Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Kronologis lepasnya Timor-Timur199821 Mei

Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatan Presiden Republik Indonesia.Ia


menyerahkan jabatan presiden kepada Wakil Presiden B.J. Habibie.

19 Desember

Perdana Menteri Australia John Howard mengirim surat kepada Presiden


Habibie,mengusulkan untuk meninjau ulang pelaksanaan hak menentukan nasib sendiri atau
right to self-determination bagi rakyat Timor-Timur.

199925 Januari

Rapat Polkam membahas disposisi Presiden BJ Habibie tentang surat Howard.Dalam


disposisinya, Habibie mengatakan, Tolong dipelajar, apakah setelah 22tahun bergabung
dengan Indonesia, masyarakat Timtim masih merasa belumcukup bersatu dengan kita.
Bagaimana kalau kita pisah baik-baik saja melaluiSidang Umum MPR?

27 Januari

Menteri Luar Negeri Ali Alatas mengumumkan keputusan Sidang Kabinet di BinaGraha
yang memakan waktu lebih dari lima jam, yaitu Indonesia akan hands-off dari Timtim jika
Timtim menolak opsi I, yaitu tawaran otonomi khusus yangsangat diperluas. Sebelumnya,
sidang berjalan alot. Dua menteri, Menteri LuarNegeri Ali Alatas dan Menteri Sekretaris
Negata Akbar Tandjung menolakkeputusan tersebut. Sebaliknya, Menteri Pertahanan dan
Keamanan / PanglimaTNI Jendral Wiranto menerima keputusan tersebut.

10 Februari

Kay Rala Xanana Gusmao dipindahkan dari LP Cipinang ke tahanan rumah diSalemba.

8-10 Maret

Terjadi eksodus besar-besaran warga pendatang Timtim, bersama ribuan tonbarang.

6 April

Kekerasan di Gereja Liquica yang menyebabkan ratusan orang mengungsi.

17 April

Terjadi kerusuhan massal di Dili yang antara lain menewaskan putra aktivis pro-kemerdekaan
Manuel Viegas Carrascalao dan perusahaan kantor Harian SuaraTimor Timur

21 April

Kelompok pro-integrasi dan pro-kemerdekaan menandatangani kesepakatandamai di


kediaman Uskup Dili Mgr Carlos Filipe Ximenes Belo SDB, antara laindisaksikan
Menhankam/Pangan TNI Jenderal Wiranto, Wakil Ketua Komnas HAMDjoko Soegianto,
dan Uskup Baucau Mgr Basillo do Nascimento.
27 April

Presiden Habibie membahas lebih dalam tentang Timtim dengan PM AustraliaJohn Howard.
Habibie mengungkapkan akan melaksanakan penentuan pendapatuntuk mengetahui kemauan
sebenarnya rakyat Timtim; tetap berintegrasi ataumemisahkan diri dari Indonesia. Awalnya,
penentuan pendapat direncanakanakan dilaksanakan 8 Agustus 1999.

5 Mei

Menlu Ali Alatas dan Menlu Portugal Jaime Gama, bersama Sekjen PBB KofiAnnan
menandatangani kesepakatan pelaksanaan penentuan pendapat padatanggal 8 Agustus 1999
di Timor Timur, di Markas PBB New York. Indonesia tetapbertanggung jawab pada
keamanan pelaksanaan tersebut. Hal tersebut tertuangdalam dua kesepakatan:a. Kesepakatan
tentang modalitas pelaksaan penentuan pendapat via jajakpendapat.b.Kesepakatan tentang
Polri sebagai penanggung jawab keamananan.

7 Mei

Sidang Umum PBB menerima dengan bulat kesepakatan 5 Mei 1999.

17 Mei

Presiden Habibie mengeluarkan Kepres no.43/1999 tentang Tim PengamananPersetujuan RI-


Portugal tentang Timtim. Kepres itu dimantapkan dengan InpresNo.5/1999 tentang Langkah
Pemantapan Persetujuan RI-Portugal.

21 Mei

Melalui Mensesneg/Menkeh Muladi, pemerintah Indonesia meminta PBBmemajukan


pelaksanaan penentuan pendapat, dari rencana awal tanggal 8Agustus menjadi tanggal 7
Agustus 1999. Tanggal 8 Agustus itu hari libur, hariMinggu, kita menghormati umat
Katolik, jadi jajak pendapat 7 Agustus, kataMuladi. Namun keputusan itu mengherankan Ali
Alatas. Pemerintah belum membahas, apalagi menentukan tanggal, katanya.

1 Juni

Bendera biru PBB mulai berkibar di Timor Timur.

2 Juni

Pemerintah membentuk Satgas P3TT yang didasarkan pada Inpres No.5/1999tentang


Langkah Pemantapan Persetujuan RI-Portugal. Satgas diketuai olehDubes Aus Tarmidzi
dengan Sekretaris/ Koordinator Sudjadnan Parnohadiningrat,dan Penasihat Keamanan
Mayjen Zacky Anwar Makarim.

3 Juni

Peresmian Misi PBB di Timor Timur (UNAMET) dengan Ketua Ian Martin, di Diliyang
diwarnai kerusuhan. Tiga hari kemudian, Wakil Panglima Pejuang Intergrasi(PPI) Eurico
Gutteres memprotes UNAMET.
11 Juni

UNAMET resmi membuka kantor di Dili.

16-18 Juni

Pertemuan kedua kelompok pro-otonomi dan pro-kemerdekaan di Jakarta. Dalampertemuan


ini, mereka sepakat menyerahkan senjata yang dimiliki kelompoksenjata kedua pihak, kepada
UNAMET atau pemerintah RI.

Selaras dengan Piagam PBB pasal VII, Sekjen PBB mengadopsi resolusipembentukan dan
pengiriman pasukan multinasional ke Timtim yang kemudiandisebut INTERFRET atau
International Force for East Timor.

19 September

Rombongan INTERFRET Mayjen Peter Cosgrove tiba di Bandara Komor, Dili.

4 Oktober

salah lirik antara INTERFRET dan TNI mulai terjadi. Malam itu, pasukanINTERFRET
memaksa masuk kompleks ITFET menggunakan kendaraan lapis bajaAPC. Mereka
menabrak barikade pos. Dengan alasan mengejar milisi, merekaterus bergerak hingga
menerobos kawasan yang dijaga Brimob. Keesokanharinya, Mayjen Peter Cosgrove
mengembalikan satuan teledor ini ke Australia.

14 Oktober

Satgas P4TT kembali ke Dili.

21 Oktober

Angin perdamaian mulai ditiupkan oleh Falur Rate Laec, Komandan Region IIIFalintil.

22 Oktober

Xanana tiba di Dili. Ia tidak pernah berhenti berkampanye menyadarkan semuapihak untuk
tidak memusuhi rakyat Indonesia.

23 Oktober

Pertemuan pertama RI-Timor Leste di Markas INTERFRET, Dili. Dari Indonesiadiwakili


Komandan ITFET Brigjen JD Sitorus, Komandan Satgas PengamanaITFET Kol Sahala
Silalahi dan Perwira Penghubung militer Kapten A. Suryo.Sementara, pihak Timor Leste
diwakili Kay Rala Xanana Gusmao, Taur MatanRuak, dan Leandro Isaac. Setelah ITFET,
disusul pertemuan dengan Tim PascaPenentuan Pendapat di Timor Timur yang antara lain
diwakili Ketua P4TT DubesTaufik R. Soedarba.
24 Oktober

Xanana mengeluarkan surat edaran yang berisi jaminan keselamatan bagi 200anwarga negara
Indonesia penghuni Masjid An-Nur.

25 Oktober

Dewan Keamanan PBB mensahkan Misi PBB untuk pemerintahan transisi TimorTimur,
United Nations Transitional Administration in East Timor , atau UNTAET.Sekjen PBB Kofi
Annan menunjuk diplomat senior dari Brazil, Sergio Viera deMello sebagai ketua UNTAET.
UNTAET akan menggantikan INTERFET.

26 Oktober

Presiden RI Abdurrahman Wahid menandatangani surat keputusan pembentukanUNTAET.

30 Oktober

Pukul 09.00 waktu setempat, Bendera Merah Putih diturunkan dari bumi TimorLoro Sae
dalam upacara yang sangat sederhana tanpa liputan. INTERFETmelarang wartawan meliput
acara tersebut, kecuali RTP Portugal. Upacara senada juga diadakan di Bandara Komoro,
dipimpin Komandan Lanud Letkol PnB JohnDalas SE. Pukul 13.00 waktu setempat, tim
Satgas P4TT memutuskan berangkatke Jakarta.

https://insulinda.wordpress.com/2013/06/26/kronologis-lepasnya-timor-timor-dari-wilayah-
negarakesatuan-republik-indonesia/

B. J Habibie yang menggantikan mantan presiden Soeharto mau tidak mau turut tertimpa
masalah dan beragam krisis termasuk krisis disentegari di Timor Timur yang merupakan
warisan orang yang mengajarkan sekaligus mendiktenya untuk berpolitik itu. Habibie yang
terkesan tidak tegas, plin-plan dalam mengambil keputusan merupakan faktor keberuntungan
yang dimiliki oleh Xanana Goesmao untuk mengacaubalaukan rasa nasionalime rakyat Timor
Timur.

Xanana Goesmao yang didukung oleh negara luar seperti Australia dan Portugal semakin
menggebu-gebu untuk menyuarakan kemerdekaan. Akan tetapi, Presiden B.J Habibie
berupaya keras untuk menampal luka lama Partai Fretelin itu. Sayangnya, manusia brilliant
asal Indonesia itu tidak mampu menutup luka secara utuh, hanya ditutup sebagian saja,
sebagian lagi dibiar terbuka.

Dua opsi (pilihan alternatif) yang dia tawarkan untuk memecahkan masalah Timor Timur
yaitu pemberian otonomi khusus di dalam negara kesatuan RI atau memisahkan diri dari
Indonesia. Portugal dan PBB menyambut baik tawaran ini. Selanjutnya, perundingan Tripartit
di New York pada 5 Mei 1999 antara Indonesia, Portugal dan PBB menghasilkan
kesepakatan tentang pelaksanaan jajak pendapat mengenai status masa depan Timor Timur
atau United Nations Mission in East Timor (UNAMET).
Jajak pendapat diselenggarakan pada tanggal 30 Agustus 1999 yang diikuti oleh 451.792
orang pemilih yang dianggap penduduk Timor Timur berdasarkan kriteria yang ditetapkan
UNAMET, baik yang berada di wilayah Indonesia maupun luar negeri. Hasil jajak pendapat
diumumkan pada 4 September 1999 di Dili dan di PBB. Sejumlah 78,5 persen penduduk
menolak dan 21,5 persen menerima otonomi khusus yang ditawarkan. Dengan
mempertimbangkan hal ini maka MPR RI dalam Sidang Umum MPR pada 1999 mencabut
TAP MPR No. VI/1978 dan mengembalikan Timor Timur seperti pada 1975.

http://indonesiatu.blogspot.com/2012/08/sejarah-lepasnya-timor-timur-dari-nkri.html

Anda mungkin juga menyukai