DARAH
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teori
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh
permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh
darah. Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah
melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui system pembuluh
tertutup karena ada perbedaan tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel
kiri dan atrium kanan (Ethel, 2003: 238).
Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelombang darah yang mengalir
melalui pembuluh darah sebagai akibat dari denyutan jantung. Denyut nadi
sering diambil di pergelangan tangan untuk memperkirakan denyut jantung.
Denyut nadi dapat dengan mudah diperiksa dengan jari tangan atau dengan
cara palpasi, disamping itu dapat pula ditentukan dengan menggunakan
peralatan elektronik yang sederhana maupun yang modern.
Pemeriksaan denyut nadi dan pengukuran tekanan darah merupakan
faktor yang dapat dipakai sebagai indicator untuk meilai system
kardiovaskuler.
1.2 Masalah
a. Bagaimana pengaruh posisi tubuh terhadap tekanan darah dan denyut
nadi?
b. Bagaimana pengaruh latihan fisik terhadap tekanan darah dan denyut
nadi?
c. Bagaimana langkah-langkah pengukuran denyut nadi dan tekanan
darah?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan
darah.
b. Mengetahui pengaruh latihan fisik terhaday denyut nadi dan tekanan
darah.
c. Mengetahui langkah-langkah pemeriksaan denyut nadi dan
mengukur tekanan darah dengan cara palpasi dan auskultasi.
i Memeriksa denyut nadi secara palpasi
ii Mengukur tekanan darah secara palpasi
iii Mengukur tekanan darah secara auskultasi
2
3
2. METODE KERJA
2.1 Alat
a. Meja periksa/tempat tidur
b. Stopwatch/arloji(jam)
c. Sphygmomanometer(tensimeter).terdiri dari :
-Manometer air raksa
-Manset udara
-Selang karet
-Pompa udara dari karet+sekrup pembuka penutup.
d. Stethoscope
e. Bangku latihan fisik
f. Metronom
4
v Memompakan udara kedalam manset (menggunakan pompa udara)
sampai denyut arteria radialis dextra tak teraba
vi Memompakan terus udara kedalam manset sampai tinggi Hg pada
manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik di mana denyut
arteria radialis dextra tak teraba.
vii Mengeluarkan udara dalam manset secara pelan dan
berkesinambungan (dengan memutar sekrup pada pompa udara
berlawanan arah jarum jam). Mencatat tinggi Hg pada manometer
di mana arteri radialis pertama kali teraba kembali. Nilai ini
menunjukkan besarnya tekanan sistolik cara palpasi.
5
1. Memilih 1 mahasiswa coba (MC2).
i. MC2 boleh sama dengan MC1 atau mahasiswa lain dalam
kelompok yang bersangkutan
ii. Memilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi
MC2 pada arteri radialis sinistra selama praktikum point D.2
iii. Memilih satu mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah
MC2 pada lengan kanan secara auskultasi selama praktikum
point D.2
iv. Memilih satu mahasiswa untuk mencatat data
2. Menyuruh MC2 berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit,
kemudian menentukan frekuensi dari irama denyut arteria radialis
sinistra dan tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi
(masing-masing diukur tiga kali berturut-turut) selanjutnya
menghitung rata-ratanya.
3. Menyuruh MC2 duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian
menentukan frekuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra
serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-
masing diukur tiga kali berturut-turut) selanjutnya menghitung rata-
ratanya.
4. Menyuruh MC2 berdiri tenang selama 2-3 menit, kemudian
menentukan frekuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra
serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-
masing diukur tiga kali berturut-turut) selanjutnya menghitung rata-
ratanya.
2.2.3 Mengamati dan Mempelajari Pengaruh Latihan Fisik
terhadap denyut Nadi dan Tekanan Darah
1. Memilih 1 mahasiswa coba (MC3).
i. MC3 boleh sama dengan MC2 atau mahasiswa lain dalam
kelompok yang bersangkutan
ii. Memilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut
nadi MC3 pada arteri radialis sinistra selama praktikum point
D.3
6
iii. Memilih satu mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan
darah MC3 pada lengan kanan secara auskultasi selama
praktikum point D.3
iv. Memilih satu mahasiswa untuk mencatat data
2. Menyuruh MC3 duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian
menentukan frkuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra serta
tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing
diukur tiga kali berturut-turut) selanjutnya menghitung rata-
ratanya. Mencatat frekuensi, irama denyut nadi dan tekanan
sistolik, diastolik serta menghitung nilai rata-ratanya.
3. Dengan manset tetap terpasang pada lengan atas kanan, MC3
melakukan latihan fisik dengan cara: STEP TEST ( NAIK-
TURUN BANGKU) 20 kali/menit selama dua menit dengan
dipandu oleh irama metronome yang di setting pada frekuensi 80
ketukan per menit.
4. Setelah step test berakhir menyuruh MC3 segera duduk, mengukur
frekuensi nadi serta tekanan darahnya masing-masing satu kali.
