Anda di halaman 1dari 3

Perubahan Psikososial Pada Masa Kehamilan Pada Tiap Trimester

Oleh : Tri Fajarwati, NPM : 1606955580

Kelas A Ekstensi 2016

Kehamilan merupakan hal yang sangat membahagaikan bagi seorang wanita pada
khususnya dan bagi keluarganya pada umumnya. Selama masa kehamilan karena terjadi
perubahan pada tubuh seorang wanita. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya akan membahas
tentang perubahan psikososial pada masa kehamilan pada tiap trimester.

Menurut Pilliterri ( 2011 ), terdapat perubahan psikososial pada masa kehamilan yang
terjadi pada tiap trimester. Adapun tugas psikososial tiap trimester yang harus dilalui seorang
wanita yang hamil adalah :

1. Trimester pertama : menerima kehamilan


Respon seorang wanita yang mengetahui kehamilan berbeda beda, ada yang senang,
sedih, marah terutama jika kehamilannya tidak diinginkan. Seorang wanita bisa tidak suka jika
mengetahui jika sedang hamil, namun tetap harus mencintai anaknya kelak. Perubahan hormon
yang terjadi pada setiap kehamilan berperan dalam menentukan suasana hati sehingga seorang
wanita menjadi lebih sensitif ketika sedang hamil. Perawat dapat memberikan penjelasan
kepada wanita hamil dan pasangannya penyebab dari emosi yang tidak stabil dan hal ini wajar
terjadi ( Leiver, 2015).
Sebagian besar wanita memeiliki perasaan ambivalen yaitu kehamilan tersebut
diinginkan atau tidak. Bahkan wanita yang senang saat mengetahui dirinya sedang hamil dapat
berubah menjadi tidak suka dengan kehamilannya karena mendapati tubuhnya terlihat jelek,
tidak langsing. Selain itu perasaan ketergantungan, menghadapi kenyataan haus mengurus
anak juga dapat merubah perasaan yang awalnya senang mengetahui hamil menjadi tidak
senang ( Lowdermilk et al, 2013).
Meskipun reaksi yang timbul ketika hamil bervariasi, diperlukan dukungan dari suami
(pasangan) untuk membantu istri melewati masa sulit ketika mengetahui kehamilan. Seorang
suami juga dapat memiliki perasaan ambivalensi yang kadang kadang melebihi seorang
wanita ketika mengetahui istrinya sedang hamil. Tugas menerima kehamilan bukan hanya
menjadi tugas psikososial wanita yang hamil, tetapi juga merupakan tugas seorang suami.
Menghabiskan waktu bersama untuk pulih dari perasaan ambivalen , berkonsentrasi untuk
menerima kehamilan adalah tugas utama suami dan istri pada trimester satu ( Pillitteri, 2011).

2. Trimester kedua : menerima bayi


Pada trimester kedua ini merupakan saat yang menyenangkan ketika seorang
perempuan dapat mengatasi perasaan ambivalen dan mulai menerima bayinya. Pada trimester
kedua kehamilan akan terlihat lebih nyata. Terjadi peningkatan berat badan signifikan , perut
akan semakin membesar. Seorang wanita akan merasa senang melihat dan mendengar detak
jantung bayi ketika dilakukan usg abdomen.
Seorang wanita akan mulai belajar memerankan peran sebagai seorang ibu. Seorang
ibu akan bervantasi seperti apa kelak anaknya, laki laki atau perempuan. Kadang seorang
wanita tidak ingin mengetahui jenis kelamin janinnya kerana menginginkan akan menjadi
kejutan nanti ketika bayinya lahir.
Perubahan bentuk tubuh akan mempengaruhi psikologis seorang wanita yang hamil
pada trimester kedua. Ada yang menerima bayinya dan akan semakin melindungi bayinya.
Namun ada juga yang merasa tidak senang dengan perubahan tubuhnya karena merasa tidak
nyaman saat beraktivitas. Hal ini juga akan mempengaruhi hubungan seks dengan
pasangannya. Istri dan pasangannya akan merasa takut melakukan hubungan seks karena takut
keguguran. Peningkatan berat badan, rasa tidak nyaman, dan perubahan lain akan mengurangi
minat untuk berhubungan seks. Disinilah peran perawat memberikan edukasi kepada pasangan
suami istri, jika hal ini merupakan akan berlangsung sementara , masih ada acara lain untuk
mengekspresikan rasa sayang ( Leiver, 2015).

3. Trimester ketiga : menyiapkan menjadi orang tua


Selama trimester ketiga, pasangan biasanya mempersiapkan kamar tidur untuk calon
bayi, membeli pakaian, mempersiapkan nama bayi, belajar mengenai proses melahirkan.
Pasangan juga akan dilanda perasaan cemas dan berjaga jaga jika suatu saat akan melahirkan.
Kecemasan ini tidak hanya dialami wanita yang sedang hamil namun juga dialami pasangan
( suami ). Seorang suami memiliki ketakutan jika persalinan istri tidak berjalan baik yang
berujung kepada kematian bayi atau istrinya. Seorang suami dianjurkan mengatakan perasaan
tersebut dan mencari solusi karena hal ini akan berpengaruh terhadap istri jika suami erasa
takut atau tidak mendukung istri saat persalinan nanti ( Lowdermilk et al, 2013). Mengikuti
kelas pendidikan kesehatan mengenai edukasi proses melahirkan akan sangat bermanfaat bagi
pasangan suami istri. Di kelas pendidikan kesehatan pasangan dapat belajar dari pasangan lain
yang sudah pernah melahirkan dan cara merawat bayi ( Pillitteri, 2011).

Bibliography
Leiver, G. (2015). Introduction to maternity and pesdiatric nursing (7th ed.). Missouri: Elsevier Saunders.

Lowdermilk, D. L., Perry, S. E., & Cashion, K. (2013). Keperawatan maternitas (8th ed., Vol. 1). (F.
Sidartha, & A. Tania, Trans.) Singapore: Mosby Elsevier.

Pillitteri, A. (2011). Maternal & child health nursing : care of the childbearing family (6th ed.). New york:
Delmar Cengage Learning.

Anda mungkin juga menyukai