Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HAKIKAT PENDEKATAN DAN METODE PENDIDIKAN, DAN


RELEVANSINYA DENGAN REALITAS MASYARAKAT

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan


Dosen Pembimbing:
Dr. Moh.Nurhakim, MA

Disusun Oleh :

Ubaidillah

201610240211002

PROGRAM PASCASARJANA
MEGISTER KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan sebuah Negara sangat tergantung kepada kemajuan pendidikannya dan
dalam pendidikan itu erat kaitannya dengan penggunaan pendekatan dan metode yang
dilakukan selama proses belajar mengajar terjadi. Pendekatan dan metode selayaknya
dikuasai oleh seorang pengajar supaya bisa mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Penggunaan pendekatan dan metode yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran serta
situasi dan kondisi yang ada akan mengantarkan anak didik ke dalam penguasaan isi
pelajaran yang diharapkan.
Filsafat pendidikan pada hakikatnya merupakan landasan dasar bagi penyusunan
suatu sistem pendidikan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa filsafat pendidikan
merupakan acuan atau pedoman bagi perancang dan pelaku pendidikan.
Sebagai landasan fundamental, filsafat memegang peranan penting dalam proses
pengembangan metode dan pendekatan pendidikan. Metode dan pendekatan pendidikan
merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam keberhasilan
menyampaikan materi dalam kelas. Dewasa ini, pentingnya peran dan fungsi metode
dan pendekatan memang sudah sangat disadari dalam sistem pendidikan nasional
dikarenakan metode dan pendekatan merupakan alat yang krusial dalam merealisasikan
kurikulum yang berlaku sekarang.
Pemilihan pendekatan dan metode juga harus benar dan tepat sesuai dengan
karakter dan sifat materi yang akan disajikan, sehingga tidak akan menjadi penghalang
kelancaran jalannya proses belajar mengajar. Oleh karena itu baik pendekatan maupun
metode yang digunakan oleh pendidik dapat dikatakan berhasil apabila dengan
pendekatan dan metode tersebut dapat
dicapai tujuan yang diharapkan.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat pendekatan pendidikan
2. Untuk mengetahui hakikat metode pendidikan
3. Untuk mengetahui dasar-dasar metode pendidikan
4. Untuk mengetahui unsur-unsur dalam pendekatan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Pendekatan Pendidikan


Menurut Khoiruddin Nasution (2009: 189-190) dalam Nurjannah Rianie
(_____:106) Ada beberapa istilah lain yang mempunyai arti yang hampir sama dan
menunjukkan tujuan yang sama dengan pendekatan, yaitu theoretical framework,
conceptual framework, approach, perspective, point of view (sudut pandang), paradigm
(paradigm). Semua istilah ini bisa diartikan sebagai cara memandang dan menjelaskan
gejala atau peristiwa.
Tentang apa yang dimaksud dengan pendekatan masih diperdebatkan dan
melahirkan dua kelompok besar. Pertama, pendekatan diartikan sebagai paradigma dan
kedua, pendekatan diartikan sebagai disiplin ilmu. Maka ketika disebut studi pendidikan
dengan pendekatan sosiologis itu sama artinya dengan mengkaji pendidikan dengan
menggunakan disiplin ilmu sosiologi. Konsekuensinya, pendekatan di sini
menggunakan teori atau teori-teori dari disiplin ilmu yang dijadikan sebagai
pendekatan.
Ada juga dua istilah lain yang mempunyai arti sama dengan pendekatan, yakni
episteme dan wacana. Episteme adalah cara manusia menangkap, yaitu cara manusia
memandang dan memahami sesuatu fenomenam. Adapun wacana adalah cara manusia
membicarakan kenyataan.
Menurut Michel Foucault (1926-1984) dalam Nurjannah Rianie (____:106),
manusia pada tiap-tiap zaman menangkap kenyataan dengan cara-cara tertentu, atau
dengan caranya sendiri-sendiri. Masih menurut Foucault, episteme dan wacana juga
tunduk pada berbagai aturan yang menentukan apa yang dipandang atau dibicarakan
dari kenyataan, apa yang dianggap penting dan tidak penting, hubungan apa yang
diadakan antara berbagai unsur kenyataan dalam penggolongan dan analisis, dan
sebagainya. Dengan kata lain, setiap zaman, memandang dan membicarakan
kenyatakaan dengan cara yang berbeda-beda (dengan caranya sendiri-sendiri). Karena
itu, pendekatan sangat erat hubungannya dengan kerangka teori. Dalam arti bahwa teori
yang digunakan untuk menganalisis fenomena yang diteliti adalah teori atau teori-teori
yang dimiliki ilmu pendekatan yang digunakan.
Ramayulis dan Samsul Nizar (2009: 209) mengemukan, pendekatan (approach)
merupakan pandangan falsafi terhadap subjec-matter yang harus diajarkan dan
selanjutnya melahirkan metode belajar.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa pendekatan merupakan proses
kegiatan yang dilakukan dalam hal mendekati sesuatu. Jika dikaitkan dengan
pendekatan pendidikan berarti suatu proses kegiatan, perbuatan, dan cara mendekati
bidang pendidikan sehingga mempermudah pelaksanaan kegiatan pendidikan tersebut.
Jika dalam kegiatan pendidikan, metode berfungsi sebagai cara mendidik, maka
pendekatatan berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut mengalami
kemudahan dan keberhasilan.
2.2 Unsur-unsur Pendekatan Pendidikan
Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat
unsur pendekatan dari setiap usaha, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan
sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan
selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang
paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah yang akan dtempuh sejak
titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (kriteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan
profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode
dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria
dan ukuran baku keberhasilan.
2.3 Hakikat Metode Pendidikan
Metode diartikan sebagai jalan atau cara yang paling efektif dalam mencapai
tujuan. Dalam hal ini yang dibicarakan adalah metode dalam pendidikan dan
pengajaran. Jadi metode dalam pengertian di sini menurut A. Tafsir, 1996 dalam
(Hermawan, A. Heris, 2012: 264) adalah cara (jalan) yang paling tepat (efektif) dalam
mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran.
Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata
metode berasal dari dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos.
Meta berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. dalam bahasa
Inggris metode disebut method yang berarti cara dalam bahasa
Indonesia Dalam Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah
thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus
dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan
pendidikan maka metode itu harus diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka
mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran
dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik.
Arti variasi metode dapat diartikan dipelajari dari ilmu tentang metode yaitu
metodologi. Metodologi adalah suatu ilmu pengetahuan tentang metode yang dipergu
nakan dalam pekerjaan mendidik. Sebagai suatu ilmu, metodologi merupakan bagian
dari perangkat disiplin keilmuan yang menjadi induknya. Hampir semua ilmu
mempunyai metodologi tersendiri. Oleh karena itu ilmu pendidikan sebagai salah satu
disiplin dan juga memiliki metodologi yaitu metodologi pendidikan.
Secara Terminologi para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut:
1. Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Abd. Al-Rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara
yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran
3. Omar Mohammad mendefinisikan bahwa metode mengajar
bermakna segala kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh
guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang
diajarkannya, ciri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana
alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk
mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang
dikehendaki pada tingkah laku mereka (Ramayulis, 2006: 184).
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai
pengertian metode di atas, beberapa hal yang harus ada dalam
metode adalah :
1. Adanya tujuan yang hendak dicapai
2. Adanya aktivitas untuk mencapai tujuan
3. Aktivitas itu terjadi saat proses pembelaran berlangsung
4. Adanya perubahan tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah
seperangkat cara, jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses
pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai
kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabi mata pelajaran. Dengan demikian
yang dimaksud dengan metode pendidikan adalah jalan atau cara yang dapat ditempuh
untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan kepada anak didik agar terwujud
kepribadian yang baik.
Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan yang mempunyai sifat ganda yaitu bersifat
polipragmatis dan monopragmatis, polipragmatis berarti metode mengandung kegunaan
yang serba ganda, Misalnya, suatu metode tertentu pada suatu situasi dan kondisi
tertentu dapat dipergunakan untuk merusak, dan pada situasi dan kondisi yang lain
dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan membangun. Misalnya, penggunaan video
cassete recorder (VRC) untuk merekam semua jenis film, baik amoralis maupun yang
moralis, yang hal itu bila dipergunakan sebagai media pembelajaran, maka sasarannya
dapat merusak dan dapat juga memperbaiki atau membangun. Monopragmatis apabila
metode mengandung satu macam kegunaan untuk satu macam tujuan. Dengan demikian
metode tersebut memiliki posisi penting dalam mencapai tujuan. Misalnya,
laboratorium ilmu alam, hanya dapat dipergunakan untuk eksperimen-eksperimen
bidang ilmu alam, tidak dapat dipergunakan untuk eksperimen bidang ilmu lain
(Rabiaty, 2014: 95).
Metode adalah cara yang paling cepat dan tepat dalam memperoleh tujuan yang
diinginkan. Jika metode dapat dikuasi maka akan memudahkan jalan dalam mencapai
tujuan dalam lapangan apapun termasuk dalam pendidikan
Urgensi metode dapat dilihat dalam peran strategisnya, yaitu sebagai jalan,
metode menjadi penting karena kenyataan materi pendidikan tidak mungkin dipelajari
secara efisien, kecuali disampaikan dengan cara tertentu yang tepat. Ketiadaan metode
yang efektif, dapat membuang sia-sia waktu dan upaya pendidikan.

2.4 Dasar Metode Pendidikan


Sasaran metode adalah manusia, pendidik dituntut harus berhati-hati dalam
penerapannya karena dalam penerapannya banyak menyangkut permasalahan individual
atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri sehingga dalam menggunakan metode
pendidikan perlu diperhatikan dasar-dasar sebagai berikut:
a. Dasar Agamis
Pelaksanaan metode pendidikan, dalam prakteknya dipengaruhi oleh corak
kehidupan beragama pendidik dan peserta didik. Corak kehidupan ini memberikan
dampak yang besar terhadap kepribadian peserta didik. Oleh karena itu dalam
penggunaan metode agama merupakan salah satu dasar metode pendidikan.
b. Dasar Biologis
Pertumbuhan jasmani dan kondisi jasmani memegang peran yang sangat
penting dalam proses pendidikan. Sehingga dalam mengunakan metode pendidikan
seorang pendidik harus memperhatikan kondisi biologis peserta didik. Seorang
peserta didik yang cacat akan berpengaruh terhadap prestasi peserta didik baik
pengaruh positif maupun negatif. Hal ini memberikan hikmah dari penciptaan Tuhan
maka dengan harapan besar pendidik dapat memberikan pengertian secukupnya pada
peserta didiknya untuk menerima penciptaan Tuhan yang sedemikian rupa. Oleh
karena itu kondisi biologis anak menjadi acuan dalam memilih metode.
c. Dasar psikologis
Metode pendidikan baru dapat diterapkan secara efektif, bila didasarkan pada
perkembangan dan kondisi psikis peserta didik. Sebab perkembangan dan kondisi
peserta didik memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap internalisasi nilai dan
transformasi ilmu.
Perkembangan biologis seseorang berjalan sesuai dengan perkembangan
psikisnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam menggunakan metode
seorang pendidik disamping memperhatikan kondisi jasmani peserta didik juga perlu
memperhatikan kondisi rohaninya, sebab manusia pada hakikatnya terdiri atas dua
unsur yaitu jasmani dan rohani yang kedua-duanya merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Kondisi psikis tersebut meliputi motivasi, emosi, minat,
sikap, keinginan, kesediaan, bakat-bakat dan kecakapan akal (intelektualnya).
Sehingga seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensipsikologis yang
ada dalam diri peserta didik.
d. Dasar Sosiologis
Interaksi yang terjadi antara sesama peserta didik dan interaksi antara guru dan
peserta didik, merupakan interaksi timbal balik yang kedua belah pihak akan saling
memberikan dampak positif pada keduanya. Dalam kenyataan secara sosiologis
seseorang individu dapat memberikan pengaruh pada lingkungan sosial
masyarakatnya begitu pun sebaliknya. Oleh karena itu guru dalam berinteraksi
dengan peserta didiknya hendaklah memberikan tauladan dalam proses sosialisasi
dengan pihak lainnya, seperti dikala berhubungan dengan peserta didik, sesama guru,
karyawan dan kepala sekolah (Ramayulis, 2006:185-188).