Data ini diharapkan tercatat tepat 1 menit setelah step test terakhir.
Meneruskan mengukur frekuensi nadi dan tekanan darah dengan
interval 2 menit (menit ke 3..menit ke 5menit ke 7dstnya)
sampai nilainya kembali seperti keadaan sebelum latihan.
3. HASIL
TABEL E.1: DATA DEYUT NADI DAN TEKANAN DARAH
7
MHS TEKANA TEKANAN TEKANAN
COBA PEMERIKS DENYU N SISTOLIK DIASTOLIK
A T NADI SISTOLIK (Auskultasi (Auskultasi)
(Palpasi) )
140
120
100
Denyut Nadi
80
Tekanan Sistolik (Palpasi)
Tekanan Sistolik
60
(Auskultasi)
Tekanan Diastolik
40
20
0
Ayu R Ulfa A Rizka F Rizky D
8
TABEL E.2: DATA POSISI TUBUH TERHADAP DENYUT NADI DAN
TEKANAN DARAH
POSISI DENYUT TEKANAN TEKANAN
TUBUH NADI SISTOLIK DIASTOLIK
(Auskultasi) (Auskultasi)
9
120
100
80
Denyut Nadi
60
Tekanan Sistolik
(Auskultasi)
40
Tekanan Diastolik
( Auskultasi)
20
0
Berbaring Terlentang
Duduk
Berdiri
10
Menit 74 denyut/menit 110 mmHg 82 mmHg
Ke 5
120
100
80
60 Denyut Nadi
Tekanan Sistolik
40 (Auskultasi)
Tekanan Diastolik
20 (Auskultasi)
4. Pembahasan
4.1 Pemeriksaan Denyut Nadi dan Pengukuran Tekanan Darah
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung
seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara
11
palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau
merasakan struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan
auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara
alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003).
Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan
titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri
femoralis, arteri
dorsalis pedis,
arteri popolitea,
arteri
temporalis,
arteri apical,
arteri tibialis
posterior
(Michael,
2006).
Pulsa
denyut nadi terbentuk seiring dengan didorongnya darah melalui arteri. Untuk
membantu sirkulasi, arteri berkontraksi dan berelaksasi secara periodik;
kontraksi dan relaksasi arteri bertepatan dengan kontraksi dan relaksasi jantung
seiring dengan dipompanya darah menuju arteri dan vena. Dengan demikian,
pulse rate juga dapat mewakili detak jantung per menit atau yang dikenal
dengan heart rate (Quan, 2006). PMI, atau Point of Maximal Impulse, dapat
ditemukan pada sisi kiri dada, kurang lebih 2 inci ke kiri dari ujung sternum.
Titik ini dapat dipalpasi dengan mudah; dan pada titik ini pula biasanya apical
pulse diperiksa secara auskultasi dengan menggunakan stetoskop.
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan
luas dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan ini harus adekuat, yaitu cukup
tinggi untuk menghasilkan gaya dorong terhadap darah dan tidak boleh terlalu
12
tinggi yang dapat menimbulkan kerja tambahan bagi jantung. Umumnya, dua
harga tekanan darah diperoleh dalam pengukuran, yakni tekanan sistole dan
diastole.
Sistole dan diastole merupakan dua periode yang menyusun satu siklus
jantung. Diastole adalah kondisi relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh darah
yang kemudian diikuti oleh periode kontraksi atau sistole. Satu siklus jantung
tersusun atas empat fase (Saladin, 2003),
1. Pengisian ventrikel (ventricular filling)
Adalah fase diastolik, saat ventrikel mengembang dan tekanannya turun
dibandingkan dengan atrium. Pada fase ini, ventrikel terisi oleh darah dalam
tiga tahapan, yakni pengisian ventrikel secara cepat, diikuti dengan pengisian
yang lebih lambat (diastasis), hingga kemudian proses diakhiri dengan sistole
atrial. Hasil akhir diperoleh EDV (End Diastolic Volume), yang merupakan
volume darah total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya kurang lebih 130 mL.
2. Kontraksi isovolumetrik (isovolumetric contraction)
Mulai fase ini, atria repolarisasi, dan berada dalam kondisi diastole selama sisa
siklus. Sebaliknya, ventrikel mengalami depolarisasi dan mulai berkontraksi.
Tekanan dalam ventrikel meningkat tajam, namun darah masih belum dapat
keluar dari jantung dikarenakan tekanan pada aorta (80 mmHg) dan pulmonary
trunk (10 mmHg) masih lebih tinggi dibandingkan tekanan ventrikel, serta
masih menutupnya keempat katup jantung. Dalam fase ini, volume darah
dalam ventrikel adalah tetap, sehingga dinamakan isovolumetrik.
