Anda di halaman 1dari 34

HALAMAN JUDUL

LAPORAN AKHIR
PEKERJAAN:
PEMBUATAN SUMUR DALAM (DEEP WEEL)

LOKASI:
HOTEL CARIS
Jalan Panglima Sudirman No. 91, Kampung Dalam, Kota Kediri

Disusun Oleh:
CHANDRA DEWANGGA PRIMADANI
(410014060)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2016 / 2017
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bersama ini
kami sampaikan hasil pelaksanaan pekerjaan Pembuatan Sumur Dalam HOTEL
CARIS Jalan Panglima Sudirman No. 91, Kampung Dalam, Kota Kediri, Jawa
Timur sesuai dengan Kontrak Nomor : 690/2241 tertanggal 20 January 2017.
Dengan telah terselesainya pekerjaan ini pimpinan dan karyawan CV.
GEOMELANKOLIA mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Direktur Utama PDAM Tirtamarta
2. Direksi PDAM Tirtamarta
3. Pemimpin Proyek dan Pengawas Lapangan Pekerjaan tersebut diatas
4. Semua pihak yang telah membantu sehingga terlaksananya pekerjaan ini
Besar harapan kami, semoga dengan terselesaikannya pekerjaan ini dapat
bermanfaat dalam usaha mengembangkan sumber daya air tanah di PDAM
Tirtamarta untuk berbagai keperluan demi suksesnya pembangunan dan kami
berharap dapat bekerja sama pada waktu mendatang.
Yogyakarta, 20 Januari 2016
PT. GEOMELANKOLIA

Direktur

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II GEOGRAFI...............................................................................................3
2.1 Umum..............................................................................................3
2.2 Morfologi.........................................................................................3
2.3 Iklim................................................................................................4
2.4 Keadaan Sosial dan Ekonomi.......................................................4
BAB III GEOLOGI...............................................................................................6
3.1 Geologi Regional............................................................................6
3.1.1 Fisiografi Regional.............................................................6
3.1.2 Stratigrafi Regional............................................................8
3.1.3 Tatanan Tektonik dan Struktur Geologi Regional........11
3.2 Geologi Daerah Pemboran..........................................................13
BAB IV GEOHIDROLOGI................................................................................14
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN SUMUR PRODUKSI.....................19
BAB VI ANALISA AQUIFER............................................................................23
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN............................................................26

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Pemboran terdapat pada wilayah Kota Kediri............................3


Gambar 2. Grafik Curah Hujan Kota Kediri............................................................4
Gambar 3. Peta Fisiografi Jawa Timur (modifikasi dari van Bemmelen, 1949).....8
Gambar 4. Rangkuman stratigrafi regional Jawa bagian timur dari peneliti
terdahulu (kiri), modifikasi dari Smyth dkk., 2005 (kanan) ( Carolus, 2002).........9
Gambar 5. Pola struktur Pulau Jawa (Sribudiyani dkk., 2003)..............................13
Gambar 6. Peta Daerah Aliran Sungai Brantas......................................................15
Gambar 7. Peta Cekungan Air Tanah Provinsi Jawa Timur...................................16
Gambar 8. Peta Potensi Air Tanah Di Daerah Aliran Sungai Brantas...................17

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


BAB I
PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan hasil pemboran sumur dalam Kota
Kediri, Provinsi Jawa Timur.
Sesuai dengan maksud dan tujuan dari pemboran sumur produksi yaitu
memperoleh data geologi, geohidrologi, dan data lain yang berhubungan dengan
hal tersebut seperti data kualitas dan kuantitas air tanah serta kemungkinan
pengembangannya.
Untuk menunjang data, maka dalam pelaksanaan pekerjaan telah diambil
langkah-langkah seperti berikut:
1. Pemboran pilot hole yang dilanjutkan electrical logging
2. Pembesaran lubang bor (reaming) sesuai dengan petunjuk Pemimpin
Proyek
3. Pelaksanaan konstruksi sumur berdasarkan gambar yang telah disetujui
Pemimpin Proyek.
4. Pengembangan sumur (development) dengan compressor sampai sumur
benar-benar bersih dari lumpur pemboran dan kandungan pasir.
5. Pengujian sumur dengan cara pemompaan pendahuluan selama 4 jam, step
draw down test selama 4 x 2 jam, pemompaan uji continues discharge test
selama 36 jam untuk sumur produksi, recovery test selama 12 jam.
6. Pekerjaan analisa mutu air untuk mengetahui kandungan kimia contoh air
yang diambil.
7. Pembuatan laporan akhir untuk mengumpulkan keseluruhan hasil-hasil
yang telah didapat.
Menyadari bahwa kondisi alat sangat berpengaruh terhadap kualitas data
yang diperoleh maka dalam pelaksanaan pekerjaan ini digunakan peralatan
sebagai berikut:
1. Mesin bor : XY 42
2. Compressor : IR. DXL 525
3. Mud pump : SBW- 650
4. Peralatan testing : Lokal
5. Peralatan logging : OYO 3000
6. Truk lapangan : Isuzu TSD 45
7. Mobil lapangan : a.Taft
b. Isuzu Panther
8. Serta alat bantu lainnya

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


Untuk memudahkan dan memperjelas pengertian, maka dalam laporan ini
juga dilampirkan foto-foto selama pekerjaan dari 0% sampai dengan 100%.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


BAB II
GEOGRAFI
2.1 Umum
Lokasi pemboran sumur produksi secara administratif terletak di
Jalan Panglima Sudirman No. 91, Kampung Dalam, Kota Kediri, Jawa
Timur. Pada Koordinat 7 49.478'LS dan 112 0.670'BT. Lokasi ini tepat
pada Hotel Caris.

