Anda di halaman 1dari 4

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

UNTUK MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKUALITAS


Oleh: Ubaidillah

PENDAHULUAN
Sejak manusia dilahirkan hingga sepanjang hidupnya, manusia tidak
lepas dari suatu kebutuhan yaitu untuk mendapatkan pendidikan. Dewasa
ini, masyarakat sering memandang bahwa kualitas sumber daya manusia
perlu ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu
faktor yang harus didukung karena kemajuan suatu bangsa tidak lepas
dari kemajuan pendidikannya.
Salah satu visi indonesia di masa depan adalah mewujudkan sistem
pendidikan nasional yang demokratis dan berkulitas untuk membentuk
akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat,
disiplin dan bertanggung jawab, berketerampilan serta menguasai
pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas
manusia indonesia (GBHN 1999-2004). Sementara itu, UU No. 20 Thun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menegaskan bahwa pendidikan
nasional berfungsi membangun kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu faktor dari manajemen pendidikan yang penting tetapi
masih kurang tersentuh dalam program pembangunan pendidikan adalah
kepemimpinan kepala sekolah. Sebesar apapun input persekolahan
ditambah atau diperbaiki, outputnya tetap tidak akan optimal, apabila
faktor kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan aspek yang sangat
strategis, tidak diberi perhatian yang memadai. Hal itu disebabkan kepala
sekolah adalah pengelola terdepan yang memutuskan dapat tidaknya
setiap input berproses dan berinteraksi secara positif dalam sistem belajar
mengajar.
Peningkatan kalitas pendidik merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu
sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya
manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah
dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha
pengembangan pendidikan yan lebih berkualitas antara lain melalui
pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan
sarana pendidikan, pengebangan dan pengadaan materi ajar, serta
pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Pertanyaan yang muncul adalah mengapa upaya perbaikan kualitas
pendidikan selama ini kurang berhasil?. Ini disebabkan oleh strategi
pembangunan pendidikan selama ini yang lebih bersifat input oriented.
Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bila mana
segala input pendidikan telah terpenuhi, seperti penyediaan buku-buku,
penyediaa sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan
lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan akan mendapat
output yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi
input-output yang yang diperkenalkan oleh teori education production
function (McMahon, 1999) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga
pendidikan.
Jawaban pertanyaan tersebut perlu dicari sekaligus menata konsep
input-output yang dibarengi dengan upaya memaksimalkan fungsi
kepemimpinan kepala sekolah. Dengan mendayagunakan fungsi
kepemimpinan kepala sekolah secara sistematis, terancang dan
menggunakan pendekatan yang tepat dimungkinkn dapat mendongkrak
pencapaian kualitas pendidikan di masa yang akan datang. Hal ini di
dasari oleh kenyataan bahwa ketersediaan dana, infrastruktur, fasilitas,
dan isntrumen pendidikan lainnya tidak mungkin akan didayagunakan
secara maksimal, efesien dan efektif serta akuntabel tanpa adanya
kepemimpinan yang mampu menggerakkan semua komponen pendidikan.
Dengan adanya pemimpin sekolah yang mempengaruhi dan
menggerakkan sumber daya pendidikan diprediksi dapat memacu dan
memicu pencapaian kualitas pendidikan. Dengan kata lain keterbatasan
sumber daya pendidikan tidak mungkin akan dapat didayagunakan secara
maksimal tanpa adanya pemimpin yang mampu menggerakkan kemajuan
sekolah. Di sinilah pentingnya kepemimpinan dalam sekolah untuk
pencapaian kualitas pendidikan.

PEMBAHASAN
1. Tipe Kepemimpinan
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sifat yang lebih
dari yang dipimpinnya, kelebihan ini adala cara berikir, dalam kerohanian,
dan dalam kejasmanian. Seorang pemimpin mempunyai kelebihan
keluhuran budi pekerti, ketinggian moralitas dan kesederhanaan watak.
Sesuai denga gaya kepemimpinan, terdapat tiga tipe kepemimpinan, (a)
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas, dapat dilihat dari kualitas
keinginannya meneyelesaikan suatu tugas, (b) kepemimpinan yang
berorientasi pada hubungan kerja, dapat diliha dari kualitas ubungan kerja
dengan orang lain, baik hubungan vertikal maupun horizontal dengan
bawahannya, atasannya serta hubungan dengan sejawatnya, dan (c)
kepemimpinan yang berorienasi pada keefektifan, dapat dilihat dari
kemampuannya untuk memperoleh produktivitas yang tinggi. Ketiga
orientasi tugas itu akan dapat terealisasikan apabila seorang pemimpin
mempu mempegaruhi dan menggerakkan pola pikir dan perilaku yang
dipimpinnya.
Kemampuan mempengaruhi dan menggerakkan pola pikir dan
perilaku orang lain sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin,
didukung dengan adanya daya dorong tertentu yang disebut power, yang
sering diterjemahkan dalam istilah kewibawaan. Dalam setiap
kepemimpinan, menurut Fleet (1988) seorang pemimpin harus memiliki
paling tidak lima power, yaitu (a) reward power, yaitu kewibawaan yang
menyebabkan bawahan melakukan tugas tertentu dengan harapan agar
memperoleh hadiah yang akan diberikan (b) coersive power, yaitu
kewibawaan yang mendorong bawahan berbuat sesutu dengn motivasi
agar terhindar dari hukuman yang diberikan oleh pemimpin. (c) legitimate
power, yaitu kewibawaan yang mendorong bawahan atau orang lain
mengerjakan sesuatu kerena memiliki kewenangan sehingga orang lain
mempunyai kewajiban mematuhinya, (d) expert powr, yait bawahan atau
orang lain melaksanakan tugas karena percaya bahwa pribadi pemipinnya
memeili pegetahuan khusus dan keahlian serta mengetahui apa yang
diperlukan oeleh bawahannya, dan (e) referent power, bawahan
melaksanakan tugas karena kagum terhadap pribadi pemimpinnya,
bahkan bawahan ingin memperoleh restu, serta berkeinginan untuk bisa
berbuat atau tampil seperti pribadi pemimpinnya.

2. Tugas Kepala Sekolah


Penilaian kinerja kepala sekolah dilaksanakan berdasarkan tupoksinya. Tupoksi
kepala sekolah juga harus mengacu pada Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang
standar pengelolaan sekolah, meliputi (1) perencanaan program, (2) pelaksanaan rencana
kerja, (3) pengawasan dan evaluasi, (4) kepemimpinan sekolah, (5) sistem informasi sekolah.
Berdasarkan Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai
Kepala Sekolah/Madrasah, Pasal 12 ayat (4) menyatakan bahwa penilaian kinerja kepala
sekolah meliputi, (a) Usaha pengembangan sekolah/madrasah yang dilakukan selama
menjabat kepala sekolah/madrasah; (b) Peningkatan kualitas sekolah/madrasah berdasarkan 8
(delapan) standar nasional pendidikan selama di bawah kepemimpinan yang bersangkutan;
dan (c) Usaha pengembangan profesionalisme sebagai kepala sekolah/madrasah.
Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekoah,
menentukan bagaimana tujuan-tujuan seolah dan tujuan pendidikan pada umumnya dapat
direalisasikan, yang pada akhirnya kualitas pendidikan akan dapat diwujudkan.
Kepemimpinan kepala sekolah yang diharapkan adalah kepemipinan kepala sekolah yang
efektif dalam arti dapat menegmbangkan kepemimpinannya beroientasi kepada manajemen
berbasis sekolah.
3. Karakteristik Kepemimpinan Kepala Sekolah

Anda mungkin juga menyukai