13
Gambar 1.2 Fenomena yang terjadi saat siklus jantung (Saladin, 2003)
3. Pompa ventrikuler (ventricular ejection)
Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan dalam ventrikel
melampaui tekanan arterial, sehingga katup semilunaris terbuka. Harga tekanan
puncak adalah 120 mmHg pada ventrikel kiri dan 25 mmHg pada ventrikel
kanan. Darah yang keluar jantung saat pompa ventrikuler dinamakan Stroke
Volume (SV), yang besarnya sekitar 54% dari EDV. Sisa darah yang tertinggal
disebut End Systolic Volume (ESV); dengan demikian SV = EDV ESV.
4. Relaksasi isovolumetrik (isovolumetric relaxation)
14
Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai terjadinya repolarisasi. Fase ini
juga disebut sebagai fase isovolumetrik, karena katup AV belum terbuka dan
ventrikel belum menerima darah dari atria.
Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalah tekanan puncak yang
ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut
selama kontraksi ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah tekanan
terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke pembuluh hilir
sewaktu relaksasi ventrikel. Selisih antara tekanan sistole dan diastole, ini yang
disebut dengan blood pressure amplitude atau pulse pressure (Stegemann,
1981).
15
tekanan yang ditunjukkan pada manometer air raksa adalah ukuran dari nadi
puncak atau tekanan sistolik.
Aliran darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan cepat dan
mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan turbulensi
dan suara khas, yang dapat didengar melalui stetoskop. Sebagian tekanan
dalam manset dikurangi lebih lanjut. Perbedaan antara tekanan sistolik dan
tekanan manset semakin melebar dan arteri terbuka selama beberapa waktu.
Secara umum, jumlah darah bergelombang di bawah manset juga sama
meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung mengeras.
Ketika tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang
nadi, arteri tetap terbuka terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi
teredam karena darah terus mengalir dan derajat percepatan darah oleh
gelombang pulsa tiba-tiba dikurangi. Pada masih rendah manset tekanan, suara
hilang sama sekali sebagai aliran laminar dan aliran darah menjadi normal
kembali (Rushmer, 1970). Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi
pemeriksaan tekanan darah disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang
ditimbulkan karena turbulensi aliran darah yang ditimbulkan karena oklusi
parsial dari arteri brachialis.
Berbagai faktor memepengaruhi denyut nadi dan tekanan darah, seperti
halnya aktivitas hormon, rangsang saraf simpatis, jenis kelamin, umur, suhu
tubuh, termasuk juga diantaranya posisi dan aktivitas fisik.
4.2 Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah
Denyut nadi merupakan cermin respon jantung terhadap kebutuhan
oksigen tubuh. Kecepatan denyut nadi dapat digunakan sebagai patokan respon
tubuh terhadap kebutuhan oksigen pada keadaan basal. (Mohrman D and Jane
H,2006) Pada praktikum ini hasil yang di dapat menunjukkan peningkatan
denyut nadi pada perubahan posisi dari berbaring telentang, duduk, dan berdiri.
Ketika mahasiswa coba berbaring telentang di dapatkan rata-rata sebesar 80,25,
ketika duudk di dapatkan rata-rata denyut nadi sebesar 80, dan ketika berdiri
didapatkan rata-rata denyut nadi sebesar 89.
Tekanan darah memiliki sifat yang dinamis. Pada perubahan posisi tubuh
dari berbaring telentan, duduk, dan berdiri, tekanan darah mengadakan
16
penyusaian untuk dapat tetap menunjang kegiatan tubuh. (Mohrman D and Jane
H,2006) Pada keadaan berbaring telentang didapatkan rata-rata tekanan sistolik
sebesar 118,25 dan diastolic sebesar 79, sedangkan pada keadaan duduk
tekanan sistolik didapatkan rata-rata sebesar 118,75 dan diastolic sebesar
80,75, pada keadaan berdiri tekanan sistolik didapatkan rata-rata sebesar
116,25 dan diastolic sebesar 83. Pengukuran tekanan sistolik dan diastolic
mengalami fluktasi, seharusnya tekanan sistolik dan diastolic menunjukkan
peningkatan dari posisi berbaring telentang, duduk dan berdiri. Naiknya
tekanan sistolik dan diastolik dipengaruhi oleh : (Mohrman D and Jane H,2006)
1. Tonus Otot
Tonus otot ketika berbaring telentang lebih kecil dibandingkan dengan
tonus pada saat duduk atau berdiri. Ketika duduk atau berdiri tonus otot
meningkat sehingga oksigen yang dibutuhkan menjadi lebih besar dan curah
jantung (cardiac output) menjadi lebih besar. Keadaan ini menyebabkan
peningkatan tekanan sistolik dan tekanan diastolic serta denyut jantung.
(Mohrman D and Jane H,2006)
2. Efek Gravitasi dan baroreseptor
Pada perubahan posisi tubuh, tekanan darah bagian atas tubuh akan
menurun karena pengaruh gravitasi. Darah akan mengumpul pada pembuluh
kapasitans vena ekstermitas inferior sehingga pengisian atrium kanan jantung
berkurang dengan sendirinya curah jantung juga berkurang. Penurunan curah
jnatung akibat pengumpulan darah pada anggota tubuh bagian bawah
cenderung mengurangi darah ke otak.