Gambar 1. Lokasi Pemboran terdapat pada wilayah Kota Kediri


2.2 Morfologi
Daerah Kota Kediri merupakan daerah dataran yang merupakan
hasil erupsi vulkanik Gunung Kelud. Dari pengamatan di lapangan daerah
Kota Kediri merupakan daerah dengan stadia erosi muda dan sebagian
stadia erosi dewasa, hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya dataran
banjir pada daerah aluvial serta lembah sungai berbentuk huruf U.
Struktur wilayah Kota Kediri terbelah menjadi 2 bagian oleh
sungai Brantas, yaitu sebelah timur dan barat sungai. Wilayah dataran
rendah terletak di bagian timur sungai, meliputi Kecamatan Kediri dan
Kecamatan Pesantren, sedangkan dataran tinggi terletak pada bagian barat
sungai yaitu Kecamatan Mojoroto yang mana di bagian barat sungai ini
merupakan lahan kurang subur yang sebagian masuk kawasan lereng
Gunung Klotok (472 m) dan Gunung Maskumambang (300 m).
2.3 Iklim

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


Pada umumnya musim kering berlangsung pada bulan Agustus
sampai September, sedang musim hujan pada bulan Oktober sampai Juli.
Dapat dilihat dari gambar grafik curah hujan dan tabel curah hujan.

Gambar 2. Grafik Curah Hujan Kota Kediri


Curah Hujan Kota Kediri

2.4 Keadaan Sosial dan Ekonomi


Pada umumnya penduduk Kota Kediri dan sekitarnya khususnya
lokasi pemboran mempunyai mata pencaharian sebagai wiraswasta, buruh,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


dan beberapa pegawai negeri. Daerah sekitar lokasi pemboran sebagian
merupakan daerah perkampungan yang mendapatkan air pada musim
hujan dan kemarau, pada musim kemarau di sekitar lokasi pemboran.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


BAB III
GEOLOGI
3.1 Geologi Regional
3.1.1 Fisiografi Regional
Van Bemmelen (1949) membagi Jawa Timur dan Madura menjadi
tujuh zona fisiografi dari selatan ke utara berturut-berturut adalah sebagai
berikut Zona Pegunungan Selatan Bagian Timur, Zona Solo, Zona
Kendeng, Zona Randublatung, Zona Rembang, Dataran Aluvial Jawa
Utara, dan Gunung Api Kuarter.
1 Zona Pegunungan Selatan Bagian Timur
Zona Pegunungan Selatan Bagian Timur merupakan busur volkanik
Eosen-Miosen yang terdiri dari endapan silisiklastik, volkaniklastik,
batuan karbonat dan volkanik dengan kemiringan lapisan yang seragam ke
arah selatan (Smyth dkk., 2005). Zona Pegunungan Selatan Jawa Bagian
Timur memanjang sepanjang pantai selatan Jawa Timur dan Wonosari
dekat Yogyakarta sampai ujung paling timur Pulau Jawa. Daerah ini pada
umumnya mempunyai topografi yang dibentuk oleh batugamping dan
volkanik, serta sering dijumpai gejala karst.
2 Zona Solo
Zona Solo dapat dibagi menjadi tiga subzona, yaitu:
Subzona Blitar pada bagian selatan. Subzona ini merupakan
jalur depresi yang sempit, berhubungan dengan Pegunungan
Selatan di bagian selatan dan ditutupi oleh endapan aluvial.
Subzona Solo Bagian Tengah. Subzona ini dibentuk oleh
deretan gunungapi Kuarter dan dataran antar gunung api.
Gunung api tersebut adalah Gunung Lawu, Gunung Wilis,
Gunung Kelud, Pegunungan Tengger dan Gunung Ijen di
ujung timur Pulau Jawa. Sedangkan dataran-dataran antar
gunungapinya adalah Dataran Madiun, Dataran Ponorogo,
dan Dataran Kediri. Dataran antar gunungapi ini pada
umumnya dibentuk oleh endapan lahar.
Subzona Ngawi pada bagian utara. Subzona ini merupakan
depresi yang berbatasan dengan Subzona Solo di bagian

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


selatan dan Pegunungan Kendeng di bagian utara. Subzona
ini pada umumnya dibentuk oleh endapan aluvial dan
endapan gunung api.
3 Zona Kendeng
Zona Kendeng merupakan antiklinorium yang memanjang mulai
dari Semarang yang kemudian menyempit ke arah timur sampai ujung
Jawa Timur di bagian utara. Smyth dkk. (2005) menyatakan bahwa Zona
Kendeng merupakan jalur anjakan berarah barat-timur. Zona ini pada
umumnya dibentuk oleh endapan volkanik, batupasir, batulempung, dan
napal.
4 Zona Randublatung
Zona Randublatung merupakan sinklinorium yang memanjang
mulai dari Semarang di sebelah barat sampai Wonokromo di sebelah timur.
Zona ini berbatasan dengan Zona Kendeng di bagian selatan dan Zona
Rembang di bagian utara.
5 Zona Rembang
Zona Rembang merupakan antiklinorium yang memanjang dengan
arah barat-timur, mulai dari sebelah timur Semarang sampai Pulau Madura
dan Kangean. Lebar rata-rata zona ini adalah 50 km. Zona ini merupakan
hasil akhir dari gejala tektonik Tersier akhir (Pringgoprawiro, 1983). Zona
ini terdiri dari sikuen Eosen-Pliosen berupa sedimen klastik laut dangkal
dan karbonat yang luas. Pada zona ini terdapat suatu tinggian (Tinggian
Rembang) yang dibatasi oleh sesar mayor berarah ENE-WSW (Smyth
dkk., 2005).
6 Dataran Aluvial Jawa Utara
Dataran Aluvial Jawa Utara menempati dua bagian, yaitu bagian
barat dan bagian timur. Di bagian barat mulai dari Semarang ke timur
sampai ke Laut Jawa dan berbatasan dengan Zona Rembang di bagian
timur. Di bagian timur mulai dari Surabaya ke arah barat laut, di sebelah
barat berbatasan dengan Zona Randublatung, di sebelah utara dan selatan
berbatasan dengan Zona Rembang.
7 Gunung Api Kuarter

