Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENERAPAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP

MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SD ISLAM SABILILLAH MALANG

PROPOSAL

Disusun Oleh:
Ubaidillah (201610240211002)

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
A. PENDAHULUAN
Sumber daya manusia yang berkualitas dapat diwujudkan
dengan pendidikan yang bermutu (Soapatty, 2014; Widodo, 2015;
Suyadi, 2016). pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana
agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses
pembelajaran. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung
jawab. Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu
mengembangkan potensi-potensi positif yang terpendam dalam diri
peserta didik. Terdapat bermacam-macam cara yang dapat digunakan
untuk meningkatkan mutu pendidikan, misalnya dengan menerapkan
sistem pembelajaran yang lebih dikenal dengan nama full day school.
Full day school adalah salah satu karya cerdik para pemikir dan
praktisi pendidikan untuk menyiasati minimnya kontrol orang tua
terhadap anak di luar jam-jam sekolah formal sehingga sekolah yang
awalnya dilaksanakan 5 sampai 6 jam berubah menjadi 8 bahkan
sampai 9 jam. Jadi, siswa selama sehari penuh berada dalam sekolah
dan melakukan segala aktivitas pembelajaran di sekolah (Miller, 2005;
Hilalah, 2010; Susiati & Ali, 2015). Dalam penerapan pembelajaran
sistem full day school para guru memberikan keleluasaan kepada
siswa untuk mengembangkan kreatifitas belajar sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan dengan mengacu pada standar nasional.
Proses pembelajaran terdapat satu kesatuan yang tidak dapat
terpisahkan antar siswa yang belajar dengan guru yang mengajar.
Guru memiliki peranan yang strategis dan penting dalam menentukan
kualitas pembelajaran yang akan dilaksanakannya (Sanjaya, 2008).
Proses belajar siswa memiliki motivasi belajar yang berbeda-
beda, maka guru harus dapat mengarahkan siswa untuk selalu belajar
agar mencapai keberhasilan. Sardiman (2011) berpendapat bahwa,
fungsi motivasi ada 3, yaitu: 1) Mendorong manusia untuk berbuat,
jadi sebagai penggerak atau motor yang melepas energi. Motivasi
dalam hal ini merupakan penggerak dari setiap kegiatan yang
dikerjakan; 2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang
hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah
dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya; 3) Menyeleksi perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan
serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-
perbuatan yang tidak ada manfaat bagi tujuan tersebut.
Iftayani & Nurhidayati (2016) berpendapat bahwa anak yang sekolah full
day memiliki kesiapan belajar yang lebih tinggi dari pada anak-anak
yang sekolah setengah hari, sehingga secara tidak langsung hal ini
akan berpengaruh pada prestasi anak. Pembelajaran sekolah yang
relatif lama terkadang siswa merasa bosan dan tidak antusias dalam
mengikuti pembelajaran, oleh karena itu guru membuat suatu
manajemen pembelajaran full day school yang menyenangkan. Kota
Malang mempunyai beberapa sekolah yang menerapkan full day
school, salah satunya adalah SD Islam Sabilillah yang berada di
Kecamatan Blimbing. Penelitian yang diamati oleh peneliti adalah SD
Islam Sabilillah karena mempunyai prestasi akademik dan non
akademik yang baik serta motivasi-motivasi belajar, sekolah ini selalu
berupaya melakukan perbaikan-perbaikan dalam mutu pendidikan
dengan melakukan inovasi dalam bidang pengajarannya.
Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah yang akan diteliti
adalah 1) Adakah pengaruh penerapan full day school terhadap
motivasi belajar siswa di SD Islam Sabilillah Malang?; 2) Bagaimana
pengaruh penerapan full day school terhadap motivasi belajar siswa
di SD Islam Sabilillah Malang 3) Apa saja yang mempengaruhi
motivasi belajar siswa di SD Islam Sabilillah malang?
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Full Day School
kata full day berasal dari bahasa Inggris. Full berarti penuh,
sedangkan day berarti hari. Jadi full day school merupakan sekolah
sepanjang hari, atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai
pukul 6.45 sampai 15.00 atau dengan kata lain full day school
merupakan istilah dari proses pembelajaran yang dilaksanakan secara
penuh, aktifitas anak lebih banyak dilakukan di sekolah dari pada di
rumah (Hasan, 2006; Ali, 2010; Oktamiati & Yossie, 2013). konsep awal
dibentuknya sistem full day school ini adalah bukan menambah materi ajar
dan jam pelajaran yang sudah ditetapkan oleh depaartemen pendidikan
nasional seperti yang ada dalam kurikulum tersebut, melainkan tambahan
jam sekolah yang digunakan untuk pengayaan materi ajar yang
disampaikan dengan metode pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan
untuk menambah wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan,
menyelesaikan tugas dengan bimbingan guru, pembinaan mental, jiwa dan
moral anak. Hasan (2006) berpendapat bahwa, full day school
bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi kepribadian siswa
dengan lebih seimbang dengan berpatokan pada kurikulum nasional
dan kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah sendiri.
Sebagian waktu pelajaran di sekolah yang menggunakan sistem
full day school dilaksanakan dengan suasana informal. Basuki (2008)
menyatakan, bahwa jam pelajaraan efektif untuk anak adalah antara
3 sampai 4 jam sehari jika dilaksanakan dengan suasana formal,
sedangkan 7 sampai 8 jam sehari jika dalam suasana informal. Basuki
(2008) juga menyimpulkan bahwa full day school merupakan sekolah
yang lebih menggali potensi anak didik secara total dengan
memfokuskan pada siuasi dan kondisi dimana anak didik dapat
mengikuti proses belajar dan bermain, dengan demikian peserta didik
tidak merasa terbebani dan tidak bosen berada di sekolah.
Metode full day school banyak memiliki metode pembelajaran
dimana proses belaar tidak dilakukan di dalam kelas secara terus
menerus, akan tetapi siswa diberikan kebebasan untuk memilih
tempat belajar. Artinya siswa dapat belajar dimana saja seperti di
perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain. Sisi lain dalam full day
school ini, menggunakan metode dialogis emansipatoris yang mana
konsep ini menawarkan pengajaran yang memposisikan siswa
sebagai subyek yang dominan dalam proses belajar mengajar, guru
sebagai fasilitator dan memberikan stimulus bagi siswa terhadap
mata pelajaran untuk dibahas dan diperdalam oleh siswa dengan
sendirinya akan menumbuhkan budaya diskusi dan dialog, sehingga
dengan lamanya belajar siswa tidak menjadi jenuh (Departer, et al,
2004).
Basuki (2008) dan Baharuddin (2008) menyatakan pendapat
yang sama tentang full day school, yaitu full day school merupakan
program pendidikan yang seluruh aktivitasnya berada di sekolah
(sekolah sepanjang hari) dengaan ciri integrated activity dan
integrated curriculum, artinya seluruh program dan aktivitas anak
yang ada di sekolah, mulai dari belajar, bermain, makan dan
beribadah dikemas dalam suatu sistem pendidikan. Kurikulum yang
sudah terncana dengan baik, dijalankan oleh orang-orang yang
berkompeten di dalamnnya maka perjalanan proses pembelajaran
yang hal ini adalah siswaa sebagai subjek pembelajaran akan berjalan
sesuai harapan. Titik tekan pada full day school adalah siswa selalu berprestasi
belajar dalam proses pembelajaran yang berkualitas yakni diharapkan akan terjadi
perubahan positif dari setiap individu siswa sebagai hasil dari proses dan aktivitas
dalam belajar. Adapun prestasi belajar yang dimaksud terletak pada tiga ranah, yaitu
prestasi yang bersifat kognitif psikomotorik, dan afektif (Iftayani &
Nurhidayati, 2016).
2. Kelebihan dan Kekurangan Full Day School
Fullday school sebagai sebuah konsep yang inovatif yang lahir
dari keprihatinan sistem persekolahan konvensional, mempunyai sisi
keunggulan antara lain sebagai berikut: Pertama, sistem full day
school lebih memungkinkan terwujudnya pendidikan utuh. Karena
sasaran pendidikan tidak hanya aspek kognitif saja, melainkan
meliputi tiga bidang yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Kedua,
sistem fullday school lebih memungkinkan terwujudnya intensifikasi
dan efektivitas proses edukasi (Hasan, 2006). Pelaksanaan full day
school dapat membantu peserta didik dalam pembentukan
kepribadiannya, karena dalam pelaksanaan full day school peserta
didik tidak hanya dijari matapelajaran wajib saja.
Namun demikian sistem pembelajaran model full day school tidak
terlepas dari kelemahan dan kekurangan, misalnya:
Pertama, sistem fullday school acapkali menimbulkan rasa bosan
pada siswa. Sistem pembelajaran dengan pola fullday school
membutuhkan kesiapan baik fisik, psikologis, maupun intelektual
yang bagus. Jadwal kegiatan pembelajaran yang padat dan
penerapan sanksi yang konsisten, dalam batas tertentu akan
menyebabkan siswa menjadi jenuh. Namun demikian, bagi mereka
yang telah siap, hal tersebut bukan suatu masalah, tetapi justeru
akan mendatangkan keasyikan tersendiri. Oleh karenanya, kejelian
dan improvisasi pengelola dalam hal ini sangatlah dibutuhkan.