Secara reflektoris, hal ini akan merangsang baroreseptor. Baroreseptor
banyak terdapat pada arcus aorta dan sinus caroticus. Respon yang ditimbulkan
baroreseptor berupa peningkatan tekanan pembuluh darah perifer, peningkatan
tekanan jaringan pada otot kaki dan abdomen, peningkatan frekuensi respirasi,
kenaikan frekuensi denyut jantung serta sekresi zat-zat vasoaktif. Kedua efek
ini (gravitasi dan baroreseptor) dapat meningkatkan tekanan darah sistolik dan
diastolic serta denyut nadi. (Mohrman D and Jane H,2006)
4.3 Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah
17
Pada percobaan pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan
darah di kelompok kami, didapatkan hasil melalui pengukuran langsung pada
mahasiswa coba, Rizka Febriyanti yang berumur 19 tahun yang melakukan
aktivitas naik turun bangku/kursi selama dua menit. Sebelum melakukan
aktivitas, Rizka sebagai mahasiswa coba diukur terlebih dahulu denyut nadi
dan tekanan darahnya, hal ini bertujuan untuk mendapatkan data yang
digunakan sebagai control sebelum melakukan latihan fisik. Data pra-latihan
yang didapat adalah sebesar 72 kali/ menit untuk variable denyut nadi dengan
tekanan darah sebesar 119/79,5 .
Setelah melakukan latihan fisik berupa naik-turun bangku selama 1 menit,
denyut nadi dan tekanan darah mahasiswa coba diukur kembali. Pada menit ke-
1 didapatkan peningkatan aktivitas pada denyut nadi yaitu sebesar 110 kali/
menit. Peningkatan denyut nadi yang signifikan ini merupakan hasil dari
respon kardiovaskular terhadap adanya kontraksi otot. Kerja ini juga berfungsi
untuk mengangkut O2 yang dibutuhkan oleh otot untuk melakukan kontraksi
selama latihan (Ganong, 2003)
Pada latihan fisik akan terjadi perubahan pada sistem cardiovaskular yaitu
peningkatan curah jantung dan redistribusi darah dari organ yang kurang aktif
ke organ yang aktif. Peningkatan curah jantung ini dilakukan dengan
meningkatkan isi sekuncup dan denyut jantung10. Disaat melakukan latihan
fisik maka otot jantung akan mengkonsumsi O2 yang ditentukan oleh faktor
tekanan dalam jantung selama kontraksi sistole. Ketika tekanan meningkat
maka konsumsi O2 ikut naik pula. Konsumsi O2 oleh otot jantung ini dapat
dihitung dengan mengalikan denyut nadi dan tekanan darah sistolik.(Nadi H,
1992)
Selain denyut nadi, perubahan juga dapat dilihat pada tekanan darah
sistolik dan diastolik. Berbeda dengan denyut nadi, pada menit ke-1 setelah
melakukan latihan, kami menemukan adanya penurunan pada tekanan darah
baik pada tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik. Setelah
melakukan latihan fisik tekanan darah turun hingga mencapai angka 115/78.
Menurut teori yang ada penurunan tekanan darah setelah melakukan
latihan fisik dapat terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan
18
relaksasi. Aktivitas fisik tersebut dapat melemaskan pembuluh-pembuluh
darah, sehingga tekanan darah menurun, sama halnya dengan melebarnya pipa
air akan menurunkan tekanan air. Dalam hal ini, latihan fisik/olahraga dapat
mengurangi tahanan perifer.
Penurunan tekanan darah juga dapat terjadi akibat berkurangnya aktivitas
memompa jantung(Medical Journal, 2006). Otot jantung pada orang yang rutin
melakukan latihan fisik sangat kuat, maka otot jantung pada individu tersebut
berkontraksi lebih sedikit daripada otot jantung individu yang jarang
berolahraga, untuk memompakan volume darah yang sama (Mirkin G and
Hoffman M, 1978). Karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut
jantung (Fox EL,1988), maka olahraga akan menurunkan cardiac output,
yang pada akhirnya menyebabkan penurunan tekanan darah.Peningkatan
efisiensi kerja jantung dicerminkan dengan penurunan tekanan sistolik,
sedangkan penurunan tahanan perifer dicerminkan dengan penurunan tekanan
diastolik. (Ganong, 1995)
Pengukuran pada denyut nadi dan tekanan darah dilakukan kembali pada
menit ke-3 setelah latihan fisik, ditemukan perubahan yang menunjukkan
sistem kerja jantung menuju kembali ke keadaan awal yaitu berupa turunnya
kembali denyut nadi. Akan tetapi kondisi ini belum diikuti dengan
meningkatnya kembali tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.
Ketiga variable baru dapat kembali ke keadaan normal pada menit ke-5 yaitu
dengan denyut nadi sebesar 74 kali/ menit dan tekanan darah sebesar 110/82.
