, yaitu untuk kepadatan
Ketersediaan pakan alami baik klekap, lumut maupun 100 ekor per m2 sebesar 13,29 g, kepadatan 200 ekor per m2
plankton menjamin pertumbuhan dan kelangsungan hidup sebesar 11,54 g, dan kepadatan 300 ekor per m2 sebesar 8,99 g
postlarva udang vaname yang dipelihara (Murdjani et al., 2007; (Cokrowati et al., 2012).
Budiardi et al., 2008; Purba, 2012). Namun bagaimanapun Pertumbuhan mutlak rata-rata post larva udang vaname
pertumbuhan pakan alami plankton yang berlebihan akibat tertinggi diperoleh pada perlakuan kombinasi P2KP1 yaitu
dosis pemupukan akan berdampak pada penurunan kualitas air sebesar 81,17 (SD 2,26) mg per wadah, kemudian perlakuan
media dan tanah dasar pemeliharaan (Madenjian, 1990; Pérez- kombinasi P3KP1 73,23 (SD 14,62) mg per ekor, perlakuan
Linares et al., 2003; Gunarto, 2008; Panjaitan et al., 2012; Syafaat kombinasi P3KP2 sebesar 63,53 (SD 3,56) mg per wadah,
et al., 2012; Brito et al., 2014; Kilawati & Maimunah, 2014; perlakuan kombinasi P2KP2 62,63 (SD 11,50) mg per wadah,
Rochmady & Susiana, 2014). Pemumpukan dengan dosis tinggi perlakuan kombinasi P3KP3 sebesar 57,63 (SD 6,27) mg per
berpotensi mengubah keasaman tanah dan kualitas air. wadah, perlakuan kombinasi P2KP3 53,57 (SD 13,90) mg per
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor padat tebar post wadah, perlakuan kombinasi P1KP1 52,80 (SD 9,61) mg per
larva udang vanname berpengaruh terhadap pertumbuhan wadah, perlakuan kombinasi P1KP2 47,93 (SD 7,00) mg per
mutlak. Diketahui semakin tinggi padat penebaran, maka wadah dan pertumbuhan yang terendah terdapat pada
penggunaan energi semakin tinggi (Muzaki, 2004; Panjaitan et perlakuan kombinasi P1KP3 sebesar 36,17 (SD 3,92) mg per
al., 2012; Brito et al., 2014), metabolisme meningkat (Madenjian, wadah (Gambar 5). Perbedaan pertumbuhan pada setiap
1990; Xu et al., 2016) yang mengakibatkan konsentrasi oksigen perlakuan diduga akibat terjadi kompetisi atau persaingan
terlarut rendah dengan demikian laju pertumbuhan udang terhadap makanan dan ruang. Semakin banyak jumlah individu
terhambat (Purba, 2012). Selain itu, petumbuhan lambat dalam setiap wadah, semakin tinggi pula kompetisi di dalamnya.
disebabkan persaingan untuk mendapatkan ruang dan Namun demikian, perbedaan pertumbuhan mutlak tersebut
penggunaan energi yang tinggi (Madenjian, 1990; Akiyama et al., dapat saja dipengaruhi oleh faktor lain yakni keturunan, jenis
1992; Cokrowati et al., 2012). Oleh karena itu rendahnya kelamin dan umur, kualitas pakan, parasit, dan penyakit (Purba,
pertumbuhan post larva udang vaname pada perlakuan 2012). Selain itu, tingkat konsumsi pakan akan mempengaruhi

100 Kelangsungan Hidup Pertumbuhan Mutlak 100


90 90
Pertumbuhan mutlak (g)
Kelangsungan hidup (%)

80 80
70 70
60 60
50 50
40 40
30 30
20 20
10 10
0 0
KP1 KP2 KP3 KP1 KP2 KP3 KP1 KP2 KP3
P1 P2 P3
Perlakuan Pupuk (P) dan Kepadatan (KP)
Gambar 5. Kombinasi perlakuan terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan mutlak post larva udang vanname
berdasarkan faktor pupuk dan padat tebar.

6 https://scofci.stipwunaraha.ac.id/
Vol. 1 No. 1: 1-10, Mei 2017 Akuatikisle

pertumbuhan individu maupun biomassa pada akhir air media pemeliharaan yang optimal akan mendukung
pemeliharaan, yang berkaitan optimalisasi pertumbuhan larva pertumbuhan dan perkembangan udang vaname.
(Sintawati, 1985; Ali & Waluyo, 2015). Hasil analisis ragam Hasil pengukuran kondisi suhu air media selama masa
pertumbuhan mutlak post larva udang vaname menunjukkan pemeliharaan postlarva udang vanname diperoleh suhu sebesar
bahwa kombinasi faktor pupuk dan kepadatan berpengaruh 29-30°C. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa suhu air media
sangat nyata terhadap pertumbuhan post larva udang vanname selama penelitian berada pada kisaran optimum bagi postlarva
(Fhit>Ftab, Fhit=3016,854, 0,05). udang vaname. Kisaran suhu air agar pertumbuhan organisme
Selain faktor internal, faktor lingkungan abiotik seperti pada perairan tropis berkisar antara 25°C-32°C (Kaligis et al.,
suhu, salinitas, pH, dan biotik seperti pakan, kepadatan 2009), suhu optimal untuk pertumbuhan udang antara 25-32°C
organisme, parasit dan penyakit ikut mempengaruhi (Fast & Lester, 1992; Murdjani et al., 2007; Brito et al., 2014;
pertumbuhan (Effendie, 1997). Pertumbuhan didefinisikan Umiliana et al., 2016). Suhu lingkungan perairan sangat
sebagai pertambahan ukuran panjang atau bobot dalam suatu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup
waktu (Effendie, 1997; Rochmady et al., 2011; Rochmady, 2012). organisme (Kalesaran, 2010; Rochmady, 2011, 2015; Panjaitan
Menurut temuan peneliti lain, bahwa laju pertumbuhan spesifik et al., 2012; Xu et al., 2013; Brito et al., 2014). Hampir semua
post larva udang vaname sebesar 3,69% selama 28 hari di tangki organisme sangat peka terhadap perubahan suhu lingkungan
pemeliharaan bersalinitas 6 ppt. Sementara pemeliharaan 30 (Susiana, 2011, 2015; Rochmady et al., 2016), terlebih
hari di tambak bersalinitas 35 ppt, laju pertumbuhan spesifik perubahan suhu lingkungan yang terjadi secara mendadak
individu post larva udang vaname mencapai 15% (Budiardi et (Taqwa et al., 2008; Brito et al., 2014). Dalam budidaya,
al., 2008; Taqwa et al., 2008). perubahan suhu yang cepat dapat menimbulkan stress bahkan
Namun demkian, pertumbuhan udang vaname seperti dapat menyebabkan kematian pada organisme yang
halnya arthropoda lainnya tergantung pada frekuensi molting dibudidayakan (Umiliana et al., 2016). Selain itu, suhu air sangat
dan pertumbuhan pada molting baru (Fast et al., 1988; berpengaruh terhadap konsentrasi oksigen terlarut (Xu et al.,
Primavera, 1991; Fast & Lester, 1992; Brito et al., 2014). Pada 2013). Jika suhu tinggi, air akan lebih lekas jenuh dengan oksigen
budidaya udang, peristiwa molting ditandai dengan seringnya dibanding dengan suhu rendah. Peningkatan suhu air akan
udang muncul sambil meloncat-loncat ke permukaan air. mengakibatkan peningkatan reaksi kimia dan evaporasi
Gerakan tersebut merupakan salah satu cara mempertahankan (penguapan) serta penurunan kelarutan gas oksigen dalam air
diri karena cairan molting yang dihasilkan dapat merangsang seperti O2, CO2, dan sebagainya (Sudaryono, 2006; Brito et al.,
udang lainya untuk mendekat dan memangsa (kanibalisme) 2014). Bagi organisme budidaya, pada suhu rendah
(Haliman & Adijaya, 2005). Selain peristiwa molting, diketahui metabolisme udang menjadi rendah dan secara nyata
bahwa pertumbuhan suatu organisme merupakan suatu proses berpengaruh terhadap nafsu makan udang (Boyd, 1982).
biologi yang kompleks, sehingga banyak faktor yang Pengukuran kadar oksigen terlarut media pemeliharaan
mempengaruhinya. Udang vanname dapat tumbuh hingga 20 g post larva udang vaname selama penelitian berkisar antara 4.1-
secara cepat dengan laju pertumbuhan mencapai 3 g per minggu 4,7 mgL-1. Kadar oksigen terlarut tersebut masih dalam kategori
pada kepadatan (100 ekor/m2). Setelah itu, udang vanname baik untuk pemeliharaan larva udang vannamei. Dibandingkan
tumbuh lambat sekitar satu gram per minggu. Diketahui, dengan standar kaulitas air adalah 3.5 – 6.93 mgL-1 (Fast &
individu betina tumbuh lebih cepat dibandingkan individu Lester, 1992; Murdjani et al., 2007). Kelarutan oksigen dalam air
jantan (Wyban et al., 1991). Oleh karena itu, pengamatan dipengaruhi oleh temperatur, salinitas. pH dan bahan organik
pertumbuhan panjang maupun berat tubuh udang harus diamati (Effendi, 2010). Apabila salinitas semakin tinggi, kelarutan
secara visual dari hari ke hari pemeliharaan berdasarkan jenis oksigen semakin rendah (Cole & Boyd, 1986). Kelarutan oksigen
kelamin. untuk kebutuhan minimal pada air media pemeliharaan udang
adalah minimal >3 ppm (Murdjani et al., 2007).
3.3. Kualitas Air Pengukuran salinitas selama penelitian diperoleh hasil
Pengamatan terhadap kondisi kualitas air sangat penting dengan kisaran 30-31 ppt. Kisaran salinitas tersebut masih
untuk mendukung kehidupan post larva udang vaname. dalam kondisi baik untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan
Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian ialah postlarva, untuk larva udang, salinitas yang layak adalah 26-36
oksigen terlarut, suhu, salinitas, dan pH air. Hasil pengamatan ppt (Hermawan, 2007; Taqwa et al., 2008). Salinitas air media
kualitas air selama penelitian disajikan pada Tabel 1. Kualitas pemeliharaan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat
kelangsungan udang (Megahed, 2010). Tingkat salinitas yang

Tabel 1. Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian pengaruh pemupukan dan padat tebat terhadap post larva udang vanname
dibandingkan dengan kualitas air berdasarkan literatur.
Parameter Kisaran kualitas air Kualitas Air berdasarkan
Sumber rujukan
kualitas air hasil pengukuran literatur
Suhu 29 – 30 OC 24.78 – 25.05 OC Brito et al., 2014
27 – 32 OC Murdjani et al., 2007
25 to 30 OC Fast & Lester, 1992
29.2 – 31.1 OC Umiliana et al., 2016
Oksigen terlarut 4,1 ~ 4,7 mgL-1 6.15 – 6.37 mgL-1 Brito et al., 2014
> 3.5 Murdjani et al., 2007
5.37 – 6.93 mgL-1 Fast & Lester, 1992
Salinitas 30 -31 ppt 35.61 – 36.22 ppt Brito et al., 2014
10 – 35 ppt Murdjani et al., 2007
5 - 35 ppt Fast & Lester, 1992
26 - 36 ppt Hermawan, 2007; Taqwa
et al., 2008
pH 7,6-7,9 7.56 –7.75 Brito et al., 2014
7,5 – 8,5 Murdjani et al., 2007
8.11 – 8.5 Umiliana et al., 2016

https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/ISLE 7
Ernawati & Rochmady Pengaruh pemupupukan dan padat penebaran

terlalu tinggi atau rendah dengan fuktuasi luas menyebabkan Man) pada media bersalinitas. LIMNOTEK - Perairan Darat
kematian pada larva (Brito et al., 2014; Umiliana et al., 2016). Tropis di Indonesia, 22(1): 42–51.
Udang vaname dapat tumbuh pada kisaran salinatas 15-25 ppt Amin, M. & Mansyur, A., 2012. Keragaman plankton pada budidaya
vanname (Litopenaeus vannamei) pola semi-intensif dengan
(Fast & Lester, 1992; Tahe & Nawang, 2012). Salinitas
pergiliran pakan protein berbeda. In: Prosiding Indoaqua-Forum
berpengaruh terhadap proses metabolisme dan kelangsungan Inovasi Teknologi Akuakultur, pp. 495–502.
hidup udang (Kaligis et al., 2009; Nengsih, 2015). Tingkat Anggoro, S., 1992. Efek osmotik berbagai tingut salinitas media terhadap
salinitas yang terlalu tinggi, atau rendah dengan fluktuasi luas, daya tetas telur dan vitalitas larva udang windu, Penaeus
dapat menyebabkan kematian pada larva udang (Umiliana et al., monodon Fabricius. Institut Pertanian Bogor, 120 p.
2016). Untuk stadia larva, salinitas yang layak adalah 26-36 ppt Boyd, C. E., 1982. Water quality management for pond fish culture. cod.
(Wyban et al., 1991). Water quality management for pond fish culture., Amsterdam:
Hasil pengukuran pH air media pemeliharaan post larva Elsevier Scientific Publishing Co., 318 p., ISBN: 0444420541.
Brito, L. O.; Arana, L. A. V.; Soares, R. B.; Severi, W.; Miranda, R. H.; da
udang vaname diperoleh kisaran 7,6-7,9. Kisaran pH tersebut
Silva, S. M. B. C.; Coimbra, M. R. M. & Gálvez, A. O., 2014. Water
dalam ukuran layak bagi kegiatan pembenihan udang vanamei quality, phytoplankton composition and growth of Litopenaeus
yang mendukung pertumbuhan dan kelangsungan udang vannamei (Boone) in an integrated biofloc system with
(Ratnawati, 2008). Untuk budidaya udang vanname, diperlukan Gracilaria birdiae (Greville) and Gracilaria domingensis
pH sekitar 7,5—8,5 (Tabel1) (Murdjani et al., 2007; Brito et al., (Kützing). Aquaculture International, 22(5): 1649–1664, ISSN:
2014; Umiliana et al., 2016). Pada pH stabil, nafsu makan udang 1573143X, DOI: 10.1007/s10499-014-9771-9.
tetap tinggi (Matias et al., 2002). Nilai pH yang tidak stabil akan Brito, L. O.; dos Santos, I. G. S.; de Abreu, J. L.; de Araújo, M. T.; Severi, W.
mengakibatkan penurunan kualitas air (Budiardi et al., 2008; & Gàlvez, A. O., 2016. Effect of the addition of diatoms (Navicula
spp.) and rotifers (Brachionus plicatilis) on water quality and
Mangampa & Suwoyo, 2016). Hal ini akan berpengaruh pada
growth of the Litopenaeus vannamei postlarvae reared in a
aktifitas udang (Kaligis et al., 2009) sehingga akan berdampak biofloc system. Aquaculture Research, 47(12): 3990–3997, ISSN:
pada penurunan tingkat pertumbuhan dan terganggunya 13652109, DOI: 10.1111/are.12849.
metabolisme udang. Secara perlahan akan menggangu Budiardi, T.; Muluk, C.; Widigdo, B.; Praptokardiyo, K. & Soedharma, D.,
kesehatan udang (Taqwa et al., 2008; Kaligis et al., 2009; Brito et 2008. Tingkat pemanfaatan pakan dan kelayakan kualitas air
al., 2014). Selain itu, pH terkait dengan tingkat keasaman tanah serta estimasi pertumbuhan dan produksi udang vaname
dasar tambak yang dipengaruhi beberapa faktor, antara lain (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) pada sistem intensif.
bahan organik (Yudiati et al., 2010), pembusukan organisme air Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 15(2): 109–
116.
(Xu et al., 2013), tingginya kandungan logam berat seperti besi,
Christiani, C., . 2012. Pemberian Pupuk Urea dan Tsp dapat Berpengaruh
timah, dan bouksit, dan lainnya (Ratnawati, 2008; Fawzya et al., Terhadap Peningkatan Kesuburan Plankton Kolam. pp. 1–4.
2014). Cokrowati, N.; Utami, P. & Sarifin, 2012. Perbedaan padat tebar
terhadap tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup post
4. Simpulan peurulus lobster pasir (Panulirus homarus) pada bak terkontrol.
Jurnal Kelautan, 5(2): 156–166, ISSN: 19079931.
Pemupukan dan kepadatan berpengaruh sangat nyata
Cole, B. A. & Boyd, C. E., 1986. Feeding Rate, Water Quality, and Channel
terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan postlarva Catfish Production in Ponds. The Progressive Fish-Culturist,
udang vaname. Kelangsungan hidup benur dipengaruhi oleh 48(1): 37–41, DOI: 10.1577/1548-
tingkat pemupukan dan kepadatan. Komposisi pupuk optimum 8640(1986)48<25:FRWQAC>2.0.CO;2.
terhadap tingkat kelangsungan hidup adalah kombinasi Urea 0,7 Dantas, E. M.; Valle, B. C. S.; Brito, C. M. S.; Calazans, N. K. F.; Peixoto, S. R.
g dan TSP 0,9 g per wadah. Komposisi pupuk optimum terhadap M. & Soares, R. B., 2016. Partial replacement of fishmeal with
pertumbuhan adalah Urea 0,5 g dan TSP 0,7 g per wadah. Untuk biofloc meal in the diet of postlarvae of the Pacific white shrimp
mendapatkan tingkat kelangsungan hidup terbaik melalui Litopenaeus vannamei. Aquaculture Nutrition, 22(2): 335–342,
ISSN: 13652095, DOI: 10.1111/anu.12249.
pemupukan kombinasi Urea 0.7 g dan TSP 0.9 g per wadah,
Effendi, H., 2010. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
kepadatan 9 ind per wadah, setara 26 kg Urea dan 33 kg TSP per Lingkungan Perairan. Jakarta: KANISIUS, 11-12 p., ISBN: 979-21-
ha dengan kepadatan 333.000 ind per ha. Untuk pertumbuhan 0613-8.
postlarva udang vaname terbaik melalui kombinasi pupuk Urea Effendie, M. I., 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka
0,5 g dan TSP 0.7 g per wadah, kepadatan 9 ind per wadah atau Nusatama, 163 p.
19 kg Urea dan 26 kg TSP per ha, kepadatan 333.000 ind per ha. Fakriah, Y., 2017. Manajemen Pemberian Pakan Pada Pembesaran
Udang Vannamei Di Instalasi Budidaya Air Payau Probolinggo.
Fakultas Perikanan dan Kelautan.
5. Ucapan Terima Kasih Fast, A. W.; Carpenter, K. E.; Estilo, V. J. & Gonzales, H. J., 1988. Effects of
Terima kasih disampaikan kepada Dinas Kelautan dan water depth and artificial mixing on dynamics of Philippines
Perikanan Kabupaten Muna melalui Balai Benih Ikan Pantai brackishwater shrimp ponds. Aquacultural Engineering, 7(5):
(BBIP) Ghonebalano yang telah bersedia memberikan fasilitas 349–361, ISSN: 01448609, DOI: 10.1016/0144-8609(88)90015-
pinjaman peralatan penelitian. Terima kasih pula disampaikan 5.
kepada masyarakat petambak Desa Oensuli, Kecamatan Fast, A. W. & Lester, L. J., 1992. Marine Shrimp Culture: Principles and
Practices Development in Aquaculture and Fisheries Sciences.
Kabangka, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia yang Fast, A. W. & Lester, L. J. (eds.), Volume 23 ed., Amsterdam:
telah membantu selama pelaksanaan penelitian. Elsevier, 862 p., ISBN: 9781483291048.
Fawzya, Y. N.; Latifa, A. & Noriko, N., 2014. The use of agar processing
6. Referensi waste as a component of microbial cellulase producing medium.
Adiyodi, K. G. & Adiyodi, R. G., 1970. Endocrine control of reproduction JPB Perikanan, 9(1): 51–60.
in decapod Crustacea. Biological Reviews of the Cambridge Ghazali, G. A. F., 2014. Aplikasi Probiotik, Prebiotik dan Sinbiotik melalui
Philosophical Society, 45(2): 121–65, ISSN: 1464-7931, DOI: pakan pada Udang Vaname Litopenaeus vannamei yang
10.1111/j.1469-185X.1970.tb01627.x. dipelihara pada jaring hapa. Bogor Agricultural University.
Afrianto, E.; Rifai, S.; Liviawaty, E. & Hamdhani, H., 1996. Kamus Istilah Gunarto, 2008. Beberapa aspek penting dalam budidaya udang
Perikanan. Yogyakarta: Kanisius, 148 p. vannamei (Litopenaeus vannamei) dengan sistem pemupukan
Akiyama, D. M.; Dominy, W. G. & Lawrence, A. L., 1992. CHAPTER 25 - susulan di tambak (tradisional plus). Media Akuakultur, 3(1):
Penaeid shrimp nutrition. In: Developments in Aquaculture and 15–24.
Fisheries Science, Elsevier, pp. 535–568, ISBN: 01679309, DOI: Gunarto; Suwoyo, H. S. & Tampangalio, B. R., 2012. Budidaya udang
https://doi.org/10.1016/B978-0-444-88606-4.50031-X. vaname pola intensif dengan sistem bioflok di tambak. Jurnal
Ali, F. & Waluyo, A., 2015. Tingkat kelangsungan hidup dan Riset Akuakultur, 7(3): 393–405.
pertumbuhan udang galah (Macrobranchium rosenbergii De Hadie, W. & Supriatna, J., 1988. Pengembangan Udang Galah Balam

8 https://scofci.stipwunaraha.ac.id/
Vol. 1 No. 1: 1-10, Mei 2017 Akuatikisle

Hatchery dan Budidaya. Yogyakarta: Kanisius, 100 p. Putranto, I. W. A., 1989. Kelangsungan Hidup Udang Windu (Penaeus
Haliman, R. W. & Adijaya, D. S., 2005. Udang Vanname. Jakarta: Penebar monodon, Fab.) Pasca Larva dalam Berbagai Tingkat Aklimasi
Swadaya. Salinitas. Bogor Agricultural University.
Hendradjat, E. A. & Mangampa, M., 2016. Pertumbuhan dan sintasan Ratnawati, E., 2008. Budidaya udang windu (Penaeus monodon) sistem
udang vannamei pola tradisional plus dengan kepadatan semi-intensif pada tambak tanah sulfat masam. Media
berbeda. Jurnal Riset Akuakultur, 2(2): 149–156, DOI: Akuakultur, 3(1): 6–10, ISSN: 2502-9460, DOI:
10.15578/JRA.2.2.2007.149-156. 10.15578/ma.3.1.2008.6-10.
Hermawan, D., 2007. Pengaruh Pemberian Rotifer (Brachionus Regals, S. Y., 2014. Subtitusi Pakan Berbahan Silase Ikan Dengan Level
rotundiformis) Dan Artemia Yang Diperkaya DHA 70G Terhadap Berbeda Terhadap Pertumbuhan, FCR Dan Kelulushidupan Benih
Kelangsungan Hidup dan Intermolt Period Larva Udang Vaname Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) PL 25-30. Universitas
(Litopenaeus vannamei). IPB (Bogor Agricultural University). Muhammadiyah Malang, 78 p.
Kalesaran, O. J., 2010. PEMELIHARAAN POST LARVA (PL4-PL9) UDANG Rochmady, 2011. Aspek Bioekologi Kerang Lumpur Anodontia edentula
VANNAMEI ( Penaeus vannamei ) DI HATCHERY PT. BANGGAI (Linnaeus, 1758) (BIVALVIA: LUCINIDAE) Di Perairan Pesisir
SENTRAL SHRIMP PROVINSI SULAWESI TENGAH Ockstan J. Kabupaten Muna. Hasanuddin University, 183 p.
Kalesaran. VI(April): 58–62. Rochmady, R., 2012. Hubungan panjang bobot dan faktor kondisi
Kaligis, E.; Djokosetiyanto, D. & Affandi, R., 2009. Pengaruh kerang lumpur Anodontia edentula Linnaeus, 1758 di Pulau
penambahan kalsium dan salinitas aklimasi terhadap Tobea, Kecamatan Napabalano, Kabupaten Muna. AGRIKAN
peningkatan sintasan postlarva udang vannamei (Litopenaeus Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan, 5(1): 1–8, ISSN: 1979-
vannamei, Boone). Jurnal Kelautan Nasional, 2(Khusus): 101– 6072.
108. Rochmady, R., 2015. Analisis parameter oseanografi melalui
Kassam, L.; Subasinghe, R. & Phillips, M., 2011. Aquaculture farmer pendekatan sistem informasi manajemen berbasis web (Sebaran
organizations and cluster management. Concepts and experiences. suhu permukaan laut, klorofil-a dan tinggi permukaan laut).
cod. FAO Fisheries and Aquaculture, 90 p., ISBN: AGRIKAN Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan, 8(1): 1–7, ISSN:
9789251069004. 1979-6072.
Kilawati, Y. & Maimunah, Y., 2014. Kualitas lingkungan tambak intensif Rochmady, R.; Omar, S. B. A. & Tandipayuk, L. S., 2011. Analisis
Litapenaeus vannamei dalam kaitannya dengan prevalensi perbandingan pertumbuhan populasi kerang lumpur (Anodontia
penyakit White Spot Syndrome Virus. Research Journal of Life edentula, Linnaeus 1758) di perairan Kepulauan Tobea dan
Science, 1(2): 127–136, ISSN: 2355-9926. pesisir Lambiku, Kecamatan Napabalano, Kabupaten Muna.
Madenjian, C. P., 1990. Patterns of oxygen production and consumption AGRIKAN Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan, 4(2): 15–21,
in intensively managed marine shrimp ponds. Aquaculture ISSN: 1979-6072.
Research, 21(4): 407–417, ISSN: 13652109, DOI: Rochmady, R.; Omar, S. B. A. & Tandipayuk, L. S., 2016. Density of
10.1111/j.1365-2109.1990.tb00479.x. mudclams Anodontia edentula Linnaeus, 1758 relation to
Mangampa, M. & Suwoyo, H. S., 2016. Budidaya udang vaname enviromental parameters of Muna Regency. In: Prosiding
(Litopenaues vannamei) teknologi intensif menggunakan benih Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan III, vol. 3, pp. 149–
tokolan. Jurnal Riset Akuakultur, 5(3): 351, ISSN: 2502-6534, 159, DOI: https://dx.doi.org/10.17605/OSF.IO/UBX9G.
DOI: 10.15578/jra.5.3.2010.351-361. Rochmady & Susiana, 2014. Pendugaan stok ikan kerapu (Grouper) di
Matias, H. B.; Yusoff, F. M.; Shariff, M. & Azhar, O., 2002. Effects of perairan Selat Makassar, Sulawesi Selatan periode tahun 1999–
Commercial Microbial Products on Water Quality in Tropical 2007. Jurnal AGRIKAN, 7(2): 60–67, ISSN: 1979-6072.
Shrimp Culture Ponds. Asian Fisheries Science, 15: 239–248. Safar, S. & Saparuddin, S., 2016. Uji coba budidaya udang vaname
Megahed, M. E., 2010. The Effect of Microbial Biofloc on Water Quality, (Litopenaeus vannamei) pola tradisional plus. Buletin Teknik
Survival and Growth of the Green Tiger Shrimp (Penaeus Litkayasa Akuakultur, 11(1): 47–50, DOI:
Semisulcatus) Fed with Different crude Protein Levels I: 10.15578/BLTA.11.1.2013.47-50.
Sustainable Solution to the Dependency on Fish Oil, Fishmeal Sandifer, P. A. & Smith, T. I. J., 1978. Aquaculture of Malaysian Prawns in
and Environmental Problems. Journal of the Arabian Aquaculture Controlled Environments. Food Technology, 32(7): 36–38.
Society, 5(2). Schock, T. B.; Duke, J.; Goodson, A.; Weldon, D.; Brunson, J.; Leffler, J. W.
Mudjiman, A. & Suyanto, S. ., 1989. Budidaya Udang Windu. Jakarta: & Bearden, D. W., 2013. Evaluation of Pacific White Shrimp
Penebar Swadaya. (Litopenaeus vannamei) Health during a Superintensive
Murdjani; Arifin, Z.; Adiwidjaya, D.; Komarudin, U.; Nur, A.; Susanto, A.; Aquaculture Growout Using NMR-Based Metabolomics. PLoS
Taslihan, A.; Ariawan, K.; Mardjono, M.; Sutikno, E.; Supito & ONE, 8(3), ISSN: 19326203, DOI:
Latief, M. S., 2007. Penerapan Best Management Practices (BMP) 10.1371/journal.pone.0059521.
Pada Budidaya Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) Sintawati, I. D., 1985. Pengaruh Pemupukan dan Padat Penebaran
Intensif. Arifin, Z., Kokarkin, C. & Priyoutomo, T. P. (eds.), Jepara: terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Postlarva
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau, DKP, 77 p. Udang Windu (Penaeus monodon). Institut Pertanian Bogor.
Muzaki, A., 2004. Produksi Udang Vaname (Litopenueus vannamei) pada Sudaryono, A., 2006. Kajian kontribusi pakan alami dan buatan serta
Padat Penebaran Berbeda di Tambak Biocrete. Bogor variasi musim pada performansi pertumbuhan juvenil udang
Agricultural University. Penaeus monodon yang dipelihara dalam tambak air payau.
Nengsih, E. A., 2015. Pengaruh aplikasi probiotik terhadap kualitas air Aquacultura Indonesiana, 7(2): 85–91.
dan pertumbuhan udang Litopenaeus vannamei. JURNAL Suita, S. M.; Cardozo, A. P.; Romano, L. A.; Abreu, P. C. & Wasielesky, W.,
BIOSAINS, 1(1): 11–16. 2015. Development of the hepatopancreas and quality analysis
Panjaitan, A. S.; Hadie, W. & Harijati, S., 2012. Pemeliharaan larva udang of post-larvae Pacific white shrimp Litopenaeus vannamei
vaname (Litopenaus vannamei, Boone 1931) dengan pemberian produced in a BFT system. Aquaculture International, 23(2):
jenis fitoplankton yang berbeda. Jurnal Manajemen Perikanan 449–463, ISSN: 1573143X, DOI: 10.1007/s10499-014-9825-z.
dan Kelautan, 1(1): 1–12. Supriyono, E.; Purwanto, E. & Utomo, N. B. P., 2007. Production of
Pérez-Linares, J.; Cadena, M.; Rangel, C.; Unzueta-Bustamante, M. L. & ”Tokolan” White Shrimp Litopenaeus vannamei in the Cage with
Ochoa, J. L., 2003. Effect of Schizothrix calcicola on white shrimp Different Rearing Density. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(1): 57,
Litopenaeus vannamei (Penaeus vannamei) postlarvae. ISSN: 2354-6700, DOI: 10.19027/jai.5.57-64.
Aquaculture, 218(1–4): 55–65, ISSN: 00448486, DOI: Susiana, 2011. Diversitas Dan Kerapatan Mangrove, Gastropoda Dan
10.1016/S0044-8486(02)00447-7. Bivalvia Di Estuari Perancak, Bali. Universitas Hasanuddin, 114
Primavera, J. H., 1991. Prawn/shrimp culture industry in the p.
Philippines. MARINE-SHRIMP-CULTURE:-PRINCIPLES-AND- Susiana, 2015. Analisis kualitas air ekosistem mangrove di estuari
PRACTICES, 23: 701–728, DOI: 10.1016/B978-0-444-88606- Perancak, Bali. AGRIKAN Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan,
4.50040-0. 8(1): 1–10.
Purba, C. Y., 2012. Performa pertumbuhan, kelulushidupan, dan Suwoyo, H. S. & Mangampa, M., 2010. Aplikasi probiotik dengan
kandungan nutrisi larva udang vanamei (Litopenaeus vannamei) konsentrasi berbeda pada pemeliharaan udang vaname
melalui pemberian pakan artemia produk lokal yang diperkaya (Litopenaeus vannamei). In: Prosiding Forum Inovasi Teknologi
dengan sel diatom. Journal of Aquaculture Management and Akuakultur, pp. 239–247.
Technology, 1(1): 102–115. Syafaat, M. N.; Mansyur, A. & Tonnek, S., 2012. Dinamika kualitas air

https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/ISLE 9
Ernawati & Rochmady Pengaruh pemupupukan dan padat penebaran

pada budidaya udang vanname (Litopenaeus vannamei) semi- Xu, W.-J. & Pan, L.-Q., 2013. Dietary protein level and C/N ratio
intensif dengan teknik pergiliran pakan. In: Prosiding Indoaqua- manipulation in zero-exchange culture of Litopenaeus
Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, pp. 487–494. vannamei : Evaluation of inorganic nitrogen control, biofloc
Tahe, S. & Nawang, A., 2012. Respon yuwana udang vanname composition and shrimp performance. Aquaculture Research, :
(Litopenaeus vannamei) pada tingkat salinitas berbeda. In: n/a-n/a, ISSN: 1355557X, DOI: 10.1111/are.12126.
Prosiding Indoaqua-Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, pp. 77– Xu, W. J.; Morris, T. C. & Samocha, T. M., 2016. Effects of C/N ratio on
84. biofloc development, water quality, and performance of
Tahe, S. & Suwoyo, H. S., 2011. Pertumbuhan dan sintasan udang Litopenaeus vannamei juveniles in a biofloc-based, high-density,
vaname (Litopenaeus vannamei) dengan kombinasi pakan zero-exchange, outdoor tank system. Aquaculture, 453: 169–
berbeda dalam wadah terkontrol. Jurnal Riset Akuakultur, 6(1): 175, ISSN: 00448486, DOI: 10.1016/j.aquaculture.2015.11.021.