2.5 Relevansi Pendekatan dan Metode Pendidikan dengan Masysrakat


Secara epistimologis, objek pendidikan adalah manusia dari segi potensi
intelektualnya, yakni sejau mana potensi intelektual itu dapat dibimbing untuk
dikembangkan seoptimal mungkin, menjadi cerdas dalam keahliannya, dan juga
menjadi terampil. Oleh karena itu tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi
manusia khususnya potensi intelektualnya. Persoalan yang muncul adalah bagaimana
mengetahui suatu bakat yang ada dalam peserata didik, bagaimana cara
mengembangkan bakat-bakat tersebut dan bagaimana cara memanfaatkannya serta siapa
yang bertangguang atas hal itu semua (Suhartono, 2006:118).
Pertama, untuk mengetahui bakat dalam diri peserta didik, orang tua adalah
penanggung jawab utama. Secara tradisional, jika seorang anak lahir dari orang tua
petani anak itu pun akan mendapatkan didikan menjadi seorang petani. Dalam hal ini
orang tua diam-diam beranggapan bahwa anak mewaaarisi bakat sebagai petani. Tetapi
ketika zaman semakin maju dan pendidikan mulai berkembang, kehidupanpun mulaai
terdidik sehingga orang tua yang petani, pedagang, nelayan dan sebagainya cenderung
lebih terbuaka dalam mendidik anaknya. Sejak melahirkan sesuai dengan kemampuan
inteleknya, para orang tua secara cermaat terus mengamati dinamika tingkah laku anak-
anaknya. Sambil mengasuh dan membimbing orang tua membuat catatan seluruh gerak
gerik mereka. Dari keseluruhan catatan perilaku anak, tercatat ada suatu tingkah laku
yang domain dan menonjol. Sehingga orang tua untuk sementara menyimpulkan dan
menilai bahwa seorang anaknya berbakat A (pedagang) misalnya (Suhartono, 2006:121-
122).
Setelah anak memesuki usia sekolah, bakat tadi disampaikan kepada pihak
sekolah untuk dicatat. Mengenai masalah penentuan bakat, sekolah juga berhak
menentukannya. Sekolah seharusnya mempunyai metode pengukuran (kriteria) tertentu.
Selanjutnya pengukuran bakat dilakukan secara sistematis dan terus menerus sampai
tahap tertentu, misalnya sampai tamat pedidikan dasar (9 tahun). Penentuan bakat oleh
pihak sekolah secara periodik dapat diketahui dari laporan persemester. Dari laporan
tersebut, orang tua melakukan pengamtan secara cermat untuk menilai dan merespon.
Penilaian dan responsi orang tua adalah berupa sikap menentukan tingkat sekolah
berikutnya.
Kedua, menegenai pengembangan bakat yang ada pada peserta didik, sokolah
dalam hal ini guru mempunyai tanggung jawab besar. Disinalah sebuah kurikulum yang
diimplementasikan dengan pendekatan dan metode di kelas mempunyai peranan
penting. Sebelum mengimplimentasikan sebuah metode ataupun pendektan, guru
terlebih dahulu mengadakan observasi terhadap peserta didik, supaya materi yang
diajarkan bisa dipahami dengan baik oleh peserta didik. Jangan paksakan peserta didik
mengikuti metode yang akan diterapkan oleh guru.
Terhadap metode pengembangan bakat peserta didik, sekolah seharusnya
menyampaikan secara jelas dan terbuka kepada para orang tua. Secara organisatoris
menurut keputusan komite pendidikan sekolah, orang tua wajib memberikan dukungan
terhadap kebijakan sekolah. Jadi orang tua harus berpartisipasi secara optimal. Kerja
sama antara sekolah dan orang tua dinilai memberi keuntungan bagi posisi dan peranan
sosial peserata didik di masa akan datang (Suhartono, 2006: 123).
Ketiga, tentang pemanfaatan bakat menjadi tanggung jawab sepenuhnya.
Pemanfaatan bakat berhubungan dengan sistem rekruitmen untuk menyerap habis bakat
terdidik ke dalam setiap kegiatan masyarakat. Sedangkan masyarakat harus mengerti
secara jelas potensi bakat yang dipunyai anak didik sehingga sesuai dengan bidang-
bidang kegiatannya.
Persoalannya adalah setiap institusi sosial yang bergerak dibidang kegiatan sosial
masing-masing harus merekrut mereka untuk menjadi sumber daya ketenagakerjaannya
sesuai dengan bakakat yang dimlikinya, yakni menempatkan orang disuatu profesi
sesuai dengan bakat dan kompetensi serta keterampilannya. Jangan sampai sarjana
pertanian direkrut sebagai tenaga administrasi di Departemen Pendidikan Nasional.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Pendekatan pendidikan merupakan proses kegiatan yang dilakukan dalam hal
mendekati peserta didik.
3.2 Metode pendidikan adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang digunakan oleh
pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan
pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabi
mata pelajaran
3.3 Dasar-dasar metode pendidikan adalah sebagai berikut:
a) Dasar Agamis
b) Dasar Biologis
c) Dasar psikologis
d) Dasar Sosiologis
3.4 Masyarakat sangat penting dalam mengembangkan bakat peserta didik yang dididik
di dalam kelas dengan berbagai metode dan pendektan yang dilakukan oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, A. Haris. 2016. Filsafat Pendidikan Islam. Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama. Jakarta
Rabiaty, Rahmi. 2014, Modul Filsafat Pendidikan Islam, Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya
Ramayulis, 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia: Jakarta
Ramayulis dan Samsul Nizar, 2009. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam
Mulia.
Riane, Nurjannah.______, Pendekatan dan Metode Pendidikan Islam, Jurnal:
Management of Education, Volume 1, Issue 2, ISSN 977-2442404
Suhartono, Suparlan. 2006, Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai