Oleh:
Indra Gumay Yudha dan Tarsim
(Staf pengajar PS Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung)
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Oktober 2005 di perairan Pulau Puhawang,
Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh
perbedaan warna media bubu karang terhadap jumlah dan bobot ikan yang tertangkap.
Warna media bubu yang digunakan sebagai perlakuan adalah biru, merah, kuning,
hijau, dan tidak dicat (warna perak kawat galvanis) sebagai kontrol. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan bubu karang yang berbeda warna pada kedalaman 20-
30 m tidak berbeda nyata terhadap jumlah ikan hasil tangkapan; sedangkan terhadap
berat ikan yang tertangkap, bubu berwarna biru memberikan hasil yang terbaik. Jenis-
jenis ikan yang dominan tertangkap adalah ikan dari famili Nemipteridae, seperti
kuniran (Nemipterus isacantus), belah perahu (Nemipterus nematopus), jelek mata
(Scolopsis ciliatus), dan cunung (Pentapodus setosus).
I. PENDAHULUAN
Ikan-ikan karang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, baik sebagai ikan hias maupun
untuk konsumsi. Pasar Hongkong dan Taiwan setiap tahun membutuhkan 25.000 ton
ikan karang dengan nilai hampir mencapai 1 milyar dollar Amerika (Kunzman, 2001).
Keadaan ini memungkinkan untuk dilakukan pengembangan usaha karena maximum
sustainable yield (MSY) ikan karang adalah 76.000 ton (Nurhakim et. al., 1998).
Indra Gumay Yudha dan Tarsim : Pengaruh perbedaan media bubu karang (coral trap) terhadap hasil tangkapan 1
potensi lainnya yang ada pada terumbu karang tidak hanya merugikan nelayan, tetapi
juga masyarakat umum. Untuk menanggulangi hal tersebut diperlukan alat tangkap yang
ramah lingkungan. Salah satu alat tangkap yang sering digunakan untuk menangkap ikan
karang adalah bubu. Bubu sangat cocok untuk menangkap ikan-ikan karang karena di
samping ikan yang ditangkap dalam kondisi hidup dan tidak rusak, jugat tidak merusak
terumbu karang.
Salah satu upaya untuk meningkatkan efektivitas penangkapan dapat dilakukan dengan
aplikasi pewarnaan bahan bubu. Hal ini berdasarkan Bull (1952) dalam Gunarso (1988)
yang menyatakan bahwa sebagian besar ikan mempunyai daya penglihatan yang cukup
baik untuk membedakan warna seperti manusia, terutama ikan-ikan yang hidup di
perairan yang relatif dangkal dan banyak menerima cahaya matahari. Diduga ikan-ikan
tertentu menyukai jenis warna tertentu. Warna alat penangkap ikan yangbaik akan
menyebabkan ikan tidak takut untuk mendekati alat tangkap tersebut, bahkan dapat
menarik perhatian ikan untuk mendekat dan masuk dalam perangkap.
Penangkapan ikan-ikan karang menggunakan racun dan bom yang selama ini digunakan
sebagian besar nelayan telah menyebabkan kerusakan terumbu karang. Untuk
mengurangi kerusakan diperlukan alternatif alat tangkap yang ramah lingkungan dan
secara ekonomi menguntungkan. Alat tangkap yang selama ini digunakan sebagai
bubuefektivitasnya diduga masih rendah, sehingga kurang diminati nelayan. Salah satu
upaya untuk meningkatkan efektivitas alat tangkap adalah dengan cara menciptakan alat
tangkap yang lebih menarik. Oleh karena ikan-ikan karang mampu membedakan warna
karena hidup pada daerah di mana sinar matahari masih tembus ke dasarnya dan ikan-
ikan menyukai jenis warna tertentu, maka pewarnaan bahan bubu diduga dapat
meningkatkan efektivitas penangkapannya. Diduga ikan akan menyukai jenis warna
tertentu sehingga akan tertarik, mendekati dan masuk ke dalam alat tangkap.