5. Diskusi Jawaban Pertanyaan
1) Sebutkan pengertian dari tekanan darah!
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan
luas dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan darah harus adekuat, yaitu
cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong terhadap darah dan tidak
boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja tambahan bagi jantung.
19
lipatan lutut), Arteri Dorsalis Pedis (pada punggung kaki), Ictus Cordis
(pada dinding iga).
20
Awal diastole, sebelum katup atrioventrikularis membuka dan sebelum
katup semilunaris menutup. Saat membuka dan menutupnya tidak
bersamaan,ada keadaan isovolumetrik terlebih dulu(katup semilunar
menutup). Saat ini tidak ada katup yang membuka akses masuk darah ke
ventrikel setelah itu katup atrioventrikuler terbuka.
Urutannya menutupnya katup semilunar isovolumetrik membuka katup
atrioventrikuler (diastole).
Bising ini bernada rendah dan paling jelas didengar dengan bel stetoskop
dan pasien berbaring dalam posisi dekubitus lateral kiri. Karena katup
atrioventrikular mengalami stenosis, pengisian cepat tidak terjadi dan ada
perbedaan tekanan di sepanjang diastol. Jika pasien mempunyai irama
sinus yang normal, kontraksi atrium akan memperbesar perbedaan tekanan
pada akhir diastole, atau presistole, dan akan terjadi peningkatan bising
pada saat ini. Bising atrioventrikular diastolik merupakan tanda yang
sensitif dan spesifik untuk stenosis katup atrioventrikular.
Bising sistolik
Bising sistolik dianggap sebagai bising ejeksi, yaitu bising selama mid-
diastolik sesudah fase awal kontraksi isovolumetrik, atau bisa juga
dianggap sebagai bising insufisiensi yang terjadi pada seluruh sistolik.
Bising yang terjadi pada seluruh sistolik disebut sebagai pansistolik atau
holosistolik
Suara 1 terjadi saat menutupnya katup atrioventrikuler. Apabila bisingnya
setelah suara 1, berarti penutupan katup atrioventrikularisnya tidak
bermasalah. Setelah itu ada fase isovolumetrik,apabila tidak terdenar
bising berarti katuo semilunarnya membuka(stenosis) (swartz,1995)
21
a) Secara teoritis, bagaimanakah pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi
dan tekanan darah?
Secara teori, posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap denyut nadi dan
tekanan darah. Hal ini karena ada efek dari gravitasi bumi. Pada saat
berbaring gaya gravitasi pada peredaraan darah lebih rendah karena arah
peredaran tersebut horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan
tidak perlu memompa. Pada saat duduk maupun berdiri kerja jantung
memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi sehingga
kecepatan berdenyut meningkat.
b.) Apakah hasil praktikum anda sesuai dengan teori?
Ya, hasil praktikum sudah sesuai dengan teori.
22
Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap denyut nadi dan tekanan darah.
Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak. Dengan
demikian selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam
vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi
sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan
darah akan turun (Guyton, 2006). Adanya efek grafitasi bumi juga
berpengaruh terhadap tekanan darah. Pada saat duduk maupun berdiri
kerja jantung dalam memompa darah akan lebih keras karena melawan
gaya gravitasi sehingga kecepatan jantung meningkat.
Pada saat berbaring gaya gravitasi pada peradaran darah lebih rendah
karena arah peredaran tersebut horizontal sehingga tidak terlalu melawan
gravitasi dan tidak terlalu memompa. Sikap atau posisi duduk membuat
tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk
system vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyalnya saraf
pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot
rangka tubuh, terutamaotot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan
tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan
abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler
abdomen kejantung. (Guyton, 2002)
23
sehingga denyut jantung serta tekanan darahnya tidak teratur. Pemulihan
denyut nadinya pun lebih lama daripada pemulihan denyut nadi pada atlet.
Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah
ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat
dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas
(120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan
sistol. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan,
dan disebut tekanan diastol. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat
beristirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang
bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih
rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih
tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam
satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam
hari.
Pengontrolan terhadap nilai tekanan darah pada batas-batas normal sangatlah penting
untuk menunjang terpeliharanya homeostasis tubuh. Ada berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi tekanan pada pembuluh darah, dan salah satunya adalah gravitasi. Adanya gravitasi
bumi ternyata dapat menybabkan tekanan yang berbeda pada lokasi pembuluh darah yang berbeda.
Itulah sebabnya, ketika seseorang berdiri, maka tekanan darah pada bagian kepala akan berbeda
dengan tekanan darah pada bagian kaki. Namun, ketika seseorang berbaring, maka tekanan darah
pada tempat-tempat tersebut akan menjadi sama, karena distribusi pengaruh gravitasi yang
seimbang. Untuk memahami lebih dalam tentang oengaruh gravitasi terhadap tekanan darah serta
berbagai faktor yang mempengaruhi tekanan darah, maka kami menyusun makalah ini yang
berjudul Pengaruh Gravitasi Terhadap Tekanan Darah & Berbagai Faktor yang Mempengaruhi
Tekanan Darah.
B. TUJUAN
Untuk mengetahui tentang pengaruh gravitasi terhadap tekanan darah, serta berbagai faktor
yang mempengaruhi tekanan darah.
C. MANFAAT
Mahasiswa dapat memahami.pengaruh gravitasi terhadap tekanan darah serta berbagai faktor
yang mempengaruhi tekanan darah.
24
BAB II
PEMBAHASAN
25
Uraian di atas mengenai pengaruh gravitasi terhadap tekanan darah hanya berlaku bagi
orang dalam posisi berdiri, dan tidak berlaku bagi orang dalam posisi tiduran. Terdapat perbedaan
tekanan darah antara kepala, dataran jantung dan kaki, pada posisi berdiri. Pada posisi tiduran,
tekanan darah dikepala,dataran jantung dan kaki adalah sama (Taiyeb. 2008).
Karena pengaruh gravitasi, tekanan darah akan meningkat dengan 10 mmhg setiap 12 cm
di bawah jantung. Di atas jantung, tekanan darah akan menurun dengan jumlah yang sama. Jadi
dalam keadaan berdiri, maka tekanan darah sistol adalah 210 mmHg di kaki tetapi hanya 90
mmHg di otak. Dalam keadaan berbaring kedua tekanan ini akan sama[2].
Ada beberapa hal yang dapat diperhatikan untuk mengetahui efek gravitasi pada Tekanan
Vena. Hal tersebut adalah sebagai berikut[2]:
a. Pada orang dewasa dalam keadaan tegak, darah di pembuluh-pembuluh yang berjalan antara jantung
dan ekivalen dengan sebuah kolom darah setinggi 1,5 m. Tekanan yang ditimbulkan oleh kolom
darah ini akibat efek gravitasi adalah 90 mmHg. Tekanan yang terjadi pada darah oleh jantung
telah berkurang menjadi sekitar 10 mmHg di vena-vena tungkai bawah karena hilangnya tekanan
akibat pergesekkan di pembuluh-pembuluh sebelumnya. Tekanan yang ditimbulkan oleh gravitasi
(90 mmHg) ditambah tekanan yang ditimbulkan oleh jantung (10 mmHg) menghasilkan tekanan
vena 100 mmHg di pergelangan kaki. Demikian juga kapiler di daerah ini mendapat pengaruh
gravitasi yang sama.
b. Karena terjadi peningkatan tekanan yang disebabkan oleh efek gravitasi, terjadi penimbunan darah
di vena-vena yang melebar, sehingga aliran balik vena berkurang. Filtrasi menembus dinding
kapiler juga meningkat yang menyebabkan pergelangan kaki dan kaki membengkak, kecuali
apabila tindakan-tindakan kompensasi mampu melawan efek gravitasi tersebut.
Terdapat 2 mekanisme kompensasi yang menanggulangi efek gravitasi ini,
yaitu sebagai berikut[3]:
1. Refleks baroreseptor (keseimbangan aktivitas sistem simpatis-parasimpatis)
Baroreseptor/proreseptor pada dinding sinus karotis dan arkus aorta dirangsang oleh
peningkatan tekanan dalam pembuluh. Sinyal dari sinus karotis melewati saraf Hering ke saraf
glosofaringeal kemudian melewati traktus solitarius di medula batang otak. Sinyal dari arkus aorta
melewati nervus vagus ke area yang sama di batang otak. Sinyal sekunder dari traktus solitarius
medula kemudian menghambat pusat vasokonstriktor di medula dan merangsang pusat vagus,
menyebabkan:
a. vasodilatasi di seluruh sistem sirkulasi perifer
b. berkurangnya frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung.
Penurunan tekanan darah menyebabkan efek sebaliknya. Tekanan yang menurun menyebabkan
baroreseptor menjadi inaktif. Terjadi vasokonstriksi dan peningkatan curah jantung. Selain itu
terjadi peningkatan kadar renin dan aldosteron dalam darah yang membantu mempertahankan
tekanan darah ke tingat semula dengan meningkatkan volume darah melalui retensi urin.
2. Kompensasi sirkulasi serebrum
Tekanan arteri menurun 20-40 mmHg, tetapi tekanan vena jugularis menurun 5-8
mmHg, sehingga mengurangi penurunan tekanan perfusi (tekanan arteri-vena). Resistensi vaskular
serebrum berkurang karena tekanan intrakranium menurun seiring penurunan tekanan vena,
sehingga tekanan pada pembuluh serebrum menurun. Penurunan aliran darah serebrum
26
menyebabkan perubahan metabolik lokal yang meningkatkan vasodilatasi pembuluh serebrum.
Dengan mekanisme autoregulasi ini, aliran darah serebrum hanya turun 20% pada posisi berdiri
dan jumlah penyerapan O2 per satuan darah meningkat, sehingga konsumsi O2 pada keadaan
berbaring dan berdiri adalah sama.
27
1. Ras. Telah diketahui bahwa tekanan darah orang timur pada umumnya lebih
rendah daripada orang Amerika dan Eropa. Tidak begitu jelas apakah hal ini
disebabkan oleh faktor genetis, lingkungan atau makanan. Makanan yang
mengandung banyak kolesterol yang dimakan oleh orang Amerika atau Eropa
mungkin merupakan penyebab perbedaan tekanan darah tersebut.
2. Emosi. Emosi dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik dan ini
berpengaruh terhadap tekanan darah.
3. Sikap badan. Sikap badan mempunyai pengaruh yang bervariasi terhadap
tekanan darah. Dalam sikap berdiri, baik tekanan sistol maupun tekanan
diastol meningkat kurang ebih 10 mmHg. Meningkatnya tekanan diastol lebih
besar dari pada tekanan sistol, sehingga tekanan nadinya tidak begitu besar
meningkatnya. Pengaruh gravitasi terhadap aliran kembali ke serambi jantung
dapat mempengaruhi keluaran jantung. Hal ini menyebabkan timbulnya
tindakan kompetasi, yaitu dengan meningkatnya frekuensi denyut jantung.
4. Gerak badan berpengaruh sekali terhadap sistol dan diastol. Pengaruhnya
lebih besar terhadap tekanan sistol daripada tekanan diastol. Tekanan sistol
akan meningkat sebagai akibat meningkatnya volume sekuncup, terutama
pada gerak badan yang berat. Meningkatnya tejkanan diastol tidak begitu
besar karena adanya pembesaran pembuluh darah yang mensuplai otot
rangka.
1. Posisi atau Sikap Tubuh dan Tekanan Darah
Pada dasarnya jumlah darah arteri ditentukan oleh jumlah darah yang
terkandung di dalam arteri tersebut. Makin besar jumlah darah di dalam
arteri, makin tinggi tekanan arteri dan makin kecil jumlah darah yang
terkandung di dalam arteri, makin rendah tekanan arteri. Jumlah darah yang
terkandung di dalam arteri tergantung pada jumlah darah yang memasuki
arteri dan yang meninggalkan arteri. Jika jumlah darah yang masuk banyak
maka darah yang terkandung di dalam arteri makin bertambah, dan
sebaliknya jika darah yang meninggalkan arteri lebih banyak maka darah
yang terkandung di dalam arteri berkurang. Jumlah darah yang masuk ke
dalam arteri ditentukan oleh frekuensi jantung dan volume sekuncup jantung.
Fungsi jantung dan pembuluh darah dipengaruhi oleh saraf otonom,
yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Saraf simpatis mempengaruhi
fungsi jantung serta pembuluh darah dan pemacunya menyebabkan naiknya
frekuensi jantung, bertambah kuatnya konstriksi otot jantung, dan
vasokonstriksi pembuluh darah resisten. Saraf parasimpatis mempengaruhi
fungsi jantung saja dan pemacuannya mengakibatkan menurunnya frekuensi
jantung. Jadi, naik turunnya tekanan darah dipengaruhi oleh saraf otonom,
pemacuan saraf simpatis menaikkan tekanan darah arteri dan penghambatan
saraf simpatis ditambah dengan pemacu saraf parasimpatis yang
mengakibatkan menurunnya tekanan darah. Naik turunnya tekanan darah
arteri terjadi secara reflektoris. Pemacuan tekanan darah arteri dapat
28
menimbulkan shock, yaitu keadaan dimana jumlah darah yang masuk ke
jaringan berkurang sehingga menimbulkan gejala-gejala klinis tertentu.
Misalnya menurunnya kesadaran, kepala terasa ringan, pucat, kaki dan
tangan dingin, keluar keringat dingin, dan lain-lain. Cardiogenic shock adalah
menurunnya tekanan darah karena melemahnya pemompaan darah oleh
jantung. Tekanan darah dalam arteria pada orang dewasa dalam keadaan
duduk atau posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg.
Karena tekanan darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer,
maka tekanan darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi
setiap atau kedua faktor tersebut. Curah jantung adalah hasil kali antara
denyut jantung dan isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh
kontraksi miokard dan volume darah yang kembali ke jantung (Guyton, 2002)
.
[2]
29
pembuluh darah. Peningkatan ini dapat sekecil 20 mmHg atau sampai sebesar
80 mmHg tergantung pada keadaan-keadaan saat gerak badan tersebut
dilakukan. Sebaliknya bila orang melakukan gerak badan seluruh tubuh
seperti berlari atau berenang kenaikan arteri biasanya hanya 20 mmHg- 40
mmHg. Kurang besarnya kenaikan dalam tekanan arteri disebabkan adanya
vasodilatasi yang terjadi di dalam massa otot yang besar (Guyton, 2002).
Selama bergerak, otot-otot memerlukan peningkatan aliran darah yang
banyak. Sebagian dari peningkatan ini adalah akibat dari vasodilatasi lokal
pada vasokularisasi otot yang disebabkan oleh peningkatan metabolisme sel
otot. Peningkatan tekanan arteri selama bergerak terutama akibat area
motorik sistem saraf menjadi teraktivasi untuk bergerak, sistem pengaktivasi
retikuler di batang otak juga ikut teraktivasi, yang melibatkan peningkatan
perangsangan yang sangat besar pada area vasokonstriktor dan
kardioakselerator pada pusat vasomotor. Keadaan ini akan meningkatkan
tekanan arteri dengan segera untuk menyetarakan besarnya peningkatan
aktivitas otot (Guyton dan Hall, 2002) [2].
4. Duduk dan Tekanan Darah
Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini
dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan
sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju
ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan
meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena
cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler
abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi
jantung untuk dipompa menjadi meningkat.Keseluruhan respon ini disebut
refleks kompresi abdomen (Guyton dan Hall, 2002)[2].
.
30
BAB III
PE NUTUP
A. KESIMPULAN
1. Karena pengaruh gravitasi, tekanan darah akan meningkat dengan 10 mmhg setiap 12 cm
di bawah jantung. Di atas jantung, tekanan darah akan menurun dengan jumlah yang sama. Jadi
dalam keadaan berdiri, maka tekanan darah sistol adalah 210 mmHg di kaki tetapi hanya 90
mmHg di otak. Dalam keadaan berbaring kedua tekanan ini akan sama.
2. Tekanan jantung dapat dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti emosi, gerak tubuh, dan
posisi tubuh.
B. SARAN
Sebagai mahasiswa jurusan Biologi, maka pemahaman tentang jantung dan berbagai
proses fisiologis yang mendukung proses kerja jantung harus dapat ditingkatkan dan diaplikasikan
dalam kehidupan nyata.
DAFTAR PUSTAKA
31
Campbell, neil A. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Taiyeb, Mushawwir. 2008. Fisiologi Peredaran. Makassar: UNM.
Sumber Online:
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah
[2] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23287/5/Chapter%20II.pdf
[3] http://heathnewstoday.blogspot.com/jantung
32
pressure gradient of 13 to 4 mmHg down the jugular veins of a standing
giraffe 55, where
approximately -93 to 27 mmHg would be expected based solely on the
prevailing
hydrostatic gradient, as related to the sum of gravitational and viscous
pressures. In a more
recent study the authors further support the concept that the heart does not
have to
overcome the weight of the blood pumped to the head, only the viscous
resistance of the
blood vessels 61. They state that the mechanical advantage of a closed system
in relation to
gravitational effects is similar to the operation of the loop of a siphon, but to
avoid
confusion of the physics of open vs. closed systems the term siphon should
be avoided:
in open systems gravity hinders uphill flow and causes downhill flow, in
which the
Chapter 1 9
liquid acts as a falling body. In contrast, in closed systems, like the
circulation, gravity
does not hinder uphill flow nor does it cause downhill flow, because gravity
acts equally on
the ascending and descending limbs of the circuit 61. Bearing in mind the
difference
between open vs. closed systems, for historical reasons we will continue to use
the term
siphon here.
Subscribe
33
RELATED POSTS :
Kontributor
Arsip
Muliana GH-biologylovers
ahmad dahlan
34
Kajian Filsafat Selat Gibraltar Mengapa Pertemu an Jenis Air Laut Di Selat Gibraltar Terjadi
Perbedaan Warna? Biologimu . Di Selat ...
Alat-Alat Laboratorium
Alat-Alat Laboratorium Biologimu . Pemahaman yang baik mengenai suatu peralatan
bekerja merupakan prasyarat untuk memperoleh hasil yang...
Fosil Kuda
FOSIL KUDA Biologi . Evolusi, Teori evolusi , dan Teori Darwin adalah tiga hal yang berbeda
meskipun berkaitan sangat erat. Evolusi da...
Reproduksi Anjing
REPRODUKSI ANJING (Canis lupus familiaris) Latar Belakang Kajian Reproduksi Anjing
Bilogimu . Setiap makhluk hidup tentunya...
35
Daftar Pustaka
Guyton AC, MD, Hall JE, Ph.d. 2006. Textbook of Medical Physiology.
USA: Elsevier
Michael, dkk. 2006. Kecepatan Denyut Nadi Siswa SMA Kelas X.
Mahatma Gading School
Rushmer, Robert F., M.D. 1970. Cardiovascular Dynamics. W.B Saunders
Company: USA
Ganong WF. Review of medical physiology. Ed 21. United States : The
McGraw-Hill Companies Inc; 2003
Nadi H, Iwan NB. Manula dan olahraga ditinjau dari sistem
cardiovaskular. Cermin Dunia Kedokteran no. 78, 1992
Fox EL, Bowers RW, Foss ML. The physiological basis of education and
atlhetics 4th ed. Philadelphia: Saunders College Publishing, 1988.
36
37