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


Gunung Api Kuarter menempati bagian tengah di sepanjang Zona
Solo. Gunungapi yang tidak menempati Zona Solo adalah Gunung Muria.
Smyth dkk. (2005) menamakan zona ini sebagai Busur Volkanik
Kenozoikum Akhir yang aktif sejak Miosen Akhir.

Gambar 3. Peta Fisiografi Jawa Timur (modifikasi dari van Bemmelen, 1949)
Dari fisiografi regional daerah Jawa Bagian Timur menurut van
Bemmelen (1949) Kota Kediri termasuk Zona Solo dan Gunungapi
Kuarter.
3.1.2 Stratigrafi Regional
Zona ini merupakan busur volkanik Eosen-Miosen yang
endapannya terdiri dari batuan-batuan siliklastik, volkaniklastik, volkanik
dan karbonat dengan kedudukan umum perlapisannya miring ke selatan.
Zona Pegunungan Selatan dialasi secara tidak selaras oleh batuandasar
berumur Kapur seperti yang tersingkap di daerah Karangsambung dan
Bayat. Di Karangsambung singkapannya terdiri dari himpunan batuan
komplek akresi yang dikenal sebagai Komplek Melange Luk Ulo yang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


terdiri dari blok-blok filit, sekis biru, eklogit, ultramafik, ofiolit, basalt,
kalsilutit dan rijang tertanam dalam matrik serpih tergerus (Asikin, 1974).
Di daerah Bayat, singkapan batuandasar terdiri dari filit, sekis, dan marmer
(Sumarso dan Ismoyowati, 1975).

Gambar 4. Rangkuman stratigrafi regional Jawa bagian timur dari peneliti


terdahulu (kiri), modifikasi dari Smyth dkk., 2005 (kanan) ( Carolus, 2002)
Batuan sedimen tertua yang diendapkan di atas ketidak-selarasan
menyudut terdiri dari konglomerat berfragmen batuan dasar dan batupasir
seperti yang terdapat dalam Formasi Nanggulan dan Formasi Wungkal-
Gamping yang berumur Eosen Tengah. Di atas konglomerat dan batupasir
kuarsa terdapat endapan bersekuen transgresif yang terdiri dari batubara,
batupasir dan batulanau. Pada Formasi Nanggulan, batupasir pada bagian
atas mengandung material volkanik dan sisipan batulempung tufaan
(Smyth dkk., 2005). Kehadiran lapisan batugamping numulit menandai
dimulainya pengendapan di lingkungan lautan. Di lingkungan
pengendapan yang lebih dalam di daerah Karangsambung, secara
tidakselaras di atas batuandasar Komplek Melange Luk Ulo, diendapkan
satuan olistostrom Formasi Karangsambung dan Formasi Totogan.
Kandungan material volkanik Zona Pegunungan Selatan ini ke arah
bagian atas meningkat sedangkan proporsi material batuan dasar makin
berkurang. Ketebalan endapan bagian bawah zona ini diperkirakan
mencapai 1000 m dengan singkapan terbatas dijumpai di bagian barat,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


yakni di Karangsambung (diwakili oleh Formasi Karangsambung),
Nanggulan (Formasi Nanggulan), dan Bayat (Formasi Wungkal-Gamping).
Sekuen batuan bagian bawah ini oleh Smyth dkk. (2005) disebut sebagai
Synthem One Zona Pegunungan Selatan. Synthem adalah satuan
kronostratigrafi suatu satuan batuan sedimen yang dibatasi oleh
ketidakselarasan dan menunjukkan suatu siklus sedimentasi yang
dipengaruhi oleh perubahan muka air laut relatif atau tektonik. Batas atas
sekuen bagian bawah Zona Pegunungan Selatan ini di daerah Nanggulan
dan Bayat merupakan ketidakselarasan Intra-Oligosen sementara di daerah
Karangsambung pengendapan berlangsung menerus (Asikin dkk., 1992).
Di atas bidang ketidakselarasan diendapkan suatu seri endapan
yang terutama terdiri dari endapan volkaniklastik dari Formasi Kaligesing
di Kulonprogo (Pringgoprawiro dan Riyanto, 1986); Kebobutak di Bayat
( Surono dkk., 1992), dan Formasi Besole (Sartono, 1964) dan Formasi
Mandalika (Samodra dkk., 1992) di Pacitan, berumur Oligo-Miosen dan
meliputi seluruh daerah Zona Pegunungan Selatan. Sekuen endapan
volkaniklastik ini, yang oleh Smyth dkk. (2005) disebut sebagai Synthem
Two Zona Pegunungan Selatan, merekam perkembangan dan berakhirnya
Busur Volkanik Oligo-Miosen Pegunungan Selatan. Aktifitas volkaniknya
meliputi daerah yang luas, explosif dan diperkirakan berjenis Plinian-type
(Smyth dkk., 2005). Komposisi endapannya berkisar mulai dari andesitik
sampai rhyolitik dan litologinya terdiri dari abu volkanik yang tebal, tuf,
breksi batuapung, breksi andesitik, kubah lava dan aliran lava dengan
ketebalan berkisar mulai dari 250 m sampai lebih dari 2000 m. Akhir atau
batas atas dari sekuen volkaniklastik ini ditandai oleh peristiwa volkanik
yang singkat yang kemungkinan besar berupa suatu erupsi super (Erupsi
Semilir) yang menghasilkan Formasi Semilir (Smyth dkk., 2005).
Setelah periode ketika volkanisme Oligo-Miosen jauh berkurang
aktifitasnya, bahkan mati, kemudian tererosi dan materialnya diendapkan
kembali sebagai sekuen endapan berikutnya. Disamping itu sekuen
endapan berikutnya juga dicirikan oleh perkembangan paparan karbonat
yang luas seperti yang dijumpai di daerah Wonosari (Formasi Wonosari)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


dan Pacitan (Formasi Punung dan Formasi Campurdarat). Endapannya
mencapai ketebalan sekitar 500 m dan terumbu berkembang pada daerah-
daerah tinggian yang dibatasi sesar atau di daerah-daerah bekas gunungapi.
Di bagian puncaknya terdapat lapisan-lapisan debu volkanik mengandung
zircon yang berdasarkan penanggalan U-Pb SHRIMP menunjukkan umur
antara 10 dan 12 jtl (Smyth dkk., 2005). Umur ini diperkirakan berkaitan
dengan munculnya kembali aktivitas volkanik pada Miosen Akhir, di
posisi dimana Busur Sunda masa kini berada.
3.1.3 Tatanan Tektonik dan Struktur Geologi Regional
Tatanan tektonik dan struktur geologi di daerah Jawa tidak terlepas
dari teori tektonik lempeng. Kepulauan Indonesia merupakan titik
pertemuan antara tiga lempeng besar, yaitu Lempeng Eurasia yang relatif
diam, Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak relatif kearah baratlaut,
dan Lempeng Indo-Australia yang relatif bergerak kearah utara (Hamilton,
1979).

Van Bemmelen (1949) membagi Pulau Jawa menjadi dua elemen


struktur, yaitu Geosinklin Jawa Utara dan Geantiklin Jawa Selatan. Kedua
elemen tersebut memanjang berarah barat-timur. Geosinklin Jawa Utara
dikenal dengan nama Cekungan Jawa Timur Utara.

Berdasarkan fisiotektoniknya, Cekungan Jawa Timur Utara dapat


dibagi menjadi tiga jalur. Ketiga jalur tersebut adalah Jalur Kendeng, Jalur
Randublatung, dan Jalur Rembang.

Jalur Kendeng dikenal sebagai Antiklinorium Kendeng. Jalur ini terisi


oleh endapan Tersier yang terlipat kuat dan disertai sesar-sesar naik
dengan kemiringan ke selatan. Panjang zona ini adalah 250 km,
sedangkan lebar maksimumnya adalah 40 km (Pringgoprawiro, 1983).

Jalur Randublatung merupakan suatu depresi tektonik dan topografi.


Jalur ini sebagian ditempati oleh Lembah Bengawan Solo.
Pringgoprawiro (1983) berpendapat bahwa zona ini merupakan suatu
depresi yang terbentuk pada kala Pleistosen dan ditempati oleh
sedimen klastik halus dari Formasi Lidah yang berumur Kuarter serta

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


kadang-kadang ditemukan napal dari Formasi Mundu. Vischer (1952
dalam Pringgoprawiro, 1983) menamakan zona ini sebagai Blok
Lembah Solo.

Jalur Rembang terdiri dari Antiklinorium Rembang dan Antiklinorium


Cepu yang memanjang dengan arah barat-timur. Batas Zona Rembang
dengan Zona Randublatung kurang jelas dan tidak teratur kecuali di
timur yang dibatasi oleh patahan Kujung dan depresi Kening-Blora
(Pringgoprawiro, 1983).

Struktur-struktur tersebut di atas diakibatkan oleh pengangkatan


yang terjadi pada kala Intra Miosen dan pada kala Plio-Pleistosen (van
Bemmelen, 1949).

Pulunggono dan Martodjojo (1994) menyatakan bahwa pola


struktur dominan yang berkembang di Pulau Jawa adalah:

Pola Meratus, berarah timurlaut-baratdaya (NE-SW) terbentuk pada


80 sampai 53 juta tahun yang lalu (Kapur Akhir-Eosen Awal).Pola ini
ditunjukkan oleh Tinggian Karimunjawa di kawasan Laut Jawa yang
diperkirakan menerus ke arah baratdaya ke daerah antara Luk Ulo
(Jawa Tengah) sampai Sesar Cimandiri (Jawa Barat).

Pola Sunda, berarah utara-selatan (N-S) terbentuk 53 sampai 32 juta


tahun yang lalu (Eosen Awal-Oligosen Awal). Pola kelurusan struktur
ini adalah yang paling dominan di daerah Jawa Barat. Pola Sunda ini
merupakan sesar-sesar yang dalam dan menerus sampai Sumatra. Pola
ini merupakan pola yang berumur lebih muda sehingga keberadaannya
mengaktifkan kembali Pola Meratus.

Pola Jawa, berarah timur-barat (E-W) terbentuk sejak 32 juta tahun


yang lalu sampai sekarang (Oligosen Akhir-Resen).Pola ini adalah
pola termuda yang mengaktifkan kembali seluruh pola yang telah ada
sebelumnya.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


Gambar 5. Pola struktur Pulau Jawa (Sribudiyani dkk., 2003)
3.2 Geologi Daerah Pemboran
Berdasarkan hasil pemboran dan kenampakan di sekitar lokasi
pemboran maka dapat dijelaskan bahwa untuk sumur dalam di HOTEL
CARIS Jalan Panglima Sudirman No. 91, Kampung Dalam, Kota Kediri,
Jawa Timur. terdiri dari batupasir hasil vulkanisme sehingga aquifernya di
jumpai pada lithologi pada batu lempung, pasiran dan batupasir.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


BAB IV
GEOHIDROLOGI
Sungai Brantas mempunyai panjang 320 km dan memiliki luas wilayah
sungai 14.103 km2 yang mencakup 25% luas Propinsi Jawa Timur atau 9%
luas Pulau Jawa. WS Brantas terdiri dari 4 (empat) Daerah Aliran Sungai (DAS)
yaitu DAS Brantas, DAS Tengah dan DAS Ringin Bandulan serta DAS Kondang
Merak. Peta lokasi wilayah sungai Brantas dapat dilihat pada Sumber daya air
adalah aspek vital yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, untuk dan
demi peradaban manusia, tanpa pengembangan sumber daya air, peradaban
manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati saat ini. Pemanfaatan sumber
daya air untuk berbagai keperluan, di satu pihak terus meningkat dari tahun ke
tahun, tetapi di lain pihak ketersedian sumber daya air semakin terbatas. Untuk
memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat, diperlukan suatu perencanaan
terpadu yang berbasis wilayah sungai guna menentukan langkah dan tindakan
yang harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan
mengoptimalkan potensi pengembangan sumber daya air (SDA), melindungi,
melestarikan dan meningkatkan nilai SDA dan lahan.
Mengingat pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh, terpadu dan
berwawasan lingkungan hidup merupakan masalah yang kompleks dan
melibatkan semua pihak, baik sebagai pengguna, pemanfaat maupun pengelola,
maka tidak dapat dihindari perlunya upaya bersama untuk mulai mempergunakan
pendekatan one river basin, one plan and one integrated management.
Keterpaduan dalam perencanaan, kebersamaan dalam pelaksanaan dan kepedulian
dalam pengendalian sudah waktunya diwujudkan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


Gambar 6. Peta Daerah Aliran Sungai Brantas

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


Gambar 7. Peta Cekungan Air Tanah Provinsi Jawa Timur

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


Gambar 8. Peta Potensi Air Tanah Di Daerah Aliran Sungai Brantas

Aquifer atau lapisan pembawa air untuk sumur Kota Kediri, Provinsi Jawa
Timur pada umumnya terdiri atas batupasir dan breksi vulkanik hasil erupsi pada
Kuarter sehingga kandungan air yang ada sangat melimpah. Batupasir berwarna
hitam, subangular-subrounded dengan urutan pasir sedang sampai pasir sangat

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


kasar. Aquifer pada breksi vulkanik sangat sedikit kandungan airnya karena
adanya fragmen batuan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


BAB V
PELAKSANAAN PEKERJAAN SUMUR PRODUKSI
Rencana kerja kegiatan Pemboran Sumur dalam HOTEL CARIS
Jalan Panglima Sudirman No. 91, Kampung Dalam, Kota Kediri, Jawa Timur
meliputi beberapa tahapan kegiatan:
1. Pekerjaan Persiapan Lokasi Pemboran
- Setelah semua perizinan pelaksanaan pemboran diselesaikan maka
lokasi pemboran segera disiapkan dengan pembuatan jalan masuk ke
lokasi pemborandan pengerasan landasan untuk mesin bor.
- Apabila dalam persiapan lokasi tersebut dijumpai tanaman maka
tanaman tersebut diberikan ganti rugi.
- Pembuatan base camp untuk Direksi, pemasangan papan nama dan
gudang bahan serta penyimpanan peralatan dibuat sesuai petunjuk
Pemimpin Poyek.
2. Mobilisasi Peralatan Pemboran
- Setelah persiapan lokasi selesai, maka dengan sepengetahuan dan ijin
Pemimpin Proyek semua peralatan bantunya dimobilisasikan ke lokasi
pemboran dari workshop.
3. Pekerjaan Pemboran Sumur
a. Pemboran sumur produksi HOTEL CARIS Jalan Panglima Sudirman
No. 91, Kampung Dalam, Kota Kediri, Jawa Timur, mengingat
batuannya adalah batupasir, breksi, dan lava hasil erupsi gunung
Kelud, maka sistem pemboran adalah Direct Circulation With Mud
Flush (pembilas campuran bentonit dan air).
b. Pemboran pilot hole dengan diameter 12 5/8 sampai kedalaman 95 m
kemudian dilaksanakan electrical logging dilanjutkan reaming
diameter 17 7/8 juga sampai kedalaman 85 m.
c. Deskripsi batuan tiap meter meliputi warna, bentuk butir, ukuran butir,
komposisi, hubungan antar butir, dan data lain sesuai petunjuk
Pemimpin Proyek. Pengambilan contoh cutting kurang lebih 1 kg
dimasukkan kantong plastik diberi label dan di kotak sampel.
d. Pencatatan log pemboran mulai dari waktu penetrasi, kejadian-
kejadian selama pemboran, Static Water Level (SWL) setiap pagi
sebelum pemboran dimulai menggunakan mata bor (bit) serta data lain
yang sesuai dengan petunjuk Pemimpin Proyek.
4. Pelaksanaan Konstruksi Sumur

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


Pelaksanaan konstruksi sumur dalam HOTEL CARIS Jalan Panglima
Sudirman No. 91, Kampung Dalam, Kota Kediri, Jawa Timur menggunakan pipa
PVC diameter 10 dan saringan slotted PVC diameter 10 susunan saringan
berdasarkan hasil electrical logging.
5. Pengujian Kelurusan lubang bor dan Sumur
Lubang bor harus tegak lurus untuk mempermudah masuknya
casing dan screen kedalaman bor. Pengujian ketegaklurusan lubang bor
dengan Bobin test dan diawasi Pemimpin Proyek. Adapun kelurusan
sumur dapat diuji dengan memasukkan pompa submersible dengan baik
dan benar.
6. Pencucian Sumur
Setelah sumur produksi dikonstruksi sesuai petunjuk Pemimpin
Proyek maka dilakukan pencucian sumur (development) untuk
membersihkan semua kotoran yang berada di dalam casing, sehingga air
yang akan masuk ke dalam saringan tidak terhalang. Development
dilaksanakan selama 36 jam. Adapun metode development sesuai dengan
petunjuk Pemimpin Proyek.
7. Pelaksanaan Pemompaan Uji (Pumping test)
Setelah sumur selesai dicuci maka dilaksanakan pekerjaan
pemompaan uji (pumping test) yang terdiri atas:
- Trial Test dilaksanakan selama 4 jam yang bertujuan untuk mengetahui
debit maksimum yang dapat diambil.
- Pemompaan uji bertingkat (step draw down test) yang dilaksanakan 4
step x 2 jam = 8 jam, pemompaan uji bertingkat ini menggunakan
debit yang berbeda-beda, pencatatan data pemompaan uji dan waktu
kambuh (time recovery) adalah sama dan sesuai dengan interval waktu
yang ditentukan. Data step test ini digunakan untuk penghitungan well
loss, aquifer loss, dan well effesiensi atau penghitungan lain sesuai
petunjuk Pemimpin Proyek.
- Continues Discharge Test (Long Period)
Pemompaan uji long period dilaksanakan pada setiap sumur setelah
waktukambuh (time recovery) step draw down test selesai. Penurunan
muka air pada sumur uji dan sumur pengamat atau sumur penduduk
terdekat sesuai tabel yang disetujui Pemimpin Proyek dan air yang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


keluar dijaga supaya tidak masuk ke sumur dengan cara mengalirkan
melalui pipa pembuang. Debit air yang keluar diukur dengan plat
orifice agar lebih teliti.
Data pemompaan uji long periode digunakan untuk perhitungan
spesific Capasity (debit jenis sumur), debit optimum sumur, koefisien
transmisibility ataupun perhitungan lain sesuai dengan petunjuk
Pemimpin Proyek.
Lamanya continues discharge test untuk sumur produksi selama 36 jam
- Recovery Test selama 12 jam untuk mengetahui waktu kambuh dari
sumur dalam tersebut setelah dipompa.
8. Pelaksanaan Analisa Air
Pada akhir pemompaan uji diambil contoh air sebanyak kurang lebih 5
liter dan dimasukkan ke dalam botol plastik (jerigen) yang bersih dan tidak
bercampur benda-benda lain dan dikirim ke laboratorium yang disetujui
oleh Pemimpin Proyek untuk dianalisa kimia kandungan kation dan anion
serta data lainnya sesuai hasil laboratorium yang disetujui Pemimpin
Proyek.
9. Pelaksanaan Penyelesaian Sumur
Untuk menjaga stabilitas casing setelah terpasang kemudian
digrouting sesuai petunjuk Pemimpin Proyek dan dipasang drum casing
sepanjang kurang lebih 2 meter yang diisi dengan beton cor campuran 1
PC : 1 PS : 2 Kr dan casing yang terjepit drum ini diberi pengait agar
casing terikat kuat pada beton, di samping itu dibuat apron beton ukuran
1m x 1m x 1m sebagai penguat teratas sumur yang rapat dan terkunci.
Selain itu semua laporan dan dokumentasi disusun dengan baik dan
benar serta dikonsultasikan dengan Pemimpin Proyek. Laporan
pelaksanaan pekerjaan yang menyangkut semua aspek kegiatan pemboran
dari persiapan lokasi sampai dengan konstruksi sumur dan hasil analisa air,
perhitungan pumping test disusun berdasar petunjuk Pemimpin Proyek.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


BAB VI
ANALISA AQUIFER
Berdasarkan hasil pelaksanaan pumping test yang meliputi trial test, step
test, continues discharge test, dan recovery test didapatkan hasil sebagai berikut
I. Lokasi: Jalan Panglima Sudirman No. 91, Kampung Dalam, Kota
Kediri, Jawa Timur. Pada Koordinat 749.478'LS dan
1120.670'BT.
1. Step Draw Down Test
DATA STEP
STEP Q (L/dt) S (m) S/Q Q/S
I 1,802 0,21 0,116 8,58
II 2,516 0,35 0,139 7,188
III 3,378 0,40 0,118 8,445
IV 4,396 0,81 0,184 5,42
Dari data step didapatkan:
Aquifer Lost Coeficient B = 0,106
Well Lost Coeficient C = 0,05
Efisiensi Well
BQ
EW = BQ +CQ 2
x 100 %
0,106(1,802)
= x 100 %
0,106 (1,802 ) +(0,05 x 1,802)2
0.191
= 0,191+ 0,008
x 100 %
0,191
= 0,199 x 100 %
= 95. 97%
2. Data Continues Discharge Test
- Continues Discharge Test = 1,802 lt/dt
- Pumping Duration = 24 hours
- Static Water Level = 1,19 meter
- Final Pumping Water Level = 27,30 meter
- Final Draw Down = 26,11 meter
- Specific Capacity = 0,0690 l/dt/m
Saran: Sumur tersebut dapat diambil debitnya 1,802 lt/dt dengan pomp
submersible ditempatkan pada kedalaman 31 meter.
PERHITUNGAN HARGA Q MAX DAN Q OPTIMUM SUMUR
HOTEL CARIS KOTA KEDIRI JAWA TIMUR
Q = 1,802 lt/dt = 155,5628 m3/hari
S = 2,2 m
A. Perhitungan Koefisien Transmisibility (T)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


2,3 x Q
T =
4 x n x S
2,3 x 155,5628
=
4 x 3,14 x 2,2
357,79444
=
27,632
= 12,94 m2 / hari
B. Perhitungan Koefisien Permeability (K)
T
K = ( B = tebal aquifer = 33 meter)
B
12,94
=
33

= 0,3921212 m / hari
= 4.538 x 10-6 m / dt
C. Re = Radius efektif Sumur
r lubang +r saringan
= 2
18 +6
= 2

= 12
= 12 x 2,5 cm
= 30,00 cm
= 0,30 m
D. Perhitungan debit optimum (Safe Yield)
K
Q max = 2 x n x Re x b x
15
4.538 x 106
= 2 x 3,14 x 0,30 x 30 x
15
= 2 x 3,14 x 0,30 x 30 x 0,002130258
= 0,014046921 m3 / dt
= 14,046921 l / dt
Q optimum = 0,75 x 14,046921 l / dt
= 10,5351908 l / dt
CATATAN :
Q max = debit maksimum yang dapat diambil
Q optimum = debit paling aman diambil dimana recharge = discharge

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Lokasi pemboran sumur dalam HOTEL CARIS Jalan Panglima Sudirman
No. 91, Kampung Dalam, Kota Kediri, Jawa Timur. Aquifer pada lokasi tersebut
di atas dijumpai pada satuan batupasir yang berwarna hitam, ukuran pasir sedang
sampai kasar dengan bentuk subangular subrounded, beberapa dijumpai pada
lempung pasiran.
Lokasi pemboran tersebut di atas potensial dengan air tanahnya. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil pumping test yang baik.
Sumur Dalam HOTEL CARIS dapat diproduksi dengan debit 1,802 l /
dtdengan pompa submersible yang dipasang di kedalaman 89 meter.
Untuk menjaga agar sumur dapat diproduksi dengan maksimal sebaiknya
setiap tahun pompa diangkat untuk dibersihkan dan sumur didevelopment kembali
agar kotoran ataupun endapan lainnya tidak menyumbat saringan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA


STEP DRAWN DOWN TEST
WELL : 01/HTL-GAIA/2017 LOCATIAON : Hotel Caris
WELL DETAIL : GIP 6 dan Sc Lc 6 Kota Kediri
PUMP UNIT DETAIL : Grundfoss TOTAL SUCTION : 60 m
DATE : 27-01-2017 OBSERVER : CV. GEOMELANKOLIA

STEP : I STEP : II
Clock time t (min) D.W.L H (Cm) Q (lt/dt) S (Meter) Clock time t (min) D.W.L H Q (lt/dt) S (Meter)
(Cm)
0 5,09 7 1,802 0 5,3 8 2,516
1 5,11 1 5,32
2 5,12 2 5,33
3 5,13 3 5,34
4 5,14 4 5,35
5 5,14 5 5,36
6 5,15 6 5,37
7 5,15 7 5,38
8 5,16 8 5,39
9 5,16 9 5,4
10 5,16 10 5,41
12 5,16 12 5,42
14 5,17 14 5,43
16 5,17 16 5,44
18 5,18 18 5,45
20 5,18 20 5,46
25 5,19 25 5,46
30 5,19 30 5,47
35 5,2 35 5,48
40 5,2 40 5,49
45 5,21 45 5,5
50 2,21 50 5,52
55 5,22 55 5,54
60 5,23 60 5,55
70 5,24 70 5,56
80 5,25 80 5,6
90 5,26 90 5,61
100 5,27 100 5,62
110 5,28 110 5,63
120 5,3 0,21 120 5,65 0,35
Q : 1,802 lt/dt Q : 2,516 lt/dt
S : 0,21 mt S : 0,35 mt
Q/S : 8,58 lt/dt/mt Q/S : 7,188 lt/dt/mt
S/Q : 0,116 S/Q : 0,139
STEP DRAWN DOWN TEST
WELL : 01/HTL-GAIA/2017 LOCATIAON : Hotel Caris
WELL DETAIL : GIP 6 dan Sc Lc 6 Kota Kediri
PUMP UNIT DETAIL : Grundfoss TOTAL SUCTION : 60 m
DATE : 27-01-2017 OBSERVER : CV. GEOMELANKOLIA

STEP : III STEP : IV


Clock time t (min) D.W.L H (Cm) Q (lt/dt) S (Meter) Clock time t D.W.L H (Cm) Q (lt/dt) S (Meter)
(min)
0 5,65 9 3,378 0 6,05 10 4,396
1 5,67 1 6,1
2 5,68 2 6,12
3 5,69 3 6,14
4 5,7 4 6,18
5 5,71 5 6,2
6 5,71 6 6,22
7 5,74 7 6,23
8 5,78 8 6,24
9 5,8 9 6,27
10 5,81 10 6,3
12 5,82 12 6,31
14 5,83 14 6,35
16 5,84 16 6,4
18 5,85 18 6,41
20 5,86 20 6,45
25 5,87 25 6,5
30 5,88 30 6,51
35 5,89 35 6,55
40 5,9 40 6,59
45 5,91 45 6,6
50 5,92 50 6,61
55 5,93 55 6,62
60 5,94 60 6,64
70 5,96 70 6,69
80 5,97 80 6,7
90 5,98 90 6,75
100 5,99 100 6,8
110 6,01 110 6,84
120 6,05 0,4 120 6,86 0,81
Q : 3,378 lt/dt Q : 4,396 lt/dt
S : 0,40 mt S : 0,81 mt
Q/S : 8,445 lt/dt/mt Q/S : 5,427 lt/dt/mt
S/Q : 0,118 S/Q : 0,184
CONTINOUS DISCHARGE TEST
WELL : 01/HTL-GAIA/2017 LOCATIAON : Hotel Caris
WELL DETAIL : GIP 6 dan Sc Lc PVC 6 Kota Kediri
S.W.L CASSING TOP : 5.09 TOTAL SUCTION : 60 m
PUMP UNIT DETAIL : Grundfoss OBSERVER : CV. GEOMELANKOLIA
DURING PUMPING : 24 hours
DATE : 27-01-2017

D.W.L S H Q
Clock Minute Hours remarks
(meter) (meter) cm lt/ sc
9,00 0 5,09 0,00 10 4.396
1 5,91 0,82
2 6,14 1,05
3 6,14 1,05
4 6,19 1,10
5 6,23 1,14
6 6,25 1,16
7 6,28 1,19
8 6,30 1,21
9 6,33 1,24
10 6,33 1,24
12 6,37 1,28
14 6,39 1,30
16 6,41 1,32
18 6,42 1,33
20 6,43 1,34
25 6,47 1,38
30 6,50 1,41
35 6,53 1,44
40 6,56 1,47
45 6,56 1,47
50 6,57 1,48
55 6,58 1,49
10,00 60 1 6,59 1,50
70 6,61 1,52
80 6,64 1,54
90 6,66 1,56
100 6,67 1,57
110 6,69 1,60
11,00 120 2 6,70 1,61
135 6,73 1,64
150 6,73 1,64
165 6,77 1,68
12,00 180 3 6,78 1,69
200 6,79 1,70
220 6,80 1,71
13,00 240 4 6,80 1,71
270 6,83 1,74
300 5 6,83 1,74
360 6 6,84 1,75
420 7 6,84 1,75
480 8 6,84 1,75
540 9 6,84 1,75
600 10 6,85 1,76
660 11 6,85 1,76
720 12 6,85 1,76
780 13 6,85 1,76
840 14 6,85 1,76
900 15 6,85 1,76
960 16 6,86 1,77
1020 17 6,86 1,77
1080 18 6,86 1,77
1140 19 6,86 1,77
1200 20 6,86 1,77
1260 21 6,86 1,77
1320 22 6,86 1,77
1380 23 6,86 1,77
1440 24 6,86 1,77
1560 26
1680 28
1800 30
1920 32
2040 34
2160 36
2280 38
2400 40
2520 42
2640 44
2760 46
2880 48
3060 51
3240 54
3420 57
3600 60
3780 63
3960 66
4140 69
4320 72
RESIDUAL DRAWDOWN = 1,77 Meter
Q = 4,396 Lt/dt Q/S = 2,483 l/dt/m
S = 1,77 M S/Q = 0,402
RECOVERY TEST
WELL : 01/HTL-GAIA/2017 LOCATIAON : Hotel Caris
WELL DETAIL : GIP 6 dan Sc Lc 6 Kota Kediri
DATE : 27-01-2017 OBSERVER : CV. GEOMELANKOLIA

t' D.W.L S H
Clock Time Remarks
Minute Hours (meter) (meter) Cm
0 6,83
1 6,03
2 5,89
3 5,84
4 5,79
5 5,73
6 5,70
7 5,67
8 5,62
9 5,61
10 5,60
12 5,59
14 5,59
16 5,54
18 5,49
20 5,43
25 5,40
30 5,35
35 5,33
40 5,29
45 5,27
50 5,24
55 5,21
60 1 5,19
70 5,17
80 5,15
90 5,12
100 5,11
110 5,10
120 2 5,09
135 5,09
150 5,09
165 5,09
180 3 5,09
200 5,09
220 5,09
240 4 5,09
270 5,09
300 5 5,09
360 6 5,09
420 7 5,09
480 8 5,09
540 9 5,09
600 10 5,09
660 11 5,09
720 12 5,09

Anda mungkin juga menyukai