Peningkatan daya tangkap bubu diharapkan dapat menarik nelayan untuk beralih dari
penggunaan bom dan racun ke alat tangkap bubu.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis warna bubu yang paling efektif daya
tangkapnya. Adapun manfaat hasil penelitian ini adalah: memberi informasi kepada
nelayan warna bubu yang ideal untuk menangkap ikan; meningkatkan efektivitas alat
Indra Gumay Yudha dan Tarsim : Pengaruh perbedaan media bubu karang (coral trap) terhadap hasil tangkapan 2
tangkap bubu sehingga diharapkan dapat mengurangi resiko penangkapan ikan dengan
bom dan racun; serta sebagai informasi bagi penelitian lainnya, khususnya kajian lebih
lanjut mengenai desain dan teknik penangkapan dengan bubu.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan selama 4 bulan yang berlangsung pada bulan Juli-Oktober 2005.
Penelitian awal dilakukan untuk merancang bubu karang yang digunakan untuk tahap
penelitian lapangan; sedangkan penelitian lapangan dilakukan pada daerah penangkapan
ikan di sekitar Pulau Puhawang, Kabupaten Lampung Selatan.
Alat dan bahan penelitian yang digunakan adalah bubu karang yang terbuat dari bahan
kawat galvanis sebanyak 15 unit yang dicat biru, merah, kuning, hijau, dan tidak dicat
(warna perak kawat galvanis) sebagai kontrol. Kontruksi bubu berukuran (pxlxt)
3
75x66x33 cm dan memiliki mulut (funnel) 1 buah.
Alat-alat lainnya adalah: GPS, peta dasar Pulau Puhawang, kantong plastik sebanyak 15
buah, tali PE berdiameter 4 mm sepanjang 30 m, alat pengukur berat (timbangan), kapal
motor dan perlengkapan selam (kompresor, masker, dan selang karet), buku identifikasi
ikan, kamera, borang isian dan alat tulis.
Indra Gumay Yudha dan Tarsim : Pengaruh perbedaan media bubu karang (coral trap) terhadap hasil tangkapan 3
dioperasikan, bubu diangkat dan dicatat jenis, jumlah, dan diukur bobot ikan yang
tertangkap. Identifikasi ikan dilakukan berdasarkan Allen (2000).
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5
perlakuan warna bubu, yaitu biru, merah, kuning, hijau, dan perak/warna kawat bubu
sebagai kontrol). Masing-masing perlakuan memiliki ulangan sebanyak 3 kali. Uji
signifikansi dilakukan dengan analysis of variance (ANOVA), sedangkan uji lanjut dapat
digunakan uji beda nyata terkecil (BNT). Untuk memudahkan analisis data digunakan
perangkat lunak Program SPSS.
Data jumlah hasil tangkapan disajikan pada Lampiran 1. Jenis-jenis ikan yang dominan
tertangkap adalah dari famili Nemipteridae, yaitu sebanyak 148 ekor (47,44%); diikuti
dengan jenis lainnya yaitu famili Serranidae (14,74%), Ostraciidae (6,73%), Siganidae
(5,77%), dan Chaetodontidae (5,45%). Selebihnya, sekitar 19,87%, adalah jenis-jenis
ikan dari famili Monachantidae, Diodontidae, Hemiscyllidae, Pomacanthidae,
Pomacentridae, Labridae, Mullidae, Scaridae, Sparidae, Lethrinidae, Caesionidae, dan
Scorpaenidae.
5.77
19.87
47.44
14.74
5.45 6.73
Indra Gumay Yudha dan Tarsim : Pengaruh perbedaan media bubu karang (coral trap) terhadap hasil tangkapan 4
(Epinephelus sexfasciatus), kerapu lodi (Plectropomus maculatus), kerapu karet loreng
(Epinephelus quoyanus), kerapu karet merah (Cephalopholis miniata), dan kerapu
lumpur (Epinephelus tauvina). Jenis-jenis ikan dari masing-masing famili secara
terperinci dapat dilihat pada Lampiran 2. Jenis ikan ekonomis penting, yaitu kerapu lodi
dan kerapu lumpur (famili Serranidae) hanya tertangkap dalam jumlah sangat sedikit,
yaitu masing-masing 2 dan 1 ekor. Ikan kerapu lodi tertangkap pada bubu kontrol dan
bubu berwarna biru; sedangkan kerapu lumpur tertangkap pada bubu berwarna kuning.
Saat ini harga ikan kerapu lodi di tingkat pedagang pengumpul berkisar antara Rp
120.000,- hingga Rp 150.000,- per kg untuk ukuran konsumsi (≥500 gram); sedangkan
harga ikan kerapu lumpur Rp 60.000 per kg.
Perlakuan bubu yang berwarna biru menghasilkan tangkapan terbanyak, yaitu 79 ekor.
Bubu warna merah menangkap 56 ekor ikan, bubu berwarna kuning menghasilkan 61
ekor ikan, bubu berwarna hijau menangkap ikan sebanyak 50 ekor; sedangkan ikan yang
tertangkap pada bubu kontrol adalah 66 ekor. Dari analisis statistik One way ANOVA
diketahui bahwa perbedaan warna bubu yang digunakan tidak memberikan pengaruh
yang nyata (significant) terhadap jumlah ikan yang tertangkap; namun dari uji LSD
terlihat bahwa antara perlakuan bubu berwarna biru dengan bubu berwarna hijau berbeda
nyata (Lampiran 3).
Tidak berbeda nyata antara perlakuan bubu terhadap jumlah ikan yang tertangkap diduga
bahwa pada kedalaman 20-30 m (daerah pemasangan bubu) intensitas cahaya matahari
sudah mulai menurun. Walaupun pada kondisi tersebut ikan masih dapat melihat karena
cahaya yang dibutuhkan ikan untuk dapat melihat adalah 10-2-10-5 lux, tetapi
kemungkinan besar beberapa warna bubu tidak dapat dikenali pada kedalaman tersebut.
Jika warna suatu benda merefleksikan cahaya dengan warna yang sama, dan pada
kedalaman tertentu di dalam air tidak semua cahaya dapat menembusnya, maka warna
benda di dalam air pada kedalaman tersebut tidak dapat dikenali. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nomura dan Yamazaki (1977), yang menyatakan bahwa cahaya matahari yang
masuk ke dalam air akan mengalami reduksi yang jauh lebih besar bila dibandingkan
dalam udara. Cahaya dengan warna berbeda akan diserap secara berbeda pula oleh air
sejalan dengan kedalaman air. Sinar merah tidak akan menembus lebih dari 10 m,
disusul kemudian jingga dan kuning. Sinar biru dan violet mampu menembus lebih
Indra Gumay Yudha dan Tarsim : Pengaruh perbedaan media bubu karang (coral trap) terhadap hasil tangkapan 5
dalam. Dengan demikian pada kedalaman 20 hingga 30 m, ikan-ikan yang tertangkap
diduga tidak memiliki preferensi tertentu terhadap warna bubu.
Jumlah ikan yang tertangkap pada bubu juga sangat dipengaruhi oleh sifat ikan tersebut.
Ikan-ikan yang biasa hidup berkelompok (schooling) cenderung untuk tertangkap dalam
jumlah banyak; sedangkan ikan-ikan yang bersifat soliter cenderung tertangkap dalam
jumlah sedikit. Hal ini terlihat jelas pada beberapa bubu yang menangkap ikan-ikan dari
famili Nemipteridae yang biasa hidup berkelompok, dimana ikan-ikan tersebut tertangkap
dalam jumlah yang relatif banyak. Sebaliknya, pada bubu yang menangkap ikan-ikan
yang bersifat soliter, seperti famili Serranidae, Scorpaenidae, dan Hemiscyllidae, terlihat
bahwa ikan-ikan tesebut tertangkap dalam jumlah yang relatif sedikit. Proses
tertangkapnya ikan pada bubu diduga juga mempengaruhi hasil tangkapan. Jika ikan
yang tertangkap oleh bubu di awal setting adalah jenis predator, maka ikan-ikan lainnya
cenderung tidak mau memasuki bubu; sedangkan jika di awal setting bubu yang
tertangkap adalah jenis non predator, maka ikan ini berikutnya dapat menjadi umpan
untuk menarik ikan-ikan lainnya termasuk predator.
Data bobot per jenis ikan disajikan pada Lampiran 2. Kelompok ikan dari famili
Nemipteridae merupakan hasil tangkapan bubu yang paling banyak; demikian pula
dengan total bobotnya yang mencapai 6.484 gram. Ikan-ikan dari famili Serranidae yang
tertangkap bubu menempati urutan kedua dengan bobot total mencapai 5.925 gram.
Individu yang memiliki bobot terbesar saat tertangkap adalah kerapu lodi dengan bobot
425 gram. Berdasarkan hasil analisis statistik One way ANOVA, diketahui bahwa
perbedaan warna bubu berpengaruh nyata terhadap bobot ikan yang tertangkap
(Lampiran 3). Dari uji lanjut, yaitu uji BNT (LSD), diketahui bahwa bubu warna biru
memberi hasil tangkapan yang terbaik dibandingkan dengan perlakukan lainnya dari segi
bobot ikan yang tertangkap.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan bubu karang yang berbeda
warna pada kedalaman 20-30 m tidak menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata
Indra Gumay Yudha dan Tarsim : Pengaruh perbedaan media bubu karang (coral trap) terhadap hasil tangkapan 6
terhadap jumlah ikan hasil tangkapan; sedangkan terhadap berat ikan yang tertangkap,
bubu berwarna biru merupakan bubu yang terbaik.
Jenis-jenis ikan yang dominan tertangkap pada daerah perairan gosong karang di sekitar
Pulau Puhawang, Kabupaten Lampung Selatan pada saat penelitian adalah ikan-ikan dari
famili Nemipteridae.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G. 2000. Marine Fishes of South-East Asia. Periplus Edition (HK) Ltd.
Singapore.
Gunarso, W. !988. Tingkah laku ikan dalam hubungannya dengan alat, metode dan
taktik penangkapan. Diktat kuliah Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan IPB. Bogor.
Kunzman, A. 2001. Coral, fisherman and tourists. Jur. Pesisir dan Lautan. Vol.
4(1):40-53.
Nomura, M. & Yamazaki. 1977. Fishing technique. Comilation of transcript of lectures
presented at the training departement, SEAFDFC. JICA. Tokyo
Nurhakim, S., J.C.B. Uktolseja, Badrudin & I.G.S. Mertha. 1998. Potensi, penyebaran,
dan pemanfaatan sumberdaya ikan di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut.
Jakarta.
Indra Gumay Yudha dan Tarsim : Pengaruh perbedaan media bubu karang (coral trap) terhadap hasil tangkapan 7
Lampiran 1. Jumlah ikan yang tertangkap bubu dengan warna berbeda (ekor)
Indra Gumay Yudha dan Tarsim : Pengaruh perbedaan media bubu karang (coral trap) terhadap hasil tangkapan 8
Lampiran 2. Bobot ikan yang tertangkap bubu dengan warna berbeda (gram)
Indra Gumay Yudha dan Tarsim : Pengaruh perbedaan media bubu karang (coral trap) terhadap hasil tangkapan 9
Lampiran 3. Hasil analisis statistik
A. ANOVA: pengaruh perbedaan warna bubu terhadap jumlah ikan yang tertangkap
Multiple Comparisons
LSD: pengaruh perbedaan warna bubu terhadap jumlah ikan yang tertangkap
Indra Gumay Yudha dan Tarsim : Pengaruh perbedaan media bubu karang (coral trap) terhadap hasil tangkapan 10
Lampiran 3. Lanjutan
B. ANOVA: Pengaruh perbedaan warna bubu terhadap bobot ikan yang tertangkap
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3271728.933 4 817932.233 4.931 .019
Within Groups 1658618.667 10 165861.867
Total 4930347.600 14
Multiple Comparisons
LSD: Pengaruh perbedaan warna bubu terhadap bobot ikan yang tertangkap
Indra Gumay Yudha dan Tarsim : Pengaruh perbedaan media bubu karang (coral trap) terhadap hasil tangkapan 11