Kedua, sistem fullday school memerlukan perhatian dan
kesungguhan manajemen bagi pengelola. Agar proses pembelajaran
pada lembaga pendidikan yang berpola fullday school berlangsung
optimal, sangat dibutuhkan perhatian dan curahan pemikiran terlebih
dari pengelolanya, bahkan pengorbanan baik fisik, psikologis,
material, dan lainnya (Hasan, 2006).
3. Motivasi Belajar Siswa
Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk
menggerakkan, menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang
agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Nashar (2004) berpendapat bahwa motivasi belajar adalah
kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang
didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar
sebaik mungkin.
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk
perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang
mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap
serta perilaku pada individu belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006)
Untuk peningkatan motivasi belajar menurut dapat kita lakukan
adalah mengidentifikasi beberapa indikatoryna dalam tahap-tahap
tertentu. Indikator motivasi antara lain: 1) Durasi kegiatan, 2)
Frekuensi kegiatan, 3) Presistensinya pada tujuan kegiatan, 4)
Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi
kegiatan dan kesulitan untuk mencapai tujuan, 5) Pengabdian dan
pengorbanan untuk mencapai tujuan, 6) Tingkatan aspirasi yang
hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan, 7) Tingkat kualifikasi
prestasi, 8) Arah sikapnya terhadap
4. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Dimyati dan Mudjiono (2006) berpendapat bahwa yang
mempengaruhi motivasi belajarsiswa diantaranya cita-cita atau
aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa dankondisi
lingkungan siswa, berikut penjelasannya:
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Suatu keinginan atau cita-cita akan terpenuhi apabila diiringi
dengan usaha. Suatu usaha merupakan salah satu bentuk
adanya motivasi yang bisa datangdari diri sendiri maupun
orang lain. Adapun salah satu bentuk motivasi dalam proses
pembelajaran yaitu memberi penguatan kepada siswa berupa
hadiah. Dengan di berikannya hadiah nantinya akan dapat
mengubahkeinginan siswa menjadi kemauan dan kemauan
menjadi cita-cita. Keinginan yang berlangsung dalam diri siswa
biasanya hanya sesaat atau dalam jangkawaktu singkat,
sedangkan kemauan atau cita-cita dapat berlangsung
dalamwaktu yang sangat lama. Misalnya seorang siswa ingin
mendapatkan rangkingI (satu) dalam UAS nanti maka ia akan
memperkuat semangat belajarnya agardapat mencapai
rangking I (satu).
b. Kemampuan Siswa
Keinginan seorang siswa untuk belajar pasti diiringi dengan
kemampuan ataukecakapan yang dimilikinya agar dapat
tercapai tujuan yang diinginkan. Seperti halnya seorang siswa
yang ingin bisa membaca, maka ia akan berusaha mengenal
dan mengucapkan bunyi huruf-huruf abjad sampai bisa
membaca. Dengan demikian keinginan siswa tersebut untuk
bisa membacadapat tercapai. Dari sini penulis menyimpulkan
bahwa kemampuan siswaakan memperkuat motivasinya untuk
tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
c. Kondisi Siswa
Kondisi adalah suatu keadaan yang melingkupi diri siswa,
dimana kondisisiswa ini terdiri dari dua macam yaitu kondisi
jasmani dan rohani. Keduakondisi tersebut merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Misalnya seorang siswa yang fisiknya sehat dankenyang serta
psikisnya gembira maka ia akan mudah untuk
konsentrasiterhadap mata pelajaran yang diberikan oleh guru.
Begitu juga sebaliknya bilaseorang siswa dalam kondisi sakit
dan marah-marah saja maka ia akan sulitmenerima penjelasan
dari gurunya.
d. Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar kita,
baik yang bersifat abstrak
maupun konkrit. Salah satu bentuk lingkungan yang ada disekit
ar siswa diantaranya tempat tinggal, pergaulan sebaya dan
kehidupan dimasyarakat. Siswa merupakan bagian dari anggota
masyarakat yang secaratidak langsung terpengaruh oleh
lingkungan di sekitarnya. Apabila lingkunganyang ada di
sekitarnya aman, tenteram, tertib dan indah, maka semangat
danmotivasi belajarnya mudah diperkuat.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Islam Sabilillah Malang
pada bulan Agustus 2017. SD Islam Sabilillah Malang adalah salah
satu sekolah yang ada di kota Malang yang telah menerapkan sitem
full day school.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk
mengetahui hubungan antar 2 varebel atau lebih, penelitian juga
disbut penelitian korelasional. Wiyono (2004) menyatakan, penelitian
korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua atau lebih variabel yang dapat diukur secara
kuantitatif. Terdapat 2 variabel, yaitu variabel bebas (X) adalah
kebijakan full day school dan variabel terikat (Y) adalah motivasi
belajar siswa. Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini
secara khusus adalah seluruh siswa SD Islam Sabilillah Malang.
Sugiyono (2006) mengatakan, bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Teknik sampling yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
random sampling karena populasi mempunyai anggota yang
berstrata secara proporsional. Sampel yag digunakan sebaanyak 100
siswa dari kelas I sampai kelas VI. Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah teknik kuesioner atau angket. Menurut
Arikunto (2006), instrument penelitian adalah alat/fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih
cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Model
penyusunan angket pada penelitian ini didasarkan pada skala Likert.
Sugiyono (2008) menyatakan, bahwa jika dengan skala Likert, maka
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan.
Selain angket pengumpulan data pada peneltian ini juga
menggunakan observasi dan wawancara. Observasi dilakukan untuk
mengetahui kondisi lingkungan yang ada pada tempat penelitian,
sedangkan wawancara disini difunakan peneliti untuk melakukan
studi pendahuluan agar menemukan permasalahan yang akan diteliti,
dan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab motivasi siswa yang
ada di SD Islam Sabilillah Malang. Wawancara dilakukan kepada
kepala sekolah, waka kesiswaan dan guru BK. Observasi dan
wawancara dilakukan untuk menunjang data motivasi siswa yang
dilakukan dengan angket atau kueseuner.
Pengukuran data untuk variabel manajemen pembelajaran full
day school terhadap motivasi belajar siswa berdasarkan skala Likert
dilakukan dengan memberi skor tiap butir pertanyaan. Validitas
adalah sebagai ukuran seberapa cermat instrumen melakukan
fungsinya (Wiyono, 2007). Instrumen yang valid adalah instrumen
yang dapat mengungkapkan variabel yang diteliti secara tepat. Untuk
mengukur validitas digunakan rumus korelasi Product Moment
Pearson. Selain memenuhi persyaratan validitas, suatu instrument
yang baik juga harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Menurut
Arikunto (2006) realibilitas adalah suatu instrumen yang cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena
instrumen tersebut sudah baik. Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan
rumus Alpha Cronbach.
Teknik analis data yang akan digunakan pada penelitian ini
adalah teknik anava satu jalur. Adapun langkah-langkah sebelum
melakukan teknik anava satu jalur terlebih dahulu melakukan uji
prasysrat, yaitu: uji normalitas bertujuan untuk mengetahuin populasi
data yang diambil berdistribusi normal, uji homogenitas bertujuan
untuk menegetahui apakah variasi data homogen atau sama dan uji
anava satu jalur. Dalam melakuaan analis data peneliti menggunakan
apliaksai SPSS.

REFERENSI
Ali, M. (2010). Reinvensi Pendidikan Muhammadiyah, Al- Wasat
Publishing House: Jakarta
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Baharuddin, H. (2008). Analisis tentang Full Day School Antara Mutu
Pendidikan dan Plemahan Ekonomi, Artikel, Majalah Teknologi
dan Manajemen Pendidikan, 6, 65-73
Basuki, S. (2008). Full Day School Harus Proporsional Sesuai Jenjang dan Jenis
Sekolah. Jurnal Pendidikan
Dimyati dan Mudjiono. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Hasan, N. (2006). Full Day School Model Pembelajaran Bahasa Asing.
Jurnal
Tadris. Volume1, Nomor: 1
Iftayani, I & Nurhidyati. (2016). Self Concept, Self Esteem and School
System: The Study Of Comparation Between Fullday School And
Halfday School In Purworejo, Journal of Guidance and Counseling,
Volume 6 Number 1, Page 53 60, June 2016, ISSN: Print 2088-
9623 Online 2442-7802
Oktamiati, H & Yossie S. E. P (2013). Tingkat Stres Akademik Anak
Usia Sekolah Terhadap Sistem Full Day School Di Sekolah Dasaar
Kab. Bogor. FIK UI
Sadirman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Susiati, P & Ali, A (2015). Pelaksanaan Full Day School Sekolah Dasar
Islam Terpadu Al-Huda Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik
(Studi Problematika Perkembangan Sosial Peserta Didik).
Cendikia: Jurnal Studi Keislaman, Volume 1, Nomor 1, Juni 201:
ISSN 2443-2741
Widodo, H. (2015). Potret Pendidikan Di Indonesia dan Kesiapannya
dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). Cendikia
Volume 13, Nomor 2, Juli- Desember 2015.
Wiyono, B. B. 2004. Penelitian Kuantitatif. Malang: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai