Oleh karena itu, seperti telah disebutkan di muka bahwa setiap transaksi yang terjadi harus
memiliki bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. Dapat dipertanggungjawabkan artinya
setiap transaksi keuangan yang terjadi, harus dicatat dalam bukti transaksi secara benar.
Mengapa demikian? Karena bukti transaksi merupakan sumber pencatatan akuntansi.
Contoh bukti transaksi ekstern adalah kuitansi, faktur, nota debit, nota kredit, nota kontan,
dan bukti memorial.
a. Kuitansi adalah catatan untuk transaksi penerimaan dan pengeluaran sejumlah uang.
b. Faktur adalah bukti transaksi pembelian atau penjualan barang dagangan (secara kredit).
Contoh bentuk faktur:
c. Nota debit adalah bukti transaksi pengembalian barang yang sudah dibeli (retur
pembelian). Nota debit dibuat oleh pihak pembelian.
d. Nota kredit adalah bukti transaksi penerimaan kembali barang yang sudah dijual (retur
penjualan). Nota kredit dibuat oleh penjual ketika barang yang dijual dikembalikan oleh
pembeli.
e. Nota kontan adalah bukti pencatatan untuk transaksi pembelian barang secara tunai yang
dibuat oleh penjual dan diberikan kepada pembeli.
f. Cek adalah surat perintah kepada bank untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang
cek. Cek dibuat oleh pihak yang mempunyai simpanan di bank tersebut.
g. Bukti memorial merupakan bukti transaksi intern dalam bentuk memo dari pejabat dalam
perusahaan kepada bagian akuntansi, untuk mencatat suatu peristiwa atau keadaan yang
sifatnya intern.
Contoh bukti memorial
Staf bagian akuntansi dalam suatu perusahaan harus mencatat setiap transaksi yang terjadi di
perusahaan berdasarkan bukti-bukti transaksi yang diterimanya. Setelah dicatat, bukti-bukti
transaksi tersebut harus disimpan secara rapi dan tidak boleh dimusnahkan selama periode
waktu tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Bukti-bukti transaksi akan
dipergunakan sebagai bahan terakhir dalam proses pemeriksaan (auditing) terhadap laporan
keuangan.