31, DOI: 10.15578/jra.6.1.2011.31-40. Xu, W. J.; Pan, L. Q.; Sun, X. H. & Huang, J., 2013. Effects of bioflocs on
Taqwa, F. ., 2008. Pengaruh Penambahan Kalium Pada Masa Adaptasi water quality, and survival, growth and digestive enzyme
Penurunan Salinitas Dan Waktu Penggantian pakan Alami oleh activities of Litopenaeus vannamei (Boone) in zero-water
Pakan Buatan Terhadap Performa Pascalarva Udang Vaname exchange culture tanks. Aquaculture Research, 44(7): 1093–
(Litopenaeus vannamei). Bogor Agricultural University, 162 p. 1102, ISSN: 1355557X, DOI: 10.1111/j.1365-
Taqwa, F. H.; Djokosetiyanto, D. & Affandi, R., 2008. Pengaruh 2109.2012.03115.x.
penambahan kalium pada masa adaptasi penurunan salinitas Xu, W. J.; Pan, L. Q.; Zhao, D. H. & Huang, J., 2012. Preliminary
terhadap performa pascalarva udang vannamei (Litopenaeus investigation into the contribution of bioflocs on protein
vannamei). Jurnal Riset Akuakultur, 3(3): 431–436, ISSN: 2502- nutrition of Litopenaeus vannamei fed with different dietary
6534, DOI: 10.15578/JRA.3.3.2008.431-436. protein levels in zero-water exchange culture tanks.
Umiliana, M.; Sarjito & Desrina, 2016. Pengaruh salinitas terhadap Aquaculture, 350–353: 147–153, ISSN: 00448486, DOI:
infeksi Infectious myonecrosis virus (IMNV) pada udang vaname 10.1016/j.aquaculture.2012.04.003.
Litopenaeus vannamei (Boone,1931). Journal of Aquaculture Yamamoto, T.; Shima, T.; Furuita, H. & Suzuki, N., 2003. Effect of water
Management and Technology, 5(1): 73–81. temperature and short-term fasting on macronutrient self-
Wibowo, S.; Utomo, B. S. .; Suryaningrum, T. . & Syamdidi, 2013. Artemia selection by common carp (Cyprinus carpio). Aquaculture,
Untuk Pakan Ikan dan Udang. Penebar Swadaya Grup, 98 p., 220(1–4): 655–666, ISSN: 00448486, DOI: 10.1016/S0044-
ISBN: 9790026404. 8486(02)00541-0.
Widagdo, P. & Wahjuningrum, D., 2014. Aplikasi probiotik , prebiotik , Yudiati, E.; Arifin, Z. & Riniatsih, I., 2010. Pengaruh aplikasi probiotik
dan sinbiotik melalui pakan pada udang vaname ( Litopenaeus terhadap laju sintasan dan pertumbuhan tokolan udang vanamei
vannamei ) yang diinfeksi bakteri Vibrio harveyi Oral (Litopeneus vannamei), populasi bakteri vibrio, serta
application of probiotic , prebiotic , and synbiotic in Pacific white kandungan amoniak dan bahan organik media budidaya. Ilmu
shrimp ( Litopenaeus vannamei ) challe. 11(1): 54–63. Kelautan, 15(3): 153–158, ISSN: 0853-7291.
Wyban, J.; Sweeney, J. N. & Oceanic Institute., 1991. Intensive shrimp
production technology : the Oceanic Institute shrimp manual. The
Institute, 158 p., ISBN: 0961701633.

Ernawati, Program Studi Budidaya Perairan, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Wuna Raha, Jl. Letjend Gatot Subroto Km.7 Lasalepa, Muna,
Sulawesi Tenggara 93645, Indonesia
Rochmady, Pusat Studi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Wun Raha, Jl. Letjed Gatot Subroto Km.7 Lasalepa,
Muna, Sulawesi Tenggara 93645, Indonesia, Email: rochmady@stipwunaraha.ac.id
URL ID-orcid: https://orcid.org/0000-0002-5152-9727
research-ID: http://www.researcherid.com/rid/S-9066-2016
URL Google Scholer: https://scholar.google.co.id/citations?hl=id&user=l3FldxwAAAAJ
URL Sinta Dikti: http://sinta2.ristekdikti.go.id/authors/detail?id=5972816&view=overview
How to cite this article:
Ernawati & Rochmady. 2017. Pengaruh pemupukan dan padat penebaran terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan
post larva udang vanname (Litopenaeus vannamei). Akuatikisle: Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 1(1): 1-10.
https://dx.doi.org/10.29239/j.akuatikisle.1.1.1-10

10 https://scofci.stipwunaraha.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai